کمالوندی

کمالوندی

Dirjen Badan Energi Atom Internasional (IAEA), Yukiya Amano menandaskan, "IAEA dalam waktu dekat siap untuk menggelar perundingan dengan Republik Islam Iran."

Amano Selasa (18/9) dalam sebuah statemennya mengatakan, "Saya telah memberitahu Dr. Abbasi terkait komitmen IAEA untuk melanjutkan dialog dengan Iran dan kesiapan juru runding kami untuk bertemu dengan wakil Tehran dalam waktu dekat."

Statemen singkat ini menyusul pertemuan Amano dan Fereydoon Abbasi-Davani, ketua Badan Energi Atom Iran pada hari Senin (17/9).

Abbasi hari Senin lalu di sela-sela sidang tahunan IAEA di Wina, Austria kepada wartawan mengatakan, Iran tidak berniat memperkaya uranium di atas 20 persen. Ia menjelaskan pula bahwa aktivitas pengayaan uranium Iran di level 3,5 persn dan ditambahkannya, Tehran dalam waktu dekat akan menentukan level pengayaan uraniumnya dengan merujuk pada kebutuhan yang harus dipenuhi.

Di sisi lain, Amerika Serikat dan sekutunya bersama Rezim Zionis Israel senantiasa menuding Tehran berusaha menggapai teknologi nuklir untuk kepentingan militer. Tudingan ini langsung dibantah Iran dan negara ini menekankan, sebagai penandatangan Traktat Non Proliferasi Nuklir (NPT) dan anggota IAEA, Iran berhak memanfaatkan teknologi nuklir untuk kepentingan damai.

Tim inspektur IAEA hingga kini telah berulang kali meninjau dan menyidiki instalasi nuklir Iran, namun mereka tidak pernah mendapatkan bukti yang menunjukkan penyimpangan program nuklir damai Tehran ke arah militer. (IRIB Indonesia/MF)

Juru runding dan Ketua Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton Rabu (19/9) menyatakan, setelah berunding dengan Saeed Jalili, juru runding Iran maka dirinya akan membicarakan hasil pertemuan ini dengan sekutunya di Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB).

Seperti dilaporkan AFP, Ashton pekan ini dijadwalkan akan bertemu dengan menlu Inggris, Cina, Perancis, Rusia dan Amerika Serikat (lima negara anggota tetap Dewan Keamanan PBB) ditambah Jerman di New York.

Kantor Ashton pasca perundingan langsung pertama di Istanbul bulan Juni, hari Selasa (18/9) di statemennya menyatakan, pertemuan Ashton di New York dilakukan guna mengkaji kondisi dan membahas langkah-langkah ke depan.

Ashton saat bertemu dengan sekutunya akan mengupayakan kembali jalur diplomasi internasional terkait program nuklir Republik Islam Iran. Di awal pertemuannya dengan Ashton di konsulat Iran di Istanbul, Saeed Jalili tidak memberikan statemen apa pun.

Perundingan ini yang menurut Ashton sebagai bagian dari upaya yang ada guna mencari solusi diplomatik dan kelanjutan dari perundingan Moskow bulan Juni lalu serta perundingan para wakil juru runding masing-masing pihak dan kontak telepon pada musim panas.

Statemen yang dirilis Michael Mann, jubir Ashton disebutkan, "Meski pertemuan ini bukan perundingan resmi, namun dialog tersebut cukup bermanfaat dan konstruktif serta merupakan peluang penting guna menekankan kembali urgensitas pencapaian kemajuan di isu nuklir Iran."

Sepanjang sejarah selalu ada manusia-manusia yang tidak peduli dengan kepentingan pribadi. Mereka mengerahkan semua potensi dan mempersembahkan semua yang mereka miliki demi memerangi kebodohan dan khurafat. Insan-insan relawan ini mengorbankan seluruh wujudnya untuk menerangi umat dan masyarakatnya. Nama mereka pun akan selalu abadi sepanjang sejarah. Syahid Murtadha Muthahhari adalah salah satu di antaranya.

Tokoh pemikir besar Muslim dan ulama dengan wawasan yang sangat luas ini menghadiahkan seluruh kehidupannya untuk ilmu dan pencerahan. Tulisan-tulisan dan pidato-pidatonya bak pelita benderang yang menerangi umat. Ada orang bijak yang mengatakan, "Dari jauh, Muthahhari adalah filsuf, dari jarak menengah dia terlihat sebagai orang bijak dan arif, sementara dari jarak dekat dia akan nampak sebagai sufi yang wujudnya memancarkan hakikat."

Syahid Ayatullah Murtadha Muthahhari lahir pada tanggal 3 Februari tahun 1920 di Fariman, Iran utara dalam sebuah keluarga yang taat agama. Ketakwaan dan kesalehan lingkungan keluarga sangat mempengaruhi pembentukan kepribadiannya. Sejak kanak-kanak, Mutahhari sudah tertarik kepada hal-hal yang bernilai kebajikan dan menghindari keburukan. Melaksanakan shalat sudah menjadi kebiasaannya sejak usia tiga tahun. Semua itu menjadi petunjuk akan masa depan cerah yang menantinya.

