
کمالوندی
Financial Times: KTT NAM Event Terbesar di Iran Sejak Revolusi Islam
Financial Times menilai Konferensi Tingkat Tinggi Gerakan Non-Blok (NAM) di Tehran sebagai event internasional terbesar di Iran sejak kemenangan Revolusi Islam.
Fars News (27/8) melaporkan, koran terbitan Amerika Serikat itu dalam laporannya menyebutkan bahwa Iran berharap dapat menggunakan kesempatan ini untuk "memperjuangkan haknya memperkaya uranium."
Financial Times mengutip pidato Ali Akbar Salehi, Menteri Luar Negeri Republik Islam Iran bahwa Tehran tidak mengacu friksi dan tidak menginginkan sesuatu yang melampaui dari haknya.(IRIB Indonesia/MZ/RM)
Mursi Akan Tinjau Fasilitas Nuklir Iran di Sela KTT NAM
Seorang anggota parlemen Iran mengatakan Presiden Mesir Muhammad Mursi akan meninjau fasilitas nuklir Bushehr di sela-sela KTT Gerakan Non-Blok (NAM) di Tehran.
Mansour Haqiqatpour, anggota Komisi Keamanan Nasional dan Kebijakan Luar Negeri Parlemen Iran, Ahad (26/8) mengatakan bahwa Tehran siap menerima kunjungan kepala negara NAM ke farsilitas nuklir Natanz di Isfahan dan Bushehr.
"Salah satu program di sela-sela KTT GNB di Tehran adalah mengundang kepala negara meninjau fasilitas nuklir Iran," kata Haqiqatpour.
Konferensi pembukaan KTT NAM ke-16 dimulai Ahad di Tehran dan digelar di tingkat ahli yang berlanjut hingga hari ini (Senin, 27/8).
Menurut rencana, Duta Besar Mesir untuk PBB Moataz Khalil akan menyerahkan secara resmi kepemimpinan NAM kepada Republik Islam Iran.
Haqiqatpour menegaskan bahwa kunjungan (para pemimpin negara-negara NAM) ini juga dalam rangka melawan propaganda anti-Republik Islam dan klaim tak berdasar tentang upaya Iran menggapai teknologi nuklir untuk tujuan militer.
Amerika Serikat, Israel dan sekutu mereka telah berulang kali menuding Iran mengacu tujuan militer dalam program energi nuklirnya.
Namun Republik Islam berpendapat bahwa sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota paling komitmen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Tehran berhak mengembangkan dan menikmati teknologi nuklir untuk tujuan damai.
Selain itu, IAEA juga telah melakukan inspeksi ke berbagai fasilitas nuklir Iran, namun tidak pernah menemukan bukti yang menunjukkan terjadinya penyimpangan dalam program nuklir Tehran.(IRIB Indonesia/MZ)
Salehi: Anggota NAM Berpendapat PBB Harus Reformasi Strukturnya
Menteri Luar Negeri Iran Ali Akbar Salehi menyatakan bahwa negara-negara Gerakan Non-Blok (NAM) menentang dampak merugikan dari tatanan dunia saat ini serta menekankan upaya PBB harus melakukan reformasi mendasar dalam strukturnya.
"Enam dekade sejak dibentuk, PBB memerlukan reformasi mendasar dalam beradaptasi dengan perkembangan modern global," kata Salehi dalam acara pembukaan pertemuan tingkat ahli NAM di Tehran, Ahad (26/8).
Salehi mengatakan, "Kami berpendapat bahwa Majelis Umum, sebagai badan demokrasi penting PBB, harus melaksanakan tugasnya menangani masalah yang berkaitan dengan perdamaian dan keamanan internasional."
Ditekankannya pula bahwa banyak negara yang berpendapat PBB harus serius memperhatikan pembentukan "Dewan Keamanan yang lebih demokratis" sebagai bagian penting dari upaya reformasi tersebut.
Menurut Salehi, tatanan global yang ada hanya merefleksikan ketidakadilan, diskriminasi, konflik bersenjata, penyalahgunaan kekuasaan dan segala bentuk kolonialisme dan penjajahan asing, seraya menyinggung oposisi negara-negara anggota NAM dari konsekuensi negatif itu.(IRIB Indonesia/MZ/RM)
Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 72-75
Ayat ke 72-73
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika kamu membunuh seorang manusia lalu kamu saling tuduh menuduh tentang itu. Dan Allah hendak menyingkapkan apa yang selama ini kamu sembunyikan.
Lalu Kami berfirman: "Pukullah mayat itu dengan sebahagian anggota sapi betina itu!" Demikianlah Allah menghidupkan kembali orang-orang yang telah mati, dan memperlihatkan padamu tanda-tanda kekuasaan-Nya agar kamu mengerti.
Pada ayat-ayat sebelumnyadijelaskan secara terperinci alasan apa saja yang diicari-cari oleh Bani Israil. Dua ayat ini kembali menyebutkan secara singkat kejadian pembunuhan dan mengatakan,"Kalian telah melakukan sebuah pembunuhan kejam dan menyembunyikan pembunuhnya, tetapi Allah menyingkap tabir pelanggaran kalian dengan mukjizatnya. Maka ketahuilah bahwa Allah mampu mengungkap dosa-dosa para pembuat dosa." Ayat ini menerangkan contoh kekuasaan Allah menghidupkan orang yang sudah mati, sehingga yang lain berpikir tentang perkara kiamat dengan melihat tanda-tanda kekuasaan ilahi dan mengetahui bahwa jika Allah berkehendak, dengan memukulkan bangkai ke mayat yang lain, muncullah kehidupan.
Ayat ke-74
Artinya:
Kemudian setelah itu hatimu menjadi keras seperti batu, bahkan lebih keras lagi. Padahal di antara batu-batu itu sungguh ada yang mengalir sungai-sungai daripadanya dan di antaranya sungguh ada yang terbelah lalu keluarlah mata air daripadanya dan diantaranya sungguh ada yang meluncur jatuh, karena takut kepada Allah. Dan Allah sekali-kali tidak lengah dari apa yang kamu kerjakan.
Dari ayat 49 hingga ayat ini diterangkan berbagai hal mengenai pelbagai mukjizat dan rahmat ilahi kepada Bani Israil, diantaranya selamat dari kekuasaan orang-orang Firaun, terbelahnya laut, diterimanya taubat mereka dari dosa akibat menyembah sapi, turunnya makanan dari langit dan awan-awan yang menaungi, dan sebagainya. Hal terakhir ialah penyingkapan pembunuh dengan cara mukjizat.
Namun meskipun mereka telah menyaksikan tanda-tanda kebesaran dan mukjizat tersebut, tetap saja mereka tidak tunduk di hadapan hukum Allah. Sikap mereka mencari-cari alasan untuk lari perintah Allah diungkapkan oleh Al-Quran dengan istilah hati yang keras atau berhati batu. Terkadang manusia sedemikian terpuruk hingga bagaikan binatang, bahkan lebih hina darinya, atau bagaikan benda padat bahkan lebih keras darinya.
