کمالوندی

کمالوندی

Tidak ada yang dapat memungkiri mengenai keagungan, keutamaan dan kemuliaan Sayyidah Fatimah as. Ali Syariati mengatakan, "Saya tidak dapat mengungkapkan apapun mengenai Fatimah, kecuali satu hal, Fatimah adalah Fatimah." Dalam kitab-kitab klasik Syiah maupun kontemporer kita menemukan bejibun pernyataan, syair, puisi yang mencoba memuji keutamaan Sayyidah Fatimah as, namun kesemuanya itu tidak mampu mewakili keutuhan pribadi Sayyidah Fatimah as. Nabi Muhammad Saw berkenaan dengan putri tercintanya pernah bersabda, "Jika semua kebaikan dikumpulkan dan diletakkan disebuah tempat, maka az Zahra masih jauh lebih baik dari semua kebaikan tersebut." Yang bisa kita ketahui dari apa yang dimaksudkan Nabi Saw tersebut, penjelasan dan gambaran apapun yang dikemukakan tidak bisa mewakili kemuliaan dan keagungan hadhrat Fatimah az Zahra as.

Literarur Ahlus Sunnahpun tidak luput dari menceritakan sebagian dari keutamaan Sayyidah Fatimah az Zahra as tersebut. Jalaluddin Suyuti dalam kitab ال‍ث‍غ‍ور ال‍ب‍اس‍م‍ه‌ ف‍ی‌ ف‍ض‍ائ‍ل‌ ال‍س‍ی‍ده‌ ف‍اطم‍ه‌ (kitab yang ditulis khusus berkenaan dengan Sayyidah Fatimah as mengenai fadilah-fadilah beliau baik sebelum hijrah maupun setelah hijrah, serta kumpulan hadits-hadits yang diriwayatkan Sayyidah Fatimah maupun nukilan ucapan-ucapan beliau) menulis: "Kami berkeyakinan, sebaik-baik perempuan seluruh alam adalah Bunda Maryam dan Sayyidah Fatimah." Syaikh Mahmud Afandi Alusi yang lebih dikenal dengan nama Syaikh Al Alusi dalam kitab tafsirnya Ruh al Ma'ani pada jilid 3 hal. 138 menulis, "Fatimah lebih utama atas semua perempuan baik yang terdahulu maupun yang akan datang. Adalah sabda Rasulullah Saw yang menunjukkan keutamaan Fatimah atas semua perempuan adalah sesuatu yang pasti (tidak ada keraguan didalamnya), karena beliau adalah ruh dan jiwa Rasulullah, bahkan lebih utama dari Aisyah sekalipun."

Syaikh Fakhr al Din al Razi dalam magnum opusnya 'Tafsir al Kabir' menjelaskan mengenai makna al Kautsar (anugerah yang melimpah) dalam surah al Kautsar. Beliau menulis, "Surah al Kautsar turun untuk membantah mereka yang berpandangan bahwa Nabi Muhammad Saw tidak akan memiliki keturunan. Oleh karena itu surah tersebut berkenaan mengenai karunia yang Allah SWT berikan kepada Nabi Muhammad Saw berupa keturunan yang akan terjaga sepanjang zaman. Perhatikan, betapa banyak dari keluarganya yang terbunuh, namun orang-orang berilmu dari kalangan keturunan Rasulullah Saw sangat banyak dan melimpah. Dan tak seorangpun dari keluarga Bani Umayyah yang mampu menyaingi salah satupun dari keluarga Nabi. Dan perhatikan pula, dari keturunan Nabi lahir ulama-ulama besar seperti al Baqir, as Shadiq, al Kadzim dan ar Ridha serta Nafs Zakiah (nama aslinya Muhammad bin Abdullah bin al Hasan, salah seorang keturunan imam al Hasan as yang pada tahun 145 H syahid di masa pemerintahan al Manshur)." (Tafsir al Kabir, jilid 32, hal. 124). Jadi dalam kitab tafsirnya tersebut, ulama mufassir Sunni ini menyebutkan, bahwa anugerah melimpah dari Allah SWT untuk nabi Muhammad Saw yang dimaksud adalah keturunan yang dimulai dari Sayyidah Fatimah az Zahrah yang lahir dari beliau ulama-ulama dan pejuang-pejuang Islam yang menegakkan dan menjaga agama dari berbagai anasir yang hendak merusak dan menodainya. Hal yang sama juga dikemukakan oleh An Naisabury dalam Kitab Gharaib Al Qur’an Wa Raghaib Al Furqan jilid 8, hal. 576.

Salam atasmu duhai putri sebaik baiknya makhluk, salam atasmu wahai putri nabi, salam atasmu wahai istri al-washi, salam bagimu duhai ibu al-Hasan dan al-Husain, salam atasmu wahai wanita suci yang dizhalimi dan diambil haknya, salam bagi ruh dan jasadmu yang suci nan semerbak dari lisan yang penuh dengan dosa ini…

Salam bagimu.....

