Menerima Ajakan Mukmin
 
Imam Husein as sedang terlibat pembicaraan serius dengan sekelompok sahabatnya, tiba-tiba seorang dari mereka diundang jamuan makan. Orang tersebut meminta maaf dan mengatakan tidak dapat memenuhi ajakan itu. Pada saat itu juga Imam Husein as mengritik sikapnya dan berkata:
 
"Bangkit dan penuhi undangan saudara mukmin. Ketika diundang tidak ada tempat untuk memohon maaf agar tidak menerima ajakan itu. Terima ajakan saudara mukmin dan bila engkau tidak berpuasa waktu itu, duduklah dalam jamuan dan makan dari hidangan yang ada. Sementara bila engkau berpuasa, ambillah sebagian dari makanan yang dihidangkan sebagai berkah." (Da'aim al-Islam, jilid 2, hal 107)
 
Satu dari perbuatan yang dapat meningkatkan rasa cinta dan kasih sayang dalam hati orang-orang Mukmin adalah mengajak mereka untuk makan bersama, begitu juga dengan menerima ajakan tersebut. Dengan perbuatan ini, tuan rumah ingin menyatakan kecintaan dan perhatiannya kepada saudara mukmin lainnya. Pada saat yang sama, orang yang menerima ajakan itu dan makan bersama tuan rumah menunjukkan ia juga punya perhatian kepada tuan rumah dan merupakan bentuk terima kasih.
 
Selain itu, dalam perilaku mengundang makan orang lain dan menerima undangan itu dapat memperkuat iman, mendapat berkah dari harta yang dimiliki dan memperkokoh hubungan sosial dan keluarga. Tapi yang ditekankan dalam ucapan Imam Husein as ini terkait dengan memenuhi ajakan saudara mukmin, sehingga bila dalam keadaan berpuasa pun, bukan puasa wajib, orang yang diundang berusaha menerima ajakan itu demi menggembirakan tuan rumah.
 
Sumber: Pandha-ye Emam Hossein.