کمالوندی

کمالوندی

Nama saya Mathew, saya berasal dari Perancis dan berusia 22 tahun. Saya dilahirkan di North East Perancis yang berdekatan dengan Belgia. Pada usia 13 tahun saya pindah ke South Western Coast. Kini saya sedang belajar di sebuah Universitas, tahun keempat. Saya sedang menyelesaikan master di bidang Administrasi Bisnis. Saya juga terlibat dalam studi di Victoria University Wellington atas usahabersama antara universitas tempat saya belajar dengan universitas New Zealand. Saya sedang belajar Administrasi Bisnis dan berniat untuk melanjutkan kuliah di bidang Internasional Business.

Ayah saya tidak percaya dengan Tuhan. Sementara ibu saya adalah seorang penganut Katolik tetapi dia tidak ke gereja setiap hari. Maka saya tidak menerima dengan mudah setiap ajaran tentang agama dari sejak awal.

 

Bagaimana Saya Mengenal Islam

Ajaran pertama mengenai agama ialah tentang Islam. Terima kasih kepada rekan-rekan, keluarga dan semua Muslim yang saya kenal dari Maroko, Turki, Aljazair dan Tunisia. Untungnya, saya tinggal di sebuah tempat yang banyak penduduk imigran…Mereka semua adalah teman saya dan saya merupakan satu-satunya orang Perancis dalam kelompok itu. Kami bersama-sama berolahraga. Hari dimana saya mengenal Islam lebih banyakterjadi saat kami bermain sepakbola dan seorang anggota fi sabil Allah datang ke lapangan. Kami berhenti bermain dan mereka mula bercakap tentang Islam…..demikianlah…

Pada mulanya saya berada di luar kumpulan ketika mereka menyampaikan tentang Islam. Kemudian seorang dari anggota fi sabil Allah(Sebuah kumpulan dakwah) memanggil saya. Dia mengundang saya untuk ke masjid dan mengenal sedikit berkaitan agama, saya menurutinya dan mula menaruh minat. Saya pulang ke rumah dan membuat keputusan untuk shalat. Saya banyak bertanya kepada orang tentang Islam dan melibatkan diri dalam agama ini.

Saya menjadi minat karena saya tidak tahu apa-apa. Saya menjadi terkejut melihat contohnya orang berpuasa dan tidak makan apa-apa pada siang hari sepanjang satu bulan. Saya berpikir apakah saya mampu melakukannya. Dan contohnya pada bulan Ramadhan dan atau manifestasi lain tentang Islam, seperti Eid dan sebagainya, semuanya mempesonakan. Akhirnya saya membuat keputusan untuk belajar tentang agama ini.

 

Keluarga dan Kawan

Saya masih muda dan orang lain terkejut ketika keluarga saya menerima pilihan untuk memeluk agama Islam. Mereka menganggap saya masih anak muda maka mereka ingin membantu dan mereka tidak ingin mengecewakan saya. Mereka menganggap saya sebagai bagian dari keluarga. Ia menjadi lebih menarik.

Saya terbilang bernasib baik dengan kedua orang tua saya.Jika anda membandingkan dengan orang lain yang berusaha untuk memeluk agama Islam. Mereka terpaksa melewati berbagai problema dengan keluarga mereka. Untungnya, ibu bapa saya tidak begitu keras dalam menyikapi pilihan saya. Mereka memberi saya kebebasan dalam membuat pilihan. Pada masa yang sama, mereka ingin saya tinggal di tempat yang selamat dan masjid merupakan tempat yang selamat, saya tidak berada di jalan mengganggu orang lain, mencuri atau ribut dengan orang lain. Maka mereka lebih memilih saya untuk tinggal di masjid dari berada di jalanan.

 

Apa yang bisa ditawarkan oleh Islam

Saya pikir Islam merupakan sesuatu yang baik untuk saya. Ia mengajar saya untuk menghormati orang lain, cara saya berpikir dan berperilaku secara umumnya, karena Islam menggalakkan umatnya untuk belajar dan memperoleh ilmu. Sayangnya, beberapa teman saya tidak berminat dengan Islam, akhirnya mereka mulai ketagih narkotika, atau mula minum,…melakukan hubungan tanpa nikah,…Saya sungguh beruntung karena menemui Islam dan ia membantu saya dalam menjalani kehidupan.

Saya pikir Islam merupakan penawar bagi orang-orang yang memerlukan. Contohnya, orang di dalam penjara yang berusaha untuk mencari Islam dan mereka berhasil menjadi orang yang baik. Contoh lain ialah orang yang berada dalam penjara. Mereka berusaha untuk mencari Islam dan akhirnya mereka berhasil menjadi orang yang baik. Contoh lain ialah mereka yang ketagihan dengan narkotika atau alkohol, mereka tidak menemui sesuatu yang dapat membantu mereka, dan ketika mereka menemui Islam, mereka sembuh. Ia merupakan obat yang mujarab dan Allah merupakan doktor terbaik yang bisa anda temui untuk memelihara anda. Jika anda berhasil menemui-Nya, Dia akan membantu anda.

Saya ingin mengatakan bahwa setelah menjadi Muslim beberapa tahun lalu, saya tidak pernah menghadapi masalah sebagai seorang Perancis atau sebagai seorang Muslim. Memang benar saat ini ramai orang di Eropa yang bimbang dengan perkembangan Islam yang begitu cepat berkembang, ramai orang Eropa yang berusaha untuk memeluk Islam. Di Perancis contohnya, bisnis, agama dan bisnis negara merupakan satu yang terpisah, maka adalah sulit misalnya bagi perempuan untuk memakai kerudung ke sekolah, kecuali jika anda ke universitas, sebelum inipun mereka tidak dibenarkan memakai kerudung.

Islam dan Media

Rakyat Perancis secara umumnya mempercayai apa yang dikatakan media tentang Islam, dan muslim adalah teroris dan poligamis. Kaum perempuannya adalah tertindas, padahal semuanya tidak benar. Orang Perancis hanya percaya dengan apa yang mereka dengar, mereka tidakjuga berusaha untuk mencari kebenaran. Mereka tidak berusaha untuk membuka buku dan percaya apa yang mereka dengar saja. Kini, orang-orang di sekitar saya mulai memahami Islam, bahwa Islam tidaklah seperti yang mereka pikirkan selama ini, karena mereka tahu lewat cara saya berperilaku.

Perkara yang sama berlaku pada ibu bapa saya, ketika kami mengadakan perbincangan beberapa bulan lalu. Mereka memberitahu saya bahwa akhirnya saya menemui Islam yang merupakan sesuatu yang baik buat saya. Saya beruntung karena menemui Islam, walaupun mereka bukan Islam. Saya punya peluang untuk menemui Islam dan saya sungguh gembira. Saya berharap semuanya berjalan baik untuk saja, untuk pendidikan anak-anak saya, isteri saya dan semuanya.

Saya ingin menyampaikan kepada orang lain berusahalah untuk mengenali Islam. Bukalah buku. Bukan sulit untuk membaca dan belajar. Anda juga bisa mencarinya lewat internet, youtube atau sesuatu. Anda akan menemui Islam. Insya….ianya bermanfaat untuk anda.

