Islam telah menunjukkan semua jalan yang dapat ditempuh manusia untuk menggapai kebahagiaan. Demi mengantarkan manusia pada perkembangan materi dan maknawi, serta penekanan terhadap masalah ketepatan waktu, Islam melatih manusia untuk teratur dalam menyusun prioritas dalam rutinitas dan kehidupan. Ini juga berlaku dalam ibadah. Dalam surat an-Nisa ayat 103, Allah Swt berfirman:
«إِنَّ الصَّلاةَ کانَتْ عَلَی الْمُؤْمِنینَ کِتابًا مَوْقُوتًا»
Sesungguhnya shalat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.
Keutamaan shalat akan terkikis jika tidak dilaksanakan tepat waktu dan peran shalat sebagai ruh hubungan antara manusia dengan Allah Swt, juga tidak akan berpengaruh.
Imam Ja'far as-Shadiq as berkata:
«الصلوةُ تستحبُّ فی اَوَّلِ الأَوقاتِ»
Shalat memiliki pahala mustahab di awal waktu.
(بحارالانوار، جلد 80، صفحه 13)
Dalam riwayat lain imam juga mengatakan bahwa untuk setiap shalat lima waktu telah ditetakan dua waktu, pertama di awal dan kedua di akhir, menunaikan shalat di awal waktu lebih afdol.
Diriwayatkan pula dari Imam Hasan al-Askari, "Allah berbicara kepada Nabi Musa. Nabi Musa bertanya, ya Allah! Apa pahala orang yang menunaikan shalatnya di awal waktu? Allah Swt menjawa; Aku akan mengabulkan hajat dan permintaannya dan Aku akan me-mubah-kan (menghalalkan) sorga-Ku untuknya."
Rasulullah dalam sebuah hadis bersabda: "Tidak ada hamba yang memperhatikan waktu shalat dan posisi matahari, kecuali aku telah menjamin untuknya tiga hal, masalah dan kesedihannya terselesaikan, merasakan ketenagnan dan kebahagiaan ketika meninggal dunia, dan terselamatkan dari api neraka."
(سفینه البحار،جلد 2، صفحه 42)
Dalam hadis lain disebutkan bawa ketika Zuhur, pintu-pintu langit terbuka dan gerbang-gerbang sorga juga terbuka dan doa akan terkabulkan, maka berbahagialah orang-orang yang amal salehnya terangkat.(IRIB Indonesia/MZ)