Ayat ini mengatakan, batu yang keras terkadang masih terbelah dan air pun mengalir darinya, atau minimal, batu tersebut bergerak lalu menggelundung ke bawah. Namun hati sebagian manusia lebih keras dari batu, yang tidak memiliki gelora cinta dan kasih sayang yang akan membuatnya berpikir untuk melakukan kebaikan kepada orang lain. Hati yang keras ini tidak pula bergetar lantaran takut kepada Allah. Bila sudah sedemikian keras, maka hati yang semacam ini tidak akan tunduk dan pasrah di hadapan hukum-hukum ilahi.
Dari tiga ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di hadapan hukum-hukum ilahi hendaknya kita tidak mencari-cari alasan dan tidak bersikap keras kepala serta tidak melontarkan pertanyaan-pertanyaan yang tidak pada tempatnya untuk menghindarkan diri dari pelaksanaannya. Sebab pertanyaan tidak selalu menandakan pengkajian dan rasa ingin tahu, tetapi terkadang menunjukkan keinginan dan niat lari dari tugas.
2. Hewan yang kita sembelih di atas jalan melaksanakan perintah Allah, harus sehat dan tidak cacat, sebagaimana pada saat melakukan perjalanan haji, peziarah Baitullah harus menyembelih hewan yang sehat pada hari raya Qurban.
3. Allah mengetahui segala perbuatan kita, baik yang kita lakukan dengan terang-terangan maupun sembunyi-sembunyi.Jika Allah berkehendak, maka Dia mampu menyingkap rahasianya serta mencemarkan kita. Lantaran itu, janganlah kita berbuat dosa di hadapan Allah atau janganlah kita melemparkan dosa kita ke pundak orang lain.
4. Dalam beberapa kasus Allah menghidupkan orang-orang yang telah mati di dunia ini, agar Dia menunjukkan kekuasaan kepada kita dan agar kita memperhatikan persoalan kiamat dengan rasio kita.
5. Seluruh eksistensi Alam, hingga batu yang keras dan tidak bernyawa tunduk dan pasrah di hadapan hukum-hukum Allahyang diletakkan untuk mengatur wujud ini Jika manusia ingkar dan melanggar perintah ilahi, maka hati dan ruhnya lebih hina dan lebih keras dari batu.
Ayat ke-75
Artinya:
Apakah kamu masih mengharapkan mereka akan percaya kepadamu, padahal segolongan dari mereka mendengar firman Allah, lalu mereka mengubahnya setelah mereka memahaminya, sedang mereka mengetahui.
Pada awal kemunculan Islam, diharapkan bahwa kaum Yahudi akan menyambut kedatangan Islam lebih bersemangat dari pada yang lain.Karena berbeda dengan musyrikin, mereka adalah Ahlul Kitab dan telah membaca ciri-ciri Nabi Muhammad Saw, yang termaktub di dalam kitab-kitab mereka. Tetapi, pada praktiknya mereka menentang muslimin dan berada di samping musyrikin.
Ayat ini memberikan keyakinan kepada Nabi Muhammad saw dan muslimin. Disebutkan, jika kalian melihat orang-orang Yahudi tidak memeluk islam dan tidak menerima ayat-ayat al-Quran serta mukjizatnya, maka kalian jangan khawatir akan ideologi kalian, dan pada prinsipnya janganlah mengharapkan hal seperti itu dari mereka. Karena mereka adalah keturunan orang-orang yang pergi ke gunung Thur bersama Nabi Musa as dan mendengar firman Allah serta memahami perintah-perintah-Nya, tetapi mereka masih saja menyimpangkan hal tersebut dan tidak setia terhadap agamanya.
Ayat ini menunjukkan, salah satu bahaya yang mengancam kalangan intelektual setiap kaum ialah pemutarbalikan kenyataan bagi masyarakat. Walaupun mereka sendiri mengetahui kebenaran dan memahaminya, tetapi mereka merubahnya sedemikian rupa sehingga masyarakat tidak mengetahui kebenaran tersebut.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menanti orang lain beriman adalah perbuatan baik. Namun tidak semua orang akan beriman. Oleh karena itu jangan pernah menanti semua orang beriman.
2. Harapan memperbaiki masyarakat hanya angan-angan bila para ilmuwan bersikap keras kepala.
3. Dalam melakukan kritik seharusnya kita menjaga obyektifitas. Karena semua orang Yahudi bukan penyeleweng.
4. Selalu ada harapan memperbaiki orang awam yang fasid, tidak ada jalan memperbaiki ilmuwan keras kepala.
5. Harus dibedakan,mengenal hak tidak sama dengan menerimanya. Karena ada orang yang mengenal kebenaran tapi tidak sudi menerimanya.
Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 67-71
Ayat ke67
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Sesungguhnya Allah menyuruh kamu menyembelih seekor sapi betina." Mereka berkata: "Apakah kamu hendak menjadikan kami buah ejekan?" Musa menjawab: "Aku berlindung kepada Allah akan termasuk golongan orang-orang yang jahil".
Surat ini dinamakan surat al-Baqarah yang artinya sapi betina, dikarenakan adanya kisah ini. Ringkas kisah sapi betina ini dapat ditemui di antara ayat 67 hingga 73. Kisahnya demikian:
Di tengah-tengah Bani Israil, dijumpai sebuah mayat yang diyakin sebagai korban pembunuhan. Sementara siapa yang membunuh, tak seorangpun di kalangan Bani Israil yang mengetahui. Maka timbullah pertengkaran antara suku yang satu dengan yang lain, masing-masing menuduh pihak lain yang membunuh orang tersebut.
Masalah yang tidak dapat diselesaikan ini akhirnya dibawa kepada Nabi Musa as untuk diadili dan diselesaikan. Dikarenakan masalah ini tidak dapat diselesaikan dengan cara biasa, maka Nabi Musa akan menyelesaikan masalah tersebut dengan jalan mukjizat, dan berkata kepada mereka, "Allah Swt memerintahkan supaya kalian menyembelih sapi dan sepotong dari badannya disentuhkan kepada si korban, Insyaallah ia akan kembali hidup dan membeberkan siapa sebenarnya yang membunuh dirinya."
Mendengar jawaban Musa ini, mereka berkata: "Apakah engkau mempermainkan kami dengan mengusulkan jalan penyelesaian yang tidak masuk akal ini?"
Musa as berkata, "Mempermainkan orang adalah pekerjaan orang-orang bodoh, dan utusan Allah tiada pernah mengerjakan hal itu. Jika kalian memang serius hendak mengetahui siapakah pembunuhnya, maka tidak ada jalan lain, kecuali kalian harus melakukan cara tersebut."