Akhirnya, saya ingin mengucapkan syukur kepada Allah Swt.

Periode Kelahiran

Revolusi Ilahi, Islam dan Iran kita merupakan manifestasi keagungan Nabi Muhammad Saw. Kelahiran penuh berkah dan hijrah beliau yang memotivasi terjadi di masa ketika seluruh dunia dipenuhi dengan kebodohan. Sementara para penguasa seperti hewan buas yang memangsa orang-orang lemah. (Sahifah Imam, jilid 12, hal 136)

* * *

Ketika Nabi Muhammad Saw lahir ke dunia terjadi sejumlah peristiwa yang jarang terjadi dan diriwayatkan oleh Syiah dan Ahli Sunnah. Peristiwa-peristiwa yang terjadi di masa kelahiran Nabi Muhammad Saw itu harus dikaji serius. Peristiwa itu seperti retaknya pintu gerbang istana Kisra dan runtuhnya 14 pilar penyangga setiap pintu gerbang itu. Begitu juga dengan matinya api di kuil api Persia dan tumbangnya arca-arca.

Peristiwa retaknya pintu gerbang Kisra mungkin mengisyaratkan bahwa di masa Nabi Muhammad Saw, setiap pintu gerbang kezaliman akan hancur, khususnya pintu gerbang istana Kisra. Karena di masa itu pintu gerbang istana Kisra merupakan pusat kezaliman Raja Anushirvan. (Sahifah Imam, jilid 19, hal 432) (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Sumber: Sire-ye Nabavi; Gozideh-i az Kalam va Andisheh Imam Khomeini ra, Tehran, 1383, Moasseseh Tanzim va Nashr Asar Emam Khomeini.

Jumat, 28 September 2012 08:07

Syiah, Islam dan Keindonesiaan

Oleh: A.M.Safwan*

Islam, sebagaimana agama yang lainnya, memiliki sejumlah aspek pokok ajaran/doktrin; para penganutnya punya pendekatan dalam memahami pokok ajarannya (doktrin). Pendekatan ini memunculkan perbedaan. Hal itu tentu wajar karena agama hidup dalam ruang sejarah, interpretasi, dinamika keyakinan, dan pengalaman keagamaan, serta cara berpikir. Namun, perbedaan itu bukan tanpa dasar yang autentik dari sudut doktrin.

Orientasi kepada yang autentik itu dibangun sebagai sikap dasar dalam menetapkan kebenaran setiap ajaran. Oleh karena itu, perbedaan yang autentik ini harus terus diletakkan sebagai sebuah kerangka dasar dalam pengkajian ilmiah agar pengertian, konsepsi pokok, dan relevansi ajaran dapat dilihat sebagai dimensi transenden yang dengannya setiap orang memandang proses pemahaman sebagai sebuah perjalanan eksistensial bertemu dengan kebenaran (Al Haqq / Tuhan). Dalam Islam, dikenal beberapa mazhab/pendekatan yang mungkin banyak memunculkan kontroversi, yaitu Islam Syiah vis a vis Islam Sunni.

Mazhab Syiah adalah mazhab yang dikembangkan dari garis pemikiran mazhab agama yang dikembangkan oleh Imam Ja'far Shadiq r.a. sebagai sebuah pendekatan dalam sistem teologi. Dalam sejarah dikenal banyak Imam Mazhab, seperti Imam Syafi'i berguru langsung kepada Imam Ja'far Shadiq. Mazhab Syiah ini dikenal dengan sebutan mazhab Ja'fari. Menurut pandangan saya, Syiah sebagai sistem mazhab yang diajarkan oleh Imam Ja'far Shadiq secara terbuka baru terbentuk setelah generasi Sahabat Nabi. Oleh karena itu, keislaman awal generasi Sahabat Nabi secara umum adalah Islam; seluruh Sahabat Nabi adalah generasi Islam awal. Syiah/Sunni dalam fase awal setelah wafatnya Nabi Muhammad Saw.tidak dikenal sebagai sistem teologi yang terpisah, kecuali bahwa terjadi fragmentasi dalam pilihan kepemimpinan Islam sebagai sandaran teologi atau bukan dalam misi kenabian yang kemudian berangsur membentuk kohesifitas ajaran vis a vis kekuasaan politik.

Dengan pemahaman seperti itu, Islam sebagai agama adalah fundamental awal kesadaran yang dibawa Nabi Muhammad Saw. Sebagai kelanjutan historis dan teologis misi kenabian dalam agama Ibrahimiah (Millah Ibrahim a.s.) kepada para pengikutnya, apa pun itu, kemudian mazhabnya yang berkembang belakangan sebagai sebuah garis yang diturunkan dari inti ajaran kenabian, yaitu Tauhid (Mabda'/sumber) dan Hari Kiamat (Ma'ad/tujuan). Maka sejak awal, perspektif saya tentang mazhab/pendekatan ajaran adalah berada di bawah naungan agama (Islam) sebagai dimensi esoterik (transendent unity/ scientia sacra/Ontologi/wahdah al wujud)); fakta bahwa manusia dillahirkan dan akan mati, Inna lillaahi (Dari Tuhan/Mabda'/sumber/Al Tawhid), dan wa inna ilaihi rajiun (Kembali ke Tuhan / Ma'ad / tujuan). Dari sinilah dasar berpikir tulisan ini beranjak.

Syiah sendiri artinya pengikut. Jika dikaji dari generasi Islam awal, yaitu generasi Sahabat Nabi, maka para pengikut Syiah adalah istilah yang dilekatkan kepada para pengikut Imam Ali bin Abi Thalib yang menganggap bahwa hak kepemimpinan Islam pasca wafatnya Rasulullah Saw. adalah hak Ilahi yang diamanahkan kepada Ahlulbaitt Nabi (keluarga Nabi Muhammad yang suci) dalam klaim mereka atas wasiat Nabi yang diberikan kepada Imam Ali. Berbeda dengan itu, para Sahabat Nabi lainnya, seperti Abu Bakar dan Umar bin Khattab, beranggapan bahwa Nabi tidak meninggalkan wasiat tentang kepemimpinan Islam sepeninggalnya. Oleh karena itu, para Sahabat Nabi menganggap setelah kenabian tertutup dengan Muhammad Saw., tidak ada lagi kepemimpinan Islam yang dipilih oleh Allah, tetapi kepemimpinan Islam dikembalikan kepada pilihan umat.

Latar belakang tersebut melahirkan peristiwa yang dikenal sebagai peristiwa Saqifah, yaitu peristiwa yang terjadi di Balairung Saqifah Bani Sa'adah dengan pengangkatan Sahabat Abu Bakar sebagai Khalifah pengganti Nabi (kelompok yang belakangan disebut Ahl Sunnah-Sunni). Pada pihak lainnya, sekelompok lainnya menolak pengangkatan tersebut, yang belakangan disebut pengikut Syiah. Oleh karena itu, perbedaan tersebut terjadi dalam alam berpikir Islam kekuasaan politik pasca wafatnya Nabi Muhammad Saw. Secara singkat, inilah perbedaan politik dalam nalar kepemimpinan Islam. Dalam ajaran Islam Syiah, perbedaan ini berpijak pada perbedaan dalam menerima pesan kenabian, bukan dalam penerimaan terhadap nabi Muhammad Saw. (ushul al madzhab bukan ushul al din).

