کمالوندی

کمالوندی

"Imam Muhammad Baqir as memandang pekerjaan sebagai aktivitas suci dan bernilai. Beliau menjelaskan hubungan mendalam antara ekonomi dan spiritual dalam Islam. Menurut pandangan Imam Baqir as, kerja dan produksi yang dilakukan dalam tolok ukur dan nilai agama, dan dengan tujuan memenuhi kebutuhan, serta demi kemakmuran individu maupun masyakarat, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan, terhitung sebagai ibadah."

Setiap orang yang merenungkan lautan ilmu Ahlul Bait as, maka dia akan tertarik dengan spiritualitas dan kesempurnaan ilmu mereka serta akan merasa rendah hati dan hormat. Hari ini, dengan penuh rendah hati dan keinginan kuat, kitamenuju ke pantai lautan ilmu Imam Bagir as sehingga pada hari kelahiran beliau saat ini kita dapat menimbailmudaribeliau.

Imam Muhammad Baqir as dilahirkan di kota Madinah pada tanggal 1 Rajab tahun 57 H. Beliau adalah putra dari cicit Rasulullah saw, Imam Ali Zainal Abidin. Beliau diberi gelar "Baqirul Ulum" yang berarti pembelah ilmu. Artinya beliau punya kemampuan tinggi dalam mengurai segala cabang ilmu. Itu pulalah yang disabdakan Nabi Saw jauh sebelum lahirnya Imam Baqir as.

Rasulullah Saw pernah bersabda kepada sahabatnya, Jabir bin Abdillah Ansari. Beliau berkata, "Wahai Jabir, engkau akan tetap hidup setelah kepergianku, hingga engkau bertemu dengan salah satu putra keturunanku, orang yang paling mirip denganku dan namanya sama dengan namaku. Kapanpun engkau melihatnya, sampaikan salamku padanya dan amalkan sungguh-sungguh pesanku ini."

Rasulullah saw memberi gelar kepada cucu yang akan ditemui oleh Jabir bin Abdillah itu dengan Baqir al-Ulum. Setelah bertahun-tahun berlalu, Jabir akhirnya bertemu dengan Imam Muhammad Baqir as dan ia pun menyampaikan titipan salam Rasulullah Saw kepada Imam.

Abdullah bin Atha al-Makki, salah seorang ilmuan di zamannya mengatakan, "Saya tak pernah melihat ada ulama dan ilmuan yang tidak merasa kerdil di depan Imam Muhammad Baqir as. Aku pernah menyaksikan sendiri bagaimana Hakam bin Atha yang dikenal punya kedudukan keilmuan yang sangat tinggi duduk bersimpuh di depan Imam Baqir seperti seorang anak kecil di depan gurunya."

Imam Baqir as selalu bersandar padadua sumber penting Islam yaitu al-Quran dan Sunnah untuk menjelaskan ajaran-ajaran agama di berbagai bidang termasuk masalah sosial, ekonomi dan politik. Beliau kepada sahabatnya berkata, "Setiap riwayat yang aku katakan kepadamu, ketauhilah bahwa riwayat tersebut berasal dari Istinbat al-Quran." Imam Baqir as menilai akal memiliki peran penting untuk memahami hakikat sesuatu. Oleh karena itu, beliau menyerukan masyarakat untuk menggunakan akal tersebut untukmemahami berbagai ilmu.

Ekonomi dan hal-hal yang berhubungan dengan kerja dan produksi merupakan topik penting dalam pendidikan Ahlul Bait as. Islam tidak hanya mengajarkan urusan akhirat saja, tetapi juga mengajarkan masalah keduniawian dan hal itu sesuai dengan tuntutan manusia. Oleh sebab itu, Islam telah memberikan petunjuk dan penjelasan terkait masalah ekonomi, bahkan telah memberikan jalan dan solusi yang sangat bernilai guna meningkatkan kesejahteraan kehidupan manusia.

Perilaku dan ucapan Imam Ahlul Bait as dalam upaya untuk mendapatkan rizki halal merupakan satu keutamaantersendiri. Mereka selalu berusaha memenuhi kebutuhan finansial dan ekonominya dengan bekerja keras. Kerja dan aktivitas produksi dalam pandangan Imam Baqir as memiliki kedudukan penting.

Imam Baqir as melihat sistem ekonomi yang sehat akan terwujud jika sumber produksi kekayaan diolah oleh orang-orang saleh. Terkait hal itu, beliau menegaskan tentang kekayaan yang halal dan orang-orang yang kaya dan saleh. Imam Baqir as mengatakan, kekayaan harus diolah oleh orang-orang yang mengetahui hak atas harta dan kewajibannya terhadap harta tersebut serta melaksanakannya dengan baik. Salah satu penyebab hancurnya umat Islam dan Islam adalah investasi berada di tangan orang-orang yang tidak mengetahui hak dan tanggung jawab atas kekayaan tersebut dan tidak melaksanakannya dengan baik. (Mustadrak al-Wasail, Juz 2, Halaman 393)

Imam Baqir as amat memperhatikan masalah produksi, khususnya pertanian. Di sisi lain,beliau juga memperhatikan masalah kerja dan mengais rizki yang halal serta tidak bergantung kepada orang lain. Salah satu cara untuk memenuhi kebutuhan hidup adalah dengan jalan bertani, di mana sebagian kebutuhan makanan penting dan pekerjaan dapat dipenuhi melalui jalantersebut.

Imam Baqir as berkata, "Tidak ada pekerjaan yang lebih mulia disisi Allah Swt dari pertanian dan tidak ada nabi yang diutus Allah Swt yang tidak bertani kecuali Nabi Idris as, karena beliau seorang penjahit. (Miratul Uqul, Juz 19, Halaman 339).

Dari riyawat tersebutdapat dipahami bahwa jika seseorang memiliki tanah dan air yang cukup, namun tetap hidup miskin, maka ia telah jauh dari rahmat Allah Swt. Sebab, amat jelas bahwa ia bukan seorang yang inginberusaha untuk bekerja demi memenuhi kebutuhannya. Imam Baqir as berkata, "Setiap orang yang memiliki tanah dan air yang cukup, namun tetap hidup fakir, maka Allah Swt akan menjauhkan orang tersebut dari rahmat-Nya."

Imam Muhammad Baqir as memandang pekerjaan sebagai aktivitas suci dan bernilai. Beliau menjelaskan hubungan mendalam antara ekonomi dan spiritual dalam Islam. Menurut pandangan Imam Baqir as, kerja dan produksi yang dilakukan dalam tolok ukur dan nilai agama, dan dengan tujuan untuk memenuhi kebutuhan, sertademi kemakmuran individu maupun masyakarat, khususnya bagi orang-orang yang membutuhkan, terhitung sebagai ibadah.

Penggunaan harta untuk kepentingan sosial, khususnya untuk membantu masyarakat yang membutuhkan adalah tujuan Imam Baqir as dalam kegiatanproduksi. Beliau menggunakan hasil pertanian dan perkebunannya untuk membantu anak-anak yatim dan orang-orang fakir. Imam Baqir as mengatakan, "Aku lebih menyukai untuk memikul tanggung jawab dalam memenuhi kebutuhan sebuah keluarga Muslim dan menolong mereka dari kelaparan, memberikan pakaian kepada mereka serta menjaga kehormatannya daripada menunaikan satu ibadah haji mustahab atau bahkan 70 ibadah haji mustahab." (Miratul Qulub, Juz 9, Halaman 108).