Murtadha Muthahhari sangat tertarik kepada al-Quran dan ilmu-ilmu agama. Hal itulah mendorongnya masuk ke sekolah agama, hauzah ilmiah di kota Mashad. Tahun 1937 setelah merampungkan jenjang pendidikan ilmu-ilmu dasar hauzah, dia melanjutkan pendidikan ilmu agama di kota Qom. Di kota ini, dia berguru kepada para ulama seperti Allamah Thabathabai dan Imam Khomeini.

Kecerdasannya yang sangat tinggi ditambah dengan ketekunannya dalam belajar membuatnya menjadi santri teladan. 12 tahun lamanya dia berguru kepada Imam Khomeini di bidang akhlak, filsafat, irfan, fikih dan ushul. Dengan cepat Muthahhari mencapai derajat ijtihad dan dikenal sebagai salah satu ulama muda menonjol di kota Qom. Kemampuannya yang tinggi dalam menjelaskan berbagai permasalahan ilmiah dengan bahasa yang mudah membuat banyak santri yang memilih berguru kepadanya.

Tahun 1950, Muthahhari menikahi putri salah seorang ulama terkenal di provinsi Khorasan. Kehidupannya yang sangat sederhana di masa lajang berlanjut setelah pernikahan. Kondisi perekonomian keluarga yang dibangunnya sangat sulit. Terkadang untuk memenuhi kebutuhan keluarganya, Muthahhari terpaksa menjual buku-bukunya atau meminjam uang kepada teman dekatnya. Meski hidup sulit, namun rumah tangganya dipenuhi oleh kasih sayang. Tahun 1952, Muthahhari berhijrah ke kota Tehran untuk memperluas aktivitas keilmuan dan pemikirannya. Selain mengajar di hauzah ilmiah dan sekolah tinggi agama Islam, dia juga rajin menulis buku dan artikel.

Muthahhari terlibat aktif dalam perjuangan politik. Dia memainkan peran besar dan memobilisasi massa dalam gerakan kebangkitan 15 Khordad 1342 Hs (5 Juni 1963) yang memprotes penangkapan Imam Khomeini. Muthahharipun ditangkap setelah menyampaikan pidato berapi-api yang menentang rezim Shah. Sebulan kemudian, berkat tekanan rakyat, rezim membebaskan para ulama pejuang termasuk Muthahhari. Lepas dari penjara, dia memfokuskan kegiatannya untuk menulis dan berpidato di kampus dan masjid-masjid.

Muthahhari juga dikenal sebagai ulama yang berada di front terdepan dalam melawan pemikiran yang sesat dan menyimpang. Perjuangannya bukan dengan senjata tapi dengan argumentasi dan pemikiran yang logis. Tulisan maupun pidatonya sangat diminati oleh para pendamba kebenaran khususnya kalangan muda dan mahasiswa.

Tahun 1969, Muthahhari kembali ditangkap karena rezim menemukan selebaran dengan tandatangannya yang mengajak masyarakat menggalang dana bantuan untuk para pengungsi Palestina. Dalam salah satu pidatonya, Muthahhari mengatakan, "Jika hendak menghargai diri, ingin mulia di sisi Allah dan RasulNya atau terhormat di mata bangsa-bangsa lain, kita harus manghidupkan asas membantu kepada sesama. Apa yang akan dilakukan Rasulullah jika hidup saat ini? Apa yang akan beliau pikirkan? Demi Allah, aku bersumpah bahwa saat ini di makamnya yang suci, Nabi merasa tersiksa dengan perlakuan kaum Yahudi. Siapa saja yang tidak menyampaikan hal ini berarti dia berdosa. Demi Allah, jika tidak menyampaikan masalah ini aku dan semua penceramah juga berdosa. Demi Allah, kita semua memikul tanggung jawab dalam masalah Palestina..."

Salah satu pengabdian terbesar Muthahhari adalah buah pemikirannya yang disampaikan kepada masyarakat umum lewat tulisan, pelajaran dan pidato. Antara tahun 1972-1979 aktivitas Muthahhari dalam membendung pemikiran sesat semakin memuncak seiring dengan meluasnya kegiatan kubu-kubu kiri dan pemikiran menyimpang di Iran. Atas permintaan Imam Khomeini, Muthahhari setiap minggu mengkhususnya dua hari untuk mengajar di kota Qom. Tahun 1976, Muthahhari yang menjadi dosen di perguruan tinggi agama Islam di Tehran dipensiunkan dini setelah terlibat konflik pemikiran dengan salah seorang dosen yang berhaluan marxisme. Di masa-masa itulah Muthahhari bersama beberapa ulama Tehran membentuk organisasi ulama bernama ‘Jameeh Rohaniyat-e Mobarez-e Tehran'.

Sejak Imam Khomeini diasingkan ke luar negeri, hubungan Muthahhari dengan gurunya itu hanya terjalin lewat surat dan telpon. Namun pada tahun 1976, dia berhasil menemui Imam Khomeini di pengasingan di kota Najaf Irak. Pertemuan itulah yang menghasilkan agenda baru perjuangan rakyat Muslim Iran menentang rezim Shah. Sejak saat itu, Muthahhari secara penuh berada di medan perjuangan. Ketika Imam hijrah ke Paris, Muthahhari menemui beliau di sana. Imam memerintahkan ulama ini untuk membentuk Dewan Revolusi Islam. Selama masa perjuangan, Murtadha Muthahhari adalah penasehat terpercaya dan cerdik yang selalu mendampingi Imam Khomeini.

