
کمالوندی
PM Kanada Diimbau untuk Buka Kedubes di Tehran
Mantan perdana menteri Kanada, Jean Chretien, menekankan pentingnya pembukaan kedubes negaranya di Tehran.
IRIB mengutip CTV News melaporkan, Chretien, mantan perdana menteri Kanada, Ahad (25/10/2015) dalam wawancara dengan CTV mengatakan, “Kanada harus membuka kedubesnya di Tehran.”
Jean Chretien mengatakan, dirinya akan mendorong Justin Trudeau, Perdana Menteri terpilih Kanada untuk membuka kedutaan besar di Iran.
Ditambahkannya, kerjasama dengan negara-negara akan mendatangkan manfaat dan hal ini harus dilakukan dengan dialog dan interaksi.
Chretien menegaskan, Trudeau harus menjalin hubungan dengan seluruh negara dunia dan termasuk Rusia dan Kuba, karena dia adalah sosok independen.
Menjawab pertanyaan apakah dengan pemerintahan baru, Kanada harus mengakhiri kehadirannya dalam aliansi anti-ISIS pimpinan Amerika Serikat, Chretien mengatakan, “Kanada secara tradisi ikut serta dalam berbagai misi gabungan di bawah komando NATO dan PBB.”(
Bendera Palestina Akan Berkibar di Markas PBB
PBB menyetujui sebuah resolusi yang menyerukan pengibaran bendera Palestina di markas badan dunia itu di New York.
Pada Kamis (10/9/2015), Majelis Umum PBB memutuskan bahwa bendera negara-negara pengamat non-anggota dari Palestina "akan dikibarkan di Kantor Pusat (PBB) dan Kantor-Kantor PBB di samping bendera negara-negara anggota."
Sebanyak 119 negara mendukung resolusi tersebut, delapan memilih menentang, dan 45 abstain.
Draf resolusi itu diserahkan kepada Majelis Umum pada tanggal 27 Agustus.
Resolusi tersebut meminta Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon untuk mengambil "langkah-langkah yang diperlukan" guna pelaksanaan keputusan. PBB dalam 20 hari harus melaksanakan keputusan tersebut.
Sebelum sesi voting, Duta Besar Palestina untuk PBB Riyad Mansour menyinggung pentingnya resolusi, dan mengatakan meskipun simbolik, langkah itu memberi "harapan kepada rakyat kami bahwa masyarakat internasional masih mendukung kemerdekaan negara Palestina."
Langkah tersebut ditentang Amerika Serikat dan Israel.
Uni Emirat Arab Putuskan Mundur dari Koalisi Anti-Yaman
Uni Emirat Arab memutuskan mundur dari koalisi anti-Yaman pimpinan Arab Saudi dan akan memulangkan semua pasukannya.
Emirates 71 pada Jumat (11/9/2015) melaporkan, setelah “Jumat kelam” (2/9/2015) dan tewasnya puluhan tentara Uni Emirat Arab di Yaman, pemerintah Emirat mendapat tekanan hebat dari masyarakat dan terpaksa merevisi keputusannya mengirim pasukan tempur ke Yaman.
Setelah keputusan itu, tidak ada lagi tentara Uni Emirat Arab yang akan dikirim ke Yaman dan semua pasukan yang berada di Yaman akan ditarik.
Berdasarkan laporan tersebut, para pengambil keputusan Uni Emirat Arab telah sampai pada kesimpulan bahwa intervensi militer darat bukan cara proporsional untuk membantu Yaman.
Pekan lalu, serangan roket pasukan Yaman ke pangkalan militer Safer, yang dijadikan basis untuk pasukan agresor di provinsi Ma’rib, menewaskan puluhan tentara Saudi, Bahrain, Uni Emirat Arab dan Qatar.
Crane Roboh di Mekkah, Puluhan Jamaah Wafat
Puluhan jamaah dilaporkan meninggal dunia akibat sebuah crane roboh di Masjidil Haram, Mekkah.
