
کمالوندی
Pro Kontra Tanggapi Rencana ECB Beli Obligasi Negara Bermasalah
Bank Sentral Eropa (ECB) di sidang hari Kamis (6/9) akhirnya menyatakan keputusannya untuk membeli obligasi negara-negara Eropa di zona Euro yang tengah dilanda krisis finansial. Hal ini dilakukan ECB demi menyelesaikan krisis ekonomi yang mendera kawasan ini.
Berbagai tanggapan bermunculan atas keputusan ECB ini. Jerman sebagai negara terkuat Eropa geram dengan keputusan tersebut. Namun demikian Jerman masih siap mengikuti kebijakan ECB yang telah diambil. Angela Merkel, kanselir Jerman mengatakan, selama hari Jum'at kemarin meski geram atas keputusan ECB, namun terpaksa harus mendukung, karena keputusan ini sama halnya dengan memberikan cek kosong kepada negara-negara yang dilanda krisis.
Sementara Ketua Uni Eropa, Herman Van Rompuy berkeyakinan bahwa ECB telah memberikan jawaban konstruktif. Rencana ECB ini muncul akibat krisis ekonomi dan eskalasi inflasi di tahun 2012. Diprediksikan laju ekonomi zona euro hingga akhir tahun 2012 akan mengalami penurunan sebesar 0,4 persen.
Daniel Gross, dari pusat riset kebijakan Eropa mengatakan, "Bank sentral telah melakukan langkah yang seharusnya diambil. ECB menyatakan tanggung jawab penyerahan bantuan diserahkan kepada para menteri keuangan, jika menteri keuangan Eropa memutuskan untuk memberi bantuan kepada negara tertentu maka saat itulah ECB dengan obligasinya tampil membantu negara tersebut. Ini merupakan peran Bank Sentral Eropa saat ini."
Gross menambahkan, "Bank Sentral Eropa sejatinya tidak memberikan keputusan baru, namun hanya menjalankan pendapat Mario Draghi yang sebelumnya pernya dirilis. Ternyata rencana tersebut berhasil meyakinkan pasar sehingga kita saksisak pasar mereaksi positif rencana ECB."
Setelah ECB merilis rencananya tersebut, nilai saham di bursa Eropa mengalami kenaikan cukup signifikan.
Adapun Indonesia juga menanggapi positif rencana ECB. Pelaksana tugas Kepala Badan Kebijakan Fiskal (BKF) Kementerian Keuangan Bambang Brodjonegoro mengharapkan rencana pembelian obligasi negara-negara zona Euro yang mengalami kesulitan oleh Bank Sentral Eropa (ECB) dapat memberikan kestabilan bagi perekonomian global.
"Kalau apa yang dilakukan ECB bisa menstabilkan keadaan Eropa, kita harapkan global slowdown bisa lebih moderat dampaknya," ujarnya di Jakarta, Jumat (7/9).
Bambang mengatakan apabila kondisi Eropa bisa lebih cepat pulih akibat adanya kebijakan ini, maka secara tidak langsung hal tersebut ikut memberikan dampak positif terhadap perekonomian Indonesia.
"Kita melihatnya kalau Eropa itu lebih cepat pulih, dampaknya tentu lebih positif ke ekonomi dunia termasuk Indonesia," katanya.
Bank Sentral Eropa, Kamis, meluncurkan rincian program baru untuk membeli obligasi pemerintah dalam jumlah tak terbatas dari negara-negara zona euro, melalui mekanisme mandat kebijakan bank yang ketat. (IRIB Indonesia/MF)
Obama Kembali Mengumbar Janji, Akankah Rakyat AS Percaya ?
"Belum pernah aku merasakan hal seperti ini, kini aku lebih optimis terhadap Amerika Serikat ", Ini adalah kata-kata yang mengawali pidato Barack Obama, presiden Amerika untuk menepis rasa pesimis terhadap keberlanjutan kepemimpinannya di negara adi daya ini. Obama dengan optimisme ini di depan ribuan simpatisan Partai Demokrat di Konvensi Nasional partai ini di Charlotte, North Carolina secara resmi menyataan dirinya sebagai kandidat resmi pilpres November 2012.