Dengan kemenangan Revolusi Islam, Muthahhari tentunya bakal memegang posisi kunci dalam pemerintahan Islam. Tapi takdir berkata lain. Musuh-musuh Islam tak membiarkan Revolusi Islam yang baru mencapai kemenangan ini memanfaatkan figur mulia seperti Muthahhari untuk memperkokoh pondasi pemerintahan Islam yang baru terbentuk. Ulama besar, pemikir ulung dan politikus bijak ini gugur syahid dalam sebuah aksi teror di malam hari awal bulan Mei 1979. Beliau ditembak mati sepulangnya dari majlis ilmiah dan politik. Pelakunya adalah anasir kelompok sesat yang menamakan diri kelompok Furqan. Syahid Mutahhari sebelumnya sudah memperingatkan rakyat Iran akan penyimpang ideologi kelompok ini. Dalam pernyataannya pasca syahidnya Mutahhari, Imam Khomeini menyebut tokoh besar yang juga murid beliau ini dengan sebutan ‘belahan jiwaku'.

Tulisan dan pidato-pidato Syahid Ayatullah Murtadha Muthahhariadalah buah dari pemikiran, telaah dan kerja keras pemikir dan ulama besar ini sepanjang hidupnya. Beliau meninggalkan banyak karya di berbagai bidang seperti teologi, filsafat, sejarah, sosial, hukum, akhlak dan psikologi. Salah satu hal yang selalu dikenang dari Muthahhari adalah jiwa keislaman, revolusi dan keilmuannya yang sulit ditemukan padanannya.

Muthahhari membaca dengan baik kondisi zamannya. Dia memahami persoalan yang terjadi dan serbuan pemikiran asing ke tengah masyarakat Muslim. Berbekal keluasan ilmu dan ketajaman pemikiran islami yang ada padanya, Muthahhari menjawab semua persoalan dan menyelesaikan isu-isu yang ditudingkan terhadap Islam. Ulama besar ini sangat peduli untuk membersihkan benak umat khususnya generasi muda dari pemikiran sesat dan menyimpang. Di matanya, para pemuda adalah tunas yang di masa depan akan menjadi tulang punggung bagi kelangsungan perjuangan Islam. Tahun 1973 dalam sebuah catatannya, Muthahhari mengungkapkan, "Apa yang selama 20 tahun ini kulakukan dengan tulisanku adalah menjawab persoalan-persoalan menyangkut agama Islam di zaman ini."

Syahid Muthahhari saat menjelaskan tentang maraknya aksi bunuh diri, depreasi, kekurangajaran para pemuda, kelaparan, pencemaran lingkungan dan lainnya menyatakan bahwa salah satu masalah utama Barat adalah ketidakberagamaan masyarakat di sana. Muthahhari menulis, "Manusia di zaman ini memiliki ilmu tapi obat penawar bagi penyakitnya adalah keimanan. Ilmu tidak bisa membantu. Mereka hanya berbicara tentang ilmu untuk lari dari iman. Mereka ingin mengatasi masalah dengan ilmu tapi tak pernah bisa menyelesaikan masalah."

Lebih lanjut pemikir besar ini menjelaskan hubungan ilmu dan agama dengan mengatakan, "Ilmu dan agama bukan hanya tidak saling bertentangan tapi saling melengkapi. Jelas bahwa ilmu tidak bisa menggantikan iman dan iman juga tak bisa menggantikan posisi ilmu." Muthahhari menambahkan, "Ilmu menciptakan sarana sementara iman adalah tujuan. Ilmu adalah keindahan pemikiran sedang iman adalah keindahan perasaan. Ilmu membangun alam sementara iman membangun manusia. Ilmu revolusi eksternal, sedangkan iman revolusi internal. Ilmu memberi penerangan dan kemampuan sementara iman memberi harapan dan kehangatan. Ilmu memberi keamanan luar dan iman memberi ketenangan di dalam jiwa..."

Syahid Muthahhari mempunyai pembahasan yang mendalam tentang keadilan dalam Islam. Hal itulah yang diangkatnya sebagai tema filsafat sosial yang menjadi landasan utama bagi sistem politik Islam. Tak ada yang berhak mengabaikan prinsip ini. Muthahhari melandaskan pemikiran soal keadilan pada apa yang diajarkan oleh al-Qur'an dan Sunnah. Muthahhari menulis demikian;

"Sebagian orang beranggapan bahwa keadilan meniscayakan penyamaan semua orang dengan segala perbedaan potensi dan kemampuan yang ada pada mereka." Pemikir besar ini menolak anggapan tersebut dan mengingatkan akan perbedaan potensi dan keberhasilan manusia dalam mengaktualisasi potensi bawaan. Perbedaan itulah yang mestinya menjadi dasar perolehan hasil yang beda. Muthahhari mengatakan bahwa keadilan adalah memberikan kepada semua apa yang menjadi hak masing-masing.

