Fungsi dan Peran Masjid (4)

Rate this item
(0 votes)
Fungsi dan Peran Masjid (4)

Masjid merupakan institusi sosial pertama yang dibangun langsung oleh Rasulullah Saw sejak awal berdirinya pemerintahan Islam di kota Madinah. Sebuah bangunan suci yang melewati banyak pasang surut di sepanjang usianya lebih dari 1400 tahun.

Secara fisik masjid kadang dipoles habis-habisan hingga mirip istana raja, tapi ia tidak pernah kehilangan fungsi utamanya yaitu sebagai tempat suci untuk ibadah dan menghambakan diri kepada Allah Swt.

Masjid merupakan kepingan suci dari bumi yang mengarah ke kiblat untuk kepentingan shalat dan ibadah. Setelah hijrah ke Madinah, Rasulullah Saw – langkah pertama untuk memperkuat pemerintahannya – membangun masjid sebagai pusat pemerintahan dan komando. Sebuah tempat yang dikenal oleh masyarakat sebagai pusat kegiatan ibadah, budaya, sosial dan politik. Tempat yang selalu dikunjungi oleh pemimpin dan masyarakat, di mana beliau menyampaikan hukum-hukum agama dan ajaran Ilahi.

Rasul Saw dan para sahabat selalu berkumpul di tempat suci itu. Di sana, beliau mengajarkan dan mempraktekkan hukum agama dengan penuh cinta sehingga tercipta kebahagiaan di masyarakat Muslim. Beliau selalu terdepan dalam pelaksanaan perintah agama dan memberikan keteladanan praktis kepada umat. Rasul Saw adalah teladan yang sempurna, yang mengajarkan umat dan memberikan contoh konkrit dalam semua aspek kehidupan.

Masyarakat akan datang ke masjid tersebut untuk menemui Nabi Muhammad Saw. Jika ada sebuah berita, beliau secara langsung atau melalui salah satu sahabatnya akan mengumumkan berita itu kepada masyarakat. Dengan kata lain, Masjid Nabawi berfungsi sebagai basis utama masyarakat Muslim untuk kegiatan keagamaan, sekaligus pusat untuk kegiatan ilmiah, politik dan sosial kebangkitan Islam. Pilar-pilar dasar pemerintahan Islam dibangun di masjid dan dari tempat itu pula, ajaran Islam disebarkan ke seluruh penjuru dunia.

Sejarah mencatat bahwa masjid pertama yang dibangun oleh Rasul Saw ketika hijrah dari Makkah ke Madinah adalah Masjid Quba. Sebelum tiba di kota Madinah, beliau membangun masjid di kampung Quba yang sekarang dikenal dengan nama Masjid Quba. Menurut catatan sejarah, Rasul Saw tiba di kampung Quba pada hari Senin, tahun 1 Hijriyah atau 622 Masehi. Daerah ini terletak sekitar 5 kilometer dari sebelah tenggara pusat kota Madinah.


Quba dikenal sebagai daerah yang memiliki iklim yang baik dan terdapat banyak kebun kurma. Masyarakat Quba adalah orang pertama yang menyambut kedatangan Rasulullah Saw dari Makkah. Beliau singgah di Quba selama beberapa hari sambil menunggu kedatangan Ali bin Abi Thalib as dan rombongan dari Makkah termasuk Sayidah Fatimah as. Ketika semua sudah berkumpul, Rasul Saw dan rombongan bergerak ke Madinah atau yang disebut Yatsrib sebelum hijrah.

 

Selama empat hari singgah di kampung Quba, Rasul Saw membangun sebuah masjid di sebidang tanah setelah para sahabat mengumpulkan batu-batu sebagai materialnya. Beliau meletakkan batu pertama tepat di kiblatnya dan ikut menyusun batu-batu selanjutnya hingga terbentuk pondasi dan dinding masjid. Dengan demikian, Masjid Quba adalah masjid pertama yang dibangun oleh Rasul Saw.

Salah satu yang menjadi keutamaan masjid ini ialah nilai ibadah yang dilakukan di dalamnya, setara dengan menjalankan umrah. Rasulullah Saw bersabda, "Barang siapa yang mendatangi masjidku yaitu Masjid Quba dan kemudian shalat di dalamnya dua rakaat, maka baginya pahala seperti pahala umrah." (Man La Yahduruhu al-Faqih, jilid 1)

Setelah menetap di Madinah, Rasul Saw rutin setiap pekan mengunjungi Masjid Quba dan mendirikan shalat di sana. Kegiatan ini biasanya dilakukan pada hari Sabtu atau Senin. Beliau tiba di Madinah pada hari Jumat setelah empat hari tinggal di Quba. Para pemimpin dari setiap kabilah menghendaki Rasul Saw menetap di tempat kediamannya. Mereka berebut memegang tali kekang unta yang ditungganinya, beliau bersabda, "Biarlah untaku yang menentukan tempat di mana aku tinggal. Tempat di mana ia berhenti, aku akan menetap di situ. Unta ini telah mendapat perintah dan ia tahu ke mana akan pergi."