Di pidato 40 menit Obama meski kembali ia mengumbar janji, namun tidak tampak program jelas terkait mekanisme untuk merealisasika janji tersebut. Presiden Amerika dari kubu Demokrat ini mengatakan, jika dirinya diberi kesempatan empat tahun lagi menduduki Gedung Putih maka ia akan melakukan defisit anggaran belanja negara, menambah jumlah lapangan pekerjaan di sektor produksi dan mengurangi impor minyak dari luar sekitar separuh.
Dalam pidatonya di konvensi yang digelar di Charlotte, North Carolina tersebut, Obama membanggakan kebijakan luar negerinya dan keberhasilannya dalam isu keamanan nasional. Ditegaskan Obama, dirinya satu-satunya kandidat yang cocok untuk menjadi panglima tertinggi AS.
Dalam sebuah pidato penting di konvensi itu di hadapan ribuan pendukung dan jutaan pemirsa televisi, dua bulan sebelum pemilihan pada 6 November mendatang, Obama tampak berupaya untuk menyalakan kembali gairah dukungan yang menghantarnya ke tampuk kekuasaan empat tahun lalu. Obama perlu menarik suara dari para pemilih yang belum menentukan pilihan, terutama dari mereka yang telah terpengaruh oleh pesannya yang inspiratif tentang harapan pada 2008, tapi sekarang merasa kecewa setelah keterpurukan ekonomi dan percekcokan politik yang berlarut-larut.
Obama meyakinkan mereka, "Masalah kita dapat diselesaikan, tantangan kita dapat diatasi. Ya, jalan kita lebih sulit tetapi jalan itu mengarah ke tempat yang lebih baik," katanya.
Obama hendak memberi pesan melalui konvensi itu bahwa Amerika berada di jalan menuju pemulihan, sementara penantangnya dari dari Partai Republik, yaitu Mitt Romney, akan menghidupkan kembali sejumlah kebijakan yang nyata-nyata gagal, memotong pajak untuk orang-orang kaya dan menyingkirkan program-program yang memungkinkan rakyat biasa Amerika punya kesempatan untuk meraih masa depan yang lebih sejahtera.
Partai Republik, yang telah menominasikan Romney pekan lalu, menyatakan bahwa tingkat pengangguran yang tinggi yaitu 8,3 persen merupakan bukti bahwa kebijakan Obama telah gagal. Sejumlah kebijakan pemerintahan Obama juga telah merugikan dunia usaha dan menyebabkan defisit anggaran federal melambung.
Kedua kandidat terlibat dalam persaingan yang ketat. Sejumlah jajak pendapat menunjukkan, Romney, seorang pengusaha kaya dan mantan gubernur Massachusetts, dinilai sebagai calon yang lebih baik untuk meningkatkan perekonomian, sementara Obama dipandang sebagai sosok yang lebih menyenangkan dan punya pemahaman yang lebih baik tentang kondisi sehar-hari rakyat Amerika.
Namun demikian di janjinya Obama hanya menjelaskan bahwa dalam mengurangi anggaran belanja negara dirinya tidak berniat menyusahkan rakyat kelas menengah. Ia pun tampaknya tak menjelaskan kebijakan mana yang nantinya akan dilanjutkan atau kebijakan mana yang akan dia revisi nantinya. (IRIB Indonesia/MF)
Bumerang Blunder Politik Netanyahu
Gelombang tekanan terhadap Perdana Menteri Israel kian hari semakin meningkat di tengah gencarnya upaya Benyamin Netanyahu melancarkan propaganda serangan terhadap instalasi nuklir Iran. Di dalam negeri Israel sendiri kabinet Netanyahu menghadapi berbagai kecaman dari warga Zionis dan partai politik rezim Israel.
Di luar itu, memburuknya kondisi ekonomi Israel yang diperparah ancaman keamanan yang semakin tinggi menyebabkan bola salju protes keras kian menggelinding kencang menghantam Tel Aviv.
Di bidang ekonomi, protes keras menyikapi memburuknya perekonomian Israel setidaknya menewaskan dua orang Zionis yang membakar dirinya sendiri. Tidak hanya itu, sebelumnya juga terjadi aksi pemogokan dan unjuk rasa besar-besaran menandai eskalasi ketidakpuasan terhadap kabinet Netanyahu.