Syahid Muthahhari mengenai pendidikan yang zaman dahulu menjadi perhatian para pemikir dan filsuf sepanjang sejarah. Menurutnya, pendidikan sangat erat kaitannya dengan masalah ketaqwaan, pensucian jiwa dan suluk keirfanan. Muthahhari mengatakan, pendidikan harus dilandasi pada lima hal. Dari kelima hal itu yang menempati urutan pertama adalah sisi pemikiran manusia. Pendidikan harus mengedepankan masalah pengembangan pemikiran. Selain itu, pendidikan harus mengupayakan aktualisasi potensi dan bakat alami. Muthahhari menambahkan bahwa dalam pendidikan yang benar keutamaan akhlak dan insani akan tumbuh dalam diri manusia. Dengan demikian ia akan terbiasa dengan kebaikan dan kemuliaan.

Dalam pandangan Syahid Muthahhari, pendidikan mesti mementingkan masalah ibadah. Islam meyakini bahwa kesempurnaan manusia tercapai ketika ia sampai ke tahap ibadah. Lebih lanjut Muthahhari menyinggung tentang aturan sosial yang tidak benar, pendidikan yang dilandasi pada ancaman dan logika ketakutan khususnya di masa kanak-kanak, pemanjaan berlebihan, pengangguran, pemaksaan kerja fisik dan tekanan kejiwaan, goncangan akibat peristiwa yang terjadi dalam kehidupan atau rangsangan seksual lewat radio, televisi dan media cetak. Menurutnya semua itu merusak pendidikan manusia yang berdampak buruk pada terbentuknya kepribadian yang tak bergairah, kasar, pemarah, pemurung atau berdampak pada fisik yang cepat tua.

Dari dulu, salah satu topik yang diangkat Barat untuk menghujat Islam adalah masalah hijab atau jilbab. Bahkan tidak sedikit pemikir dan teoretis Barat yang terlibat langsung memerangi jilbab. Mereka mengklaim jilbab sebagai penghalang aktivitas kemasyarakatan perempuan. Mereka menuduh Islam sengaja memasung perempuan di dalam rumah. Syahid Muthahhari menolak pandangan itu dan menjelaskan bahwa jilbab adalah cara berpakaian yang menjamin keselamatan masyarakat dari penyakit moral bukan mencegah aktivitas kaum perempuan.

Muthahhari mengatakan, "Jilbab tidak berarti memasung perempuan atau menghalanginya dari aktivitas kebudayaan, sosial dan ekonomi. Islam tidak demikian. Islam tidak melarang perempuan beraktivitas di luar rumah atau mencegahnya kegiatan belajar dan keilmuan. Bahkan Islam mewajibakn pengikutnya baik laki-laki maupun perempuan untuk menimba ilmu. Islam tak pernah mengharamkan kegiatan ekonomi tertentu terhadap perempuan. Islam tidak pernah memerintahkan perempuan untuk duduk menganggur. Menutup seluruh anggota badan kecuali wajah dan dua telapak tangan sama sekali tidak menghalangi perempuan untuk melakukan aktivitas budaya, sosial bahkan ekonomi. Yang melumpuhkan kekuatan sosial justeru lingkungan yang tercemar oleh syahwat."

Dalam dua bukunya berjudul ‘Hijab' dan ‘Nezam-e Hoquq-e Zan dar Islam' (Sistem Hukum Perempuan dalam Islam), Syahid Muthahhari menjelaskan pandangan Islam yang sebenarnya dalam masalah perempuan dan partisipasinya di tengah masyarakat. Beliau menyoal teori dan pandangan Barat yang cenderung melecehkan perempuan dan menistakan hak-hak kaum Hawa. Muthahhari menegaskan bahwa partisipasi terbaik wanita di tengah masyarakat mesti dilakukan dengan menjaga kesopanan berpakaian dan jilbab. Sebab, jilbab menjaga batas-batas kehormatan kaum perempuan dan melindungi masyarakat dari penyimpang moral.

Pandangan-pandangan Muthahhari yang dikuatkan dengan argumentasi kokoh dan bersumber dari ajaran Islam yang murni membuat majlis pidatonya selalu hidup dan diminati banyak orang. Imam Khomeini mengenai Muthahhari mengatakan, "Dalam kesucian jiwa, kekuatan iman dan kepiawaian berbicara jarang ada yang bisa menandingi Mutahhari. Dia telah pergi ke alam malakut yang tinggi. Tapi orang-orang yang keji itu harus tahu bahwa kepergian Muthahhari, kepribadian Islami, keilmuan dan filsafat tidanya akan akan sirna."(

Dewan Keamanan PBB menggelar sidang untuk membahas transformasi terbaru Timur Tengah termasuk wilayah pendudukan Palestina serta mengkaji kondisi Liberia.

Tercatat 150 negara anggota Dewan Keamanan Senin (17/9) bersidang membahas transformasi terbaru di bidang proses perundingan damai antara Otorita Ramallah dan Rezim Zionis Israel. Demikian dilaporkan IRNA.

Anggota Dewan Keamanan juga mengkaji transformasi lainnya di Timur Tengah dan gelombang protes umat Islam mengutuk pembuatan film penistaan Rasulullah Saw.

Menyusul dirilisnya film Innocence of Muslims di Amerika Serikat, gelombang protes dan aksi demo anti Washington meluas di Dunia Islam.

Sidang Dewan Keamanan kemarin itu juga mengkaji laporan utusan PBB terkait Liberia dan kondisi negara ini. Anggota Dewan Keamanan di sidang ini memutuskan untuk mengurangi jumlah pasukan penjaga perdamaian internasional yang ditempatkan di Liberia hingga separuh.