Ayat ini mengajarkan kepada kita, jika hukum Allah tidak sesuai dengan akal atau selera, maka tidak seharusnya kita mengingkarinya dan memandangnya remeh. Walaupun Allah dapat memberitahukan identitas pembunuh melalui ilmu gaib, agar Musa as mengumumkannya kepada khalayak ramai, namun perintah penyembelihan sapi betina menunjukkan bahwa di tengah-tengah kaum atau Bani Israel masih terdapat semangat menyembah anak sapi dan mengkultuskannya.
Ayat ke68
Artinya:
Mereka menjawab: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami, agar Dia menerangkan kepada kami, sapi betina apakah itu." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang tidak tua dan tidak muda; pertengahan antara itu; maka kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu".
Manakala Bani Israil menyadari bahwa perintah penyembelihan sapi betina itu serius, maka mereka mulai mencari-cari alasan, seperti sapi yang bagaimanakah yang harus kami sembelih? Ada kemungkinan, alasan-alasan ini datang dari pembunuh yang sebenarnya, jangan sampai rahasia perbuatan jahatnya terungkap dan masyarakat mengetahuinya.
Walaupun bertanya adalah kunci ilmu pengetahuan, namun tujuan Bani Israel mengajukan pertanyaan-pertanyaan tersebut, semata-mata untuk lari dari tanggung jawab dan perintah Allah. Oleh karena itulah mereka mengutarakan pertanyaan-pertanyaan tanpa kesopanan dan berkata, "Wahai Musa mohonkanlah kepada Tuhanmu." Seakan-akan tuhan Musa as tidak sama dengan tuhan mereka.
Ayat ke69
Artinya:
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami apa warnanya." Musa menjawab: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang kuning, yang kuning tua warnanya, lagi menyenangkan orang-orang yang memandangnya."
Kendati perintah penyembelihan sudah dua kali turun, namun sepertinya mereka enggan melaksanakan dan menunaikan perintah itu. Karena itu, mereka mengajukan pertanyaan lain lagi, yaitu apakah warna sapi betina itu? Padahal, warna sapi tidaklah berpengaruh atau berperan dalam hukum. Dan sekiranya hal itu penting, niscaya Allah sudah menyebutkan sebelumnya. Namun supaya Bani Israil tidak mempunyai peluang dan alasan untuk lari dari perintah ini, Allah swt menentukan warna kuning untuk sapi tersebut, supaya mereka tahu apa yang disembelih atas perintah Allah, haruslah binatang yang bagus dan berharga, dan berusia tidak terlalu tua, melainkan pertengahan.
Dari tiga ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Siksaan Allah tidak terbatas pada hari Kiamat.Allah Swt mengenakan siksaan dan balasan di dunia terhadap sebagian dosa untuk dijadikan pelajaran bagi manusia.
2. Janganlah kita mempermainkan hukum Allah dan memandangnya tidak beralasan dan tidak logis, kita harus pasrah seratus persen dengan perintah-perintah Allah dan yakin bahwa apa saja yang diperintahkan oleh Allah adalah baik dan menguntungkan masyarakat manusia. Walaupun penyembelihan sapi betina kelihatannya tidak berfaedah untuk menyingkap si pembunuh, namun jiwa menyembah dan mengkultuskan anak sapi tersingkir olehnya. Peristiwa tersebut juga menunjukkan kekuasaan Allah, dimana dengan memukulkan daging sapi mati, seorang manusia yang mati dapat hidup kembali.
Ayat ke 70-71
Artinya:
Mereka berkata: "Mohonkanlah kepada Tuhanmu untuk kami agar Dia menerangkan kepada kami bagaimana hakikat sapi betina itu, karena sesungguhnya sapi itu (masih) samar bagi kami dan sesungguhnya kami insya Allah akan mendapat pentunjuk."
Musa berkata: "Sesungguhnya Allah berfirman bahwa sapi betina itu adalah sapi betina yang belum pernah dipakai untuk membajak tanah dan tidak pula untuk mengairi tanaman, tidak bercacat, tidak ada belangnya." Mereka berkata: "Sekarang barulah kamu menerangkan hakikat sapi betina yang sebenarnya". Kemudian mereka menyembelihnya dan hampir saja mereka tidak melaksanakan perintah itu.
Pada ayat sebelumnya dijelaskan bahwa, karena Allah memerintahkan mereka menyembelih seekor sapi untuk mengungkap pembunuhan, maka sekelompok bani Israel melontarkan berbagai alasan dan dengan tujuan mengolok-olok, mereka menanyakan warna dan umur sapi tersebut. Ayat ini juga menceritakan kelanjutan alasan-alasan yang mereka cari-cari, Meski Allah telah telah menjelaskan warna dan umur sapi tersebut, namun mereka berkata, "Wahai Musa terangkan lebih banyak ciri-ciri sapi tersebut hingga kami dapat mengenalinya."
Sewaktu Musa, dengan penjelasan-penjelasan dari sisi Allah, menjelaskan ciri-ciri sapi tersebut, maka mereka pun pasrah dan menyembelih sapi itu, sedangkan mereka sudah sempat berpikir untuk lari dan tidak melaksanakan pekerjaan ini. Ayat ini menunjukkan bahwa watak keras kepala dan sikap egois menyebabkan manusia hanya menganggap benar hal-hal yang sesuai dengan kecenderungan dan pandangannya, dan dengan sikap tidak sopan mereka berkata kepada Nabi Musa, "kini engkau telah menerangkan dengan benar." Seolah-olah sebelum itu Musa as menerangkan dengan cara yang tidak benar. (IRIB Indonesia)
Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 63-66
Ayat ke 63
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami mengambil janji dari kamu dan Kami angkatkan gunung (Thursina) di atasmu (seraya Kami berfirman): "Peganglah teguh-teguh apa yang Kami berikan kepadamu dan ingatlah selalu apa yang ada di dalamnya, agar kamu bertakwa".
Setelah Taurat diberikan kepada Musa, Allah mengambil janji Bani Israil agar mengamalkannya dan menjauhi keengganan pegalamannya, sehingga mencapai ketakwaan. Satu lagi dari mukjizat yang ditujukan Allah kepada Bani Israil sehingga mereka tetap setia pada janji mereka, ialah diangkatnya gunung Thursina di atas kepala mereka, sehingga mereka menyaksikan kekuasaan Allah sekaligus takut menentang-Nya.
Ayat ini menunjukkan bahwa orang-orang beragama harus serius dan berpendirian dalam menjaga prinsip-prinsip agama, bukannya mengambil hukum-hukum agama dengan gurau dan main-main. Ayat ini selanjutnya menunjukkan sikap Yahudi terhadap perintah ilahi ini.
Ayat ke 64
Artinya:
Kemudian kamu berpaling setelah (ada perjanjian) itu, maka kalau tidak ada karunia Allah dan rahmat-Nya atasmu, niscaya kamu tergolong orang yang rugi.