Menurut laporan wartawan IRIB, otoritas Arab Saudi pada Jumat (11/9/2015), menyatakan bahwa sedikitnya 87 jamaah meninggal dunia karena tertimpa crane yang roboh di Masjidil Haram dan lebih dari 180 mengalami luka-luka.
Peristiwa itu terjadi di tengah cuaca buruk yang melanda kota Mekkah dan hanya beberapa hari sebelum jamaah memulai ibadah haji.
Hamas-Jihad Islam Tekankan Penguatan Pendekatan Resistensi
Pejabat-pejabat senior Gerakan Muqawama Islam Palestina (Hamas) dan Gerakan Jihad Islam Palestina menekankan penguatan pendekatan resistensi.
Musa Abu Marzuk, anggota senior Hamas dan Ramadhan Abdullah Shalah, Sekretaris Jenderal Gerakan Jihad Islam dalam pernyataan pada Jumat (11/9/2015) menegaskan penguatan hubungan strategis dua gerakan ini.
Menurut Paletine Alaan, Hamas dan Jihad Islam menyerukan peningkatan pendekatan resistensi di Palestina.
Disebutkan pula bahwa Masjid al-Aqsa dan Baitul Maqdis menghadapi berbagai ancaman dari rezim Zionis Israel dan kondisi Palestina saat ini sensitif.
Selain itu, Hamas dan Jihad Islam menyambut penundaan pertemuan Dewan Nasional Palestina dan sepakat tentang upaya untuk membenahi kepemimpinan Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).
Sebelumnya, Salim Zanoun, Ketua Dewan Nasional Palestina pada Rabu mengatakan, pertemuan Dewan Nasional yang rencananya akan digelar pada pertengahan September ditunda menyusul tuntutan kelompok-kelompok Palestina dan untuk pelaksanaan konsultasi-konsultasi lanjutan.
Menurutnya, setelah dilakukan konsultasi yang lebih matang, pertemuan Dewan Nasional Palestina akan diselenggarakan tiga bulan mendatang.
AS: 200 Marinir Rusia Berada di Suriah
Dua pejabat Amerika Serikat menyatakan bahwa Gedung Putih berpendapat, Rusia telah menempatkan 20 personil maritimnya di Suriah untuk mempersiapkan sebuah pangkalan udara di Lattakia.
Tasnim News mengutip Reuters melaporkan, Jumat (11/9/2015), dua pejabat yang tidak ingin nama mereka dipublikasikan itu mengatakan, jumlah pasukan Rusia dalam beberapa hari terakhir meningkat. Diklaim bahwa pasukan Rusia sedang mempersiapkan pangkalan udara di Suriah.
Sebuah sumber yang dekat dengan pasukan angkatan laut Rusia mengatakan bahwa sebuah skuadron yang terdiri dari lima kapal tempur Rusia yang dilengkapi dengan rudal-rudal akan dikerahkan untuk menggelar manuver di perairan Suriah.(
50 Teroris ISIS Lari dari Kelompok Tersebut
Lebih dari empat lusin anggota kelompok teroris Takfiri ISIS telah meninggalkan kelompok tersebut setelah pasukan pemerintah Irak yang didukung oleh para pejuang relawan dari Unit Mobilisasi Rakyat terus maju dan merebut kembali banyak daerah yang sebelumnya dikontrol ISIS.
Sejumlah sumber yang berbicara secara anonim, kantor berita al-FORAT pada Jumat (11/9/2015) mengatakan bahwa 50 teroris ISIS dari Shirqat, terletak sekitar 300 kilometer (190 mil) utara ibukota, Baghdad, telah mencukur kepala dan jenggot mereka, dan meninggalkan kota itu menuju lokasi yang tidak diketahui.
Sumber menambahkan ISIS memberlakukan jam malam di Shirqat dan melancarkan operasi untuk menangkap para desertir.