Liberia terletak di Afrika barat dan sejak lama negara ini didera perang saudara yang mengakibatkan instabilitas di negara ini serta melonjaknya angka kemiskinan dan arus pengungsi. (IRIB Indonesia/MF)

Sekjen Hizbullah Lebanon Sayid Hasan Nasrullah, mengecam penistaan terhadap kesucian Nabi Muhammad Saw dan menyatakan bahwa produksi serta penayangan film tercela itu akan berdampak sangat buruk bagi Amerika Serikat.

Mehr News melaporkan, Sayid Hasan Nasrullah kemarin (Senin, 17/9) secara mendadak muncul di antara ribuan warga Lebanon yang berdemonstrasi mengecam penistaan terhadap Rasulullah Saw dalam film yang diproduksi di Amerika Serikat.

Dalam orasinya Sayid Hasan Nasrullah mengatakan, "Dunia harus mengetahui hubungan kita dengan Rasulullah Saw. Nyawaku aku korbankan untukmu wahai Rasulullah."

"Sebagian pihak hingga kini belum menunjukkan reaksi sebesar penistaan keji dalam film tersebut dan mereka tidak menyadari bahwa film itu merupakan penistaan nyata terhadap Islam, al-Quran, dan sirah Nabi Muhammad Saw."

Nasrullah mengatakan, "Publikasi film tersebut harus dihentikan total dan untuk selamanya penistaan terhadap Rasulullah Saw diberangus. Masyarakat harus memboikot situs-situs yang bersikeras memasang film itu."

"Amerika Serikat juga harus tahu bahwa perilisan secara penuh film itu akan berdampak sangat berbahaya baginya," tutur tokoh muqawama nomor wahid di Lebanon ini.

Nasrullah berharap masyarakat dunia mendesak penetapan sebuah ketentuan yang melarang penistaan terhadap agama langit dan menurutnya, segala bentuk kelalaian umat Islam dalam hal ini sama artinya dengan kelengahan di hadapan hak-hak Rasulullah Saw.

Menyinggung demonstrasi dan protes umat Islam di berbagai negara, Nasullah mengatakan, "Ini bukan gerakan sementara, melainkan awal dari gerakan serius yang harus terus dilanjutkan dan semua umat Islam harus kompak. Jangan sampai ada satu pihak yang bahkan beranggapan dapat bertoleran dalam masalah ini."(IRIB Indonesia/MZ

Laporan menyebutkan bahwa para pegawai Kedutaan Besar Amerika Serikat di Beirut sedang sibuk menghancurkan berkas dan informasi rahasia.

Seorang diplomat Amerika Serikat kepada Associated Press (17/9) menyatakan bahwa menyusul demonstrasi luas warga atas film penistaan terhadap Rasulullah Saw, seluruh Kedutaan Besar Amerika Serikat disiagakan bahkan sebagian ditutup. Dalam laporan terbaru disebutkan bahwa para pegawai Kedutaan Besar Amerika di Beirut sedang sibuk memusnahkan berkas dan dokumen rahasia.

Kedutaan Besar Amerika di Beirut, ibukota Lebanon, hingga Senin (17/9), telah mengubah status daruratnya dan memusnahkan seluruh dokumen dan berkas rahasia. Seluruh pegawai lokal di Kedutaan Besar AS juga telah dipulangkan lebih awal sebelum demo yang berlangsung kemarin.

Seorang diplomat Amerika di Lebanon menyatakan tidak ada bahaya serius yang mengancam kedubes AS yang sangat kokoh di Beirut. "Kedubes AS berjarak satu jam dari pusat demonstrasi," katanya.

Pejabat yang menolak namanya dipublikasikan itu mengatakan, "Keputusan yang diambil (pemusnahan dokumen) adalah langkah normal yang tujuannya mengurangi dokumen-dokumen rahasia."(IRIB Indonesia/MZ)

Amerika Serikat akhirnya menempatkan 50 marinirnya di Sanaa, ibukota Yaman dengan dalih menjaga kedutaan besarnya.

Press TV Senin (17/9) mengutip pemerintah Yaman melaporkan, 50 marinir Amerika Serikat ditempatkan di berbagai wilayah Sanaa untuk meningkatkan keamanan dan menjaga kedutaan besar Washington di negara ini.

Masih menurut sumber ini, pemerintah Yaman merilis statemen yang menyatakan, kehadiran pasukan asing di Yaman tidak dapat diterima Sanaa, namun pasukan Amerika Serikat ini termasuk pengecualian.

Sumber ini menambahkan, pemerintah Yaman menekankan, jika keamanan di negara ini telah pulih, pauskan Amerika akan segera meninggalkan Sanaa.

Sementara itu, setelah Departemen Pertahanan Amerika (Pentagon) menyatakan niatnya untuk mengirim pasukan ke Yaman untuk menjaga kedubes AS di Sanaa, anggota parlemen dan rakyat Yaman serta petinggi kubu politik menentang keras rencana ini. Mereka bahkan menuntut penarikan pasukan AS dari Yaman.