Meningkatnya pengangguran, lonjakan inflasi dan kemiskinan yang merajalela menyebabkan tingkat ketidakpuasan warga Zionis terhadap Netanyahu semakin meningkat dari sebelumnya. Koran Zionis, Maariv Sabtu (8/9) menulis, "Berdasarkan sebuah jajak pendapat Israel, sekitar 59 persen Zionis menyatakan ketidakpusannya terhadap kebijakan pemerintah Netanyahu."
Di bidang keamanan, bocornya informasi intelejen mengenai pertemuan kabinet Netanyahu, dan kekhawatiran atas meningkatnya kemajuan Iran yang memicu propaganda penyerangan terhadap instalasi nuklir negara itu justru menjadi bola panas bagi Tel Aviv. Shaul Mofaz, pemimpin Partai Kadima mengusulkan pemanggilan Netanyahu untuk dimintai penjelasan terkait bocornya informasi rapat kabinet Israel tersebut. Mofaz mengatakan, "Kebocoran informasi dalam sidang kabinet keamanan tidak bisa dibiarkan begitu saja."
"Netanyahu kebingungan dan stres menghadapi Iran. Alih-alih mengambil keputusan yang benar, ia malah mengkritik keras partai oposisi mengenai statemen haus perangnya itu," tegasnya.
Tampaknya rasionalitas kubu oposisi dan warga Zionis masih lebih baik dari penguasa Israel. Isu pemanggilan Netanyahu menjadi masalah besar di dalam negeri Israel. Di sisi lain dampak gelombang kebangkitan Islam di kawasan semakin membuat rezim Zionis terkucil melebihi sebelumnya. Kini, propaganda penyerangan terhadap instalasi nuklir Iran justru menjadi bumerang blunder politik bagi Netanyahu sendiri.(IRIB Indonesia/PH)
Penjualan Senjata Jerman ke Timur Tengah dan Kekhawatiran Israel
Jerman dalam beberapa dekade lalu tercatat memiliki saham cukup besar di pasar senjata Timur Tengah. Penjualan senjata Berlin biasanya menambah pertikaian di kawasan, memperkuat Rezim Zionis Israel dan rezim-rezim Arab. Jerman dalam beberapa tahun terakhir masih tetap melanjutkan perannya di pasar senjata Timur Tengah.
Penjualan kapal selam kelas Dolphin ke Israel dan perundingan yang tengah berjalan saat ini terkait penjualan tank Leopard ke Arab Saudi dan Qatar yang bernilai beberapa miliar euro tercatat sebagai penjualan senjata paling penting Berlin di Timur Tengah. Selain itu, menteri pertahanan Jerman saat melawat Uni Emirat Arab mengajukan tawarannya kepada Abu Dhabi untuk membeli pesawat tempur Typhoon. Sementara kontrak pembelian 60 pesawat ini diperkirakan senilai 6 miliar euro.
Di sisi lain, rencana Jerman menjual dua kapal selam kepada Mesir telah membangkitkan sensitifitas Rezim Zionis Israel. Amos Gilad, salah satu perwira tinggi intelijen dan militer Israel dalam lawatannya ke Berlin bertemu dengan petinggi Jerman, departemen pertahanan dan luar negeri serta Angela Merkel, kanselir Jerman. Ia berunding dengan petinggi Jerman mengenai kontrak penjualan senjata kepada negara-negara Arab.
Gilad meminta petinggi Jerman sebelum melakukan penjualan senjata ke negara Arab terlebih dahulu melakukan konsolidasi dengan Tel Aviv. Ketua bidang politik dan keamanan departemen peperangan Israel ini meminta petinggi Berlin sebelum menjual senjatanya ke negara Arab, khususnya setelah kontrak penjualan dua kapal selam ke Mesir, terlebih dahulu menarik simpati dan persetujuan Israel.
Koran Haaretz cetakan Israel mengutip staf tinggi Tel Aviv menulis, Gilad Rabu dan Kamis pekan lalu melawat Jerman guna berunding dan mencapai kesepahaman terkait penjualan senjata ke negara-negara Arab da tetap menjaga keunggulan militer rezim ilegal ini. Jerman tahun lalu mulai meningkatkan volume penjualan senjatanya ke negara-negara Arab. Jerman juga menandatangani kontrak penjualan tank ke negara Arab dan kapal selam ke Mesir.