Hadirnya perbedaan tersebut sempat memicu konflik, tetapi kemudian Imam Ali mengambil sikap diam atas sebuah prinsip kemaslahatan umat. Dapat dinyatakan di sini bahwa sikap persatuan di atas perbedaan sikap politik adalah jauh lebih mendasar agar umat Islam tidak berpecah belah sebagaimana sikap yang diambil oleh Imam Ali tersebut. Namun demikian, upaya menjaga persatuan Islam bukan tanpa persoalan tersendiri. Sebab, memang perbedaan itu menguat menjadi komunalisme dan reaksi terhadap sikap politik yang diambil oleh para pengikut Imam Ali yang menolak baiat terhadap Sahabat Abu Bakar karena menganggap itu bukan otoritas manusia, melainkan otoritas Ilahi. Jikalau tuntutan baiat tidak dipaksakan dari para Sahabat Nabi yang meyakini khalifah–bukan Imamah dalam tradisi Syiah–maka konflik akan lebih mudah diredam. Sebagaimana kita ketahui dalam setiap konflik, seyogianya kedua pihak saling menahan diri, dari sisi pengikut Imam Ali yang sudah mengambil sikap diam atas Saqifah tersebut demi maslahat umat, di sisi lain, sikap sahabat yang menuntut agar para pengikut Imam Ali (Syiah Ali) membaiat Abu Bakar sebagai Khalifah; wajar terjadi munculnya simpul konflik di sini. Namun saya meyakini, krisis ini hanya terjadi di level pengikut, bukan di level kebijaksanaan umum Imam Ali atau Sahabat Abu Bakar, walaupun memang akar teoretis permasalahannya dimulai dari sini.

Perbedaan pokok Islam Syiah dengan Islam Sunni berada dalam sentral dua pilar mazhab (ushul al Madzhab), yaitu Imamah dan Keadilan. Kedua pokok ajaran mazhab ini memiliki kaitan erat dengan hubungan sosial. Imamah ingin mendudukkan bahwa masalah kepemimpinan manusia harus bersandar kepada legitimiasi Ilahiah karena Tuhan-lah yang paling mengetahui apa yang paling baik/maslahat untuk kehidupan manusia. Kebaikan ini ditinjau dari sisi kebijaksanaan Tuhan yang tidak menghilangkan sifat keadilan-Nya, bahwa manusia diberi kebebasan untuk memilih apa yang paling baik/layak untuk dirinya. Otoritas Ilahiah dalam sistem kepemimpinan Islam tidak bermaksud menutup ruang dinamika kehidupan manusia yang berproses (religious experience) dalam mencari kebenaran.

Secara singkat, Islam Syiah meyakini bahwa Tuhan telah melaksanakan kebijakan-Nya atas dasar keadilan, bahwa Tuhan dengan rahmat-Nya telah menjelaskan jalan kesempurnaan menuju kepada-Nya (wahyu dan kenabian). Namun, dengan keadilan-Nya, Tuhan memberikan kebebasan kepada manusia untuk memilih jalan kesempurnaan sesuai dengan ikhtiarnya. Sepeninggal Nabi Muhammad Saw., Imamah diyakini oleh Islam Syiah sebagai keharusan mempertahankan kebijaksanaan Ilahi agar manusia senantiasa dapat berhubungan dengan risalah (wahyu/Alquran/kitab suci). Bagaimana dengan yang tidak berpegang pada dasar pendapat ini, bagi Islam Syiah, itu adalah hak dan kebebasan setiap orang, tetapi itu tidak menghilangkan bahwa setiap orang punya kewajiban dalam hidupnya (taklif), apakah dalam konteks teologi maupun sosial untuk membawa masyarakat pada keadilan dan cita-cita kehidupannya (insan kamil).

 

Beragama dalam Islam Syiah, dengan demikian, diyakini harus juga bertopang pada sebuah sistem kepemimpinan Ilahiah dan keadilan. Agama, dengan demikian, mesti berada pada kriteria kelayakan (Imamah), terutama secara ilmu dan kriteria keadilan. Formalisme agama tanpa kedua kriteria tersebut bukanlah kriteria kebenaran. Jika dilihat dilihat secara sosial, kriteria kebenaran bukan agama, melainkan keadilan dan kelayakan (faqih dan ‘adl). Teori ini pada kenyataannya akan berhadap-hadapan dengan kekuasaan yang tidak adil dan tidak layak. Dalam hal ini, Islam Syiah kritis terhadap kekuasaan politik Khalifah Rasyidin (Sahabat Nabi, yaitu Abu Bakar, Umar bin Khattab, dan Ustman bin Affan), tetapi tetap kritik ini diletakkan pada agama yang satu. Buktinya, Imam Ali pun juga pada akhirnya berada dalam/sebagai salah satu Khalifah Rasyidin.

Hal ini tentu menarik untuk membangun sikap kedewasaan umat untuk saling menghargai sikap politik yang mungkin memiliki akar teologis yang berbeda dalam memahami ajaran Islam. Oleh karena itu, ke-Syiah-an atau ke-Sunni-an adalah ke-Islam-an itu sendiri dalam dinamika penafsiran dalam mencari sesuatu yang autentik. Menjadi Syiah atau menjadi Sunni tidak berkaitan dengan kafir atau tidaknya seseorang. Kedua mazhab itu berada dalam garis teologi Islam (tasykik al wujud/kebertingkatan eksistensi).

Dari sini, pemahaman saya ketika saya memilih Syiah adalah sebuah keyakinan akan sebuah pendekatan tertentu terhadap Islam yang berbeda secara autentik dengan pendekatan lainnya. Karena itu, menjadi Syiah adalah sebuah dinamika berkeyakinan terhadap pentingnya senantiasa mencari sebuah pendekatan yang lebih komprehensif dalam hubungan lahir batin (eksoterisme dan esoterik, syariat, dan tawasuf/irfan). Dalam Islam Syiah, saya meyakini kekomprehensifan ajarannya, tetapi tidak sekalipun ada muatan untuk menganggap orang lain kafir di luar ajaran Syiah, bahkan dalam ranah yang lebih luas, konsep keselamatan (salvation) bertumpu pada dua hal, yaitu prinsip ajaran dan sikap terhadap ajaran. Betapapun kita meyakini sebuah prinsip ajaran, tetapi sikap terhadap ajaran adalah sebuah ruang intelektual yang dinamis dan dengan hati yang terbuka/lapang terhadap adanya perbedaan (spiritual) dalam ruang sosial (Bil Hikmah).