Abdul Karim Jadban, anggota parlemen Yaman menilai pengiriman marinir Amerika Serikat ke Sanaa sebagai konspirasi baru untuk menjajah negaranya. Abdul Karim Jadban juga memperingatkan bangsa muslim khususnya Yaman terkait konspirasi Amerika untuk menjajah negara Islam. Ia menekankan, Yaman saat ini berada dalam pengawasan Amerika dan tengah menderita akibat penjajahan Washington.

Parlemen Yaman juga merilis statemen keras mengutuk aksi penistaan terhadap kesucian Nabi Muhammad Saw. Selain itu, parlemen Yaman meminta Amerika Serikat meminta maaf secara resmi kepada umat Islam dan mencegah pemutaran film ini.

Aksi protes rakyat Yaman anti Amerika terkait pemutaran film yang melecehkan Nabi Muhammad Saw semakin meluas. Rakyat negara ini dalam aksinya menyerbu kedubes serta membakar bendera Amerika. (IRIB Indonesia/MF)

Selasa, 18 September 2012 06:18

Sekilas Kehidupan Sayidah Fatimah Maksumah as

Sayidah Fatimah Maksumah as lahir di kota Madinah pada tanggal 1 Dzulqadah, tahun 173 hijriah. Beberapa tahun sebelum kelahiran putri mulia ini, Imam Jafar Shadiq as yang juga kakeknya menyampaikan kabar gembira ini. Beliau berkata, "Salah satu putri dari anakku berhijrah ke kota Qom (salah satu kawasan Iran). Putri itu bernama Fatimah binti Musa bin Jafar." Imam Jafar as-Shadiq as menambahkan, "Dengan keberadaan putri itu, kota ini (Qom) menjadi haram atau kota suci keluarga Rasulullah Saw."

Menyusul kabar gembira yang disampaikan Imam Jafar Shadiq as, keluarga Rasulullah Saw pun menanti-nanti kelahiran putri mulia tersebut. Pada akhirnya, putri Imam Musa al-Kazhim as dari hasil pernikahannya dengan Najmah, lahir di muka bumi ini yang bertepatan dengan tanggal 1 Dzulqadah. Dengan kelahiran Sayidah Fatimah Maksumah ini, Imam Ali ar-Ridha as yang juga saudaranya, diliputi rasa bahagia yang luar biasa. Masa kecil Sayidah Fatimah Maksumah as penuh dengan kenangan bersama ayahnya, Imam Musa al-Kazhim as dan saudaranya, Imam Ali ar-Ridha as. Sayidah Fatimah Maksumah as dibesarkan di bawah naungan dua manusia agung dan suci. Dengan demikian, Sayidah Fatimah Maksumah menimba ilmu dan menuai hikmah secara langsung dari dua sumber ilmu dan hikmah.

Kebahagiaan Sayidah Fatimah Maksumah di masa kecil itu tidak bertahan lama menyusul gugurnya Imam Musa Kazhim as selaku ayahnya di penjara penguasa lalim saat itu, Harun ar-Rasyid. Saat ayahnya gugur syahid, Sayidah Fatimah Maksumah as baru berumur sepuluh tahun. Setelah itu, Imam Ali ar-Ridha as menjadi satu-satunya pelindung setia Sayidah Fatimah Maksumah as. Dalam sejarah disebutkan, Imam Ali ar-Ridho as sangat menyayangi saudarinya . Hal yang sama juga ditunjukkan oleh Sayidah Fatimah kepada saudaranya.

Dari sisi kesucian dan ketakwaan, Sayidah Fatimah Maksumah mempunyai derajat luar biasa. Kemuliaan akhlak, ketegaran, kesabaran dan istiqomah adalah di antara karakter mulia yang sangat tampak pada kepribadian agung Sayidah Fatimah Maksumah as. Pada suatu hari, sekelompok pecinta Ahlul Bait as tiba di kota Madinah untuk menemui Imam Musa al-Kazhim as dan menyampaikan pertanyaan-pertanyaan kepada beliau. Setiba di Madinah, mereka mendengar kabar bahwa Imam Musa tengah melakukan perjalanan ke luar kota. Mereka akhirnya terpaksa menyampaikan pertanyaan-pertanyaan tersebut secara tertulis yang dititipkan kepada keluarga Imam Musa al-Kazhim as.

Berapa hari kemudian, mereka kembali mendatangi rumah Imam Musa al-Kazhim as untuk berpamitan. Pada saat itu, mereka menyadari bahwa Sayidah Fatimah menulis jawaban pertanyaan-pertanyaan yang pernah diserahkan untuk Imam Musa. Menemukan jawaban yang ditulis Sayidah Fatimah as, mereka sangat bahagia. Dalam perjalanan pulang dari kota Madinah, mereka bertemu dengan Imam Musa al-Kazhim as dan menceritakan apa yang dialami kepada beliau. Imam pun membaca jawaban yang ditulis Sayidah Fatimah dan membenarkannya.

Sayidah Fatimah sa berjuang keras dalam menuntut ilmu dan makrifat Islam. Beliau tidak menambah dan mengurangi ilmu yang disampaikan oleh ayahnya, saat menyampaikannya kepada masyarakat. Ini menunjukkan tanggung jawab besar dan amanat yang tertanam pada jiwa putri Imam Musa as. Sayidah Fatimah menuntut ilmu dari Imam Musa, bahkan membela kebenaran dalam kondisi sulit. Beliau pun menunjukkan bahwa dirinya tegar dan tak tergoyahkan dalam membela kebenaran. Sayidah Fatimah didampingi Imam Ali ar-Ridha as mengamalkan ilmu-ilmu yang didapatkan dari ayahnya.