Secara terpisah, sedikitnya 36 teroris ISIS tewas dan 40 lainnya terluka selama pertempuran sengit dengan pejuang Kurdi Peshmerga dekat kota Daquq, di 180 kilometer (111 mil) utara Baghdad.
Seorang pejabat keamanan secara anonim mengatakan, para teroris ISIS meninggalkan mayat rekan-rekan mereka dan melarikan diri. Tiga pejuang Peshmerga juga tewas dan 20 orang lainnya terluka, termasuk Sekretaris Partai Komunis Kurdistan Mohammed Haji Mustafa.(
Larijani: Iran Ingin Ciptakan Kehidupan Damai dan Keamanan di Kawasan
Ketua Parlemen Republik Islam Iran, Ali Larijani saat diwawancarai Koran Jerman, Frankfurter Allgemeine menyebut tujuan Iran adalah perdamaian, hidup berdampingan dengan damai dan keamanan permanen di Timur Tengah. “Banyak isu di Timur Tengah yang dapat diselesaikan melalui jalur politik,” papar Larijani.
Larijani di wawancaranya dengan Koran Frankfurter Allgemeine edisi Kamis (10/9) menekankan, untuk menyelesaikan isu regional harus digalang kerjasama kolektif dan opsi militer tidak akan berhasil.
Saat menjawab pertanyaan terkait persaingan Iran dan Arab Saudi, Larijani mengatakan, “Kami melihat hubungan dengan mereka bukan dalam bingkai persaingan. Arab Saudi adalah saudara kami, namun mereka jangan berharap dukungan kami atas kesalahan yang dibuatnya di kawasan.”
Ketua parlemen Iran menyebut Yaman dan Bahrain sebagai contoh kesalahan Arab Saudi di kawasan dan menekankan, Riyadh mampu menyelesaikan kendala ini melalui jalur diplomatik.
Seraya menekankan bahwa banyak kendala dan isu di kawasan yang dapat diselesaikan melalui opsi damai, Larijani mengingatkan, “Setiap solusi bagi Suriah harus memperhatikan tuntutan rakyat negara ini.”
Larijani juga memperingatkan bahwa kehancuran Suriah akan menjadi sebuah hadiah bagi teroris. Menurutnya selama sepuluh tahun terakhir, setiap peperangan dan invasi di kawasan, mulai dari Afghanistan hingga Irak dan Suriah, pasti akan muncul kelompok teroris baru dan peristiwa ini dapat terulang di Yaman yang saat ini dilanda perang.
Ketua parlemen Iran seraya menjelaskan bahwa Iran merupakan satu-satunya negara yang secara serius memerangi terorisme menambahkan, “Sejumlah negara mengatakan tengah berperang melawan terorisme, namun sejatinya mereka malah membantu fenomena buruk ini dan ada bukti yang menunjukkan bahwa sebagian negara melalui perantara telah menyalurkan bantuannya kepada teroris.”
Larijani juga menyinggung kesepakatan nuklir antara Republik Islam Iran dan Kelompok 5+1 dan menandaskan, “Kesepakatan Wina dapat diterima, tapi harus diingat bahwa pemerintah Amerika Serikat tidak pernah mengakhiri permusuhan dengan kami dan juga masih tetap memaksakan berbagai tuntutan yang tidak bukan saja tidak memiliki dasar logika, bahkan tidak juga memiliki landasan hukum serta teknis. Namun demikian Republik Islam Iran berhasil menggapai tujuannya.”
Ketika menjawab pertanyaan terkait kemungkinan hubungan Iran dan Amerika, Larijani menjelaskan, “Masalah ini berkaitan dengan AS. Seperti yang dijelaskan oleh pemimpin besar Iran bahwa kesepakatan nuklir dalam hal ini merupakan sebuah ujian.” (
Iran Peringatkan Ancaman Nuklir Israel
Reza Najafi, wakil tetap Republik Islam Iran di Badan Energi Atom Internasional (IAEA) saat hadir di sidang Dewan Gubernur memperingatkan ancaman senjata nuklir rezim Zionis Israel.