 

Islam Syiah membawa sebuah kehidupan dalam persentuhan secara dinamis antara intelektualisme (filsafat), spiritualisme (tasawuf/irfan), dan tanggungjawab sosial (etika dan hukum). Inilah pengalaman menarik, menurut saya, dalam persentuhan saya dengan ajaran ini, yang tidak memisahkan kehidupan ketiga sisi tersebut sebagai pengejawantahan kesadaran agama. Dengan persentuhan ini, pengalaman keagamaan tidak akan melepaskan konteks hubungan individu dan masyarakat. Individu dengan sebuah keyakinan agama akan hidup dalam masyarakat yang tidak mungkin lepas dari ruang kebudayaan masyarakat.

Maka, keindonesiaan dimaknai sebagai sebuah entitas budaya yang berpuncak menjadi sebuah sistem bermasyarakat dan dalam sebuah kontrak sosial yang disebut negara. Oleh karena itu, keIndonesiaan adalah sebuah ruang budaya di mana berlangsung sebuah dinamika keagamaan Islam (intelektual, spiritual, dan tanggung jawab sosial) dalam berlomba-lomba dalam kebenaran (ke-Syiah-an, keSunni-an atau yang lainnya).

Objektivikasi ajaran (Syiah/Sunni) akan teruji dalam dinamika keagamaan tadi (fastabiqul khairat) dan dalam ruang budaya (keindonesiaan). Kasus Sampang saya pandang dalam relasi seperti ini. Keyakinan keagamaan tidak mungkin tanpa dinamika intelektual, spiritual, dan tanggung jawab sosial yang hidup dalam kontekstualisasi keindonesiaan sebagai puncak budaya masyarakat yang objektivikasinya adalah negara berdasarkan hukum/konstitusi (bukan hukum agama atau negara agama). Pancasila dan UUD 1945 adalah filosofi keindonesiaan kita sebagai refleksi budaya yang adiluhung yang justru membuka ruang agama dan keyakinan yang "berdialektika" dalam intelektualisme, spiritual, dan tanggung jawab sosial. Wallahu'alam bi al shawab. (IRIB Indonesia/PH)

*Pengasuh Ponpes Mahasiswa Madrasah Murtadha Muthahhari, RausyanFikr Jogja

*) Disampaikan dalam Diskusi Publik Agama, Kekerasan dan Politik Penodaan: Membedah Kasus Sunni-Syi'ah di Sampang, Kamis, 27 September 2012, jam 08.00-12.00 di Gedung UC UGM Yogyakarta, yang dilaksanakan oleh Program Studi Agama dan Lintas Budaya (CRCS), Pusat Studi Keamanan dan Perdamaian (PSKP), Institute of International Studies (IIS) Universitas Gadjah Mada, dan Fakultas Dakwah UIN Sunan Kalijaga.

Presiden Rusia Vladimir Putin menilai kebijakan Barat yang telah menimbulkan instabilitas di sejumlah negara Arab kini sedang menciptakan chaos di Suriah.

Press TV (27/9) melaporkan, pemimpin Rusia ini memperingatkan bahwa "fenomena pembersihan etnis" di Suriah saat ini sama dengan peristiwa yang terjadi menyusul invasi Kekaisaran Romawi ke Kartago dan jatuhnya kota besar itu di 146 tahun SM.

"Kekaisaran Romawi tidak hanya merampas dan menduduki Kartagena, melainkan juga menghancurkan segalanya, mencincang semua orang dan kemudian menuangkan garam pada (potongan jenazah) mereka guna memastikan bahwa tidak ada yang dapat tumbuh kembali," katanya.

Pada 19 Juli, Rusia dan Cina memveto resolusi ketiga anti-Suriah, dengan alasan bahwa dokumen tersebut hanya menekan satu pihak dan akan merusak perdamaian regional.

Suriah telah mengalami kerusuhan sejak Maret 2011.

Damaskus mengatakan penjahat, penyabot, dan teroris bersenjata merupakan faktor pendorong di balik kerusuhan dan kekerasan mematikan, sedangkan oposisi menuduh pasukan keamanan berada di balik pembunuhan.

Pemerintah Suriah mengatakan bahwa kekacauan telah diatur dari luar negeri, dan ada laporan bahwa jumlah yang sangat besar dari para pemberontak bersenjata adalah warga negara asing.(IRIB Indonesia/MZ)

Berbagai sumber pemberitaan Turki mengkonfirmasikan tewasnya 13 anggota milisi Partai Buruh Kurdistan Turki (PKK) dalam bentrokan dengan pasukan keamanan negara ini di wilayah Kurdistan.

IRNA (27/9) melaporkan, dalam beberapa waktu terakhir bentrokan antara pasukan keamanan Turki dan militan PKK meningkat.

Bentrokan terbaru terjadi selama tiga hari dan hingga kini masih berlanjut. Dua tentara Turki tewas dan empat lainnya cedera.

Militer Turki melancarkan operasi meluas di wialyah Kurdistan dan memburu para militan PKK. Operasi dilancarkan dari darat dan udara.

Eskalasi serangan milisi PKK terhadap pasukan pemerintah Turki meningkat sejak meletusnya krisis di Suriah. (IRIB Indonesia/MZ)

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei menyampaikan pesannya bertepatan dengan "Pekan Pertahanan Suci dan Hari Perayaan Syuhada dan Veteran."

Menurut laporan Fars News, Kamis (27/9), Rahbar dalam pesannya mengatakan, Syuhada merupakan penggambaran dari keajaiban dan keindahan di masa Jihad fi Sabilillah.

Beliau menambahkan, pengabdian dan tidak mementingkan diri adalah rahasia kemenangan di semua medan dan manusia yang memiliki pengabdian ini akan mengantarkan bangsanya ke puncak kemuliaan dan keagungan.

Pekan Pertahanan Suci bertujuan memperingati keberanian tentara Iran dalam berjuang melawan agresi tentara Irak yang dipimpin diktator Saddam Hussein dari tahun 1980-1988. (IRIB Indonesia/RA)

Kamis, 27 September 2012 10:51

Lentera Sejarah Kehidupan Imam Ali Ridha as

Lebih dari seribu tahun yang lalu, Imam Ali Ridha as menginjakkan kaki sucinya di tanah Persia. Kedatangannya membawa berkah dan cahaya bagi rakyat di negeri ini. Di hari yang agung ini, marilah sejenak kita berziarah ke makam suci beliau as yang terletak di kota Mashad, timur laut Iran. Dengan penuh keikhlasan, marilah kita menghanturkan shalawat dan salam kepada manusia suci ini.

Salam sejahtera atasmu, wahai Imam Ridha as

Salam sejahtera atasmu wahai cucu baginda Rasul Saw

Dengan tulus, segenap orang mukmin di dunia ini menghanturkan shalawat kepadamu, duhai sumber pengetahuan dan hikmah.

Pada hari ini, makam suci Imam Ali Ridha as larut dalam cahaya dan pelita yang terang benderang. Setiap peziarah yang datang dari kejauhan ribuan kilometer mendapatkan ketentraman dan kedamaian di samping makam suci imam. Mereka menemukan identitasnya di bawah pancaran cahaya manusia suci ini. Ketika mereka beranjak meninggalkan makam suci Imam Ali Ridha as, kita dapat menyaksikan raut keridhaan dan keceriaan di wajah-wajah mereka.