Selasa, 11 Juni 2013 07:02

Imam Ali as Teladan Untuk Semua

Subuh tanggal 19 Ramadhan hati Imam Ali as bergetar petanda akan terjadi sebuah peristiwa besar. Berkali-kali beliau keluar dari kamarnya dan menatap langit sembari menitikkan air mata. Kepada dirinya Imam Ali berkata, "Malam ini adalah malam yang telah dijanjikan." Beliau kemudian mengingat ucapan Rasulullah yang disampaikan kepadanya di bulan Ramadhan. Rasul berkata, "Akan terjadi peristiwa getir yang menimpamu di bulan ini. Aku melihatmu tengah melaksanakan shalat ketika seorang paling celaka di muka bumi menghantam kepalamu dengan pedang sehingga jenggotmu bersimbah darah yang bercucuran dari kepalamu." (‘Uyun Akhbar ar-Ridha, jilid 1, hal 297) Subuh hari itu tengkuk kepala Imam Ali terbelah setelah disabet pedang yang telah dilumuri racun milik Abdurrahman bin Muljam di mihrab masjid Kufah. Darah membasahi seluruh wajah Imam Ali as, namun terdengar dari lisannya beliau berkata, "Demi Allah pemilik Ka'bah! Aku Beruntung." Tiga hari kemudian pada Subuh tanggal 21 Ramadhan tahun 40 Hijrah, Imam Ali as meninggalkan dunia yang fana menemui penciptanya. Sejak waktu itu anak-anak yatim menjadi sedih, tidak mendengarkan langkah-langkah Imam Ali as menuju mereka. Anak-anak yatim harus meyakinkan dirinya bahwa tidak ada orang lagi yang dapat diajak bermain. Karena selama ini mereka dengan gembira bermain menaiki punggung Imam Ali as. Sementara orang-orang miskin baru mengetahui bahwa orang asing yang setiap malam membawakan roti dan korma kepada mereka telah tiada. Kebun kurma yang biasanya didatangi Imam Ali di malam-malam untuk bermunajat sudah tidak dapat mendengar lagi lirihnya munajat beliau. Semua merasa kehilangan. Pengaruh wujud sebagian tokoh besar terkadang berlanjut hingga beberapa waktu. Tapi sangat jarang ada tokoh dalam sejarah yang berpengaruh untuk segala masa. Berlalunya waktu tidak dapat menghilangkan mereka dari ingatan. Salah satunya adalah Imam Ali as. Beliau untuk semua. GibranKhalil Gibran, penulis Lebanon yang meskipun memeluk Kristen, tapi ia begitu terpikat dengan pribadi Imam Ali as. Sekaitan dengan Imam Ali as, ia menulis, "Saya tidak habis pikir bagaimana ada orang yang mendahului masanya. Menurut keyakinan saya, Ali bin Abi Thalib bukan hanya untuk masanya. Ia pribadi yang senantiasa berada di sisi jiwa yang menguasai wujud." Potensi wujud dan fitrahnya yang sudi membuat Imam Ali as istimewa di setiap dimensi kemanusiaannya. Beliau berada di atas semua masa dan generasi. Ali bin Abu Thalib dibesarkan oleh pribadi besar seperti Rasulullah Saw yang membuatnya sampai pada keadilan dan ketakwaan yang tinggi. Allamah Syahid Murtadha Muthahhari dalam bukunya "Daya Tolak dan Tarik Imam Ali as" menulis: "Imam Ali as benar-benar wujud yang adil dan seimbang. Ia mampu mengumpulkan seluruh kesempurnaan manusia. Ia memiliki pemikiran yang dalam dan afeksi yang lembut. Di siang hari mata manusia menyaksikan pengorbanan yang dilakukannya dan telinga mereka mendengarkan nasihat-nasihat penuh hikmahnya. Sementara di malam hari bintang-bintang menyaksikan air matanya yang menetes saat beribadah dan langit mendengarkan munajat penuh cintanya. Imam Ali as adalah seorang bijak dan arif. Ia pemimpin sosial, sekaligus tentara, buruh, orator dan penulis. Pada intinya, Imam Ali as adalah seorang manusia sempurna dengan segala keindahannya." Apa sebenarnya yang menyebabkan pribadi Imam Ali as masih menarik perhatian hati manusia setelah berlalu berabad-abad dan akal senantiasa memujinya? Rahasia keabadian Imam Ali as terletak pada hubungannya yang terus menerus dengan Allah. Hubungan ini yang membuatnya melewati ruang dan waktu. Setiap hati manusia pasti mencintainya. Karena beliau punya hubungan sangat dalam dengan kebenaran. Dari sini, setiap fitrah yang masih suci dan sehat serta punya kecenderungan meraih hakikat, sudah barang tentu akan memuji Imam Ali as dan mencintainya. Imam Ali as adalah contoh nyata orang yang berjalan di jalan yang lurus. Orang-orang jujur dalam berbuat dan berkata. Ketika berada di puncak kekuasaan, maka akan dimanfaatkan sebagai alat untuk menghidupkan kebenaran. Kekuasaan yang dimiliki menjadi sarana bagi pertumbuhan keutamaan manusia dan menciptakan keadilan. Terkadang kita menyaksikan beliau menghadapi orang-orang yang begitu mencintai dunia, tapi terkadang beliau harus menghadapi orang-orang munafik dan di lain waktu harus memerangi orang-orang yang ingin menipu masyarakat dengan simbol-simbol agama. Imam Ali as memerintah dengan gaya yang sangat merakyat dan keadilan merupakan ciri khasnya. Tidak ada yang dapat mempengaruhinya dalam menegakkan keadilan, sekalipun itu keluarganya sendiri. Gaya hidup Imam Ali as dalam kehidupan sehari-hari bersumber dari cara pandangnya terhadap dunia dan bagaimana menghadapinya. Dunia dan alam diciptakan oleh Allah dengan sangat indah. Langit, bumi, laut, gunung, awan dan angin semua merupakan tanda-tanda kebesaran Allah Swt. Imam Ali as juga mencintai dunia dan alam sebagai tanda-tanda kebesaran Allah. Dalam sejarah disebutkan bagaimana Imam Ali as begitu mencintai mata air, kebun dan sawah. Beliau memanggul pohon korma untuk di tanam di kebun. Beliau menggali sumur seorang diri guna mengairi korma-korma itu. Itulah mengapa dalam satu ucapannya Imam Ali as mencela orang yang mencaci dunia. Imam Ali as berkata: "Dunia tempat kejujuran bagi orang-orang yang jujur, tempat yang sehat bagi mereka yang mengenal dunia rumah sehat dan dunia tempat yang tidak dibutuhkan bagi mereka yang telah memiliki bekal... Dunia adalah tempat penyembahan kepada Allah bagi mereka yang mencintai-Nya dan tempat shalat para malaikat... Dunia adalah pasar untuk mencari untung bagi para pecinta Allah dan di dunia mereka meraih rahmat Allah serta memiliki surga yang kekal." (Nahjul Balaghah, hikmah 131) Dengan dasar ini, Imam Ali as memandang dunia sebagai pengantar bagi akhirat agar jangan sampai kita telah bersusah payah di dunia, tapi ternyata tidak mendapatkan apa-apa di akhirat. Dunia adalah tempat ujian dan sarana untuk meluncur meraih puncak kesempurnaan. Dunia merupakan pasar dimana orang-orang beriman memanfaatkan segala kemampuan materi dan spiritualnya untuk mencapai derajat kemanusiaan yang tinggi. Mereka melayani, memperluas keadilan dan melindungi kehormatan manusia demi menciptakan masyarakat yang bahagia. Dunia menurut Imam Ali as akan bernilai dan mulia selama tetap pada fungsinya sebagai alat untuk melayani masyarakat, menciptakan keadilan dan memperkuat fondasi perdamaian. Cara pandang terhadap dunia yang diajarkan Imam Ali as membuat beliau sendiri menjadi seorang pejuang gigih dalam melawan kezaliman dan ketidakadilan. Beliau melawan setiap bentuk penindasan demi mengembalikan hak-hak orang tertindas. Tapi pada saat yang sama, cara pandang beliau terhadap dunia membuatnya berpanas-panas untuk menanam korma dan hasilnya dipergunakan untuk memenuhi kebutuhan orang-orang miskin. Tapi bila dunia dijadikan tujuan dan berhadap-hadapan dengan akhirat, maka ini akan menjadi penghalang besar bagi manusia untuk meraih kesempurnaan. Bila di dunia ini tujuan mulia manusia ditumpas dan manusia ditawan dan bila ajaran langit, perasaan manusia dan moral terbakar dalam api kekuasaan dan kekayaan, maka pada waktu itu dunia menjadi tercela. Imam Ali as berperang dengan dunia yang dipandang dengan cara seperti ini. Dunia seperti inilah yang dilukiskan begitu hina dan buruk oleh Imam Ali as. Terkadang beliau menyamakan dunia dengan ular yang tampaknya indah, tapi sangat berbisa. Di lain kesempatan beliau mengatakan dunia di mataku lebih hina dari tulang babi yang berada di tangan seorang yang berpenyakit kusta atau daun yang tak bernilai di mulut belalang. Di sini Imam Ali as memulai perjuangannya melawan dunia. Imam mengingatkan dunia dapat menjadi tempat manusia tergelincir dan tertinggal dari jalan Allah menuju kesempurnaan. Oleh karena itu orang-orang yang beriman harus melihat dunia sebagai tempat penyeberangan menuju akhirat.

Selasa, 11 Juni 2013 07:00

Imam Hasan as, Suluh Penerang Umat

Imam Hasan as adalah cucu pertama Rasulullah Saw dari Ali bin Abi Thalib as dan Sayidah Fathimah as. Beliau lahir pada pertengahan bulan Ramadhan tahun ke-3 Hijriah di kota Madinah. Ketika Rasul Saw diberi kabar tentang kelahiran cucu pertamanya itu, wajah beliau berseri-seri dan hatinya dipenuhi rasa gembira. Beliau bergegas menuju rumah Sayidah Fathimah as untuk melihat langsung cucunya itu. Sayidah Fathimah as langsung menyerahkan Imam Hasan as yang masih bayi kepada Rasulullah Saw. Setelah menggendongnya, Rasul Saw kemudian membacakan azan di telinga kanan dan iqamah di telinga kiri Imam Hasan as. Ketika itu, malaikat Jibril as turun dan menyampaikan perintah Allah Swt kepada beliau agar menamakan cucu pertamanya dengan Hasan, yang berarti baik dan terpuji.