Ada dua hikmah tersembunyi dalam peristiwa ini; pertama, lokasi pembangunan Masjid Nabawi adalah sebuah tempat yang dipilih oleh Allah Swt, Nabi Saw sendiri bahkan tidak punya peran dalam pemilihan itu. Dan kedua, manajemen langsung ini untuk menghindari segala bentuk kesalahpahaman antar kabilah di Madinah, di mana banyak dari mereka terlibat konflik.

Unta Nabi Saw terus bergerak hingga berhenti di tempat Bani Malik bin Najjar dan di sanalah beliau singgah. Rasul Saw kemudian memerintahkan pembangunan masjid di tempat tersebut. Beliau terlibat langsung dalam proses pembangunan dan bahkan bekerja melebihi orang lain. Usaha para sahabat membujuk Rasul Saw untuk istirahat juga tidak berhasil dan beliau tetap melanjutkan aktivitasnya. Keterlibatan ini mendorong para sahabat untuk bekerja lebih semangat dan lebih tekun.

Arsitektur bangunan Masjid Nabawi adalah sebuah desain yang istimewa, karena tidak ada tanda-tanda bahwa bangunan tersebut meniru gaya bangunan lain dan bahkan tempat ibadah agama lain. Bangunan itu memperlihatkan kemurnian dan kesesuaian penuh dengan roh agama Islam. Jelas Rasul Saw masih menyimpan memori tentang arsitektur bangunan gereja dan sinagog selama perjalanannya ke Syam. Tapi, pembangunan masjid tersebut sama sekali tidak meniru model bangunan lain.


Pada masa itu, dinding Masjid Nabawi terbuat dari tanah liat, pilar-pilarnya dari batang kurma, lantainya dari pasir, dan atapnya dari pelepah kurma. Ketika kaum Anshar mendatangi Rasulullah Saw dengan membawa harta untuk memperindah bangunan masjid, beliau bersabda, "Aku ingin seperti saudaraku Nabi Musa, masjidku cukup seperti arisy (gubuk tempat berteduh) Nabi Musa." Soal kesederhanaan arsitektur masjid, Rasul Saw menjelaskan bahwa usia manusia pendek dan kematian akan dengan cepat mendatangi mereka.

Sebagian dari beranda masjid digunakan untuk tempat tinggal orang-orang miskin. Kebanyakan mereka berasal dari kaum Muhajirin, yang telah meninggalkan semua harta bendanya di Makkah dan memilih hijrah ke Madinah demi membela kebenaran. Mereka kemudian dikenal dengan Ashabus Suffah (Orang-orang yang tinggal sementara di beranda Masjid Nabawi).

Bangunan yang didirikan bersamaan dengan pembangunan masjid adalah rumah Rasulullah Saw. Para sahabat kemudian juga membangun rumah-rumah di samping masjid, di mana pintu-pintunya memiliki akses langsung ke dalam masjid. Pada tahun ketiga Hijriyah, Rasul Saw memerintahkan penutupan semua pintu kecuali pintu rumah Ali bin Abi Thalib as.

Setelah Rasul Saw wafat, para khalifah memutuskan untuk memperluas Masjid Nabawi dan merenovasi bangunannya seiring bertambahnya jumlah populasi Muslim. Kegiatan ini dikerjakan dalam beberapa tahap dan berlanjut sampai berakhirnya Dinasti Abbasiyah. Ketika itu, luas Masjid Nabawi mencapai 9.000 meter persegi. Pada periode Utsmani, masjid ini mengalami beberapa kali perluasan dan renovasi, namun tindakan mendasar dimulai pada tahun 1265 H oleh Raja Abul Hamid I dan selama 13 tahun, Masjid Nabawi direnovasi dengan kokoh dan sangat menawan.

Hari ini, nama-nama para imam maksum, khalifah serta sejumlah sahabat dan tabiin yang terukir indah di dinding Masjid Nabawi, merupakan peninggalan era Utsmani. Salah satu dari nama itu adalah nama Imam Zaman yang ditulis Muhammad al-Mahdi. Kaligrafi nama Imam Mahdi bahkan menyimpan sebuah pesan tersembunyi. Dalam pahatan itu, huruf YA sengaja ditulis tidak sesuai dengan kaidah kaligrafi. Huruf YA itu akan menjadi sempurna jika disambungkan dengan huruf MIM yang terletak persis di atasnya. Dengan demikian terbentuk rangkaian huruf HA dan YA. Sehingga pahatan kaligrafi tersebut dapat dibaca Muhammad Al Mahdi Hayyun (Muhammad al-Mahdi masih hidup).

Pada periode Al Saud, Masjid Nabawi juga mengalami renovasi dan perluasan besar-besaran. Kota Madinah dengan adanya Masjid Nabawi memiliki sakralitas yang luar biasa. Rasulullah Saw bersabda, "Sesungguhnya Nabi Ibrahim menjadikan kota Makkah sebagai kota haram dan berdoa untuk warganya. Aku menjadikan Madinah sebagai kota yang haram juga." 

Read 1014 times