Meski Allah telah mengambil janji yang kuat dari Bani Israel, namun kaum yang keras kepala ini tidak mengacuhkan janji ilahi tersebut dan berpaling darinya. Tetapi Allah tetap memberikan rahmat-Nya dan membiarkan mereka demikian.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menuntut lebih dan gaya hidup hedonistis menghilangkan kemuliaan manusia dan kehinaan menjadi nasibnya sehingga bersedia meletakkan Allah di bawah kakinya supaya mencapai tujuan-tujuan duniawi yang rendah.
2. Dosa dan pelanggaran berturut-turut menarik manusia kepada kekufuran dan keingkaran, dan mewujudkan jiwa pembangkang terhadap kebenaran pada diri manusia sehingga sampai tidak bersedia menerima segala bentuk kebenaran.
3. Ketenteraman sejati hanya terdapat dalam naungan iman kepada Allah dan Hari Akhir, yang memberikan berita gembira tentang masa depan yang terang bagi orang-orang yang beriman.
4. Allah mengambil janji dari manusia melalui jalan akal fitrah juga melalui wahyu, di mana dalam akidah dan amal perbuatan hanya menjalankan kebenaran dan kebaikan serta menjauhi keburukan dan kejahatan dalam pemikiran dan amal perbuatan.
Ayat ke 65-66
Artinya:
Dan sesungguhnya telah kamu ketahui orang-orang yang melanggar diantaramu pada hari Sabtu, lalu Kami berfirman kepada mereka: "Jadilah kamu kera yang hina".
Maka Kami jadikan yang demikian itu peringatan bagi orang-orang di masa itu, dan bagi mereka yang datang kemudian, serta menjadi pelajaran bagi orang-orang bertakwa.
Ayat ini menjelaskan satu lagi peristiwa yang dialami oleh Bani Israil, dimana Allah meliburkan kerja pada hari Sabtu untuk mereka.Namun sekelompok dari mereka yang hidup di tepi pantai, menjala ikan pada hari Sabtu dengan sejenis tipuan. Mereka membuat kolam-kolam kecil di tepi laut dan sewaktu ikan-ikan masuk ke kolam tersebut, mereka menutup jalan supaya ikan-ikan tersebut tidak dapat keluar.Keesokannya, yaitu pada hari minggu, mereka menjala atau memancing ikan-ikan yang ada di kolam tersebut, dengan cara inilah mereka merubah hukum Allah.
Sebagai balasan bagi sikap curang dan mempermainkan perintah Allah ini, Allah Swt merubah wajah mereka dari bentuk manusia menjadi kera agar merasakan sanksi ini, dan orang-orang lain dapat memetik pelajaran darinya. Namun yang perlu diingat di sini bahwa binatang tidaklah jauh dari rahmat Allah, sedangkan jatuhnya manusia dari peringkat manusia ke peringkat binatang mengindikasikan bahwa manusia tersebut telah dijauhkan dari rahmat Allah.
Dari dua ayat tadi terdapat delapan poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Manusia harus mengambil pelajaran dari sejarah.
2. Perubahan dan penyimpangan wajah agama akan berakibat pada perubahan perilaku manusia.
3. Kerja dan istirahat harus menjadi program kehidupan manusia.
4. Barang siapa yang mengambil jalan lain dari agama Allah akan mengikuti orang lain.
5. Di alam materi, perubahan dari satu makhluk menjadi makhluk yang lain adalah mungkin.
6. Hewan merupakan rahmat Allah, namun manusia menjadi hewan merupakan tanda-tanda azab ilahi.
7. Kekalahan dan kemenangan harus menjadi pelajaran bagi manusia.
8. Untuk dapat mengambil pelajaran seseorang mesti memiliki semangat takwa. (IRIB Indonesia)
Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 60-62
Ayat ke 60
Artinya:
Dan ingatlah ketika Musa memohon air untuk kaumnya, lalu Kami berfirman: "Pukullah batu itu dengan tongkatmu". Lalu memancarlah daripadanya dua belas mata air. Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minumnya (masing-masing). Makan dan minumlah rezeki (yang diberikan) Allah, dan janganlah kamu berkeliaran di muka bumi dengan berbuat kerusakan.
Meskipun Nabi Musa as adalah NabiI Bani Israil dan kewajibannya menyampaikan pesan Allah Swt kepada mereka, tetapi para pemimpin ilahi juga memikirkan kesejahteraan umat dan masyarakat mereka. Oleh sebab itu Nabi Musa as menyediakan air untuk kaumnya dengan meminta air kepada Allah Swt.
Allah Swt pun mengabulkan doa Nabi Musa dan dengan sebuah mukjizat lain memberikan air kepada mereka, dan memerintahkan Nabi Musa supaya memukulkan tongkatnya, yang ketika dipukulkan ke air sungai Nil membuat sungai tersebut terbelah membuat jalan. Kini dengan dipukulkan ke sebuah batu, maka keluar air minum dari batu tersebut. Hal itu seharusnya membuat Bani Israel meyakini bahwa Tuhan Nabi Musa Maha Kuasa atas segala sesuatu.
Bani Israil mempunyai 12 kelompok dan suku, dan dengan kehendak ilahi, dari batu tersebut mengalir 12 mata air, sehingga setiap suku mempunyai air tersendiri dan tidak terjadi kekurangan air. Allah telah menurunkan manna dan salwa, juga memberikan air yang cukup bagi mereka, sehingga mereka berada dalam kesenangan dan tidak pergi kearah kesesatan, kerusakan, dosa dan penyimpangan.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah memberikan rezeki dan makanan bagi manusia, tapi kita bukan binatang yang hanya memikirkan kenyangnya perut dengan makanan yang datang dari mana pun dan dalam jenis apapun. Kita adalah manusia dan harus mendapatkan makanan yang bersih, halal dan baik. Oleh sebab itu ayat 57 surat al-Baqarah ini mengatakan, "Makanlah makanan yang baik yang telah kami berikan kepadamu."
2. Allah adalah Maha Pengasih, tetapi taubat memiliki syarat-syarat yang juga meminta kerendahan hati, juga permohonan dengan lisan dan pengakuan perbuatan dosa di hadapan ilahi.Pada ayat 58 Allah Swt berfirman, "Masukilah melalui pintu gerbang sambil bersujud dan katakanlah: "Bebaskanlah kami dari dosa."
3. Dalam beribadah, seseorang harus memiliki rasa penghambaan dan harus mengamalkan perintah-perintah ilahi sebagaimana yang telah diturunkan, jika tidak, maka yang demikian itu bukanlah ibadah dan penghambaan, tetapi mempermainkan perintah Allah.
4. Para pemimpin memikirkan pemenuhan keperluan-keperluan materi masyarakat. Dalam hal ini tidak boleh terdapat diskriminisasi di antara anggota masyarakat. Pembagian fasilitas mestilah dilakukan dengan adil. Sebagaimana pada ayat 60, Allah Swt berfirman, "Sungguh tiap-tiap suku telah mengetahui tempat minum mereka (masing-masing)."