Haaretz menulis, Israel berusaha memiliki kesepahaman seperti yang dimilikinya dengan Amerika Serikat, juga diterapkan dengan Jerman. Langkah ini dilakukan untuk mencari kepastian bahwa penjualan senjata oleh negara Barat ke Arab tidak menganggu kedigdayaan militer Israel.
Di laporan ini mengutip salah satu petinggi Israel disebutkan, Tel Aviv sangat mengkhawatirkan penjualan dua kapal selam Berlin ke Kairo, karena Mesir saat ini sangat berbeda dengan Mesir di era Hosni Mubarak.
Sepertinya Jerman dalam penjualan senjatanya ke Timur Tengah memiliki dua tujuan. Pertama, mengingat kondisi ekonomi Jerman, pemerintah sayap kanan Angela Merkel selain menggenjot sektor industri senjata dengan transaksi luar negeri, khususnya ketika anggaran belanja militer dikurangi mencoba untuk meminimalkan pesanan senjata oleh militer negara ini. Dengan penjualan senjata seperti ini, Jerman secara langsung telah membantu rezim Arab pro Barat dan sekutu mereka di Timur Tengah serta ikut andil dalam menumpas gerakan rayat yang menentang pemerintah despotik.
Meski demikian, Israel masih tetap was-was, jangan-jangan ketika terjadi perubahan di negara-negara seperti Arab Saudi dan Qatar, senjata-senjata Jerman ini jatuh ke tangan kelompok yang anti Israel. Terkait penjualan kapal selam ke Mesir serta mengingat perubahan kebijakan di pemerintah baru negara ini terhadap Tel Aviv, Israel takut jika kapal selam tersebut mempengaruhi konstelasi strategis di kawasan serta merugikan Israel. Apalagi jika terjadi peperangan dan kapal tersebut digunakan untuk melawan Tel Aviv. (IRIB Indonesia/MF)
Menguak Jaringan Terorisme di Indonesia
Warga di Jalan Nusantara, Beji, Depok, Jawa Barat, dikagetkan dengan suara ledakan keras pada Sabtu (8/9) malam. Ledakan pada pukul 21.22 itu membuat rumah yang menjadi lokasi kejadian hancur berantakan. Tiga orang terluka akibat kejadian di rumah kontrakan yang dipasangi spanduk Yayasan Yatim Piatu Pondok Bidara itu.
Mereka kemudian diangkut polisi dengan mobil bak terbuka. Salah satu korban yang tangannya nyaris putus, mencoba kabur. Namun polisi bertindak sigap. Ia berhasil dibekuk dan diangkut pula ke dalam mobil polisi.
Salah satu korban, Mulyadi bahkan menyaksikan, 5 menit sebelum ledakan, dua orang pria buru-buru meninggalkan rumah itu. Salah satunya pergi dengan menaiki sepeda motor. Sementara satu orang lagi, saking terburu-burunya, melompati pagar dan berlari meninggalkan rumah. Tak lama setelah itu, ledakan keras terjadi. Mulyadi pun terkapar, terkena pecahan bekas ledakan.
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Mabes Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, menyatakan bahwa kedua pria yang kabur sebelum ledakan itu sebenarnya juga sudah terluka di tangan. Karena itu, Boy mengingatkan klinik dan rumah sakit agar melapor ke polisi jika menemukan ada orang yang terluka di tangan minta perawatan.
Kejadian yang mengagetkan warga itu tak berselang lama setelah penggerebekan terduga teroris si Solo, Jawa Tengah. Sebelum ledakan di Depok, sebuah rumah di kawasan Tambora, Jakarta, pun digerudug warga. Rumah yang sempat mengeluarkan asap tebal berbau mesiu itu didobrak warga. Ternyata di dalam rumah milik Muhammad Toriq (30) itu ditemukan bahan pembuat bom.
Aksi diam-diam para terduga teroris di tiga lokasi itu akhirnya terkuak ke publik. Bahkan, proses perakitan bom yang dilakukan di dua rumah terpisah di Jakarta telah gagal dan menimbulkan tanda tanya publik. Adakah keterkaitan aksi di tiga lokasi itu?
Terkait tiga insiden tersebut, Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan, Djoko Suyanto, menegaskan bahwa saat ini pihak kepolisian masih mendalami kaitan antara kejadian di solo dan penemuan bahan peledak di kawasan Tambora serta Beji.