Pada tahun 200 hijriah, Imam Ali ar-Ridha as terpaksa meninggalkan kota Madinah menuju Khorasan di bawah tekanan penguasa lalim saat ini, Makmun. Imam Ridha as bertolak ke kota Marv, salah satu wilayah di Khorasan, tanpa membawa keluarganya. Setahun kemudian, Sayidah Fatimah Maksumah as merindukan kakaknya yang juga pemegang imamah setelah ayahnya, Imam Musa al-Kazhim as, bertolak menuju kota Marv. Dalam perjalanan ini, Sayidah Fatimah didampingi saudara-saudara dan ahlul baitnya. Berita perjalanan Sayidah Fatimah bersama keluarganya ke kota Marv pun menyebar di segala penjuru, sehingga para pecinta Ahlul Bait menanti-nanti kedatangan rombongan putri Imam Musa as di kota-kota yang bakal dilewati beliau dalam perjalanannya ke kota Marv. Para pecinta Ahlul Bait as menyambut Sayidah Fatimah di kota-kota yang dilewati beliau, dengan rasa suka cita dan kerinduan yang mendalam.

Dalam setiap penyambutan di berbagai kota, Sayidah Fatimah selalu menggunakan kesempatan tersebut untuk pencerahan kepada para pecinta Ahlul Bait. Beliau dalam berbagai pidatonya mengungkap kedok di balik arogansi para penguasa Bani Abbas dan politik busuk mereka. Pada dasarnya, Sayidah Fatimah sengaja berhijrah dari Madinah ke Marv sebagai bentuk protes terhadap kondisi yang ada. Perjalanan itu merupakan bagian dari perjuangan Sayidah Fatimah sa terhadap intimidasi dan kezaliman para penguasa Bani Abbas.

Namun sangat disayangkan, perjalanan Sayidah Fatimah Maksumah sa tidak berujung pada pertemuan dengan kakaknya, Imam Ali ar-Ridha as. Sebab, rombongan Sayidah Fatimah ketika tiba di kota Saveh, menjadi sasaran serangan pasukan Bani Abbas. Mereka menutup jalan yang dilalui Sayidah Fatimah dan menggugurkan saudara-saudara Imam Ali ar-Ridha yang mendampingi Sayidah Fatimah. Sayidah Fatimah sa dalam perjalanan tersebut jatuh sakit. Dalam kondisi sakit, Sayidah Fatimah menyadari tidak dapat melanjutkan perjalanannya ke Marv. Beliaupun meminta saudara-saudaranya untuk dihantarkan ke kota Qom. Sayidah Fatimah berkata, "Bawalah aku ke kota Qom, karena aku mendengar dari ayahku bahwa kota ini adalah pusat para pecinta Ahlul Bait as." Mendengar permintaan Sayidah Fatimah, mereka membawa beliau ke kota Qom.

Para pembesar dan masyarakat kota Qom ketika mendengar kedatangan putri Imam Musa as, berbondong-bondong menyambutnya. Seorang pecinta Ahlul Bait as dan pembesar di kota Qom yang bernama Musa bin Khazraj, menjadi tuan rumah yang akan menjamu Sayidah Fatimah selama di kota Qom. Sayidah Fatimah sa berada di kota Qom selama 17 hari. Karena rasa sakitnya, Sayidah Fatimah sa tidak dapat bertahan hidup lebih lama. Di kota suci Qom, Sayidah Fatimah Maksumah as tutup usia. Pada hari-hari terakhir masa hidupnya, Sayidah Fatimah lebih banyak menyibukkan diri bermunajat kepada Allah Swt.

Sayidah Fatimah yang berniat mengunjugi kota Marv, tidak dapat menemui saudara tercintanya, Imam Ali ar-Ridha as. Mendengar meninggalnya Sayidah Fatimah, para pecinta Ahlul Bait berkabung, terlebih bagi Imam Ali ar-Ridha as. Imam Kedelapan, Ali ar-Ridha as berkata, "Barang siapa yang berziarah ke kota Qom sama halnya berziarah kepadaku di Marv."

Sayidah Fatimah dimakamkan di kota Qom. Makam itu mempunyai daya tarik yang luar biasa bagi para pecinta Ahlul Bait dari seluruh dunia untuk mengunjungi kota tersebut. Berkat keberadaan Sayidah Fatimah di kota Qom telah berdiri pusat kota pendidikan agama atau hauzah. Kini, kota itu menjadi salah satu pusat pendidikan agama terbesar di dunia. Aura spritual yang dipancarkan makam suci Sayidah Fatimah as memberikan pencerahan intelektual bagi para ulama. (IRIB Indonesia)

Selasa, 18 September 2012 06:09

1 Dzulqadah, Sayidah Maksumah as Lahir

Sayidah Maksumah as Lahir

Ranggal 1 Dzulqa'dah tahun 173 Hijriah, Sayidah Fathimah Maksumah, putri mulia Imam Musa bin Jakfar as, terlahir ke dunia. Imam Musa bin Jakfar adalah keturunan Rasulullah generasi ke-6 dan menjadi imam dan pemimpin ke-7 umat Islam. Sepeninggal beliau, tampuk imamah diserahkan kepada putra beliau, yaitu Imam Musa ar-Rida as. Namun, sebagaimana yang dialami oleh para Imam Makshum lainnya, Imam Ridha akhirnya dipenjara dan dibunuh oleh khalifah yang berkuasa saat itu.