Imam Hasan as senantiasa mendampingi Rasulullah Saw. Terkadang ia duduk di pangkuan Nabi, terkadang pula beliau memikul cucu kesayangannya itu di pundaknya. Setiap kali wahyu turun, ia pun mendengar langsung dari bibir Rasulullah Saw dan menukilkannya untuk sang ibu, Sayidah Fathimah as. Semasa hidupnya, Nabi Saw menunjukkan kecintaan beliau yang sangat besar kepada anak-anak Fathimah. Suatu kali, Fathimah as datang ke rumah Nabi dengan membawa dua putranya Hasan dan Husein. Kepada ayahnya, Fathimah as berkata, "Ayah, ini adalah dua putramu. Berilah mereka sesuatu yang akan selalu menjadi pengingatmu." Kemudian Nabi Saw bersabda, "Hasan akan mewarisi kewibawaan dan keberanianku, sedangkan Husein akan memperoleh kedermawanan dan keberanianku."

Sejatinya, keistimewaan terbesar yang dimiliki Imam Hasan as adalah kepribadian beliau yang begitu mirip dengan Rasulullah Saw. Meski ia adalah cucu Nabi Saw, namun beliau selalu menyebut Imam Hasan as sebagai putranya. Seluruh ulama dan sejarawan Muslim juga meyakini hal itu. Imam Hasan as hanya beberapa tahun saja hidup sezaman dengan Rasulullah Saw. Ketika ia beranjak usia tujuh tahun, datuk tercintanya, Nabi Muhammad Saw pergi memenuhi panggilan Ilahi. Setelah kepergian Rasul, ia mendampingi ayahnya, Imam Ali as selama 30 tahun. Setelah syahidnya sang ayah, Imam Hasan as memegang tampuk kepemimpinan umat selama 10 tahun.

Selama masa hidupnya, Imam Hasan as selalu dikenal sebagai pribadi yang dermawan, penenang setiap kalbu yang didera kesusahan, dan pengayom kaum fakir-miskin. Tak ada seorang miskin pun yang datang mengadu kepadanya lantas kembali dengan tangan hampa. Terkadang, jauh sebelum si miskin mengadukan kesulitan hidupnya, Imam telah terlebih dahulu membantu mengatasinya dan tak membiarkannya harus merasa hina lantaran meminta bantuan. Imam Hasan as berkata, "Memberi sebelum diminta adalah kebesaran jiwa yang teragung." Imam Hasan as adalah pribadi yang sangat agung, penyabar, sangat berwibawa dan teguh pendirian. Ia juga dikenal sebagai tokoh yang sangat pemberani. Ketinggian ilmu dan hikmah beliau membuat kagum siapapun serta sangat bijak dalam memutuskan suatu perkara.

Sepanjang hidupnya, Imam Hasan as senantiasa berkiprah untuk membimbing dan mencerahkan masyarakat. Metode pendekatan beliau dengan seluruh warga – bahkan dengan musuh – sangat indah dan menyita perhatian semua orang. Dikisahkan bahwa suatu hari, Imam Hasan as berjalan di tengah keramaian masyarakat. Tiba-tiba di tengah jalan beliau bertemu dengan orang tak dikenal yang berasal dari Syam. Pendatang itu ternyata seorang yang sangat membenci Ahlul Bait Nabi as. Mulailah ia mencaci maki Imam Hasan. Beliau tertunduk diam tidak menjawab sepatah kata pun terhadap cacian itu, hingga orang tersebut menuntaskan hinaannya.

Setelah itu, Imam Hasan as membalasnya dengan senyuman, lantas mengucapkan salam kepadanya sembari berkata, "Wahai kakek, aku kira engkau seorang yang asing. Bila engkau meminta pada kami, kami akan memberimu. Bila engkau meminta petunjuk, aku akan tunjukkan. Bila engkau lapar, aku akan mengenyangkanmu. Bila engkau tidak memiliki pakaian, aku akan berikan pakaian. Bila engkau butuh kekayaan, aku akan berikan harta. Bila engkau orang yang terusir, aku akan mengembalikanmu. Dan bila engkau memiliki hajat yang lain, aku akan penuhi kebutuhanmu."

Mendengar jawaban seperti itu, kakek tersebut terperanjat dan terkejut, betapa selama ini ia keliru menilai keluarga Nabi Saw. Sejak saat itu, dia sadar bahwa Muawiyah telah menipu dirinya dan masyarakat lain. Bahkan Muawiyah telah menyebarkan isu dan fitnah tentang ihwal Ali bin Abi Thalib as dan keluarganya. Terkesima oleh jawaban Imam as, kakek itu pun menangis dan berkata, "Aku bersaksi bahwa engkau adalah khalifah Allah Swt di muka bumi ini, dan sesungguhnya Allah Maha Tahu kepada siapa risalah-Nya ini hendak diberikan. Sungguh sebelum ini engkau dan ayahmu adalah orang-orang yang paling aku benci dari sekalian makhluk Tuhan. Tapi, sekarang engkau adalah orang yang paling aku cintai dari segenap makhluk-Nya." Lelaki tua itu akhirnya diajak oleh Imam Hasan as ke rumahnya dan beliau menjamunya sebagai tamu kehormatan hingga ia pamit untuk pulang.

Sebuah kisah populer juga menyebutkan bahwa suatu hari, Imam Hasan as dan Imam Husein as berjalan menuju masjid. Tiba-tiba mereka menyaksikan seorang kakek yang sedang berwudhu. Namun, tata cara wudhunya tidak benar. Imam Hasan as berpikir sejenak, bagaimana cara menunjukkan wudhu yang benar kepada kakek tersebut tanpa harus menyinggung perasaannya. Kemudian, keduanya mendatangi kakek tersebut seolah-olah mereka sedang bertengkar tentang wudhu siapakah yang benar. Masing-masing berujar, "Wudhumu tidak benar! Kemudian keduanya berkata pada kakek tersebut, "Wahai kakek, berilah keputusan yang bijak untuk kami berdua, mana di antara kami yang wudhunya benar." Kemudian, mulailah keduanya berwudhu. Lantas kakek itu mengatakan, "Wudhu kalian semua sudah benar." Kemudian kakek itu menunjuk kepada dirinya sendiri dan berkata, "Hanya kakek yang bodoh inilah yang tidak benar wudhunya, dan kini telah belajar dari kalian berdua."

Dalam perspektif Islam, golongan kaya memikul tanggung jawab yang berat terhadap kaum fakir dan miskin. Mereka dituntut untuk selalu berusaha memenuhi kebutuhan orang-orang tak mampu di tengah masyarakat. Para nabi dan kekasih Allah Swt tidak hanya memberikan petuah untuk bersikap dermawan, tapi mereka juga mempraktekkan dalam kehidupannya dan menjadi contoh yang patut diteladani. Imam Hasan as dikenal sebagai Karim Ahlul Bait, yang berarti pemilik sifat dermawan, mulia, dan utama. Kata Karim dalam berbagai ayat dan riwayat adalah sekumpulan keutamaan dan sifat terpuji dan menjadi pembeda seseorang dengan yang lain.