"Sampai sekarang belum bisa menyimpulkan apa ada kaitan dengan Tambora. Yang pasti Pemerintah mengutuk keras siapapun yang menyebabkan ledakan, apalagi yang menimbulkan korban. Tindakan ini sangat bertentangan upaya menjaga kedamaian," ujar Djoko dalam jumpa pers di kantornya, Jalan Medan Merdeka Barat, Jakarta Pusat, Ahad (9/9).
Perlu Waktu Ungkap Jaringan Teroris
Juru bicara Mabes Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar, mengatakan sedang mengumpulkan fakta hukum dan data yang akurat dalam mengungkap keterkaitan terorisme. Kata Boy, polisi tidak bisa asal mengaitkan antara jaringan satu dengan lainnya.
"Ada titik terang keterkaitan bila para pelaku sudah tertangkap dan menjalani pemeriksaan," kata Boy dalam pertemuan dengan Forum Komunikasi Alumni Afganistan Indonesia di Jakarta, Ahad, 9 September 2012. Saat ini, polisi belum bisa menarik kesimpulan apakah pelaku teroris di Solo, di Depok, dan Tambora adalah jaringan yang sama.
Menanggapi adanya temuan dokumen tertulis pasca aksi penyergapan oleh tim Densus Antiteror 88, menurut Boy, temuan tersebut hanya menguatkan dugaan motif. Dari dokumen yang ada, penyidik belum mendapati keterkaitan antara terorisme di Solo, Depok, dan Tambora.
Sementara itu, pengamat terorisme, Nasir Abbas, menilai kelompok teroris Solo dan beberapa pelaku terduga teroris di Depok serta Tambora masih memiliki keterkaitan dengan jaringan sebelumnya, seperti Imam Samudra atau Noordin M. Top. "Kalaupun tidak ada hubungan, setidaknya ada transfer ilmu atau rasa solidaritas antar mereka," ujarnya.
Sedangkan dari sisi pemahaman, para pelaku terorisme relatif sama satu dengan lainnya. Perbedaannya, kata Nasir, ada pada teknis pelaksanaan. "Seperti membuat kelompok kecil, terdiri dari tiga sampai lima orang," kata Nasir.
Dalam pertemuan antara Kapolda Metro Jaya Inspektur Jenderal Untung S. Radjab dengan Forum Komunikasi Alumni Afganistan Indonesia, Nasir mengutuk keras setiap tindak terorisme.
Pertemuan yang bertajuk "Indonesia Damai" ini dihadiri sejumlah orang yang pernah berjuang dalam peperangan di Afganistan atau sering disebut alumni Afganistan. Hadir dalam pertemuan itu juga pejabat-pejabat dari Polda Metro Jaya dan juru bicara Mabes Polri, Brigadir Jenderal Boy Rafli Amar. Pertemuan digelar di Restoran Sari Kuring, kawasan SCBD, Jakarta Selatan.
Kapolda Untung memandang pertemuan ini merupakan momen tepat untuk bersilahturahmi. "Mereka ini saudara saya," kata Untung.
Kelompok Teroris Masih Ingin Unjuk Eksistensi
Pengamat terorisme, Al Chaidar menyebut kelompok teroris masih akan melanjutkan aksinya. Penyergapan teroris Solo termasuk penemuan bahan peledak di Tambora, Jakarta, membuktikan kuatnya jaringan terorisme di Indonesia.
"Ini memang sudah merebak terorisme. Ada sembilan kelompok teroris, masing-masing kelompok berusaha menunjukkan eksistensi masing-masing. Dari Darul Islam ada empat, dari Jamaah Islamiyah ada lima," tutur Al Chaidar ketika dihubungi detikcom.
Unjuk eksistensi kelompok teroris ini bisa dilakukan dengan berbagai cara termasuk melakukan penyerangan terhadap lembaga negara. "Cara menunjukkan eksistensinya bisa lewat peledakan bom, penembakan aparat, dan kantor lembaga negara," sebutnya.
Serangan terhadap lembaga negara sebut Al Chaidar dimaksudkan untuk menekan pemerintah. "Menciptakan situasi delegitimasi negara," ujarnya.
Sementara itu pengamat intelijen Wawan Purwanto mengatakan ancaman terorisme ini sulit diatasi bila aparat terkait hanya mengandalkan upaya penindakan.