Semasa Imam Ridha diasingkan di Khurasan, Iran oleh Khalifah Makmun dari Dinasti Abbasiah, Sayidah Maksumah yang merupakan saudara perempuan Imam Ridha, memutuskan untuk melakukan perjalanan dari Madinah ke Khorasan untuk menemui Imam Ridha.

Ketika Sayidah Maksumah dan rombongannya baru sampai di kota Qom, Iran, putri yang suci dan mulia itu jatuh sakit dan akhirnya meninggal dunia. Beliau dikuburkan di kota Qom dan makamnya hingga kini menjadi pusat peziarahan yang ramai dikunjungi para pecinta Ahlul Bait dari berbagai penjuru dunia. Kota Qom pun kemudian berkembang menjadi pusat pengajaran ilmu-ilmu Ahlul Bait dan menjadi basis perjuangan rakyat Iran dalam era Revolusi Islam Iran.

 

Sinan Nakhai Kufi Meninggal

Tanggal 1 Dzulqa'dah tahun 177 Hijriah, Sinan al-Nakhai al-Kufi, yang terkenal dengan julukan "Abu Abdillah", seorang ulama dan ahli hadis di zaman permulaan Islam, meninggal dunia. Sinan al-Nakhai al-Kufi dilahirkan di kota Bukhara pada tahun 95 Hijriah dan merupakan salah satu keturunan Malik Asytar, seorang panglima dan pembela setia Imam Ali as.

Sinan atau Abu Abdillah merupakan seorang ahli fiqih besar di zamannya sehingga beliau ditunjuk sebagai hakim di kota kufah.

Antara yang sempat terekam dalam sejarah sebagai realita yang menyingkap keagungan Imam Ali A.S adalah surat-suratnya yang kebanyakan berupa instruksi kepada para gubernurnya. Imam Ali selalu mengingatkan bagaimana mereka harus bersikap di depan masyarakat dan bagaimana mereka harus memelihara kekayaan dan kehormatan bangsa Islam.

Dalam surat-surat itu, pesan-pesan Imam Ali sama sekali tidak mengesankan gaya seorang atasan terhadap bawahannya. Beliau lebih suka memilih etika seorang ayah dalam menasehati anak-anaknya dalam menempuh kehidupan yang penuh dengan kegetiran. Segalanya beliau sampaikan dengan ungkapan yang diwarnai kasih sayang dan kecintaan.

Dalam sejarah kita membaca bahwa pada masa pemerintahan Imam Ali A.S, beliau pernah mengangkat seorang sahabat setia beliau yang bernama Malik Al-Asytar untuk menjadi gubernur di Mesir. Bersamaan dengan pengangkatan tersebut, Imam mengirimkan pula sepucuk surat kepada Malik Al-Asytar yang berisi pesan-pesan dan petunjuk yang sangat bersejarah, mengandung banyak sekali hal yang patut diperhatikan terutama oleh para pemegang kekuasaan di dalam masyarakat.

Dalam pesan tertulis ini, Amirul Mukminin Ali bin Abi Talib A.S sangat menekankan pendidikan dan pembinaan mental dan akhlak para penguasa; karena tidak diragukan lagi, bahwa kelayakan para pelaksana undang-undang lebih penting dari pada undang-undang itu sendiri. Pengalaman menunjukkan bahwa adanya undang-undang yang terbaik sekalipun, tidak dengan sendirinya dapat menjamin kebahagian masyarakat. Harus ada pula para pelaku yang baik bagi undang-undang tersebut. Kitapun yakin bahwa jika undang-undang Ilahi dilaksanakan oleh para pelaksana yang Ilahi pula, maka umat manusia akan mampu mencapai kebahagiaan yang sebenarnya.

Pada kalimat-kalimat pembuka pesan tertulis ini, Imam Ali A.S menyebut diri beliau sebagai hamba Allah. Beliau berkata: "Ini adalah pesan seorang hamba Allah, Ali bin Abi Talib, kepada Malik Al-Asytar ...........

Dengan menyatakan diri sebagai hamba Allah, Imam Ali A.S mengingatkan bahwa penulis pesan ini adalah seorang hamba di antara hamba-hamba Allah yang selalu mentaati perintah-perintahNYA dan yang telah menjadikan penghambaan diri kepada Dzat yang Haq sebagai jalan hidupnya. Program dan perintah-perintah yang telah sampai ke tangan Malik Al-Asytar, berkenaan dengan pengaturan negeri Mesir, bukan hasil pemikiran dan keinginan-keinginan pribadi Ali ibn Abi Talib.

Dalam pengertian Imam A.S, seorang hamba Allah ialah orang yang tidak pernah terpengaruh oleh faktor-faktor penyimpang dari jalan kemanusiaannya. Hamba Allah ialah orang yang menyakini bahwa Allah-lah yang menguasai kehidupan dan kematian manusia, dan hanya perintah dan larangan-Nyalah yang ia jalankan, dan tak ada kekuatan lain baginya di atas kekuasaan Allah SWT.