Sejarah menyebutkan bahwa Imam Hasan as pernah dua kali menginfakkan seluruh hartanya di jalan Allah Swt dengan membantu orang-orang yang membutuhkan. Beliau juga tiga kali mendermakan setengah dari hartanya, separuh untuk dirinya dan setengah lainnya diinfakkan di jalan Allah. Keteladanan inilah yang menyebabkan Imam Hasan dikenal sebagai Karim Ahlul Bait. Beliau dengan keluhuran akhlaknya memberikan ketentraman di hati orang yang membutuhkan dan melindungi kaum lemah. Setiap fakir yang datang ke rumahnya pasti pulang dengan membawa sesuatu dari pemberian Imam Hasan as. Bahkan sering kali sebelum seorang fakir membuka mulut untuk meminta pertolongan darinya, Imam Hasan as langsung membantunya.

Sumber-sumber sejarah menyebutkan, ketika Imam Ali gugur syahid, Imam Hasan as berpidato di Masjid Kufah dan mengingatkan kedudukan mulia Ahlul Bait Nabi as serta pengorbanan mereka demi kejayaan Islam. Setelah menyampaikan khutbahnya, akhirnya beliau dibaiat oleh umat Islam pada 21 Ramadhan 40 Hijriah sebagai Imam dan Khalifah umat Islam. Selanjutnya baiat kepada Imam Hasan as mulai menyebar dari Kufah ke kota-kota lainnya seperti, Basrah dan seluruh wilayah Irak, Hijaz dan Yaman.

Akhirnya Imam Hasan as resmi menggantikan kedudukan Imam Ali sebagai khalifah umat Islam, namun akibat krisis yang dikobarkan oleh Dinasti Umawiyah, pemerintahan Imam Hasan tidak bertahan lama. Setelah baiat terhadap Imam Hasan diambil dari seluruh wilayah Islam, Muawiyah bin Abi Sufyan bangkit menentang beliau. Imam Hasan setelah memberikan nasehat kepada Muawiyah dan sikap keras kepala anak Abu Sufyan ini maka beliau terpaksa memerangi penguasa Syam ini. Setelah kembali ke kota Madinah, Imam Hasan sekitar delapan tahun mengabdikan dirinya di bidang budaya dan sosial. Karena umat Islam sangat memerlukan revolusi budaya. Pada tahun 50 Hijriah atas skenario busuk Muawiyah, Imam Hasan as diracun dan beliau gugur syahid pada usia 48 tahun.

Al Husain bin Muhammad meriyatkan dari Ahmad bin Ishaq dari Sa'dan bin Muslim dari Muawiyah bin Umar yang berkata,"Saya bertanya kepada Imam Shadiq as mana yang lebih utama, seseorang yang mendengarkan perkataan anda dan menyampaikan kepada manusia atau ahli ibadah yang tidak melakukan itu?. Imam Shadiq as menjawab, "Seseorang yang menyampaikan perkataan kami sehingga membekas di dalam hati umat Syiah jauh lebih utama dari seribu ahli ibadah." (Al Kafi, jilid 1, hal. 33)

Abu Muhammad Ismail

 

Pendahuluan

Sunnah -yang di sisi muslim Syiah bermakna perkataan, perbuatan dan penetapan Maksumin as- adalah sumber rujukan kedua untuk mengenal dan mempelajari agama Islam setelah al-Qur'an.

Sunnah (sering juga disebut hadits) perannya sebagai penjelas dan pendamping al-Qur'an, sehingga menjadi sumber rujukan para fukaha dan ulama untuk menetapkan ahkam syar'i dan masalah-masalah fikih.

Nabi Saw dan para Aimmah as sangat menekankan dan menganjurkan kepada kaum muslimin untuk mempelajari dan menghafal hadits-hadits yang dengan itu sunnah dapat terjaga dan tersampaikan kepada setiap generasi.

Berikut diantara hadits-hadits Maksumin as yang menekankan kepada kaum muslimin untuk mempelajari sunnah.

Mempelajari Hadits:

Jabir meriwayatkan dari Imam Ja'far Shadiq as yang bersabda, "Wahai Jabir, demi Allah satu hadits yang engkau pelajari dari seseorang yang terpercaya mengenai halal dan haram adalah lebih besar nilainya dari tempat dimana matahari terbit dan terbenam." (Bihar al Anwar, jilid 2, hal. 146).

Menghafal Hadits:

Rasulullah Saw bersabda, "Barangsiapa dari ummatku yang menghafal 40 hadits yang bermanfaat baginya dalam urusan agama, Allah Azza wa Jalla akan membangkitkannya pada hari kiamat sebagai faqih dan alim." (Bihar al Anwar, jilid 2, hal. 153).

Menyampaikan Hadits:

Al Husain bin Muhammad meriyatkan dari Ahmad bin Ishaq dari Sa'dan bin Muslim dari Muawiyah bin Umar yang berkata,"Saya bertanya kepada Imam Shadiq as mana yang lebih utama, seseorang yang mendengarkan perkataan anda dan menyampaikan kepada manusia atau ahli ibadah yang tidak melakukan itu?. Imam Shadiq as menjawab, "Seseorang yang menyampaikan perkataan kami sehingga membekas di dalam hati umat Syiah jauh lebih utama dari seribu ahli ibadah." (Al Kafi, jilid 1, hal. 33)

Membahas Hadits:

Rasulullah Saw bersabda, "Saling mengunjungilah, dan bahaslah hadits bersama-sama, sebab hadits itu membersihkan hati. Hati seperti pedang yang bisa berkarat, dan batu asahnya adalah hadits." (Al Kafi, jilid 1, hal. 41)

Seiring dengan terpisahnya jarak dengan para Maksumin as, maka untuk mengenal keshahihan dan kebenaran sebuah hadits, maka lahirlah ilmu hadits. Ilmu hadits adalah ilmu yang mempelajari mengenai keadaan hadits dan para perawi dari segi diterima tidaknya. Mengajarkan tentang solusi permasalahan yang didapatkan dalam memahami sebuah hadits dan cara menetapkan validitas hadits. Namun karena banyaknya cabang-cabang ilmu yang harus dipelajari dalam ilmu hadits maka ilmu hadits sering disebut juga Ulumul Hadits.

Sebagaimana yang ditulis Muhammad 'Ajjaj al Khatib dalam kitabnya 'Ulum al Hadits'1, ilmu-ilmu hadits memiliki enam cabang diantaranya:

1. Ilmu al jarhu wa ta'dil: ilmu yang mempelajari adanya pernyataan mengenai cacat/cela atau 'adalah/keadilan pada perawi.

2. Ilmu rijal al hadits: ilmu untuk mengetahui para perawi hadits dalam kapasitasnya sebagai perawi hadits.

3. Ilmu mukhtaliful hadits wa musyakilihi: ilmu yang membahas hadits-hadits yang tampak bertentangan kemudian menghilangkan pertentangannya atau mengkompromikannya serta membahas hadits-hadits yang sulit dipahami lalu menghilangkan kesulitan itu dan menjelaskan hakikatnya.

4. Ilmu 'ilalil hadits: lmu yang membahas tentang penyakit-penyakit yang tidak nampak dalam suatu hadits, yang dapat menjatuhkan kualitas hadits tersebut.

5. Ilmu gharibil hadits: ilmu yang membahas tentang kalimat-kalimat yang sukar dalam hadits.

6. Ilmu nasikh al hadits wa mansukh: ilmu yang membahas hadits-hadits dari sisi mansukh (dihapus) dan hadits yang terakhir sebagai nasikh (yang menghapus).