Meski Imam Baqir as usianya semakin tuadan memiliki pembantu, namun beliau tetap bekerja keras. Bahkan ada sekelompok orang yang mengira perbuatan beliau itu sebagai penjelas untuk tidak merasa zuhud dan qanaah.

Seseorang bernamaMuhammad bin Munkadir mengatakan, "Suatu hari yang panas, aku melihat Abu Jafar Muhammad bin Ali (Imam Baqir as) berada di sekitar Madinah. Beliau keluar dari Madinah untuk bekerja. Kepada diriku aku mengatakan, "Subhanallah, seorang pembesar Quraish dalam kondisi yang panas seperti ini sibuk dengan urusan duniawinya. Aku harus menasihatinya." Kemudian aku mendekatinya dan mengucapkan salam. Dalam kondisi keringat yang sedang mengucur, beliaumenjawab salamku. Aku berkata kepadanya, "Apakah seorang pembesar Quraish dalam cuaca yang panas seperti ini masih sibuk dengan urusan duniawi? Jika dalam posisi seperti ini ajalmu datang, apa yang akan engkau lakukan?" Beliau menjawab, jika dalam kondisi saat ini ajalku datang, maka aku akan mati dalam kondisi taat kepada Allah Swt, sebab hasil jerih payahku ini telah menjadikanku dan keluargaku tidak tergantung kepadamu dan orang lain. Aku takut ajalku tiba pada saat aku sibuk bermaksiat kepada Allah Swt."

Mendengar jawaban Imam Baqir as, Muhammad bin Munkadir berkata, "Semoga Allah selalu memberikan rahmat kepadamu. Apa yang engkau katakan benar. Sebelumnya, aku ingin menasihatimu tetapi engkau telah menasihatiku."

Selain mendorong untuk bekerja dan berusaha, Imam Baqir as juga melarang menganggur, bermalas-malasan dan meninggalkan pekerjaan. Tak diragukan lagi, pengangguran selain menimbulkan kondisi yang tidak menentu dan menghilangkan hargadiri, juga akan menjadi penghalang utama pertumbuhan ekonomi. Jika dalam ekonomi masyarakat tidak ada motor penggerak yaitu kerja dan usaha, maka ekonomi tersebut akan berhenti dan mengalami resesi.

Imam Baqir as berkata, "Aku membenci orang yang mencari alasan dan tidak mencari pekerjaan, kemudian dia hanya tinggal di rumah dan dengan menengadahkan tangan berkata, "Ya Allah, berilah aku rizki." Sementara semut keluar dari lobangnya untuk mencari rizki dan memenuhi kebutuhannya dengan upaya dan bekerja keras."

Perkataan Imam Baqir as tersebut menunjukkan bahwa pengangguran tidak hanya menyebabkan resesi dan ketertinggalan ekonomi, namun juga memiliki dampak negatif terhadap fisik dan jiwa,serta tingkah laku manusia.Bahkan akan mendorong timbulnya akhlak dan sosial yang buruk,serta menghilangkan kebahagiaan hidup manusia.

Sementara itu, perdagangan sebagai salah satu bentuk pekerjaan memiliki peran penting dalam menumbuhkan ekonomi. Oleh karena itu, perdagangan juga mendapat perhatian khusus dari Ahlul Bait as. Imam Baqir as meriwayatkan dari ayahnya, terus hingga Rasulullah Saw, berkata, "Berkat memiliki 10 bagian, dan sembilan bagiannya terdapat dalam perdagangan."

Selain mengajarkan tentang perdagangan, Ahlul Bait as juga mengajarkan kepada manusia tentang kehalalannya, di mana pedagang harus mengetahui hukum syariat tentang perdagangan. Sehingga apa yang dia dapat adalah harta yang halal.

Hari ketiga dari bulan Rajab merupakan hari syahadahnya Imam Hadi as. Pada zamannya, beliau adalah pribadi agung yang berusaha kuat menjaga budaya dan pemikiran Ahlul Bait Nabi Muhammad Saw dari pengaruh perubahan. Sebelumnya kami mengucapkan belasungkawa di hari ini dan untuk memperingati keagungan posisi Imam Hadi as, dalam beberapa saat bersama anda kami akan membahas tentang strategi politik dan budaya beliau dalam menghadapi pelbagai konspirasi yang mengancam Islam dan ajaran pemikiran Ahlul Bait Rasulullah Saw.

Imam Hadi as lahir pada tanggal 15 Dzulhijjah 212 Hq di Madinah. Ketika ayahnya Imam Jawad as mencapai syahadah pada tahun 220 Hq, Imam Hadi yang memegang tanggung jawab kepemimpinan. Beliau memberikan petunjuk dan penerangan kepada masyarakat selama 33 tahun. Kepemimpinan Imam Hadi as bersamaan semasa dengan enam orang khalifah Abbasiah. Di masa kepemimpinan beliau inilah Ahlul Bait Rasulullah Saw banyak mengalami tekanan dari pihak penguasa Abbasiah. Dan salah satu dari enam khalifah yang sezaman dengan beliau dan paling tampak permusuhannya terhadap Ahlul Bait adalah Mutawakkil. Ia berkuasa sekitar 15 tahun lamanya dan yang paling lama di antara enam orang khalifah waktu itu.

Imam Hadi as memulai perjuangannya melawan para penguasa Abbasiah secara tidak langsung dengan menggunakan metode dakwah, budaya dan pendidikan. Metode Imam Hadi as dalam menghadapi para penguasa Abbasiah pada hakikatnya bukan dengan cara memegang senjata atau berhadap-hadapan secara militer. Akan tetapi beliau menggunakan metode yang justru mampu mengalahkan musuh. Dengan kata lain, metode yang digunakan Imam Hadi as dalam menghadapi para penguasa zalim adalah metode sejenis perang lunak. Dalam kondisi zaman itu Imam Hadi as telah menggunakan beragam metode perjuangan yang membuat musuh kelabakan.

Dengan cara dan usaha inilah Ahlul Bait Rasulullah Saw berada di atas pondasi pemikiran dan keyakinan yang kokoh dan logis dan menyebarkannya dengan beragam cara meski mereka senantiasa berada di bawah tekanan politik Bani Umayyah dan Bani Abbasiah. Kapan saja Islam dihadapkan dengan masalah dan pertanyaan, satu-satunya jawaban yang paling memuaskan berasal dari ajaran Ahlul Bait. Para Imam as merancang prinsip-prinsip pemikiran Islam untuk membangun masyarakat Islam.

Tekanan berat dari sisi politik dan menyebarnya kerancuan pemikiran dan keyakinan merupakan dua fenomena yang muncul di zaman Imam Hadi as. Tanpa Imam Hadi as, dasar keyakinan dan pemikiran Islam bakal terancam. Sebelum Imam Hadi as dipindahkan ke Samara oleh tentara Abbasiah, beliau tinggal di Madinah yang menjadi pusat keilmuan dan fikih dunia Islam. Aktifitas Imam Hadi as di Madinah membangkitkan kekhawatiran para penguasa zalim Abbasiah. Oleh karena itulah mereka memaksa Imam Hadi as untuk meninggalkan Madinah dan selama 10 tahun beliau hidup dalam tekanan berat di masa kekuasaan Bani Abbasiah. Tekanan berat politik para penguasa Abbasiah terhadap Imam Hadi as menyulitkan masyarakat untuk bisa menemui beliau.

