Komisi Pemilihan Umum Pusat Irak telah mengumumkan hasil putaran kelima pemilu legislatif.
Pemilu legislatif dini kelima Irak, digelar hari Minggu, 10 Oktober 2021, dengan tingkat partisipasi pemilih 41 persen, dan sepekan kemudian hasil akhir diumumkan. Sementara itu, hasil pendahuluan pemilu diumumkan pada 11 Oktober, sehari setelah pemilu.
Penundaan satu minggu dalam mengumumkan hasil itu karena beberapa kelompok memprotes hasilnya. Alasan protes mengenai isu kecurangan pemilu. Meskipun muncul banyak tuduhan kecurangan pemilu pada pemilu 10 Oktober daripada pemilu 2018, tapi volume pengaduan yang diterima hanya seperlima dari 2018. Hanya 356 pengaduan yang diajukan ke komisi pemilu pusat dalam batas waktu yang ditetapkan, dibandingkan dengan 1.875 pada pemilu sebelumnya.
Selain itu, meskipun demonstrasi berlanjut di beberapa bagian Irak untuk memprotes hasil pemilu, tapi para pemimpin kelompok politik yang memprotes tidak menabuh genderang ketidakstabilan dan ketidakamanan.
Dalam hal ini, Nouri al-Maliki, kepala Koalisi Negara Hukum dan Perdana Menteri Irak selama sembilan tahun dari 2005 hingga 2014, dalam sebuah pernyataan tanpa menyerukan penipuan atau manipulasi dalam pemilihan, menyerukan penghapusan kesenjangan yang ada untuk melindungi hak semua orang.
Kondisi tersebut menunjukkan bahwa Irak tidak akan memasuki periode ketidakstabilan dan ketidakamanan akibat protes hasil pemilu, dan kelompok-kelompok politik memasuki fase tawar-menawar lain untuk membentuk faksi yang lebih besar untuk meningkatkan negosiasi meraih posisi perdana menteri.
Isu lainnya mengenai koalisi Sairun yang dipimpin oleh Muqtada al-Sadr memenangkan 73 kursi di parlemen dengan selisih yang besar dibandingkan dengan rival lainnya. Dengan demikian, faksi Sadr memiliki peluang besar untuk membentuk faksi yang lebih besar dan mencalonkan perdana menteri. Tetapi faksi Sadr membutuhkan 92 kursi lagi untuk mencapai tujuan ini dengan dukungan 50 persen plus satu anggota parlemen, atau 165 kursi.
Hingga kini belum jelas kelompok Irak mana yang akan berkoalisi dengan faksi Sadr. Tawar-menawar politik untuk membentuk faksi yang lebih besar sudah dimulai. Kubu penentang front perlawanan Irak berusaha membentuk faksi yang lebih besar melalui koalisi Sadr saat ini dengan kelompok-kelompok seperti Al-Taqadum dan Partai Demokrat Kurdistan, bersama dengan beberapa kelompok independen yang lebih kecil.
Pesan kesiapan Muqtada al-Sadr untuk berunding dengan Amerika Serikat dan perbedaan serius antara dia dan Nouri al-Maliki, serta al-Fatah menjadi isu yang mendapat perhatian khusus dari pihak oposisi dan masyarat Irak saat ini.