Usai berakhirnya sidang periodik Dewan Gubernur IAEA, Reza Najafi saat diwawancarai wartawan IRIB di Wina mengisyaratkan bahwa pembahasan pelaksanaan safeguards di Timur Tengah merupakan salah satu isu sidang hari Kamis (10/9). “Ini merupakan resolusi yang bakal digulirkan di sidang Majelis Umum IAEA pekan depan dan diambil voting,” papar Reza Najafi.
Seraya mengisyaratkan bahwa Iran sebagai ketua Gerakan Non-Blok (GNB) telah membacakan statemen berkaitan dengan masalah ini di Wina. “Di statemen ini disebutkan bahwa seluruh negara di Timur Tengah bergabung dengan NPT dan melaksanakan safeguards IAEA. Israel merupakan satu-satunya pihak yang bukan anggota IAEA dan menolak bergabung dengan NPT serta tidak bersedia menyerahkan instalasi nuklirnya berada di bawah pengawasan IAEA,” tegas Reza Najafi.
Dubes Iran di IAEA lebih lanjut mengungkapkan, “Di sidang periodik Dewan Gubernur, kami kembali menyatakan dukungan terhadap prakarsa kelompok negara-negara Arab yang juga diisyaratkan di dokumen GNB berkaitan dengan masalah ini. Dan di KTT GNB di Tehran, seluruh negara anggota mendukung digulirkanya isu kemampuan nuklir Israel di sidang umum IAEA.”
Sidang periodik Dewan Gubernur IAEA berakhir hari Kamis setelah empat hari pertemuan maraton dan padat. (
Ayatullah Kermani: Jika Barat Tidak Patuhi JCPOA, Iran Juga Akan Bersikap Sama
Khatib shalat Jumat Tehran (11/9/2015), Ayatulah Muhammad Ali Movahedi Kermani, kepada para pejabat [bidang] nuklir negara, mengimbau mengerahkan seluruh kemampuan dan kewaspadaan mereka untuk menyukseskan Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) sesuai dengan kepentingan rakyat Iran.
Ayatullah Kermani menyinggung proses pembahasan JCPOA di Iran dan mengatakan, “Berkat keberanian dan inovasi para ilmuwan nuklir Iran, Barat terpaksa untuk menerima pengoperasian beberapa ribu mesin sentrifugal di Iran.”
Seraya menjelaskan bahwa parlemen Republik Islam Iran harus membahas dengan teliti JCPOA dan kinerja AS di hadapan kesepakatan tersebut, Ayatullah Kermani menambahkan, “Permusuhan Amerika Serikat dengan Islam dan Iran akan tetap ada.”
Terkait pernyataan sejumlah pejabat Amerika Serikat soal upaya mempertahankan koridor sanksi anti-Iran meski tercapainya JCPOA, Ayatullah Kermani menegaskan, “Jika pihak seberang tidak mematuhi kesepakatan, Republik Islam Iran juga akan menunjukkan sikap yang sama.”
Lebih lanjut dijelaskannya, “Apa yang telah diterima Iran dalam JCPOA dapat direvisi dan Republik Islam akan teguh pada sikapnya. Orang-orang Amerika Serikat sedang mengupayakan infiltrasi di Iran islami, tanpa mereka menyadari bahwa Rahbar [Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayyid Ali Khamenei] telah menutup seluruh celah infiltrasi tersebut.”
Ayatulah Movahedi Kermani juga menyinggung transformasi di Yaman dan agresi Saudi, menegaskan, “Hati umat Muslim dunia terluka akibat kejahatan rezim al-Saud di Yaman.”
Terkait krisis di Irak dan Suriah, serta pengungsian ribuan warga Suriah akibat kejahatan kelompok teroris ISIS, Ayatullah Kermani mengatakan, “Klaim Amerika Serikat soal tekadnya untuk memberantas ISIS, sepenuhnya bohong, karena AS sendiri adalah pendukung ISIS.”