Ayat ke 61
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Wahai Musa, kami tidak bisa sabar (tahan) dengan satu macam makanan saja. Sebab itu mohonkanlah untuk kami kepada Tuhanmu, agar Dia mengeluarkan bagi kami dari apa yang ditumbuhkan bumi, yaitu: Sayur-mayurnya, ketimunnya, bawang putihnya, kacang adasnya dan bawang merahnya". Musa berkata: "Maukah kamu mengambil sesuatu yang rendah sebagai pengganti yang lebih baik? Pergilah kamu ke suatu kota, pasti kamu memperoleh apa yang kamu minta". Lalu ditimpakanlah kepada mereka nista dan kehinaan, serta mereka mendapat kemurkaan dari Allah. Hal itu (terjadi) karena mereka selalu mengingkari ayat-ayat Allah dan membunuh para nabi tanpa alasan yang benar. Demikian itu (terjadi) karena mereka selalu berbuat durhaka dan melampaui batas.
Meski Allah telah menyediakan air dan makanan untuk Bani Israel di padang pasir yang membakar itu, namun ketiadaan rasa syukur kaum ini dari satu sisi dan gaya hidup hedonistis serta bermalas-malasan, mendorong mereka meminta makanan lain dari Musa.
Dalam jawaban kepada mereka Nabi Musa as mengatakan, "Pertama, kalian mengganti makanan langit yang lebih baik, dengan makanan bumi yang lebih rendah. Kedua, jika kalian menghendaki makanan-makanan semacam itu, maka kalian harus berperang melawan musuh-musuh kalian, lalu memasuki kota sehingga memperoleh makanan-makanan tersebut. Dari satu sisi, kalian tidak berhasrat untuk berperang, namun dari sisi lain kalian menuntut segala keistimewaan penduduk kota. Jiwa yang mementingkan perut ini menghinakan kalian dan kalian akan mendapat murka ilahi.
Dengan segala tuntutan yang tidak pada tempatnya, kalian telah menutup mata dari tanda-tanda kebesaran dan mukjizat ilahi. Bahkan kalian bersedia membunuh para nabi Allah demi mencapai tujuan-tujuan materi dan duniawi kalian. Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa bermalas-malasan dan mementingkan perut merupakan faktor kehancuran manusia. Selain itu manusia harus menjauhi segala bentuk gaya hidup hedonistis yang nilainya adalah kehinaan manusia.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tunduk pada perut merupakan faktor kehancuran manusia.
2. Ingin enak bakal menjerumuskan manusia pada kehinaan.
3. Bani Israil merupakan etnis yang banyak menuntut.
4. Sejarah nabi-nabi berkelindan erat dengan jalan syahadah.
Ayat ke 62
Artinya:
Sesungguhnya orang-orang mukmin, orang-orang Yahudi, orang-orang Nasrani dan orang-orang Shabiin, siapa saja diantara mereka yang benar-benar beriman kepada Allah, hari kemudian dan beramal saleh, mereka akan menerima pahala dari Tuhan mereka, tidak ada kekhawatiran terhadap mereka, dan tidak (pula) mereka bersedih hati.
Pada semua agama Samawi tolok ukurnya kemulian manusia adalah pahala ilahi, iman dan amal saleh. Yaitu iman kepada Allah dan Hari Kiamat yang diiringi dengan pengamalan perintah-perintah Allah. Dalam undang-undang ini tidak ada perbedaan antara pengikut agama Islam, juga Kristen dan Yahudi saat itu maupun pengikut-pengikut agama ilahi lain, sebelum kedatangan agama Islam. Tentu saja banyak ayat-ayat al-Quran yang mengajak orang-orang Yahudi dan Nasrani dengan menerima agama Islam.
Di dalam ayat 85 surat Ali Imran Allah berfirman, "Barangsiapa mencari agama selain agama Islam, maka sekali-kali tidaklah akan diterima (agama itu) daripadanya, dan dia di akhirat termasuk orang-orang yang rugi." Oleh karena itu para pengikut agama-agama lain, masing-masing pada zamannya, mengimani nabi dan kitab samawi masa itu dan mereka adalah ahli amal, mengamalkan tugasnya dan mencapai pahala ilahi, namun dengan munculnya Islam tidak ada agama manapun yang dapat diterima kecuali agama Islam.
Salah satu agama yang diutarakan oleh ayat ini adalah Shabi'in yang merupakan sekelompok pengikut salah seorang Nabi Allah, Nuh atau Ibrahim atau Yahya, di mana sepanjang sejarah mengalami penyelewengan-penyelewengan dan bidah dalam akidah agama dan amal perbuatan serta menganggap bintang-bintang memiliki kekuasaan mengatur kehidupan. Ayat ini secara jelas menunjukkan bahwa seluruh agama samawi pada prinsip tauhid dan ma'ad saling memiliki kesamaan dan menganggap keselamatan hanya di bawah naungan iman dan amal, bukannya pada harapan dan cita-cita yang tidak pada tempatnya.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seluruh agama samawi memiliki kesamaan; tauhid, kenabian dan kebangkitan.
2. Akidah paling penting adalah tauhid dan kebangkitan.
3. Para pengikut agama langit lainnya akan selamat bila tidak punya informasi tentang Islam, beriman dengan agama dan mengamalkan ajaran-ajarannya.
4. Manusia hanya akan bisa tenang di balik iman kepada Allah, harapan akan kebangkitan dan berbuat baik.
5. Kebahagiaan berkaitan erat dengan iman dan amal saleh.(IRIB Indonesia)
Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 55-59
Ayat ke 55
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika kamu berkata: "Wahai Musa, kami tidak akan beriman kepadamu sebelum kami melihat Allah dengan terang", karena itu kamu disambar halilintar, sedang kamu menyaksikannya.
Ayat ini menjelaskan satu lagi dari penyimpangan-penyimpangan Bani Israel. Suatu hari mereka menyembah anak sapi. Dan kali ini, mereka meminta sesuatu yang tidak pada tempatnya. Mereka berkata, "Kami ingin melihat Allah dengan mata kami, supaya kami beriman kepada perkataan-perkataanmu dan menerima ajaran-ajaranmu. Untuk menunjukkan bahwa mata mereka tidak mampu, bahkan untuk melihat sebagian makhluk Allah, maka Allah menurunkan petir, yang kilat serta gemuruhnya menyebabkan kematian mereka, dan mereka semua jatuh menghempas bumi dalam keadaan tak bernyawa.
Lanjutan peristiwa ini, terdapat dalam ayat berikutnya.
Ayat ke 56
Artinya:
Setelah itu Kami bangkitkan kamu sesudah kamu mati, supaya kamu bersyukur.
Setelah matinya 70 orang pembesar Bani Israel yang terjadi dalam peristiwa datangnya ujian itu, Nabi Musa meminta kepada Allah supaya menghidupkan mereka kembali. Allah Swt mengabulkan doa Nabi Musa as dan menghidupkan mereka, sehingga mereka sendiri dan juga Bani Israel beriman kepada kekuatan ilahi.