Hal ini dilakukan mereka dengan harapan bahwa ketidakhadiran Imam Hadi as di tengah-tengah masyarakat bakal memunculkan masalah keyakinan. Ketidakhadiran beliau secara perlahan-lahan memunculkan aliran-aliran sesat baik dari sisi fiqih maupun keyakinan. Hal ini membuat agama Islam betul-betul berada dalam bahaya. Untuk menghadapi kondisi sulit ini, Imam Hadi as memperkuat "Lembaga Perwakilan" dan menyebarkannya ke daerah-daerah guna menciptakan koordinasi antara sesama pengikut Ahlul Bait yang tersebar di daerah-daerah.

Sebenarnya sebelum Imam Hadi as, telah ada lembaga perwakilan yang dibentuk oleh para Imam sebelumnya. Tapi kelebihan Imam Hadi as adalah menjadilan badan ini resmi perwakilan dirinya, sehingga masyarakat tetap dapat berkomunikasi dengan beliau lewat wakil-wakilnya. Dengan demikian, tuntunan beliau juga dapat sampai ke masyarakat, tanpa kehadirannya. Metode ini mampu melanggengkan sistem Imamah di tengah tekanan kuat penguasa.

Manajemen Imam Hadi di masa itu sangat berpengaruh dan efektik untuk bisa keluar dari krisis-krisis selanjutnya yang lebih sulit. Karena kondisi politik saat itu berkembang sedemikian rupa sehingga Ahlul Bait pasca Imam Hadi as yakni di masa Imam Hasan Askari as, semakin tertekan. Badan perwakilan sangat penting pengaruhnya dalam mengkoordinasi dan mengatur keilmuan, sosial dan keamanan para pengikut Ahlul Bait as. Dalam lembaga ini, pesan Imam akan sampai kepada para pengikutnya dengan cepat dan sistematik melalui satu kanal yang terpercaya dan resmi. Sehingga dari sisi keamanan tidak sampai menyulitkan para pengikut Ahlul Bait dan tempatnya tidak sampai diketahui oleh orang lain.

Jaringan penting ini dari sisi keilmuan dan fikih mampu memenuhi kebutuhan masyarakat dari sumber aslinya dan hasil pertamanya secara nyata adalah menjawab shubhah-shubhah keyakinan dan pemikiran. Mengambil jawaban atas masalah-masalah fikih dan teologi dari kanal yang bisa dipercaya bak payung perlindungan yang besar bagi para pengikut Ahlul Bait yang bisa juga dipakai untuk menghadapi pelbagai serangan budaya. Jaringan perwakilan pada hakikatnya berposisi sebagai sebuah jaringan besar universitas yang menghubungkan para pengikut Ahlul Bait dengan pusat penyebaran pemikiran-pemikiran Ahlul Bait, yakni Imam dengan cara halus dan cepat baik dari sisi pemikiran maupun kebutuhan keilmuan sehari-hari.

Satu lagi tindakan Imam Hadi as dalam mengokohkan pemikiran Ahlul Bait adalah mengenalkan posisi Imamah. Bukti yang paling nyata dan baik dari Imam Hadi as dalam mengenalkan imamah adalah ziarah Jamiah Kabirah yang merupakan sumber yang paling resmi tentang pengenalan Imam. Di mukadimah ziarah, Imam Hadi as menganggap perlu menyebutkan 100 kali takbir yang merupakan bukti keesaan Allah dan tauhid. Selanjutnya beliau menjelaskan tentang kedudukan hakiki Ahlul Bait dengan bahasa doa dan ziarah guna menggugurkan klaim orang-orang yang mengaku dirinya sebagai imam. Mengenalkan Ahlul Bait sebagai tambang dan sumber ilmu. Menolak keyakinan-keyakinan pelbagai kelompok yang meyakini kepemimpinan dan kekuasaan para penguasa Bani Umayah dan Abbasiah dan selainnya.

Ziarah Jamiah Kabirah merupakan sanad yang terbaik untuk mengkoordinasi pemikiran masyarakat Islam di masa itu dan kini menjadi sebab kokohnya pemikiran dan mencegah para pengikut Ahlul Bait agar jangan sampai menyimpang dari sekitar lentera imamah. Dengan ziarah ini ada dua target yang dibidik oleh Imam Hadi as; pertama membela posisi sosial dan peran pembimbing para Imam dan menetapkan kesinambungan hubungan umat dengan imam. Kedua, menolak dan menafikan pemikiran mereka yang mengkultuskan imamah dan Ahlul Bait.

Dengan menggunakan kesempatan yang tepat, Imam Hadi as mengenalkan Bani Abbasiah sebagai penguasa yang tidak sah dan melarang umat Islam untuk bekerjasama dengan mereka kecuali pada masalah-masalah darurat. Dengan usaha ini kedok mereka semakin jelas bagi masyarakat. Dengan menggunakan politik perlawanan negatif terhadap para penguasa zalim, Imam Hadi as menyadarkan masyarakat bahwa jangan sampai mereka mengorbankan ideologinya hanya karena kelezatan dunia yang sementara. Menyadarkan mereka bahwa berdamai dengan kezaliman adalah mengobarkan api yang akan membakar diri mereka sendiri.

Suatu hari seorang laki-laki bernama Ali bin Isa, seorang pegawai pemerintahan Abbasiah. Ia menulis surat kepada Imam Hadi as. Dalam suratnya ia menanyakan pendapat Imam tentang bekerja dengan Bani Abbasiah dan mengambil upah dari mereka. Imam menjawab, "Kerjasama yang dilakukan karena terpaksa tidak masalah dan Allah Maha Pengampun. Namun selain itu tidak baik dan tidak boleh. Kalau kamu tidak mendapatkan kerjaan kecuali hanya di Bani Abbasiah, maka sedikitnya lebih baik dari banyaknya."

Ali bin Isa kembali menulis surat kepada Imam untuk menjelaskannya lebih jauh bahwa tujuan dia bekerjasama dengan mereka hanya untuk melakukan mencari jalan agar bisa menyerang mereka. Imam menjawab, "Dalam kondisi seperti ini, bekerjasama dengan mereka bukan hanya tidak haram bahkan ada pahalanya." Dalam penjelasan ini Imam Hadi telah menjelaskan cara berjuang dan menjelaskannya dengan baik bahwa pemerintahan Abbasiah tidak memiliki keabsahan sedikitpun.

Akhirnya para penguasa zalim itu berusaha menyingkirkan Imam Hadi as karena mereka tidak tahan melihat ada pribadi agung seperti beliau ini. Akibatnya pada tanggal 3 Rajab tahun 254 Hq, Imam Hadi as dibunuh atas perintah Mu'taz melalui sebuah konspirasi. Berita syahadah beliau ini membuat masyarakat memahami sebab syahid beliau karena sebuah konspirasi yang diperintahkan oleh Mu'taz. Reaksi berita syahadahnya Imam Hadi as ini telah membuat sedih masyarakat. di hari syahadahnya Imam Hadi as masyarakat berkumpul di rumah beliau dan semua orang di kota itu tenggelam dalam kesedihan dan tangisan.