Perlahan-lahan aku melangkahkan kaki masuk ke makam suci ini. Mendadak mataku tertuju pada seorang wanita berdiri tak jauh dariku. Ia sepertinya bukan muslimah dan bermaksud memasuki komplek makam suci Imam Ali Ridha as. Melihat pemandangan ini, aku heran dan dengan sopan, aku bertanya kepadanya, "Ada yang bisa kubantu?" Wanita itu tersenyum dan dengan penuh kesopanan, ia menjawab, "Aku bukan orang Islam, tapi seorang penganut agama Kristen. Aku datang untuk berterimakasih kepada Imam kalian, Imam Ridha as."

Ketika melihat keherananku, wanita itu berkata, "Aku memiliki seorang anak laki-laki yang cacat dan aku telah berupaya maksimal untuk mengobatinya, namun obat dan perawatan medis tidak mengubah keadaannya. Anakku juga seorang siswa yang setiap hari pergi ke sekolah. Teman-temannya yang beragama Islam selalu bertanya kepada anakku, "Kenapa ibumu tidak membawamu ke Mashad dan makam suci Imam Ali Ridha as untuk mendapat kesembuhan?" Sesampai di rumah, anakku berkata kepadaku: "Ibu, engkau berkata telah membawaku ke semua dokter yang ahli untuk menyembuhkanku. Lantas siapakah Imam Ali Ridha as yang katanya menyembuhkan orang-orang sakit?" Dengan rasa kecewa dan acuh, aku menjawab, "Imam Ridha as adalah pemimpin dan imam bagi umat Islam. Tapi kita adalah penganut agama Kristen". Namun anakku bersikeras dan terus menerus memintaku agar menuruti kemauannya.

Suatu malam, aku beranjak tidur dalam keadaan menangis. Tengah malam, aku terbangun mendengar suara jeritan anakku, tak henti-hentinya ia memanggilku dan berkata: "Ibu kemari dan lihatlah! Orang ini telah menyembuhkan kakiku, ia sendiri yang dapat ke rumah kita dan berkata kepadaku, "Katakan kepada ibumu bahwa siapa saja yang datang mengetuk pintu rumah kami, ia tidak akan pulang dengan tangan hampa." Ketika cerita itu sampai di sini, air mata wanita tersebut menetes bercucuran tanpa terbendung lagi.

* * *

Imamah adalah poros hidayah dan kemuliaan. Imam adalah pribadi yang telah mendapat petunjuk dan mendapat tugas untuk memberi petunjuk dan menuntun umat manusia ke jalan kesempurnaan. Pada dasarnya, Imam adalah pengawal kemuliaan manusia dan pembela hak-hak mereka. Ahlul Bait as merupakan pembimbing manusia menuju makrifat dan kebahagiaan. Mereka juga petunjuk bagi orang-orang yang tersesat. Gerakan menuju kesempurnaan merupakan jejak peninggalan para imam dan pemimpin yang saleh bagi masyarakat. Oleh sebab itu, setiap masyarakat yang menjadikan ajaran para imam seperti Imam Ali Ridha as sebagai teladannya, tidak akan terjebak ke lembah kesesatan.

Salah seorang analis Koran The Washington Post dalam laporannya tentang Iran, menulis, "Pada minggu-minggu pertama kepemimpinan Presiden Barack Obama, saya sibuk mempelajari salah satu kendala besar Obama yaitu Iran. Saya bertualang mengelilingi setiap kota di Iran dan mencoba memahami apa saja yang menjadi istimewa dan penting bagi bangsa Iran. Sebagian besar pembicaraan mereka yang aku dengar berkisar tentang Imam Ridha as. Imam Ali Ridha as merupakan salah satu figur termulia dalam dunia Islam dan dikuburkan di Mashad. Selama berabad-abad lalu, umat Islam datang dari berbagai penjuru untuk menziarahi makam suci beliau. Akhirnya aku memahami bahwa kita di Barat memusatkan perhatian pada masalah pengayaan uranium untuk bahan bakar nuklir Iran sebagai simbol kedigdayaan negara itu. Padahal, makam Imam Ali Ridha as merupakan penerang masalah yang lebih besar. Terlepas dari isu nuklir, Iran punya kekuatan spiritual besar. Penerjemah yang menemani perjalanan saya berkata, "Setiap tahunnya, 12 juta peziarah mendatangi makam Imam Ridha as. Keberadaan Imam Ridha as membawa berkah yang sangat besar dan menjadi penyebab kemajuan bangsa Iran." Akhirnya saya paham bahwa kekuatan hakiki Iran secara dominan terletak pada makam Imam Ali Ridha as. Beliau memiliki pengaruh pada pikiran dan hati manusia."

* * *

Imam Ali Ridha as dilahirkan di kota Madinah pada tahun 148 H. Kesucian hati, ketajaman pandangan, keluasan ilmu, keimanan yang kuat kepada Allah Swt, dan perhatiannya yang besar kepada nasib masyarakat merupakan sejumlah sifat mulia yang khas pada diri Imam Ridha as. Kurang lebih selama 20 tahun, beliau memikul tanggung jawab sebagai imam dan pemimpin kaum Muslimin. Salah satu julukan beliau adalah "Rauf" atau penyayang. Beliau as memiliki hubungan baik dengan orang kaya dan fakir-miskin, cerdik-pandai dan masyarakat awam, serta para pecinta bahkan musuh-musuh beliau.

Salah seorang sahabat Imam as berkata, "Setelah menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, beliau as selalu bersikap ramah dan penuh kasih sayang terhadap anggota keluarga dan orang-orang sekitarnya. Setiap kali menyambut hidangan makan, beliau as selalu memanggil anak kecil, orang dewasa bahkan para pekerja." Ketika para budak tidak memperoleh hak-hak minimalnya, Imam Ridha as memperlakukan mereka dengan baik dan penuh kasih sayang. Mereka mendapat tempat dan dihormati di rumah sang Imam. Mereka banyak belajar etika dan nilai-nilai kemanusiaan dari Sang Imam. Selain memperlakukan mereka dengan kasih sayang, Imam as senantiasa menasehati bahwa jika kalian tidak memperlakukan manusia dengan seperti ini, maka kalian telah menzalimi mereka.

Salah seorang yang menyertai Imam Ridha as berkata, "Dalam perjalanan ke Khorasan, aku menyertai Imam Ridha as. Suatu ketika Imam meminta dihidangkan makanan. Beliau as mengumpulkan seluruh rombongan di dekat jamuan, termasuk para budak dan orang-orang lain. Aku berkata kepada beliau: "Wahai Imam, sebaiknya mereka makan di tempat lain." Beliau berkata: "Tenanglah! Pencipta kita semua adalah satu, ayah kita adalah Nabi Adam as dan ibu kita semua adalah Hawa. Pahala dan siksa bergantung pada perbuatan masing-masing."