"Penangkapan dan penindakan hanya timbulkan dendam baru, tidak cukup seperti itu. Jadi kita perlu merumuskan metode proses pengendalian mengatasi teroris, supaya efektif," kata Wawan dihubungi terpisah.
Aksi teror yang kebanyakan dilandasi karena keyakinan pelaku yang salah, harus diredam dengan proses deradikalisasi. "Karena ancaman ini masih nyata, proses deradikalisasi harus dilakukan dan upaya lain untuk mengubah pola pikir atas keyakinan yang salah. Tapi butuh ketekunan dari pemerintah dan pihak terkait," jelas dia. (Gatra/Tempo/Detik)
Kurdistan Irak Tidak Gubris Pemerintah Pusat, Ekspor Minyak ke Turki Berlanjut
Pemerintah semi-otonom Kurdistan Irak memulai perdagangan minyak dan gas langsung dengan Turki, sementara pemerintah pusat Baghdad telah menyatakan ketidakpuasannya atas proses tersebut.
Setiap harinya pemerintah Kurdistan Irak mengirim sedikitnya 15 truk berisi bahan bakar cair bi-produk kondensat dari sebuah zona gas terpencil di Kurdistan ke kota pelabuhan Mersin di pantai Mediterania Turki selatan. Demikian dilaporkan Reuters Ahad (9/9).
Sebagai imbalannya, Ankara mengirim kembali sebagian kecil dari truk tersebut setelah mengisi tangkinya dengan bahan bakar solar dan minyak tanah untuk pembangkit listrik di wilayah Kurdistan Irak.
"Ini sederhana namun awal simbolis untuk perdagangan minyak langsung antara Pemerintah Regional Kurdistan [Irak] (KRG) dan Turki - dan masih banyak lagi yang akan mengalir," kata seorang pejabat Irak yang menolak menyebutkan nama menambahkan, "Kedua pihak tidak ingin berhenti. "
Perdagangan langsung minyak dan gas antara Kurdistan dan Turki ini terjadi di saat ketegangan antara pemerintah Kurdi dan pemerintah pusat di Baghdad semakin meningkat dalam beberapa waktu terakhir. Baghdad menilai proses perdagangan tersebut ilegal dan harus dihentikan.
Meski demikian, Turki mendukung pertukaran bahan bakar yang telah dimulai sejak dua bulan lalu. Taner Yildiz, Menteri Energi Turki mengatakan bahwa volume pertukaran itu akan ditingkatkan secara bertahap hingga menjadi 200 truk per hari atau sekitar 40.000 barel per hari.
Pada 15 Juli lalu, Juru Bicara pemerintah Irak Ali al-Dabbagh mengatakan bahwa Ankara harus menghentikan "impor minyak tidak sah" dari wilayah Kurdistan.
Kurdistan juga menguji kesabaran Baghdad selama berbulan-bulan dengan menandatangani kesepakatan dengan perusahaan minyak asing, seperti Exxon dan Chevron. Namun, pemerintah Baghdad menolak kontrak tersebut karena dinilai ilegal dan bagian dari desakan Kurdi untuk mendapatkan kekuasaan otonomi lebih.
Baghdad berulang kali menegaskan bahwa semua kontrak minyak di negara itu, termasuk di wilayah Kurdi, harus melalui pemerintah pusat.(IRIB Indonesia/MZ)
Rahbar Apresiasi Prestasi Atlet Paralimpiade Iran
Rahbar atau PemimpinRevolusi Islam Iran Ayatullah Sayid AliKhamenei mengapresiasi atletIran atas prestasi luar biasa merekadi Paralimpiade London 2012.
Dalam pesantertulisnya pada Ahad (9/9), Ayatullah Khameneiberterima kasih kepada semua atlet yang telah mengharumkan nama bangsa Iranpada turnamen internasional tersebut.
Iran merebut 24medali, dan berada di urutan 11perolehan medali ParalimpiadeLondon 2012.
Pada hari terakhir, Ahad, tim sepak bola Iran mengalahkan Brasil 5-0 dalam playoff di posisi ketigadi Olympic Park dan mengantongimedali terakhir untuk Iran diParalimpiade London.
Iranmeraih 10 medali emas, tujuh perak, dan tujuh perunggu di ParalimpiadeLondon 2012.