Sekali lagi kami ucapkan belasungkawa di hari syahadahnya Imam Hadi as dan mengakhiri pembahasan ini dengan nasihat beliau yang berbunyi:

"Kemampuan dan kekayaan adalah kurangilah angan-anganmu dan ridhalah dengan apa yang mencukupimu." (Bihar al-Anwar jilid 87, hal 863)

Selasa, 29 Mei 2012 20:12

Kewajiban haji dan umrah dalam islam

- Pengertian haji dan Umrah

Pengertian haji menurut syara’ adalah : menuju ka’bah untuk beribadah dengan melakukan beberapa perbuatan yaitu : Ihram, Wukuf, Thawaf, Sa’I dan Thawaf Nisa(Perempuan).

Sedangkan pengertian umrah menurut syara’ adalah : menuju ka’bah untuk beribadah dengan melakukan amalan-amalan berikut yaitu ihram, thawaf, sa’I, thawaf nisa dan cukur atau memotong rambut.

- Hukum Haji dan Umrah

Hukum Haji:

Haji sebagai salah satu ibadah dalam islam menjadi rukun Islam kelima hukumnya wajib sekali seumur hidup bagi setiap orang Islam yang memenuhi syarat, berdasarkan firman Allah SWT:

... وَ للَّهِ عَلى النَّاسِ حِجُّ الْبَیْتِ مَنِ استَطاعَ إِلَیْهِ سبِیلاً

(آل عمران 97)

Artinya:

Mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah

(Q.S. AUImran;97)

Selasa, 29 Mei 2012 19:44

Tiga Surat Bersejarah Rasulullah Saw

Islam merupakan agama universal dan lengkap, sejak awal kemunculannya tidak terbatas pada sekup kesukuan atau kabilah. Oleh karenanya, dalam rangka menyampaikan risalah universal tersebut, Rasulullah Saw. pada tahun VI Hijriyah menyerukan Islam kepada para penguasa negeri-negeri tetangga negeri Hijaz.

Seorang sejarawan terkenal yang bernama al-Thabari mencatat tiga teks surat Rasulullah Saw untuk penguasa Ethiopia (Najasyi), penguasa Iran (Khoshrou Parviz) dan raja Romawi Timur (Heraclius) dalam kitab sejarahnya yang terkenal. Makalah ini akan membahas dan meneliti secara khusus hal-ihwal tiga surat Rasulullah Saw tersebut.

Seiring dengan bertambahnya tekanan kaum Musyrikin Mekah terhadap Rasulullah Saw dan pembela setianya, belum lagi kekacauan yang diciptakan oleh orang-orang Quraisy dalam rangka membendung kecenderungan kepada Islam, Rasulullah Saw mencari kota lain untuk membangun basis kekuatan Islam sehingga, dengan cara ini, selain kaum Muslimin dapat terlepas dari gangguan kaum Musyrikin, beliau juga dapat membangun pondasi yang kokoh untuk penyebaran Islam di Jazirah Arab. Oleh karena itu, beliau meninggalkan kota Mekah menuju kota Yatsrib (Madinah) dalam rangka mewujudkan tujuan tersebut pada tahun ketiga belas dari kenabian beliau. Beliau membentuk kota baru itu dengan tatanan baru dalam pembangunan sosial dan budaya yang khas yang menjadi basis ideologi yang kokoh, dan menyatukan kaum Muhajirin dan kaum Anshar menjadi bangsa bersatu sebagai komponen utama kota. Maka tidak lama kemudian, Madinah berubah menjadi basis yang kokoh dibandingkan kota Mekah. Dari kota inilah ajaran-ajaran Islam tersiar ke seluruh dataran Jazirah Arab.

Rasulullah Saw tidak diutus untuk kaum dan kabilah tertentu sehingga risalah beliau hanya untuk mereka saja. Berdasarkan ajaran al-Quran(1), beliau diutus untuk menyampaikan risalah Ilahi kepada seluruh masyarakat, terlepas dari perbedaan suku, kabilah dan bahasa. Oleh karenanya, beliau telah mengambil langkah penting dalam politik eksternal pada tahun VI H dalam rangka penyebaran misi universal beliau dengan mengirimkan surat-surat kepada para penguasa di sekitar negeri Hijaz kala itu. Pada saat itu, beliau tidak begitu khawatir terhadap teror yang dilakukan oleh orang-orang Yahudi kota Madinah. Ikatan perjanjian Hudaibiyah antara beliau dengan mereka menekan kemungkinan ancaman serius dari kaum Musyrikin, sehingga beliau mengajak para penguasa negeri tetangga untuk memeluk Islam melalui surat-surat yang beliau kirimkan kepada mereka(2).

Bertolak dari buku sejarah al-Thabari akan kita pahami bahwa al-Thabari hanya mencatat tiga surat Rasulullah Saw yang ditujukan kepada penguasa Etopia (Najasyi), penguasa Persia-Iran (Khoshrou Parviz) dan raja Romawi Timur (Heraclius). Adapun berkenaan dengan surat Rasulullah Saw yang ditujukan kepada penguasa Mesir (Mocuces), dua orang pemimpin Oman putra Jalandi (Jifar dan Abd) dan gubernur Khoshrou di Bahrain (Monzer bin Savi), al-Thabari hanya menukil dari perkataan singkat Ibnu Ishak dan tidak mencantumkan teks surat-surat tersebut. Oleh karena itu, kita akan meneliti surat Rasulullah Saw. yang ditujukan kepada penguasa Habasyah, Romawi dan Persia-Iran dalam tulisan ini.

Surat pertama menyangkut kejadian tahun VI H yang dicatat oleh Al-Thabari, yaitu surat Rasulullah Saw untuk penguasa Romawi Timur (Heraclius) yang disampaikan melalui Dihyah al-Kalbi. Al-Thabari mengutip teks surat tersebut sebagai berikut :

"Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

"Dari Muhammad bin Abdillah, Utusan Allah, kepada Heraclius, Penguasa Romawi.

Salam sejahtera kepada orang-orang yang mengikuti jalan petunjuk. Amma ba‘du. Sesungguhnya aku mengajak Anda kepada Islam, masuklah Islam agar Anda selamat, niscaya Allah swt. memberikan kelipatan pahala kepada Anda. Apabila Anda berpaling dari Islam, maka dosa para petani (rakyat) akan menjadi tanggungan Anda."(3)

Surat kedua Rasulullah Saw yang menarik perhatian al-Thabari ialah yang ditulis beliau untuk Najasyi, penguasa Habasyah, dan disampaikan oleh Umar bin Abi Umayyah al-Dhamri. Al-Thabari mengutip teks surat tersebut sebagai berikut :

"Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

"Dari Utusan Allah kepada Al-Najasyi Al-Ashham, Penguasa Habasyah.