Ibrahim bin Abbas ketika berbicara tentang etika dan sifat Imam Ali Ridha as, berkata, "Beliau tidak pernah menyakiti orang lain ketika berbicara. Tak pernah memutuskan pembicaraan orang dan selalu memberi kesempatan kepada orang lain untuk menuntaskan pembicaraannya. Imam as sangat sopan dan aku tidak pernah melihat beliau as menjulurkan kakinya atau bersandar saat bersama orang lain. Imam tidak pernah membentak para pembantunya, tak pernah pula tertawa dengan suara lepas dan lebih sering tersenyum."

Saat ini, ribuan jiwa dari berbagai penjuru merindu ingin hadir di makam pribadi agung ini. Figur yang di masa hidupnya tidak sanggup menatap jeritan orang-orang yang membutuhkan. Salah seorang perawi mengatakan, "Ketika aku berada bersama Imam Ridha as dan orang-orang sibuk menanyakan berbagai masalah kepada beliau as, tiba-tiba seorang warga Khorasan datang menghadap beliau as. Setelah menyampaikan salam, orang ini menceritakan bahwa uang dan barang bawaannya hilang ketika pulang dari menunaikan ibadah haji. Imam as berkata, "Duduklah!" Perlahan-lahan, orang-orang mulai beranjak pergi dan aku bersama beberapa orang tetap bersama Imam as. Beliau as bertanya, "Dimana orang Khorasan tadi?" Orang Khorasan itu bangkit dan berkata, "Aku masih di sini." Imam lalu mengeluarkan 200 dinar dari sakunya tanpa memandang wajah orang itu."

Salah seorang yang hadir bersama Imam as bertanya, "Wahai putra Rasul Saw! Pemberian tadi sangat besar, tapi mengapa engkau as memalingkan wajahmu darinya?" Imam as menjawab, "Aku sama sekali tak ingin melihat derita di wajah orang tadi." Banyak riwayat yang menyebutkan berbagai sisi mulia kepribadian Imam Ridha as. Tanpa ragu lagi bahwa pengenalan terhadap poin penting pendidikan ini dapat membuka jalan bagi umat manusia untuk keluar dari krisis moral yang tengah melilit kita saat ini.

Pakar telaah agama di Universitas Virginia AS, Profesor Abdul Aziz Sachedina, menyinggung peran spiritual Imam Ridha as di tengah warga Syiah. Sachedina, berkata, "Harus dikatakan bahwa komunitas Syiah dunia menganggap Imam Ali Ridha as sebagai imam penjamin, yaitu imam yang akan memberi keamanan saat dirundungi rasa takut. Saat ini, Imam Ridha as hadir di tengah-tengah keluarga pengikutnya baik saat mereka sedih atau gembira. Masyarakat menganggap Imam Ridha as sebagai pemimpin yang membimbing ke pantai keselamatan seperti Imam Husein as. Dengan kata lain, Imam Ridha as adalah sumber ketentraman dan rasa percaya diri bagi mereka yang memerlukan petunjuk dan bantuan Tuhan."

Pada masa itu, kepribadian intelektual dan spiritual Imam Ridha as sangat berpengaruh di dunia Islam. Bahkan musuh-musuh Imam memuji kepribadian agung ini. Mas'udi mengatakan, "Pada tahun 200 H, Ma'mun mengumpulkan seluruh keluarga dekatnya dari Bani Abbas di Marv dan mengatakan kepada mereka, "Saya telah bertualang di tengah para pemuka umat Islam, namun saya tidak menemukan figur yang lebih utama, lebih bertakwa, dan lebih layak untuk menjadi pemimpin dari Imam Ali Ridha as."

* * *

Ilmu dan wawasan Imam Ridha as mengalir laksana air mata yang jernih dan memuaskan orang-orang yang haus akan kebenaran. Meski memiliki ilmu dan pengetahuan yang luas, Imam Ridha as selalu mengedepankan sikap hormat dalam berbagai diskusi ilmiah dan perdebatan dengan kelompok pemikiran dan aliran. Beliau menjawab pertanyaan dan sanggahan mereka satu demi satu dan sama sekali tidak pernah kalah dalam diskusi. Imam as memahamkan kebenaran kepada orang lain dengan logika dan argumentasi yang kuat. Beliau juga mempertontonkan keunggulan pemikiran dan pandangan tauhid. Kebenaran kembali tampak sepanjang perdebatan itu dan para ilmuan terpaksa tunduk di hadapan logika dan argumentasi beliau.

Kriteria penting Imam as adalah memerangi kezaliman dan ketidakadilan. Beliau as bangkit melawan kebijakan arogan dan tipu daya penguasa Bani Abbas, Ma'mun lewat berbagai cara. Ma'mun sangat mengkhawatirkan pengaruh Imam as di tengah masyarakat dan para pemikir di seluruh pelosok negara Islam. Oleh karena itu, khalifah meminta Imam Ridha as untuk hijrah ke Marv, pusat pemerintahan Ma'mun. Imam as terpaksa menerima desakan itu. Ma'mun berupaya mengurangi pengaruh pemikiran dan budaya Imam as di tengah masyarakat dan menciptakan jarak antara beliau dengan warga. Untuk itu, Ma'mun mengusulkan jabatan putra mahkota kepada Imam as dan memaksa beliau as untuk menerima tawaran ini.

Dengan syarat-syarat tertentu, akhirnya Imam as menerima jabatan putra mahkota. Salah satu syarat yang diajukan Imam as adalah bahwa beliau as tidak akan intervensi dalam urusan pemerintahan dalam kondisi apa pun. Secara keseluruhan, syarat-syarat ini telah menggagalkan Ma'mun dalam mencapai ambisi politiknya.

Salah seorang penulis dari Barat menuturkan, "Apa yang dilakukan Islam dalam menolerir agama lain sangat mengagumkan. Tujuan Islam adalah mengenalkan seluruh generasi umat manusia dari berbagai ras, suku dan bangsa kepada jalan kebahagiaan. Islam berupaya mewujudkan masyarakat yang bermoral dan beragama di bawah bimbingan para pemukanya." Saat ini, para pemikir yang obyektif meyakini bahwa dunia berhutang budi pada ajaran para pemuka agama Islam seperti Imam Ridha as yang telah menunjukkan jalan kebahagiaan dan kesempurnaan kepada manusia dengan ketinggian akhlak dan keagungan spiritualnya.

Kamis, 27 September 2012 10:32

Imam Ridha, Mutiara Ahlul Bait Nabi

Imam Ali Ar-Ridha as lahir pada 11 Dzulqaidah 148 H di Madinah. Ayah beliau adalah Imam Musa Al-Kadzim as dan ibunya seorang wanita mukmin nan saleh, bernama Najmah. Beliau memegang tampuk kepemimpinan umat pada usia 35 tahun pasca kesyahidan ayahnya, Imam Musa al-Kadzim as. Imam Ridha adalah Imam maksum yang kedelapan dari Ahlul Bait Rasulullah saw. Terdapat perbedaan pendapat mengenai tahun kelahiran beliau. Tapi mayoritas para ulama seperti Syeikh Mufid, Kulaini, Kaf'ami, Syahid Tsani, Tabarsi, Syeikh Shaduq, Ibnu Zahrah, Mas'udi, Abul Fida, Ibn Atsir, Ibnu Hajar, Ibnu Jauzi, dan ulama besar lainnya berpendapat bahwa Imam Ridha dilahirkan pada tahun 148 H.