Dari dua ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Orang yang berbuat dosa pada dasarnya telah menganiaya dan merugikan diri sendiri, bukannya merugikan Allah. Esensi manusia ada di dalam ruhnya, bukan jasadnya; sedangkan dosa membuat ruh manusia tercemar dan berpenyakit.Jika hal itu berlanjut hingga kematian ruh, maka tak tersisa apa pun pada manusia kecuali jasad hewaninya.
2. Taubat dari setiap dosa, harus sesuai dengan dosa tersebut. Taubat akibat mengganti penyembahan Allah Swt kepada penyembahan anak sapi, bukan dengan menangis dan meminta maaf. Tetapi harus dengan dihukum mati atau gantung. Tangis penyesalan tidaklah cukup, tetapi sekali waktu harus dengan penumpahan darah.
3. Beberapa orang berkata kita harus melihat Allah, sehingga kita beriman kepada-Nya. Yang demikian itu berasal dari kebodohan dan ketidaktahuan atau berdasar dari sifat keras kepala. Karena Allah Swt tidak dapat dilihat dengan mata biasa. Hanya tanda-tanda kekuasaan dan kebesaran-Nya yang terdapat di dalam wujud manusia dan seluruh alam wujud, yang dapat dilihat.
4. Menghidupkan kembali orang mati bukanlah hal yang mustahil. Di dunia ini Allah Swt telah menghidupkan kembali manusia-manusia di beberapa kasus. Pada peristiwa ini 70 orang pembesar Bani Israel yang mati akibat azab, kembali hidup berkat doa Nabi Musa yang dikabulkan oleh Allah Swt.
Ayat ke 57
Artinya:
Dan Kami naungi kamu dengan awan, dan Kami turunkan kepadamu "manna" dan "salwa". Makanlah dari makanan yang baik-baik yang telah Kami berikan kepadamu. Dan tidaklah mereka menganiaya Kami, akan tetapi merekalah yang menganiaya diri mereka sendiri.
Setelah menyelamatkan Bani Israel dari cengkeraman orang-orang Firaun, Allah Swt berfirman kepada mereka, pergilah ke arah tanah suci Palestina. Tetapi mereka tidak pergi dengan alasan bahwa disana berkuasa pemerintahan zalim. Kemarahan Allah pun meliputi mereka, membuat mereka berputar-putar tersesat selama 40 tahun di padang pasir Sina.
Selama masa tersebut sekelompok dari mereka sadar atas perbuatan mereka dan Allah Swt kembali menurunkan rahmat-Nya kepada mereka dan ayat ini menjelaskan beberapa hal dari nikmat-nikmat tersebut . Selain menaungi dengan awan-awan di padang pasir yang kering dan membakar, Allah Swt memberi mereka dua macam makanan. Satu, makanan mirip madu yang didapat dari getah pepohonan bernama "manna" dan satu lagi sejenis burung mirip merpati, yang disebut oleh al-Quran dengan nama "Salwa".
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Awan, angin dan hujan tunduk pada perintah Allah.
2. Sifat Allah sebagai pemberi rezeki tidak pernah dibatasi dalam kondisi khusus.
3. Allah menentukan rezeki manusia secara halal.
4. Melanggar hukum Allah berarti berbuat zalim terhadap diri sendiri.
Ayat ke 58
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berfirman: "Masuklah kamu ke negeri ini (Baitul Maqdis), dan makanlah dari hasil buminya, yang banyak lagi enak di mana yang kamu sukai, dan masukilah pintu gerbangnya sambil bersujud, dan Katakanlah:" Bebaskanlah kami dari dosa ", niscaya Kami ampuni kesalahan-kesalahanmu. Dan kelak Kami akan menambah (pemberian Kami) kepada orang-orang yang berbuat baik".
Setelah melewatkan masa 40 tahun di padang pasir Sina, Allah Swt berfirman, bahwa untuk mengampuni dosa-dosa mereka, mereka harus masuk ke tempat peribadatan Baitul Maqdis, dan untuk beristighfar, mereka harus mengulang-ulang kalimat (hitthah). Kalimat ini mempunyai arti, "Ya Allah, hapuskanlah dosa-dosa kami dan ampunilah kami."
Allah Swt berjanji, jika kalimat ini mereka baca dengan sepenuh hati, pada saat memasuki tempat suci itu, maka dosa-dosa mereka akan terampuni dan Allah akan menerima taubat mereka, serta akan menambah pahala orang-orang yang berbuat baik. Sekarang ini juga salah satu pintu diantara pintu-pintu masjidul Aqsa terkenal dengan pintu atau "Baabul Hittah".
Ayat ini menunjukkan bahwa untuk memasuki tempat-tempat suci diperlukan penghormatan khusus dan kita harus mempelajari tata cara berdoa serta permohonan taubat kepada Allah Swt. Kita harus tahu apa yang harus kita lakukan dan kita katakan ketika akan meminta ampun kepada Allah. Ayat selanjutnya menjelaskan perlakuan buruk Bani Israil terhadap perintah Allah Swt.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Jaminan atas kehidupan masyarakat lebih didahulukan dari perintah melakukan ibadah.
2. Ada penghormatan khusus setiap masuk ke tempat-tempat suci.
3. Ampunan dari sisi Allah dan manusia harus meminta ampunan.
4. Kita juga harus belajar tata cara berdoa dan bertaubat dari Allah.
Ayat ke 59
Artinya:
Lalu orang-orang yang zalim mengganti perintah dengan (mengerjakan) yang tidak diperintahkan kepada mereka. Sebab itu Kami timpakan atas orang-orang yang zalim itu siksa dari langit, karena mereka berbuat fasik.
Sekelompok Bani Israil mengejek dan menghina dengan mengganti kata-kata "hitthah" yang artinya Ya Allah ampunilah kami, dengan kata-kata yang mirip dengannya, yaitu "hintah" yang artinya gandum. Mempermainkan perintah Allah seperti itu, menyebabkan mereka tertimpa balasan Allah dan wabah penyakit sampar yang menyebar di antara mereka.
Sesungguhnya sebagaimana yang dikatakan oleh ayat di atas, balasan ini hanya menimpa orang-orang zalim dan tidak semua kaum tertimpa wabah ini. Ayat ini menunjukkan bahwa kapan saja, sikap suka menyimpang, mempermainkan kebenaran, keras kepala dan khianat sudah menguasai suatu masyarakat, maka pintu untuk turunnya azab ilahi ke bumi ini sudah terbuka.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kezaliman dan perbuatan dosa menjadi sarana bagi perubahan dan penyimpangan atas hukum.
2. Selama belum dijelaskan sebuah tata cara, manusia bebas beramal sesuai dengan kehendaknya. Tetapi setelah datang petunjuk, maka harus melakukan berdasarkan itu dan tidak akan diterima permintaan maaf.