Masuklah Anda ke dalam Islam. Segala puji bagi Allah, Raja Diraja, Yang Mahasuci, Yang Maha Sejahtera, Yang Mengaruniakan Keamanan, Yang Maha Mengawasi dan aku bersaksi bahwa Isa putra Maryam adalah Ruh Allah dan kalimat-Nya yang disampaikan melalui Maryam, wanita yang tidak menikah dan suci yang telah mengandung Isa dimana Allah telah menciptakannya dari ruh-Nya sebagaimana Adam as. yang telah diciptakan dengan ruh-Nya. Aku mengajak Anda untuk taat pada Allah Yang Maha Tunggal dan tanpa sekutu dengan mengikutiku, beriman kepada Allah Yang telah mengutusku. Aku adalah utusan Allah dan aku telah mengirimkan kepada Anda putra pamanku, Ja`far, berserta rombongan Muslimin, dan terimalah mereka ketika sampai di sana. Tinggalkan kesombongan karena aku mengajak Anda beserta bala tentara Anda untuk beriman kepada Allah. Aku telah sampaikan pesan Allah kepada Anda dan telah memberikan nasehat kepada Anda. Untuk itu, terimalah nasehatku dan selamatlah bagi mereka yang telah mengikuti jalan petunjuk."(4)

Al-Thabari mengutip surat ketiga Rasulullah Saw untuk Khosrou Parviz yang disampaikan oleh Abdullah bin Hudzafah al-Sahmi sebagai berikut :

"Dengan nama Allah Yang Maha Pemurah lagi Maha Penyayang.

"Dari Muhammad Rasulullah untuk Khosrou, Penguasa Persia.

Selamat bagi orang yang telah mengikuti jalan petunjuk, beriman kepada Allah, utusan-Nya, dan aku bersaksi bahwa tiada Tuhan selain Allah dan bahwa Muhammad adalah utusan-Nya. Aku diutus Allah untuk memberikan peringatan kepada seluruh manusia yang masih hidup dan untuk membuktikan kebenaran ucapanku atas orang-orang kafir, maka masuklah Islam, niscaya Anda selamat. Namun apabila Anda berpaling, maka dosa kaum Zoroaster akan menjadi tanggungan Anda."(5)

 

Analisis atas Surat-surat Rasulullah Saw

Bagian pendahuluan ketiga surat di atas dibuka dengan kalimat bismillah. Benar bahwa kaum Muslimin berdasarkan ajaran-ajaran Islam memulai pekerjaan mereka dengan bismillah untuk memperoleh berkah(6). Adapun tentang apakah Rasulullah Saw sejak awal membuka suratnya dengan kalimat bismillah terdapat perbedaan pendapat. Suyuthi dalam tafsir al-Durr al-Mantsûr menyebutkan bahwa Rasulullah Saw mengawali suratnya untuk masyarakat Najran dengan kalimat Bismi ilâhi Ibrôhîm (dengan nama Tuhan Ibrahim), sebelum turunnya surah an-Naml(7). Sebagian orang meyakini bahwa Rasulullah Saw mengawali suratnya dengan kalimat Bismika Allâhumma (dengan Nama-Mu, ya Allah) sebelum diturunnya ayat, "Dan Nuh berkata, ‘Naiklah kamu sekalian ke dalam bahtera itu dengan menyebut nama Allah di waktu berlayar dan berlabuhnya. Sesungguhnya Tuhanku benar-benar Maha Pengampun lagi Maha Penyayang"(8), Namun pasca turunnya ayat tersebut beliau menggunakan kalimat bismillah sebagai permulaan suratnya. Dan pasca turunnya ayat yang berbunyi, "Katakanlah, ‘Serulah Allah atau serulah Al-Rahman"(9), beliau mengawali suratnya dengan menulis kalimat Bismillahirrahman (Dengan Nama Allah Yang Maha Penyayang). Pada akhirnya pasca turunnya ayat, "Sesungguhnya surat itu berasal dari Sulaiman dan isinya, "Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang"(10), beliau memulai suratnya dengan kalimat Bismillâhirrahmânirrahîm (Dengan Nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang).(11)

Selepas judul surat yang mendahulukan nama pengirim atas nama penerima (Dari Muhammad, utusan Allah, kepada ...) dan juga bergandengan dengan kalimat seru "masuklah Anda ke dalam Islam" atau kalimat "Selamat bagi orang yang telah mengikuti jalan petunjuk", tuntaslah bagian pendahuluan surat Rasulullah Saw lalu dimulailah isi surat penting beliau yang terkandung didalamnya keinginan dan maksud beliau. Teks ketiga surat tersebut singkat, simpel dan lugas, tanpa kerumitan kata maupun makna. Titik persamaan ketiga surat tersebut ialah bersandar pada Keesaan Tuhan dan seruan kepada Islam. Apabila kebijakan eksternal beliau kita anggap sebagai referensi tindakan sebuah negara dalam interaksi internasional dengan tujuan meraih maslahat, maka perilaku Rasulullah Saw ini terkait dengan tujuan apa saja. Tanpa ragu lagi, Rasulullah Saw hendak menunjukkan bahwa kebijakan eksternal beliau berdasarkan pada penyebaran dan pengagungan Tauhid; mata air pengetahuan yang tercemar dengan kotoran syirik akan dibersihkan dengan air yang jernih dan sari Tauhid, serta mengingatkan orang-orang yang penuh kegelapan dan kebodohan akan Ikrar Fitrah Ketuhanan.

Dalam ketegasan al-Quran, Rasulullah Saw dijuluki sebagai pembawa berita gembira, pembawa peringatan, dan dalam penyebaran dan penyampaian Islam beliau menggunakan dua kata efektif: harapan dan peringatan, yang dapat berpengaruh dalam pembangunan budaya saat itu. Oleh karenanya, dalam surat beliau kepada Heraclius dan Khoshrou, pertama-tama beliau memberikan berita gembira dan harapan (masuklah ke dalam Islam niscaya Anda akan selamat), kemudian dilanjutkan dengan peringatan, yaitu bahwa dosa kaum Zoroaster dan rakyat (para petani) menjadi tanggungan mereka tatkala tidak menerima Islam. Beliau memahami dengan benar bahwa apabila seruan Tauhid telah menembus puncak piramida masyarakat Persia-Iran dan Romawi hingga dapat diterima mereka, maka kendala dan rintangan dalam struktur sistem piramida pun akan hilang dan senantiasa akan menciptakan peluang untuk membuka hati-hati dan semaksimal mungkin akan mengarahkan mereka kepada Tauhid, sebab pesan Tauhid akan memberikan kemuliaan dan kebebasan kepada manusia serta akan membebaskan mereka dari penghambaan kepada selain Tuhan.

Di samping tauhid teoretis yang menafikan penghambaan selain kepada Allah swt, tauhid sosial pun menyerukan kesetaraan, keadilan sosial dan tidak mengunggulkan etnis tertentu atas yang lain kecuali dalam ketakwaan. Hal penting ini merupakan kabar gembira bagi sebagian besar manusia yang sejak dahulu hidup di bawah cengkeraman kekuatan yang sewenang-wenang agar mereka terbebas dari diskriminasi dan perbudakan yang menghinakan. Benar, berdasarkan hal ini, delapan tahun kemudian tepatnya pada tahun IV H, tatkala komandan pasukan Iran yang bernama Rostam Farakhzad di Ghadesiyeh bertanya kepada utusan kaum Muslimin yang bernama Rub'i bin Amir, "Apa tujuan Anda dari operasi ekpedisi ini?" Ia menjawab, "Kami datang untuk memotivasi hamba-hamba yang menghamba kepada selain Allah Swt agar menghamba kepada Allah Swt.", yakni mengeluarkan hamba-hamba dari penghambaan kepada manusia menuju penghambaan kepada Allah Swt.(12).