Namun ulama-ulama lainnya mengenai cabang-cabang ulum al hadits memiliki pendapat yang sangat beragam. Jalaluddin Suyuti misalnya dalam Tadrib ar Rawi2 menyebutkan Hazami mengenal lebih dari seratus cabang ulum al hadits dan Ibn Shalah membaginya menjadi 65 cabang. Sementara Ibn Khaldun dalam kitab Tarikhnya3 menyebutkan 6 cabang ulum al hadits terdiri dari: Ilmu nasikh dan mansukh, ilmu ar rijal, ilmu istilah hadits, Ilmu matan hadits, ilmu syarat-syarat naql dan ilmu fiqhul hadits. Sedangkan Hafizh Naisyaburi dalam kitab Ma'rifat ulum al hadits4 menyebutkan 52 cabang ilmu hadits.

Dari berbagai pembagian yang beragam tersebut, ulum al hadits dapat dibagi dalam empat kelompok besar:

1. Ilmu tarikh hadits dan pengenalan terhadap matan hadits.

2. Ilmu musthalah al hadits.

3. Ilmu penilaian sanad dan rijal hadits.

4. Ilmu dirayah dan fiqh al hadits.

Kesemua pembagian cabang ulum al hadits terangkum dalam ke empat kelompok besar ini. Dalam tulisan ini, kita akan membahas kelompok yang pertama, mengenai tarikh (sejarah) hadits dan pengenalan terhadap kitab-kitab hadits khususnya yang masyhur dikalangan Syiah.

[bersambung]

Foot note:

1. Muhammad 'Ajjaj al Khatib, Ulum al Hadits, hal. 107

2. Jalaluddin Suyuti, Tadrib ar Rawi, hal. 3 dan 14.

3. Tarikh Ibnu Khaldun, hal. 796, 797.

4. Al Imam Naisyaburi, Ma'rifat ulum al hadits, hal. 256.

 

Menurut Kantor Berita ABNA, penyelenggaraan Musabaqah Internasional Al-Qur'an al Karim yang ke 30 Republik Islam Iran yang berlangsung sejak 1-7 Juni 2013 berakhir sudah. Musabaqah yang diikuti delegasi lebih dari 70 negara tersebut berlangsung di Teheran yang mempertandingkan beberapa cabang lomba berakhir dengan hasil berikut:

Pada cabang qiraat, Vahid Vakili asal Iran meraih prestasi juara terbaik. Yang disusul oleh Abdurrahman al Kardi dari Suriah, Sa'id Barat Zadeh asal Jerman, Muhammad Ali Khasrui dari Afghanistan dan Hisam Karim asal Irak yang berturut-turut sebagai juara kedua sampai kelima.

Sementara pada cabang hafalan al-Qur'an, kembali delegasi Iran menunjukkan tajinya dengan meraih prestasi peringkat terbaik, yang diraih oleh Hasyim Sulthani Nejad. Sa'idu Adam Ishak Wakawa asal Nigeria menyusul diperingkat kedua. Husain 'Adnan Abdul Razaq asal Irak, Muhammad Arsyad bin Abdullah asal Malaysia dan Sayyid Shadiq Ihsani dari Afghanistan yang secara berturut meraih peringkat ketiga sampai kelima.

Hadiah yang berhasil dibawa pulang masing-masing juara pada dua cabang lomba tersebut adalah satu jilid Al-Qur'an al Karim, sertifikat, piala dan secara tertib hadiah berupa uang pembinaan sebanyak 400 juta Real, 350 juta Real, 300 juta Real, 250 juta Real dan 200 juta Real.

Menurut laporan panitia penyelenggara,lomba pada cabang penulisan karya tulis ilmiah berkenaan dengan tema Al-Qur'an dalam musabaqah tersebut, delegasi dari Iran Yahya Mir Husain meraih peringkat terbaik, yang selain mendapat sertifikat dan piala juga membawa pulang hadiah sebanyak 100 juta Real. Menyusul delegasi dari Inggris dan Irak.

Selasa, 11 Juni 2013 06:38

Keutamaan dan Amalan Bulan Sya'ban

"Wahai ahli Madinah, aku adalah Rasul dari Rasul-rasul yang diutus Allah untuk kalian. Ketahuilah, bulan Sya'ban adalah bulanku, maka Allah SWT akan memberikan rahmatNya kepada siapa yang menolongku di bulanku, yaitu berpuasa pada bulan tersebut."

Menurut Kantor Berita ABNA, Sya'ban adalah bulan yang sangat mulia, yang dinisbatkan kepada penghulu para Anbiyah Muhammad Saw, dan Nabiullah Muhammad Saw mengisi bulan tersebut dengan melakukan puasa yang disambung dengan bulan Ramadhan. Beliau Saw bersabda, "Sya'ban adalah bulanku, dan barangsiapa yang berpuasa satu hari pada bulanku, surge diwajibkan atasnya. Diriwayatkan pula dari Imam Ja'far Shadiq as, begitu memasuki bulan Sya'ban imam Zainal Abidin as mengumpulkan sahabatnya dan bertanya kepada mereka, "Tahukah kalian, bulan apa ini?".

"Bulan ini adalah bulan Sya'ban dan Nabiullah Muhammad Saw bersabda bulan Sya'ban adalah bulanku, karenanya untuk mendapatkan kecintaan dari Nabi dan untuk mendekatkan diri pada Allah, berpuasalah pada bulan ini. Aku bersumpa atas nama Zat yang jiwa Ali bin Al Husain berada di tanganNya bahwa saya mendengar dari ayahku Husain bin Ali as yang berkata, aku mendengar dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as setiap puasa yang engkau lakukan dalam bulan Sya'ban maka engkau akan mendapatkan kecintaan dari Nabi Allah dan mendekatkanmu pada sisi Allah SWT. Allah mencintainya dan mendapat perlindungan di hari kiamat dan wajib baginya surga."

Diriwayatkan dari Shafwan Jamaal yang berkata, Imam Ja'far Shadiq as berkata kepadaku, "Barang siapa diantaramu yang berpuasa pada bulan Sya'ban maka muliakanlah." Saya bertanya, "Saya menjadi penebusmu, apakah karena didalamnya ada keutamaan?". Beliau berkata, "Iya. Sebagaimana Nabi Muhammad Saw begitu melihat hilal pada bulan Sya'ban maka beliau menyerukan kepada penduduk Madinah, "Wahai ahli Madinah, aku adalah Rasul dari Rasul-rasul yang diutus Allah untuk kalian. Ketahuilah, bulan Sya'ban adalah bulanku, maka Allah SWT akan memberikan rahmatNya kepada siapa yang menolongku di bulanku, yaitu berpuasa pada bulan tersebut."

Kemudian imam Ja'far Shadiq menambahkan sebagaimana yang diriwayatkan dari ayahnya yang bersambung sampai kepada Amirul Mukminin as yang berkata, "Sejak saya mendengarkan seruan Rasulullah tersebut di bulan Sya'ban, saya tidak meninggalkan sekalipun puasa di bulan Sya'ban dan tidak akan meninggalkannya sampai akhir hayatku, insya Allah."

Kemudian beliau berkata, bulan Syaban dan bulan Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan pengampunan Ilahi.