Kelahiran manusia mulia ini telah dikabarkan oleh Rasulullah Saw jauh hari. Dalam kitab Biharul Anwar jilid 99 hal 33, Rasulullah Saw bersabda, "Bagian dari tubuhku ada di Khorasan dan akan dimakamkan di sana. Barangsiapa yang menziarahinya, maka Allah akan mencabut gundah gulana dalam diri mereka, dan mengampuni dosa para peziarah makamnya."

Gelar dan julukan beliau merupakan nama dan kata yang selalu harum sepanjang zaman. Julukan beliau "Abu al-Hasan" merupakan panggilan di kalangan orang-orang khusus, sedangkan gelar beliau di antaranya: Shabir (yang sabar), zaki (yang suci), wali (pemimpin/sahabat), fadhil (yang utama), wafi' (yang menepati janji), shiddiq (yang benar), radhi (yang rela), sirajullah (pelita Allah), nurulhuda (lentera petunjuk), qurratu ‘ainil Mu'minin (penghibur orang-orang mukmin), kufu'l malik (padanan raja), kafi al-khalq (yang mencukupi kebutuhan orang), rabb as-sarir (pemilik rahasia) dan riab at-tadbir (pengatur yang baik).

Dari semua gelar tersebut, "Ridha" (yang rela) merupakan gelar yang paling terkenal. Beliau terkenal dengan panggilan "Ridha" karena mendapatkan keridhaan Allah Swt di langit dan menjadi sumber kebahagiaan para nabi dan para imam sesudahnya di bumi. Ada juga yang mengatakan bahwa panggilan itu didasari oleh kenyataan bahwa setiap orang yang bersama beliau, baik kawan maupun lawan akan bahagia. Bahkan disebutkan bahwa Makmun yang notabene berlawanan dengan beliau begitu senang dengan sikap Imam Ridha.

Kesucian hati, ketajaman pandangan, keluasan ilmu, keimanan yang kuat kepada Allah Swt, dan perhatiannya yang besar kepada nasib masyarakat merupakan sejumlah sifat mulia yang khas pada diri Imam Ridha as. Kurang lebih selama 20 tahun, beliau memikul tanggung jawab sebagai imam dan pemimpin kaum muslimin. Karena itu, salah satu julukan beliau adalah "Rauf" atau penyayang. Beliau as memiliki hubungan baik dengan siapapun, mulai dari kalangan orang-orang kaya dan fakir-miskin, cerdik-pandai dan masyarakat awam, para pecinta beliau maupun musuh-musuhnya.

Dikisahkan, suatu hari Imam Ali Ar-Ridha as berbincang-bincang dengan masyarakat. Mereka bertanya tentang masalah-masalah hukum. Tiba-tiba seorang warga Khorasan masuk dan berkata, "Salam atasmu wahai putra Rasulullah! Aku adalah seorang pengagummu dan pecinta ayahmu serta para datukmu. Aku baru saja kembali dari haji dan aku kehilangan nafkah hidupku. Tak satu harta pun tersisa lagi padaku. Jika engkau sudi membantuku sampai di negeriku, sungguh nikmat besar Allah atasku, dan bila aku telah sampai, aku akan menginfakkan jumlah uang yang kau berikan kepadaku atas namamu, karena aku tidak berhak menerima infak."

Dengan nada lembut, Imam al-Ridha as berkata kepadanya, "Duduklah, semoga Allah mengasihanimu!". Kemudian Imam melanjutkan perbincangannya dengan masyarakat sampai mereka bubar. Setelah itu, Imam bangkit dari duduknya dan masuk ke kamar. Tak lama kemudian, beliau mengeluarkan tangannya dari balik pintu sambil berkata, "Mana orang Khorasan itu?"

Orang Khorasan itu mendekat dan Imam berkata, "Ini 200 Dinar. Pergunakanlah untuk perjalananmu dan janganlah engkau menafkahkan hartamu atas nama kami." Orang itu mengambilnya dengan penuh rasa syukur, lalu meninggalkan Imam as.

Setelah itu Imam keluar dari kamar. Salah seorang sahabat bertanya, "Kenapa engkau menyembunyikan wajahmu dari balik pintu, wahai putra Rasulullah?"

Imam berkata, "Agar aku tidak melihat kehinaan pada raut wajah orang yang meminta. Tidakkah kau mendengar Rasulullah saw pernah bersabda, ‘Berbuat baik secara sembunyi-sembunyi adalah sama seperti tujuh puluh kali ibadah haji, dan orang yang terang-terangan dalam berbuat jahat sungguh terhina, dan orang yang sembunyi dalam melakukannya akan diampuni.'"

Syeikh Shaduq menuturkan bahwa Imam Ridha terbiasa tidur hanya sebentar di malam hari. Beliau sibuk melaksanakan ibadah. Dalam sehari semalam beliau melakukan shalat seribu rakaat dan secara kontinu berpuasa, khususnya tiga hari setiap bulan yaitu hari Kamis awal bulan, dan Kamis akhir bulan serta hari Rabu tengah bulan). Beliau berkata: Berpuasa di tiga hari tersebut sebanding dengan berpuasa sepanjang masa.

Dalam kitab Muntahab al-Amal terdapat riwayat dari Aba Shalah. Ia menuturkan, "Saya tidak melihat orang yang lebih alim daripada Imam Ridha. Makmun sering kali mengundang dan mengumpulkan para ilmuan dan ulama serta ahli fikih untuk melakukan debat bersama beliau. Dan Imam Ridha selalu menang dalam dialog dan perdebatan tersebut. Dan mereka mengakui keutamaan Imam Ridha. Imam Ridha dikenal sangat pemurah dan rajin memberikan sedekah secara sembunyi-sembunyi. Seringkali beliau memberikan sedekah di waktu malam."

Kini kita simak beberapa petuah suci Imam Ali al-Ridha as. Imam as berkata, "Akal seorang muslim tidak akan sempurna kecuali jika ia memiliki sepuluh karakter berikut: (1) Kebaikannya selalu diharapkan orang, (2) Orang lain merasa aman dari kejahatannya, (3) Menganggap banyak kebaikan orang yang sedikit, (4) Menganggap sedikit kebaikan yang telah diperbuatnya kepada orang lain, (5) Tidak pernah menyesal jika orang lain selalu meminta bantuan darinya, (6) Tidak merasa bosan mencari ilmu sepanjang umurnya, (7) Kefakiran di jalan Allah lebih disukainya dari pada kekayaan, (8) Hina di jalan Allah lebih disukainya dari pada mulia di dalam pelukan musuh-Nya, (9) Ketidaktenaran lebih disukainya dari pada ketenaran".