Pada prinsipnya, menerima tauhid dalam konsep monoteis dan asas "Tiada Tuhan selain Allah" merupakan bagian dari hak asasi manusia, dan kapan saja hak asasi dan kemanusiaan ini dilanggar, atau para pemerkosa hak asasi dan kemanusiaan sengaja menghalangi sampainya pesan yang mengandung kebabasan dan kebahagiaan kepada orang-orang yang berhak mendapatkannya dan orang-orang yang memiliki kepentingan, maka membela hak-hak asasi itu dan menghancurkan penghalang tersebut merupakan keniscayaan. Seperti inilah perjuangan yang telah dilakukan oleh kaum Muslimin dalam rangka terciptanya medan dakwah Islam dan memerdekakan umat manusia dari perbudakan yang hina di bawah rezim pemerintahan zalim (13).

Tentu saja, tidak sepatutnya lengah bahwa tujuan jihad dan kemenangan bukanlah untuk pemaksaan, sebab al-Quran secara jelas menyatakan tidak ada paksaan dalam beragama(15). Iman merupakan ketetapan batin dan kecenderungan kepada sebuah doktrin. Menerima keyakinan bertumpu pada dua pilar rasional dan hati yang tulus; kedua hal ini benar-benar di luar lingkup unsur pemaksaan, sebab pemikiran mengikuti logika dan jiwa mengikuti perasaan dan dua hal ini jauh dari area pemaksaan. Pada prinsipnya keyakinan itu dihasilkan dari pemikiran yang bebas, sedangkan pemikiran yang terkekang tidak akan menghasilkan keyakinan sebagaimana yang dituntut Islam(16). Dengan demikian, jika tauhid dianggap sebagai bagian dari hak asasi manusia, maka sebuah bangsa tidak boleh berperang dengan bangsa lain untuk memaksakan tauhid, sebab tauhid dan iman bukanlah dua perkara yang dapat dipaksakan. Akan tetapi kita bisa memerangi orang-orang Musyrik untuk menghilangkan kemusyrikan. Dengan demikian, perang yang dilakukan ini adalah dalam rangka membela kehormatan tauhid dari kemusyrikan (17).

Penekanan Rasulullah Saw dalam surat beliau kepada Khoshrou dan Heraclius bahwa tatkala mereka tidak menerima Tauhid, maka mereka menanggung dosa kaum Zoroaster dan para petani. Yakni, apabila sebuah pemerintahan menghalangi penyebaran dakwah kebenaran dalam masyarakat dengan menciptakan situasi mencekam dan melemahkan daya fikir orang-orang dengan membuat berbagai kendala, maka ia telah melakukan pelanggaran dan kejahatan kemanusiaan yang akan berbuntut pada balasan di dunia dan siksaan di akhirat.

Lepas dari itu, kita akan menjumpai nuansa lain tatkala kita mencermati surat Rasulullah Saw untuk Najasyi. Penggunaan dan pemilihan kata dalam surat ini secara implisit merupakan bentuk penghormatan yang istimewa kepada Najasyi. Penggunaan kalimat "Salam sejahtera bagimu" di awal surat dan tidak menggunakan kalimat "Terimalah Islam, niscaya Anda akan selamat" sebagaimana dalam surat beliau yang lain menguatkan makna ini. Seolah-olah Rasulullah Saw telah membaca gelagat baik Najasyi terhadap kaum Muslimin di saat menulis surat ini, sebab Najasyi telah memberikan perlindungan kepada kaum Muslimin tatkala mereka tidak mendapatkan perlindungan dan menyelamatkan kaum Muslimin dari ancaman kaum Musyrikin, serta melumpuhkan upaya utusan Quraisy dalam upaya mengembalikan kaum Muslimin ke kota Mekah. Setelah mengenalkan sosok asli Isa al-Masih, Rasulullah Saw dalam surat ini mengajak penguasa itu dan bala tentara Habasyah kepada Islam dan menghendaki mereka agar menerima seruan dan nasehat beliau (18).

Poin lain dalam surat Rasulullah Saw kepada Najasyi yang patut direnungkan secara teliti adalah permohonan beliau kepada Najasyi agar menerima Ja`far bin Abi Thalib beserta rombongannya. Sebagaimana yang telah dicatat oleh para sejarawan, hijrah kaum Muslimin, termasuk Ja`far bin Abi Thalib, ke negeri Habasyah terjadi beberapa tahun sebelum beliau hijrah ke Madinah. Tampaknya, kaum Muslimin dengan membawa surat Rasulullah Saw untuk Najasyi berharap agar dapat diterima baik olehnya ketika berhijrah ke Habasyah. Surat Rasulullah Saw ini berbeda dengan surat beliau yang dikirimkan kepada Najasyi pada tahun VI H dalam rangka mengajaknya masuk Islam. Oleh karena itu, adanya beberapa bagian dari surat (yang dibawa oleh kaum Muslimin ketika berhijrah ke Habasyah) dalam surat yang disampaikan oleh Umar bin Abi Umaiyah Dhamri pada tahun VI H tidaklah memiliki nilai validitas dan bukti sejarah. Hal ini disebabkan oleh kesalahan para penyalin dokumen sejarah hingga mencampuradukkan isi dan urutan satu teks surat ke dalam teks surat lainnya, atau adanya faktor yang menggugurkan catatan seorang perawi, atau juga tidak adanya komitmen dalam menyampaikan isi riwayat.

Alhasil, Thabari telah mencatat berita ini dalam kitabnya tanpa mengevaluasi apa pun dalam menimbang kritik historisnya. Selain itu juga ia cantumkan tiga surat Rasulullah Saw tersebut pada bab "Pasca Insiden-insiden Tahun VI Hijriyah", tanpa memperhatikan kronologisnya, juga tanpa menyebutkan hari dan bulan secara detail. Jika dugaan ini benar bahwa orang-orang Arab sampai sebelum diletakkannya kalender pada masa khalifah kedua, yakni menjadikan hijrah Rasulullah Saw sebagai penanggalan, tidak terbiasa menulis tanggal dalam surat-surat mereka, maka kekeliruan ini tidak akan dapat ditujukan kepada al-Thabari.

Dalam kitab al-Thabari disebutkan bahwa tiga surat Rasulullah Saw tersebut diakhiri tanpa tercantum nama penulis, tanda tangan dan penutupannya, sedangkan Muhammad Hamidullah—dengan bersandar kepada sejumlah surat-surat yang menunjukkan asalnya dari Rasulullah Saw, mengklaim bahwa beliau mengakhiri surat-suratnya dengan tanda tangan dan nama "Muhammad utusan Allah"(19).(IRIB Indonesia / Taqrib / SL)

___________________________________

 

1. "Dan tidak Kami utus engkau kecuali untuk segenap manusia sebagai pembawa harapan dan ancaman" (Saba: 28)

2. Surat-surat Rasulullah Saw dalam Ensklopedia "Makâtib Al-Rasûl", karya Ali Ahmadi, cetakan 1363 H. Dalam hal ini juga disusun sebuah disertasi berjudul "Surat-surat dan Perjanjian-perjanjian Nabi Muhammad Saw." karya Dr. Muhammad Hamidullah yang diterjemahkan ke bahasa Persia dengan dua judul: "Watsa'iq" oleh Dr. Mahmud Mahdawi Damghani, dan "Surat-surat dan Perjanjian-perjanjian Politik Nabi Muhammad Saw. dan Dokumen-dokumen Awal Islam" oleh Dr. Sayid Muhammad Husaini.