Amalan dalam bulan Sya'ban

1. Membaca Munajat Sya'ban.

2. Berpuasa semampunya. Imam Shadiq as berkata, "Barangsiapa yang berpuasa diawal bulan Sya'ban, dipastikan akan masuk surga dan barangsiapa yang berpuasa dua hari di bulan Sya'ban, maka Allah akan memandangnya siang malam dengan pandangan rahmat dan tetap dengan pandangat tersebut sampai ia masuk surga. Barangsiapa yang tiga hari berpuasa pada bulan Sya'ban maka ia akan berjumpa dengan Allah di arsy dan didalam surga."

3. Setiap hari di bulan Sya'ban begitu masuk waktu dhuhur dan pada pertengahan malam membaca shalawat sebagaimana yang dicontohkan oleh Imam Ali Zainal Abidin as Sajjad sebagai berikut:

اَللّهُمََّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ و َآلِ مُحَمَّدٍ شَجَرَةِ النُّبُوَّةِ وَ مَوْضِعِ الرِّسالَةِ وَ مُخْتَلَفِ الْمَلاَّئِكَةِ وَ مَعْدِنِ الْعِلْمِ وَ اَهْلِ بَیْتِ الْوَحْىِ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ و َآلِ مُحَمَّدٍ الْفُلْكِ الْجارِیَةِ فِى اللُّجَجِ الْغامِرَةِ یَامَنُ مَنْ رَكِبَها وَ یَغْرَقُ مَنْ تَرَكَهَا الْمُتَقَدِّمُ لَهُمْ مارِقٌ وَالْمُتَاَخِّرُ عَنْهُمْ زاهِقٌ وَاللاّزِمُ لَهُمْ لاحِقٌ.

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ الْكَهْفِ الْحَصینِ وَ غِیاثِ الْمُضْطَرِّ الْمُسْتَكینِ وَ مَلْجَاءِ الْهارِبینَ وَ عِصْمَةِ الْمُعْتَصِمینَ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ صَلوةً كَثیرَةً تَكُونُ لَهُمْ رِضاً وَ لِحَقِّ مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ اَداَّءً وَ قَضاَّءً بِحَوْلٍ مِنْكَ وَ قُوَّةٍ یا رَبَّ الْعالَمینَ.

اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ الطَّیِّبینَ الاْبْرارِ الاْخْیارِ الَّذینَ اَوْجَبْتَ حُقُوقَهُمْ وَ فَرَضْتَ طاعَتَهُمْ وَ وِلایَتَهُمْ. اَللّهُمَّ صَلِّ عَلى مُحَمَّدٍ وَ آلِ مُحَمَّدٍ وَاعْمُرْ قَلْبى بِطاعَتِكَ وَلا تُخْزِنى بِمَعْصِیَتِكَ وَارْزُقْنى مُواساةَ مَنْ قَتَّرْتَ عَلَیْهِ مِنْ رِزْقِكَ بِما وَسَّعْتَ عَلَىَّ مِنْ فَضْلِكَ وَ نَشَرْتَ عَلَىَّ مِنْ عَدْلِكَ وَ اَحْیَیْتَنى تَحْتَ ظِلِّكَ وَ هذا شَهْرُ نَبِیِّكَ سَیِّدِ رُسُلِكَ شَعْبانُ الَّذى حَفَفْتَهُ مِنْكَ بِالرَّحْمَةِ وَالرِّضْوانِ الَّذى كانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَیْهِ وَ آلِه وَ سَلَّمَ یَدْاَبُ فى صِیامِهِ وَ قِیامِهِ فى لَیالیهِ وَ اَیّامِهِ بُخُوعاً لَكَ فى اِكْرامِهِ وَاِعْظامِهِ اِلى مَحَلِّ حِمامِهِ.

اَللّهُمَّ فَاَعِنّا عَلَى الاِْسْتِنانِ بِسُنَّتِهِ فیهِ وَ نَیْلِ الشَّفاعَةِ لَدَیْهِ اَللّهُمَّ وَاجْعَلْهُ لى شَفیعاً مُشَفَّعاً وَ طَریقاً اِلَیْكَ مَهیَعاً وَاجْعَلْنى لَهُ مُتَّبِعاً حَتّى اَلْقاكَ یَوْمَ الْقِیمَةِ عَنّى راضِیاً وَ عَنْ ذُنُوبى غاضِیاً قَدْ اَوْجَبْتَ لى مِنْكَ الرَّحْمَةَ وَالرِّضْوانَ وَ اَنْزَلْتَنى دارَ الْقَرارِ وَ مَحَلَّ الاْخْیارِ .

4. Setiap hari membaca zikir berikut sebanyak 70 kali: «اَسْتَغْفِرُاللهَ وَ اَسْئَلُهُ التَّوْبَةَ»

5. Diantara amalan penting lainnya, sebagaimana yang diriwayatkan dari Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as, setiap hari kamis dari bulan Sya'ban, langit akan menjadi sangat indah dan malaikat-malaikat akan berseru, "Ya Tuhan kami, ampunilah mereka yang berpuasa Sya'ban, maafkanlah dan ijabahlah do'a-do'a mereka."

Karenanya barangsiapa yang mendirikan shalat dua raka'at dan setiap raka'at membaca al Fatihah satu kali dan surah al Ikhlas seratus kali dan setelah melakukan salam membaca shalawat seratus kali, maka Allah SWT akan mengabulkan semua permintaannya baik yang menyangkut agamanya maupun duniawinya, dan barang siapa yang mengerjakan puasa satu hari dalam bulan Sya'ban, Allah mengharamkan tubuhnya terkena api neraka."

6. Setiap hari membaca zikir « اَسْتَغْفِرُاللهَ الَّذى لا اِلهَ اِلاّ هُوَ الرَّحْمنُ الرَّحیمُ الْحَىُّ الْقَیّوُمُ وَ اَتُوبُ اِلَیْهِ» sebanyak tujuh puluh kali. Dan sebagian riwayat menyebutkan juga membaca "الْحَىُّ الْقَیُّومُ" dan "الرَّحْمنُ الرَّحیمُ". Pada riwayat lain disebutkan, bulan Sya'ban adalah bulan pengampunan maka dianjurkan memperbanyak istighfar pada bulan tersebut. Barang siapa yang mengucapkan istighfar 70 kali setiap harinya pada bulan Sya'ban derajatnya sama dengan membaca istighfar 70.000 kali pada bulan lain.

7. Memperbanyak sedekah, meskipun hanya sebuah biji kurma. Allah SWT akan mengharamkan tubuh orang yang bersedekah pada bulan Sya'ban terkena api neraka.

Diriwayatkan dari Imam Ja'far Shadiq as yang ketika ditanyakan kepada beliau apa keutaman bulan Sya'ban, perawi bertanya, "Ya putra Rasulullah, apa pahala yang didapatkan mereka yang berpuasa satu hari di bulan Sya'ban?"

Imam as menjawab, "Demi Allah, Ganjarannya adalah surga."

Ditanyakan lagi, "Amalan apa yang sebaik-baiknya dilakukan dalam bulan Sya'ban?"

Imam Ja'far Shadiq as berkata, "Bersedekah dan beristighfar. Barangsiapa yang bersedekah di bulan Sya'ban maka Allah akan meningkatkan pahalanya sebagaimana diantara kamu membesarkan unta yang baru lahir dan pada hari kiamat nanti maka ia menemukan pahala sedekahnya sebesar gunung Uhud."

8. Sepanjang bulan Sya'ban membaca zikir « لا اِلهَ اِلا اللهُ وَلا نَعْبُدُ اِلاّ اِیّاهُ مُخْلِصینَ لَهُ الدّینَ وَ لَوُ كَرِهَ الْمُشْرِكُونَ » sebanyak seribu kali. Barangsiapa yang melakukannya maka namanya akan tercatat pada daftar orang-orang yang beribada selama seribu tahun.