Dengan demikian peringkat Iran melejit dibanding paralimpiadesebelumnya yang berlangsung diBeijing. Kala itu, Iranberada di posisi ke-22dengan lima medali emas, enam perak, dan tiga medali perunggu.
Para atletIran berpartisipasi dalam cabang olahraga panahan, atletik, balam sepeda, sepak bolalima-pemain, sepak bolatujuh-pemain, goalball, judo, angkat besi, tembak, renang, tenis meja, voli duduk, dan tenis kursi roda.(IRIB Indonesia/MZ/RM)
Romney: Kemajuan Nuklir Iran Adalah Kegagalan Terbesar Politik Obama
Mitt Romney, rival terberat Presiden Amerika Serikat Barack Obama, dari kubu Republik dalam pilpres November mendatang, menyatakan bahwa kemajuan progam nuklir Iran merupakan kegagalan terbesar politik Obama.
Fars News (9/9) melaporkan, Romney dalam wawancaranya dengan NBC mengatakan bahwa politik Barack Obama mengalami kegagalan terburuknya dalam menyikapi program nuklir Iran.
Menurutnya, dibandingkan pada tahun 2008 dan ketika Obama menjabat sebagai Presiden Amerika, Iran sekarang sudah sangat mendekati pencapaian kemampuan nuklir.
Hal itu dikemukakan Romney setelah para senator Amerika John McCain, Joe Liberman dan Lindsay Graham, menuntut pemerintah memberlakukan kebijakan lebih ketat terhadap Republik Islam Iran.
Romney dalam wawancara itu mengatakan, "Mungkin kekalahan terbesar Obama, yaitu Iran bernuklir, telah berubah menjadi ancaman bagi Amerika Serikat dan dunia."
Amerika Serikat, Israel dan sekutunya di Eropa berulangkali mengklaim bahwa program nuklir sipil Iran kemungkinan mengacu pada aspek militer dan digunakan sebagai kedok untuk menutupi program produksi senjata pemusnah massal. Namun para pejabat Iran menolak klaim tersebut dengan alasan sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Tehran berhak mendayagunakan teknologi nuklir untuk kepentingan damai. Selain itu, berbagai laporan dari hasil inspeksi tim IAEA telah membuktikan status damai program nuklir Iran.
Guna menjegal program nuklir Iran, Amerika Serikat dan Israel mengancam akan menggunakan opsi serangan militer ke Iran.
Ancaman itu direaksi tegas oleh para pejabat tinggi Republik Islam Iran bahwa segala bentuk serangan akan berujung pada kemusnahan rezim Zionis Israel dan akan mengobarkan perang hingga keluar batas kawasan Timur Tengah.(IRIB Indonesia/MZ/RM)
AS dan Rusia Masih Berselisih Soal Suriah
Menteri Luar Negeri AS Hillary Clinton dalam sebuah pernyataan, menilai kecil kemungkinan negaranya dan Rusia akan mencapai kesepakatan terkait Suriah.
Kantor berita ISNA, Senin (10/9) melaporkan, Clinton dalam konferensi pers di Rusia, mengatakan "Menurut keyakinan saya, kesepakatan antara Washington dan Moskow terkait strategi untuk menyelesaikan krisis Suriah masih terlalu jauh."
"Pembicaraan saya dengan Presiden Vladimir Putin dan Menlu Sergei Lavrov tidak membawa kemajuan berarti dan perbedaan kedua negara masih berlanjut," tambahnya.
Clinton menjelaskan bahwa Rusia telah mengajukan draf resolusi baru ke Amerika Serikat di Dewan Keamanan PBB mengenai Suriah, namun resolusi akan sia-sia jika tidak mengikat.
"Kami berulang kali menyaksikan Presiden Bashar al-Assad tidak mengindahkan resolusi dan terus melanjutkan tindakannya," tegas Clinton.
Seraya menekankan bahwa pembicaraannya dengan Lavrov akan berlanjut di masa mendatang, Clinton menambahkan AS akan meningkatkan tekanan kepada rezim Assad sehingga kekerasan bisa diakhiri.
"Kita harus realistis dan selama kondisi itu masih berlanjut, maka mustahil mencapai kesepakatan dengan Rusia menyangkut krisis Suriah," tutupnya. (IRIB Indonesia/RM)
Kepada Presiden Tukrmenistan, Rahbar Imbau Peningkatan Hubungan Bilateral