3. Azab ilahi merupakan balasan kepada mereka yang menyimpangkan undang-undang ilahi.
4. Seluruh pahala dan balasan Allah tidak terbatas di akhirat saja, tapi sebagian dari ganjaran diberikan di dunia. (IRIB Indonesia)
Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 51-54
Ayat ke 51
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berjanji kepada Musa (memberikan Taurat, sesudah) empat puluh malam, lalu kamu menjadikan anak lembu (sembahanmu) sepeninggalnya dan kamu adalah orang-orang yang zalim.
Setelah Bani Israil selamat dari cengkeraman Firaun, Nabi Musa as menerima perintah meninggalkan kaumnya selama 40 hari pergi ke gunung Tsur untuk mendapatkan tulisan-tulisan Taurat. Namun dalam waktu singkat ini ujian besar menimpa Bani Israel. Seorang lelaki licik bernama Samiri membuat sebuah patung anak sapi dari emas dan permata yang dapat mengeluarkan suara sapi, sehingga membuat takjub dan perhatian orang.
Samiri mengajak orang-orang menyembah patung yang terbuat dari emas dan menakjubkan ini. Kebanyakan orang yang menyaksikan keanehan ini mengikutinya. Dengan perbuatan ini, mereka telah menzalimi diri mereka sendiri yang menyembah anak sapi sebagai ganti menyembah Allah dan menzalimi Musa as. Nabi Musa as yang menanggung sejumlah besar musibah untuk menyelamatkan mereka dariorang-orang Firaun.
Sekembalinya Nabi Musa as dari gunung Tsur, orang-orang menyadari kehinaan perbuatan mereka. Allah dengan segala rahmat-Nya masih mengampuni dosa besar mereka, syirik
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menyendiri untuk sementara waktu bagi para pemimpin ilahi merupakan perbuatan yang baik dengan tujuan beribadah kepada Allah.
2. Angka 40 punya pengaruh dalam menerima ilham atau wahyu ilahi.
Ayat ke 52
Artinya:
Kemudian sesudah itu Kami maafkan kesalahanmu, agar kamu bersyukur.
Salah satu rahmat Allah yang diberikan kepada hamba-hambanya ialah tidak menghukum mereka lantaran semata-mata melakukan perbuatan dosa. Namun memberi mereka kesempatan, hingga mungkin mereka menyesali perbuatannya dan bertaubat. Pada kejadian ini Allah juga mengampuni dosa syirik Bani Israil dan menyediakan kesempatan agar mereka bersyukur atas nikmat kepemimpinan Musa as.
Dari ayat tadi terdapat empat poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam kehidupan sehari-hari, kita harus mengingat Hari Kiamat dan jangan menjerumuskan diri dalam dosa lantaran teman atau demi memperoleh harta dan kedudukan.Sebab pada hari itu tidak seorang pun bermanfaat dan tidak satu pun pesan atau wasiat akan diterima, serta kekayaan dan kekuasaan duniawi tidak dapat mencegah siksa Hari Kiamat.
2. Para pemuda adalah sasaran pertama para tirani Firaunisme. Di dunia hari ini pun kekuatan-kekuatan arogan menarik jiwa-raga para pemuda menuju kematian dengan menyebarkan kerusakanmoral. Mereka menjadikan para wanita dan anak perempuan sebagai tawanan syahwatlewat berbagai propaganda mereka di bidang mode pakaian, tas, sepatu dan aneka ragam perlengkapan kecantikan.
3. Kebebasan dari dominasi orang-orang zalim termasuk nikmat Allah yang besar, dan orang-orang mukmin dalam jalan mencapai kebebasan ini harus berusaha. Bila mereka berusaha, Allah pasti menurunkan bantuan-Nya.
4. Para pemimpin ilahi memiliki peran penting dalam memberi petunjuk dan kebahagiaan kepada masyarakat. Jika 40 hari ketiadaan Nabi Musa as menyiapkan kesempatan bagi para penyeleweng untuk menarik orang-orang awam menyembah anak sapi, maka apa jadinya, jika sepanjang sejarah Allah tidak mengutus seorang Nabi pun?
Ayat ke 53
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami berikan kepada Musa Al Kitab (Taurat) dan keterangan yang membedakan antara yang benar dan yang salah, agar kamu mendapat petunjuk.
Kalimat "furqan" berarti pemisahan kebenaran dari kesalahan. Dan oleh karena kita-kitab langit dan mukjizat yang dilakukan oleh para Nabi adalah sumber penjelas kebenaran dan kebatilan, maka semua itu disebut "furqan". Untuk memberi petunjuk kepada umat manusia, Allah mengirim kitab-kitab langit dan para nabi pembimbing, serta mukjizat-mukjizat. Semua ini agar manusia dapat membedakan antara ajaran yang benar dan ajaran yang sesat. Dengan demikian Allah Swt telah menyempurnakan hujahnya atas manusia.
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kitab-kitab langit penjelas kebenaran dan tolok ukur yang memisahkan kebenaran dari kebatilan.
2. Hujjah dari Allah sudah lengkap, tapi masyarakat terkadang tidak menerima kebenaran akibat mengikuti hawa nafsu.
3. Tujuan dari diturunkannya kitab-kitab langit adalah memberi petunjuk manusia.
Ayat ke 54
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Musa berkata kepada kaumnya: "Wahai kaumku, sesungguhnya kamu telah menganiaya dirimu sendiri karena kamu telah menjadikan anak lembu (sembahanmu), maka bertaubatlah kepada Tuhan yang menjadikan kamu dan bunuhlah dirimu. Hal itu adalah lebih baik bagimu pada sisi Tuhan yang menjadikan kamu; maka Allah akan menerima taubatmu. Sesungguhnya Dialah Yang Maha Penerima taubat lagi Maha Penyayang."
Ketika Nabi Musa as kembali dari gunung Thur setelah 40 hari, beliau melihat kaumnya menyembah anak sapi. Menyaksikan itu beliau mengingatkan dua hal kepada mereka. Pertama, beliau berkata kepada mereka, "Kalian telah menganiaya diri sendiri dengan perbuatan ini. Kalian telah mengganti Allah dengan anak sapi dengan demikian maka kalian telah menginjak-injak kehormatan serta kemuliaan manusia."
Kedua, beliau berkata, "Dosa yang kalian lakukan lebih besar dari dosa orang kafir.Karena kalian mengetahui kebenaran dan telah beriman kepadanya, kemudian kalian lepaskan ia dan menjadi kafir. Jadi kalian telah murtad sedangkan hukuman bagi orang yang murtad ialah dibunuh. Walaupun Allah adalah manifestasi rahmat dan cinta, tetapi sebagai mana seorang pendidik yang baik dan bermaksud mulia, terkadangDia memberikan peringatan dan hukuman keras. Dengan demikian, diharapkan manusia mengambil pelajaran dan tidak mempermainkan agama, juga membersihkan pengaruh-pengaruh kotor dan buruk dari masyarakat.