Kemudian sahabat beliau bertanya: "Lalu, apakah yang kesepuluh?",

Beliau menjawab, "Ia tidak melihat seseorang kecuali berkata (dalam hatinya): 'Ia masih lebih baik dariku dan lebih bertakwa'." (IRIB Indonesia)

Kamis, 27 September 2012 10:26

Ketegasan Karzai di depan Hillary Clinton

Hamid Karzai, Presiden Afghanistan saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat, Hillary Clinton menyatakan, Kabul tidak akan kembali ke era pemerintahan Taliban.

Karzai tiba di New York Ahad malam (23/9) untuk menghadiri Majelis Umum PBB. Sehari kemudian ia bertemu dengan Clinton di sela-sela sidang Majelis Umum di New York. Di pertemuan tersebut, Karzai mengisyaratkan urgensitas untuk menjaga hasil kerja keras 11 tahun lalu. Ia menegaskan, laporan palsu yang dirilis media massa Barat terkait Afghanistan menimbulkan dampak negatif bagi kemajuan dan keberhasilan Kabul.

Statem Karzai terkait laporan palsu media Barat mengenai Afghanistan berkaitan erat dengan aktivitas merusak media ini terkait teransformasi Kabul. Berbagai media Barat khususnya Amerika Serikat dengan berbagai pemberitaannya berusaha mencitrakan keberhasilan AS dan NATO dalam memerangi terorisme di Afghanistan. Hal ini khususnya setelah keputusan Washington untuk menarik pasukannya dari Kabul hingga tahun 2014. Media Barat pun tak malu-malu mempropagandakan ketidakmampuan pasukan keamanan Afghanistan dalam menjaga keamanan dan stabilitas negaranya.

Media massa ini berusaha mendiktekan ideologi keliru ini kepada opini publik bahwa pasukan asing di Afghanistan berhasil mengatasi instabilitas di Afghanistan dan penarikan pasukan ini akan menimbulkan kendala keamanan di Kabul. Klaim dan propaganda ini ditebar ketika sejumlah lembaga internasional menyebut AS dan NATO gagal menjamin keamanan di Afghanistan. Lembaga ini menilai perubahan kebijakan Gedung Putih dan sekutunya di Afghanistan yang awalnya getol memerangi Taliban dan kini beralih mengajak milisi ini berunding sebagai bukti nyata kegagalan Barat dalam mengendalikan terorisme di negara ini selama 11 tahun bercokol di Kabul.

Di saat kegagalan AS dan NATO di Afghanistan tampak jelas di mata opini publik, Barat dengan memanfaatkan medianya selain berusaha mencitrakan keberhasilan pasukan asing di Kabul juga gencar mempropagandakan instabilitas keamanan pasca penarikan pasukan asing dari Afghanistan.

Kebijakan Barat yang berusaha menunjukkan kegagalan pemerintah Afghanistan untuk menjamin keamanan negaranya pasca penarikan militer Amerika Serikat dan NATO memaksa Karzai melontarkan kritik kerasnya atas strategi Washington saat bertemu dengan Hillary Clinton.

Sektor keamanan Afghanistan yang saat ini tengah mengecap pengalaman baru setelah tuntasnya tahap ketiga penyerahan kontrol keamanan dari pasukan asing kepada mereka juga mendapat respon luas dari rakyat, kubu politik, etnis dan mazhab di negara ini.

Di sisi lain, kini mulai tersebar pemahaman baru bahwa penarikan pasukan asing dari Afghanistan dan penyerahan kontrol keamanan kepada militer negara ini, telah membuka peluang lebar kerjasama rakyat dan pemerintah dalam menjamin keamanan nasional.

Sejarah Afghanistan menunjukkan bahwa keamanan negara ini hanya dapat dipulihkan dengan partisipasi rakyat dan seluruh kubu. Mungkin pengalaman inilah yang membuat Karzai dengan yakin menandaskan kepada Clinton bahwa negaranya tidak akan kembali ke era kepemimpinan Taliban.

Kamis, 27 September 2012 10:19

Obama dan Isu Nuklir Iran di PBB

Presiden Amerika Serikat Barack Obama dalam sidang Majelis Umum PBB ke-67 Selasa (25/9) menegaskan bahwa Amerika Serikat akan "melakukan apa yang diperlukan" untuk menghentikan program nuklir Iran. Dalam pidato enam minggu sebelum pemilihan presiden AS, Obama menyebut senjata nuklir Iran "bukanlah tantangan yang bisa diterima".

Obama dalam pidatonya mengungkapkan bahwa AS menghormati hak berbagai negara dunia untuk meraih teknologi nuklir damai. Namun ini tidak berlaku bagi Iran. Presiden AS itu menuding Tehran tidak serius menunjukkan kepada publik dunia bahwa program nuklirnya bertujuan damai. Untuk itu, Washington berupaya mencegah Iran.

Obama kembali mengulang klaim infaktualnya bahwa Iran berusaha memproduksi senjata nuklir dan gagal untuk memenuhi kewajiban internasionalnya. Meski demikian, Obama menegaskan bahwa Washington lebih memilih jalur diplomasi untuk menyelesaikan masalah program nuklir Iran. Obama menandaskan, "AS dan sekutunya akan melakukan segala sesuatu yang mereka bisa lakukan untuk mencegah Iran memperoleh senjata nuklir."

Statemen ini mengemuka di saat Obama tengah sibuk mencari berbagai dukungan publik terutama dari lobi Zionis di AS untuk memenangi kembali kompetisi pilpres mendatang.

Tampaknya, isu nuklir Iran menjadi komoditi politik para politisi AS menjelang perhelatan akbar enam pekan depan. Sebelumnya, Obama di hadapan lebih dari 1.200 rabbi Yahudi Amerika mengatakan bahwa dirinya tidak akan menetapkan garis merah untuk Iran, tapi akan meningkatkan tekanan terhadap Tehran melalui cara lain. Obama berupaya menepis isu adanya friksi antara Amerika dan Israel terkait program nuklir Iran.

AS bersama Israel dan sekutunya menuding Iran menyelewengkan program nuklir damainya untuk tujuan militer. Padahal Tehran berulang kali menolak tuduhan tak berdasar tersebut. Sebagai penandatangan Traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota berkomitmen dari Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Iran berhak untuk menggunakan teknologi nuklir untuk tujuan damai.

Selain itu, IAEA telah melakukan berbagai inspeksi terhadap instalasi-instalasi nuklir Iran, tetapi tidak pernah menemukan bukti yang menunjukkan bahwa program nuklir sipil Tehran telah mengarah pada produksi senjata nuklir. Namun tampaknya tekanan politik negara-negara arogan dunia terhadap IAEA membuat organisasi internasional menerapkan standar ganda dalam menjalankan tanggungjawabnya kepada anggotanya sendiri.

Selama ini, IAEA dan publik dunia terlalu sibuk mempermasalahkan program nuklir Iran dan tidak pernah sedikitpun mempersoalkan program senjata nuklir militer Israel. Padahal reaktor nuklir Israel Dimona sejak awal pendiriannya bertujuan militer.(IRIB Indonesia/PH)