Sesuai hadis Tsaqalain, Al-Quran dan Ahlu bait merupakan dua hal yang tidak terpisahkan, kedu Save anya adalah pusaka nabi saw yang diwariskan kepada para umatnya, pusaka yang sanggup menjaga umat akhir zaman dari berbagai bahaya yang datang menghadang, baik bahaya ideology, budaya, atau yang lain yang dilancarkan musuh-musuh pengikut agama yang benar.

Dari riwayat Tsaqalin dapat dipahami bahwa keduanya Al-Quran dan Al-Itrah memberikan andil yang sama dalam memberikan petunjuk kepada manusia, keduanya lentera dan lampu yang menerangi jalan manusia guna menggapai tujuan penciptaannya, menuju dan mendekat kepada sang kekasih sejati.

Al-Quran adalah Imam yang shamit, diam dan tak bicara, sedang Imam adalah Quran yang natiq dan berbicara. Atas dasar ini, sangat aneh jika satu dengan yang lain tidak memperekanalkan rekan dan teman sejatinya.

Para imam adalah mufasir sejati Al-quran mereka telah mensosialisasikan dan menjelaskan kandungan dan isi al-Quran, sebagaimana sebaliknya kitab suci ini juga memuat banyak ayat yang menjelaskan tentang Imamah? apa keutamaan mereka? Apakah pelantikan dan pemilihan mereka hak seluruh manusia?, dan berbagai soal lain yang bertalian dengan hal tersebut.

Dalam kesempatan ini kita akan membahas ayat-ayat yang menjelaskan tentang para imam. Pada kali ini kita hanya akan membawakan beberapa ayat yang khusus menjelaskan kepemimpinan bagi umat manusia, sedang penjelasnnya akan kita terangkan pada kesempatan yang akan datang. Insya Allah.

Ayat Tablig

يا أَيُّهَا الرَّسُولُ بَلِّغْ ما أُنْزِلَ إِلَيْكَ مِنْ رَبِّكَ وَ إِنْ لَمْ تَفْعَلْ فَما بَلَّغْتَ رِسالَتَهُ وَ اللَّهُ يَعْصِمُكَ مِنَ النَّاسِ إِنَّ اللَّهَ لا يَهْدِي الْقَوْمَ الْكافِرِينَ

Artinya:"wahai Rasul sampaikanlah apa yang yang telah diturunkan oleh tuhanmu, dan jika kamu tidak melakukannya, maka kamu tidak menyampaikan risalahNya,(apa yang engkau sampaikan sebelumnya sia-sia belaka), dan Allah akan menjagamu dari (ulah) manusia sesungguhnya Allah tidak akan memberikan petunjuk orang-orang kafir". (Surat Maidah, ayat 67).

Ayat Ikmaludin

الْيَوْمَ يَئِسَ الَّذِينَ كَفَرُوا مِنْ دِينِكُمْ فَلا تَخْشَوْهُمْ وَ اخْشَوْنِ الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَ أَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَ رَضِيتُ لَكُمُ الإِْسْلامَ دِيناً

Artinya:"Hari ini orang-orang kafir berputus asa dari agama mereka, oleh karena itu janganlah kalian takut kepada mereka, dan takutlah kalian kepadaKu, hari ini telah Aku sempurnakan agama kalian dan Aku rampungkan nikmatKu atas kalian". (Surat Maidah, ayat 3).

Ayat Wilayah

إِنَّما وَلِيُّكُمُ اللَّهُ وَ رَسُولُهُ وَ الَّذِينَ آمَنُوا الَّذِينَ يُقِيمُونَ الصَّلاةَ وَ يُؤْتُونَ الزَّكاةَ وَ هُمْ راكِعُونَ

Artinya: “ Sesungguhnya wali kalian adalah Allah, RasulNya dan mereka yang beriman yang mendirikan shalat dan memberikan zakat dalam keadaan ruku”. (Surat Maidah, ayat 55).

Ayat Ulil Amr

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا أَطِيعُوا اللَّهَ وَ أَطِيعُوا الرَّسُولَ وَ أُولِي الأَْمْرِ مِنْكُمْ

Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman taatlah kalian kepada Allah dan taatlah kepada Rasul dan Ulil amr dari kalian”. (Surat Nisa’, ayat 59).

Ayat Shadiqin

يا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَ كُونُوا مَعَ الصَّادِقِينَ

Artinya:“Wahai orang-orang yang beriman bertakwalah kepada Allah dan bersamalah dengan orang-orang yang jujur”. (Surat Taubah, ayat 119).

Menurut Kantor Berita ABNA, mantan Perdana Menteri Malaysia (1981-2003) DR. Mahathir Mohammad dan mantan Presiden Republik Islam Iran (1997-2005) Sayyid Muhammad Khatami Rabu (22/5) mendesak umat Islam di seluruh dunia untuk menghentikan segala bentuk perselisihan dan pertikaian antar sesama muslim dengan dalih adanya perbedaan mazhab, utamanya konflik Sunni-Syiah.

"Saya tidak menuntut Sunni dan Syiah bersepakat dalam tafsiran sesama mereka. Melainkan meminta Sunni dan Syiah berhenti untuk saling bertikai dan membunuh satu sama lain hanya karena beda dalam menafsirkan teks-teks agama." kata Mahathir Mohammad dalam pertemuan Internasional yang diselenggarakan organisasi International Movement for a Just World (JUST), Putrajaya di Malaysia.

"Tentu akan sangat buruk bagi Islam dan keamanan masyarakat muslim jika pertikaian terus berlarut-larut. Kita perlu paham disetiap agama manapun terdapat berbagai tafsiran yang berbeda." tambah Mahathir yang pernah menjadi pemimpin negara Islam yang berpenduduk mayoritas Sunni tersebut.

Sementara itu, Mantan Presiden Republik Islam Iran Sayyid Muhammad Khatami dalam penyampaiannya yang disiarkan melalui video rekaman dalam pertemuan tersebut menyatakan, "Pemikir muslim, ulama dan cendekiawan, serta tokoh-tokoh politik dan ulama agama tertentu, hendaklah saling bergandengan tangan untuk mengecam dan mengutuk berbagai aksi kekerasan yang mengatasnamakan mazhab tertentu."

Desakan dan tuntutan bersama kedua mantan pemimpin negara mayoritas Sunni dan Syiah tersebut dilatarbelakangi atas kesadaran terjadinya pertikaian dan pertumpahan darah dalam tubuh umat Islam hanya akan melemahkan kaum muslimin sendiri dan menciderai citra Islam dimata umat non muslim terutama bagi mereka yang memang sejak awal antipati dan phobia terhadap Islam. Adanya aksi pembunuhan atas nama Islam hanya akan menjadi bahan rujukan bagi mereka untuk semakin menyudutkan dan membuat stigma negatif mengenai Islam dan kaum muslimin.

Dalam beberapa pekan terakhir, aksi teror dan kekerasan di Irak, Afghanistan, Pakistan dan beberapa negara mayoritas muslim lainnya semakin memanas dan meningkat. Dalam aksi teror berupa peledakan bom, penyerangan massal, maupun tembakan gelap dari para sniper telah menelan korban ribuan jiwa manusia yang tidak berdosa.