 

3. Muhammad bin Jarir, Al-Thabari, Târîkh Al-Rosûl wa Al-Mulûk, Pasca Insiden-insiden Tahun VI H.

4. Ibid.

5. Ibid.

6. Diriwayatkan dari Rasulullah Saw. bahwa pekerjaan yang tidak diawali dengan nama Allah adalah pekerjaan yang terputus. Silahkan merujuk Ali Muttaqi, Kanz Al-‘Ummâl: jld. 1, hlm. 555.

7. Ali Ahmadi, Ali, Makâtib Al-Rosûl, jld. 2, hlm. 38.

8. Hud: 41.

9. QS. Al-Isra` [17]: 110.

10. QS. Al-Naml []: 30.

11. Mas`udi, Ali bin Husain, Al-Tanbîh wa Al-Asyrôf, hlm. 238.

12. Muhammad bin Jarir Al-Thabari, Pasca Insiden-insiden Tahun IV H.

13. Mutahhari Murtadha, Jihod, hlm. 46.

14. Untuk lebih lengkapnya tentang bab penaklukan hati, silahkan merujuk Ayenehwand, "Kemenangan-kemenangan dalam Islam", dalam buletin Sejarah Islam, no. 2, 1379.

15. QS. Al-Baqarah [2]: 256, "Tidak ada paksaan dalam agama."

16. Murtadha Muthahhari, Jihod, hlm. 50.

17. Ibid., hlm. 51.

18. Najasyi juga telah menerima nasehat Nabi Saw. dan memberitahukan kepada beliau bahwa dirinya telah menerima Islam melalui surat yang ia kirimkan ke Madinah. Silahkan merujuk Muhammad bin Jarir Al-Thabari, Pasca Insiden-insiden Tahun VI H.

19. Silahkan merujuk Muhammad Hamidullah, Surat dan Perjanjian Politik Nabi Muhammad Saw. dan Dokumen-dokumen Awal Islam, terj. Sayid Muhammad Husaini, Teheran, Soroush, 1374.

 

Referensi :

- Ahmadi, Ali, Makâtib Al-Rosûl, Yasin, Teheran, 1363.

- Hamidullah, Muhammad, Nomeh-ha va Paemanha-e Siyosi Hadhrat-e Muhammad va Asnad-e Shadr-e Islom, terj. Sayid Muhammad Husaini, Sorousy, Teheran, 1374.

- Thabari, Muhammad bin Jarir, Târîkh Al-Rosûl wa Al-Mulûk, diteliti oleh Muhammad Abul Fadzl Ibrahim, Dar Al-Turots, Beirut, 1378, pasca insiden-insiden tahun VI H.

- Muttaqi, Ali, Kanz Al-‘Ummâl, diteliti oleh Bukra Hayyani, Muassasah Al-Risalah, Bairut, 1405.

- Mas`udi, Ali bin Husain, Al-Tanbîh wa Al-Asyrôf, terj. Abul Qasim Pabandeh, Intisyarat Ilmi wa Farhanggi, Teheran, 1365.

- Mutahhari Murtadha, Jihod, Nasyre Nuwid, Syiraz, 1368.

Perhatian terhadap kiamat dan kematian, serta perpindahan dari dunia materi menuju alam barzakh, akan berpengaruh besar dalam diri manusia.

Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dalam sebuah riwayat menjelaskan proses perpindahan dari dunia menuju akhirat.

Imam Ali as berkata: ketika seseorang meninggal ada tiga hal yang menjelma di hadapannya di hari-hari akhir di dunia dan hari-hari awal di alam barzakh, yaitu harta, anak-anak, dan amalnya.

Ketika berhadapan dengan harta, dia berkata demi Allah aku sangat rakus untuk mengumpulkanmu dan sangat pelit untuk melepaskan dan kehilanganmu, sekarang ketika aku dalam kesulitan apa yang kau lakukan untukku.

Harta menjawab; kau hanya dapat menerima kafanmu dariku.

Kemudian dia berpaling kepada anak-anaknya dan berkata: demi Allah aku telah sangat mencintai kalian dan aku selalu menjaga kalian agar kalian tidak terganggu atau bersedih, sekarang dalam kondisi genting ini apa yang dapat kalian lakukan untukku?

Mereka menjawab: Kami akan membawamu ke kubur dan menguburkanmu.

Kemudian dia melihat pada amal berkata: untuk menunaikan kalian aku tidak bersemangat dan kalian berat untukku, sekarang apa yang dapat kalian lakukan untuk menyelamatkanku?

Amal menjawab: Aku adalah teman dan pendampingku, di dalam kubur dan di hari hisab, aku tidak akan jauh darimu sampai kita berdua berada di hadapan Allah Swt.

Jika mayit yang sedang dalam kondisi sakratul maut, dia adalah patuh kepada Allah dan merupakan seorang wali Allah, maka seseorang akan menghampirinya yang aromanya lebih harum, pandangannya lebih indah, dan busana yang sangat megah dibadingkan orang lain, dan berkata kepadanya, aku memberikan kabar gembira tentang angin penghembus jiwa dan bunga-bunga yang wangi, dan sorga yang penuh nikmat kepadamu, kau telah masuk dengan selamat dan selamat datang!

Dia akan bertanya: Siapa kau?

Orang itu menjawab: Aku adalah amal baikmu dan aku berangkat dari dunia menuju sorga

 

 

«بحار الانوار» كتاب‌ العدلِ و المعاد، طبع‌ آخوندي‌، جلد 6، ص‌ 224 تا ص‌ 228 -معادشناسی : جلد 2علامه سيّد محمّد حسين‌ حسينی‌ طهرانی

Selasa, 29 Mei 2012 19:02

Turki

Republik Turki (bahasa Turki: Türkiye Cumhuriyeti) disebut Türkiye (bahasa Turki: Türkiye) adalah sebuah negara besar di kawasan Eurasia. Wilayahnya terbentang dari Semenanjung Anatolia di Asia Barat Daya dan daerah Balkan di Eropa Tenggara. Turki berbatasan dengan Laut Hitam di sebelah utara; Bulgaria di sebelah barat laut; Yunani dan Laut Aegea di sebelah barat; Georgia di timur laut; Armenia, Azerbaijan, dan Iran di sebelah timur; dan Irak dan Suriah di tenggara; dan Laut Mediterania di sebelah selatan. Laut Marmara yang merupakan bagian dari Turki digunakan untuk menandai batas wilayah Eropa dan Asia, sehingga Turki dikenal sebagai negara transkontinental.

Bangsa Turki mulai bermigrasi ke daerah yang dinamakan Turki pada abad ke-11. Proses migrasi ini semakin dipercepat setelah kemenangan Seljuk melawan Kekaisaran Bizantium pada pertempuran Manzikert. Beberapa Beylik (Emirat Turki) dan Kesultanan Seljuk Rûm memerintah Anatolia sampai dengan invasi Kekaisaran Mongol. Mulai abad ke-13, beylik-beylik Ottoman menyatukan Anatolia dan membentuk kekaisaran yang daerahnya merambah kebanyakan Eropa Tenggara, Asia Barat, dan Afrika Utara. Setelah Kekaisaran Utsmaniyah runtuh setelah kalah pada Perang Dunia I, sebagian wilayahnya diduduki oleh para Sekutu yang memenangi PD I. Mustafa Kemal Atatürk kemudian mengorganisasikan gerakan perlawanan melawan Sekutu. Pada tahun 1923, gerakan perlawanan ini berhasil mendirikan Republik Turki Modern dengan Atatürk menjabat sebagai presiden pertamanya.