Masalah berpaling kepada penyembahan berhala dan penyembahan anak sapi, bukanlah masalah remeh. Untuk itu dosa ini tidak dapat diampunia dengan sekali taubat. Apa lagi yang demikian itu dilakukan oleh orang-orang yang sudah melihat mukjizat dan nikmat yang besar dan telah beriman dengan itu semua.
Dari ayat tadi terdapat lima poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seorang muballig harus berusaha mempersiapkan masyarakat menerima hukum-hukum ilahi dengan cinta.
2. Perbuatan syirik pada dasarkan menzalimi diri sendiri.
3. Bila argumentasi dan dalil yang dibawakan semakin banyak, kewajiban menjadi lebih berat dan melanggarnya akan mendapat ganjaran yang berbahaya.
4. Hukum orang murtad adalah mati.
5. Kematian dalam rahmat ilahi lebih baik ketimbang hidup dalam laknat ilahi.
Tafsir Al-Quran, Surat al-Baqarah Ayat 48-50
Ayat ke 48
Artinya:
Dan jagalah dirimu dari (azab) hari (kiamat, yang pada hari itu) seseorang tidak dapat membela orang lain, walau sedikitpun; dan (begitu pula) tidak diterima syafaat dan tebusan dari padanya, dan tidaklah mereka akan akan ditolong.
Ayat ini menyinggung empat hal dari keyakinan keliru dan harapan manusia yang tidak pada tempatnya menyangkut persoalan Kiamat. Namun pada saat yang sama memberikan jawabanya bahwa orang-orang Yahudi mengira bahwa ayah mereka dapat menjauhkan mereka dari siksaan neraka, para pembesar agama dapat memberi mereka syafaat di sisi Allah dan para sahabat akan menolong mereka. Sementara sebagian mengira mereka dapat menolak siksaan Hari Kiamat dengan membayar tebusan.
Dalam menjawab mereka al-Quran mengatakan, pada hari itu tidak ada siapapun atau apapun yang dapat mencegah siksaan bagi pendosa, dan setiap orang memikirkan keselamatan dirinya. Jika demikian, janganlah mengharapkan apa pun selain iman dan amal saleh. Alhasil, berdasarkan rahmat-Nya, Allah tidak menutup jalan untuk bertaubat, dan dengan dibukanya jalan taubat di dunia dan syafaat pada Hari Kiamat, maka Allah memberikan harapan ampunan bagi para pendosa.
Poin penting dalam masalah ini, taubat dan syafaat memiliki syarat-syarat dan bukan penyebab seseorang berani melakukan perbuatan dosa. Bahkan merupakan dasar bagi seseorang untuk menjauhi pengulangan perbuatan dosa. Oleh karena itu, ayat ini menafikan syafaat tanpa ikatan dan syarat, sebagaimana yang diyakini oleh orang-orang Yahudi. Demikian pula, menurut pandangan al-Quran, keyakinan orang kristen bahwa Nabi Isa as telah berkorban hingga darahnya menjadi penghapus dosa-dosa pengikutnya tidak dapat diterima.
Dari ayat tadi terdapat dua poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Takut di hadapan Allah tanpa adanya pembela dan pemberi syafaat dengan sendirinya menguatkan takwa kepada-Nya.
2. Hendaknya tegas menghadapi akidah yang sesat dan batil.
Ayat ke49
Artinya:
Dan (ingatlah) ketika Kami selamatkan kamu dari (Firaun) dan pengikut-pengikutnya; mereka menimpakan kepadamu siksaan yang seberat-beratnya, mereka meyembelih anakmu yang laki-laki dan membiarkan hidup anakmu yang perempuan. Dan pada yang demikian itu terdapat cobaan-cobaan yang besar dari Tuhanmu.
Untuk menjaga pemerintahannya, Firaun membunuh para pemuda dan kaum lelaki Bani Israel dengan berbagai alasan. Sementara mereka menjadikan perempuan sebagai budak dan hamba sahaya sehingga tak akan muncul suatu kekuatan yang dapat melawannya.
Menurut pandangan al-Quran, kesulitan dan kesenangan merupakan perantara ujian sehingga manusia menunjukkan jati dirinya danmencapai pertumbuhan dan kesempurnaan. Ayat berikutnya menyebutkan nikmat-nikmat ilahi yang diberikan kepada Bani Israel.
Dari ayat tadi terdapat enam poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Bebas dari penguasa yang zalim merupakan nikmat yang besar.
2. Kesulitan dan kepahitan yang dialami sebelumnya membuat manusia dapat merasakan kenikmatan berlipat dari kebebasan hari ini.
3. Para penguasa zalim tidak akan kuat tanpa orang-orang di sekelilingnya.
4. Kesulitan dan kebebasan kedua-duanya merupakan alat untuk menguji manusia.
5. Perbuatan Firaun adalah melenyapkan kekuatan pertahanan dan perluasan kesejahteraan.
6. Para penguasa zalim menggunakan beragam bentuk penyiksaan untuk melanggengkan kekuasaannya.
Ayat ke50
Artinya:
Dan (ingatlah), ketika Kami belah laut untukmu, lalu Kami selamatkan kamu dan Kami tenggelamkan (Firaun) dan pengikut-pengikutnya sedang kamu sendiri menyaksikan.
Ayat ini berbicara tentang cara-cara Bani Israel terselamatkan dari tangan Firaun, dimana hal itu merupakan salah satu mukjizat dan tanda-tanda kebesaran ilahi. Nabi Musa as mendapat perintah dari Allah untuk memindahkan kaumnya dari Mesir. Namun, sewaktu mereka mendekati sungai Nil dan mengetahui bahwa Firaun dan para prajuritnya mengejar mereka dari belakang, ketakutan dan kegelisahan menyelimuti Bani Israel.
Dengan perintah Allah, Nabi Musa as memukulkan tongkatnya ke laut. Air laut terbelah menjadi dua, dan jalan terbentang untuk penyeberangan Bani Israel dari sungai Nil. Namun, sewaktu prajurit Firaun berada di tengah-tengah sungai Nil, air laut menyatu kembali dan menenggelamkan mereka semua hingga tewas. Bani Israel selain menyaksikan keselamatan mereka melalui mukjizat ilahi, melihat kemusnahan musuh-musuh mereka. Lalu kenikmatan apa yang lebih besar dari pada yang demikian ini?
Dari ayat tadi terdapat tiga poin pelajaran yang dapat dipetik:
1. Peran sebab di alam semesta bergantung pada kehendak Allah. Tongkat yang berada di tangan Nabi Musa as terkadang mampu membelah batu dan air keluar darinya dan terkadang dipukulkan ke air dan air pun terbelah.
2. Bani Israil pada akhirnya selamat setelah mengalami pelbagai siksaan.
3. Balas dendam kepada orang-orang zalim di hadapan orang-orang yang dizalimi merupakan hal yang dinantikan mereka. (IRIB Indonesia)