Presiden JUST Dr. Chandra Mudzaffar turut mendedahkan hal yang sama dalam pertemuan tersebut dengan mengatakan, "Musuh-musuh Islam sedang bertepuk tangan mengamati pertikaian yang berlarut-larut ini. Mereka tentu gembira dan bersenang hati, sebab skenario mereka untuk menghancurkan Islam berjalan dengan baik. Dengan adanya konflik Sunni-Syiah, program-program mereka berjalan dengan sendirinya. Mereka tidak perlu menghamburkan banyak biaya dan peluru sebab ada diantara kaum muslimin sendiri secara sadar atau tidak telah menjadi kaki-kaki tangan mereka."

"Musuh-musuh Islam sudah telah banyak menciderai kita. Semestinya kita bersatu dalam menghadapi mereka. Diserang oleh mereka yang mengaku muslim, bahayanya menjadi dua kali lipat lebih besar dibanding diserang oleh mereka yang memang mengaku anti Islam." Tambahnya.

Berikut adalah teks yang disebutkan telah ditandatangani oleh kedua tokoh negara yang mewakili penduduk muslim Sunni dan Syiah:

Kami yang bertandatangan di bawah ini, sangat menyesalkan terjadinya berbagai aksi kekerasan dan pertumpahan darah yang diklaim ditimbulkan karena perbedaan Sunni-Syiah yang telah terjadi dari masa ke masa. Ribuan nyawa telah menjadi korban terbunuh dalam pertikaian antara keduanya yang terjadi di beberapa negara muslim. Sungguh tragis, sebab korban jiwa justru mayoritas dari kalangan perempuan dan anak-anak.

Adanya perselisihan dan konflik berdarah antara Sunni-Syiah tentu akan melemahkan umat Islam. Hal tersebut hanya akan menjerumuskan kaum muslimin dalam permainan elemen asing yang bertekad untuk menghancurkan persatuan dan keutuhan umat Islam. Yang dengan demikian umat Islam akan terus berada dalam hegemoni dan penguasaan mereka.

Tidak dapat dipungkiri, konflik berdarah Sunni-Syiah telah menelan korban jiwa yang tidak sedikit, telah mencemarkan nama baik Islam dan umat Islam di mata dunia. Kejadian-kejadian belakangan ini memberi dampak negatif terhadap perkembangan dakwah.

Dengan berpedoman pada hal tersebut, kami menuntut dan mendesak semua pengikut Sunni dan Syiah di seluruh dunia untuk bersatupadu sebagaimana satunya keimanan kita kepada Allah SWT, taat pada pedoman dan petunjuk Al-Qur'an yang sama, menghormati Rasul terakhir dan menghadap kiblat yang sama dengan menghentikan segala bentuk aksi kekerasan dan saling memerangi satu sama lain.

Tidak ada lagi kekerasan

Tidak ada lagi pertumpahan darah

Tidak ada lagi pembunuhan

Kami berdua (Mantan Perdana Menteri dari negara yang mayoritas berpenduduk Sunni, dan juga mantan Presiden negara yang mayoritas berpenduduk Syiah) turut mengajukan tuntutan ini kepada Organisasi Konferensi Islam (OKI) yang mewakili seluruh kaum muslimin apapun mazhab dan doktrin keyakinannya. OKI diharap dapat membentuk komisi khusus yang bertugas untuk mengkaji perbedaan Sunni-Syiah secara mendalam dan memberikan solusi konkrit kepada para pemimpin politik dan tokoh-tokoh agama umat Islam untuk menyelesaikan masalah ini.

Kami juga meminta dengan ikhlas, kepada setiap individu kaum muslimin di seluruh dunia untuk menyertai kami dalam usaha ini demi menghentikan kekerasan dan pertumpahan darah, di samping menjamin terciptanya rasa aman dan kesepahaman antara Sunni dan Syiah.

Rekomendasi bersama ini akan disebarkan secara meluas terutama melalui media-media massa. Kami akan mengikuti perkembangan selanjutnya setelah rekomendasi bersama ini dibuat.

Semoga Allah membimbing kita dalam semua usaha untuk berkhidmat kepada-NYa.


 

JAKARTA - Ketua Dewan Masjid Indonesia (DMI) Jusuf Kalla mengungkapkan hasil pertemuan dengan Ketua Dewan Masjid Iran, Muhammad Jafad Ali Akbari. Menurut JK, pertemuan tersebut membahas perkembangan Masjid di seluruh dunia.

"Kami juga membicarakan tentang penetapan hari Masjid sedunia. Rencananya setiap tanggal 30 Mei akan diperingati hari Masjis sedunia," kata JK di gedung Pusat Pimpinan DMI, Jalan Borobudur Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (28/5/2013).

Selain membicarakan akan diadakannya hari masjid sedunia, pertemuan yang dilakukan selama kurang lebih satu jam itu juga membahas pengelolaan masjid di kedua negara.

Menurut JK, masjid di Indonesia dan di Iran tidak jauh berbeda dalam hal pengelolaan. Di Indonesia maupun Iran masjid dikelola secara personal oleh masyarakat, bukan dikelola oleh pemerintah.

JK menuturkan, hampir seluruh masjid di negara muslim di dunia dikelola oleh pemerintah. Seperti masjid di Malaysia, Arab Saudi dan negara islam lainnya. "Pertemuan ini untuk tukar pikiran dalam mengelola masjid," pungkasnya.

Demi memperjuangkan eksistensi dan hak sipil warga muslim Syiah Sampang serta menolak relokasi yang mengabaikan hak konstitusional rakyat, para ustdaz Syiah, terutama yang tergabung dalam Ahlul Bait Indonesia (ABI), akan menggelar aksi di depan Gedung DPR, siang ini (Selasa, 14/3).

Kepada DPR, komunitas Muslim Syiah mau menuntut agar segera memanggil pemerintah terkait penyelesaian yang konstitutional terhadap nasib pengungsi Syiah yang ada di Sampang dan ancaman konflik terhadap kelompok minoritas yang selama rezim SBY ini marak dan dibiarkan terus terjadi. Muslim Syiah juga mau menuntut DPR, sebagai representasi politik warga negara, melakukan tindakan konstitusional menyelesaikan masalah yang tidak bisa diselesaikan oleh pemerintah sendirian.

"Jika itu tidak bisa dilakukan, maka komunitas Syiah Indonesia akan melakukan internasionalisasi atas kasus kekerasan, diskriminasi, dan pelanggaran HAM yang serius ini," kata Ketua Dewan Syuro Ahlul Bait Indonesia (ABI), KH. DR. Umar Shahab, dalam keterangan tertulis, Senin kemarin (13/5).

Sejak dua tahun belakangan ini, kata Umar Shahab, kelompok minoritas, dan juga komunitas muslim Syiah di Indonesia, merasa terancam berada di bawah pemerintahan SBY-Boediono yang membiarkan kekerasan atas nama agama terus terjadi.

Dalam kasus Sampang, muslim Syiah pun telah menempuh seluruh cara yang beradab dan konstitutional. Rangkaian proses hukum pun telah dilalui, dan seluruh lembaga negara yang relevan telah didatangi. Pun demikian, usaha judicial review di Mahkamah Konstitusi (MK) juga telah ditempuh, sementara dialog dan membuka diri untuk berunding terus dilakukan.

Namun rupanya, kata Umar Shahab, pemerintah, baik di tingkat nasional dan daerah cenderung meneruskan diskriminasi dan tindakan pelanggaran HAM terhadap warga muslim Syiah. Dan Umar melihat, betapa hukum telah ditegakkan bukan dengan logika konstitusi melainkan dengan tekanan politik dan massa.