Ibu kota Turki berada di Ankara namun kota terpenting dan terbesar adalah Istanbul. Disebabkan oleh lokasinya yang strategis di persilangan dua benua, budaya Turki merupakan campuran budaya Timur dan Barat yang unik yang sering diperkenalkan sebagai jembatan antara dua buah peradaban. Dengan adanya kawasan yang kuat dari Adriatik ke Tiongkok dalam jalur tanah di antara Rusia dan India, Turki telah memperoleh kepentingan strategis yang semakin tumbuh.

Turki adalah sebuah republik konstitusional yang demokratis, sekuler, dan bersatu. Turki telah berangsur-angsur bergabung dengan Barat sementara di saat yang sama menjalin hubungan dengan dunia Timur. Negara ini merupakan salah satu anggota pendiri PBB , Organisasi Konferensi Islam (OKI), [5] OECD, dan OSCE, serta negara anggota Dewan Eropa sejak tahun 1949, dan NATO sejak tahun 1952. Sejak tahun 2005, Turki adalah satu-satunya negara Islam pertama yang berunding menyertai Uni Eropa, setelah merupakan anggota koalisi sejak tahun 1963. Turki juga merupakan anggota negara industri G20 yang mempertemukan 20 buah ekonomi yang terbesar di dunia.

Wakil urusan budaya Lembaga Wakaf dan Amal Iran, Hujjatul Insan Ahmad Sharafkhani menyatakan, "Menjunjung tinggi al-Quran dapat efektif dalam melawan fitnah dan propaganda Barat terhadap umat Islam."

Rasa News (2/5) melaporkan, Sharafkhani menyinggung aksi penistaan pastor Amerika Serikat, Terry Jones, dalam membakar al-Quran dan mengatakan, "Aksi tersebut telah berlangsung sejak beberapa tahun terakhir di Barat dan sedang terjadi yang harus diambil langkah dan mekanisme untuk mencegah aksi tersebut."

Dijelaskannya, program penataran satu juta penghapal al-Quran dan satu juta qari al-Quran, merupakan salah satu mekanisme tersebut yang harus ditindaklanjuti secacara serius."

Hujjatul Islam Sharafkhani menekankan bahwa al-Quran memiliki tempat istimewa di hati rakyat Iran dan mengatakan, "Menjunjung tinggi al-Quran dapat efektif dalam melawan fitnah dan propaganda terhadap umat Islam."

Salah satu ara lain adalah dengan partisipasi masyarakat dalam memperluas budaya al-Quran ke seluruh dunia dan mengatakan, oleh karena itu, masyarakat diimbau untuk ikut ambil bagian dalam melawan aksi pastor Amerika Serikat itu dan mewakafkan al-Quran untuk disebar ke seluruh dunia sehingga semua orang mendapat siraman cahaya al-Quran.

Hujjatul Islam Ali Rad menyatakan bahwa salah satua manfaat membaca Ayat Kursi adalah menetapkan manusia di jalan yang lurus karena ideologi yang terkandung di dalamnya.

Dalam wawancaranya dengan Fars News (6/5), Hujjatul Islam Ali Rad mengatakan, "Ayat Kursi merupakan sebuah pandangan dan makrifat terhadap dua kubu yaitu kubu cahaya dan kegelapan atau dengan kata lain kubu ilahi dan kubu setan."

Menurutnya, membaca Ayat Kursi secara berkesinambungan setiap hari dapat memperkokoh prinsip-prinsip keyakinan seseorang. "Jika ayat ini dibaca setiap hari setiap setelah shalat, maka keyakinan seseorang terhadap ketauhidan dari sisi teori, pendangan, marrifat dan amal juga akan semakin meningkat. Dengan kata lain, Ayat Kursi akan membimbing manusia untuk berada di jalan yang benar."

Seraya menjelaskan bahwa Ayat Kursi akan membenrikan pengaruh besar dalam perilaku dan sikap manusia, dan mengatakan, "Setan dan kegelapan merupakan di antara masalah yang diungkap dalam Ayat Kursi, bahwa manusia setiap hari selalu mengahadapi godaan setan dan membaca Ayat Kursi akan mengingatkan manusia pada kecerahan dan untuk memastikan kembali bahwa dia masih berada di jalur yang benar."

"Manusia tidak dapat lepas dari godaan dan jebakan setan, oleh karena itu membaca Ayat Kursi tidak boleh dilupakan."

"Di satu sisi, Ayat Kursi adalah makrifat terhadap jalan tauhid dan di sisi lain merupakan peringatan setiap mukmin perlu berhati-hati dalam menentukan langkahnya karena dalam perjalanannya dia akan menghadapi berbagai rintangan. Dan Ayat Kursi dapat membantu manusia dalam menentukan jalur yang benar," tegasnya.

Menurutnya, dalam al-Quran terdapat ayat-ayat yang dari sisi komprehensif dan pengaruhnya memiliki posisi sangat khusus dibanding ayat-ayat lain dan ayat-ayat itu disebut sebagai ghurarul ayaat. Allamah Thabathabi membahas masalah ini dalam kitab tafsirnya al-Mizan begitu juga Ayatullah Javadi Amoli dalam kitab tafsirnya Tasnim.

Ayat Kursi termasuk dalam ghurarul ayaat karena kandungan ideologis dan makrifatnya serta pengaruhnya yang besar bagi para pembacanya.

Dalam menjawab pertanyaan apakah pengaruha dari membaca Ayat Kursi itu sangat terkait dengan pemahaman maknanya, Hujjatul Islma Ali Rad mengatakan, "Meski sang pembaca tidak memahami artinya, Ayat Kursi tetap akan memberikan pengaruh pada diri pembaca karena Ayat Kursi adalah seperti penyerahan diri kepada al-Quran dan ayat-ayat yang termasuk ­ghurarul ayaat.

"Dalam Ayat Kursi terdapat pembahasan soal wilayah atau kepemimpinan dan ketika seseorang membaca Ayat Kursi, meski tidak memahami artinya, maka pengaruh dari membaca Ayat Kursi tetap akan dirasakan karena kandungan Ayat Kursi yang berarti penyerahan diri kepada kekuasaan Allah Swt. Penjelasannya sederhana bahwa orang yang sadar maupun tidak sadar telah menyerahkan diri kepada kekuasaan Allah Swt maka dia akan terhindari dari jebakan iblis dalam berbagai bentuknya."

Direktur Lembaga Internasional Ilmu Wahyu Isra', Hujjatul Islam Hossein Ashrafi mengatakan, Ayat Kursi mencakup 50 kata yang setiap kata di dalamnya mengandung berkah."

Dalam wawancaranya dengan Fars News (13/5) Ashrafi menjelaskan hubungan antara Ayat Kursi dan ghurarul ayaat dan mengatakan, "Ghurar adalah jamak dari kata ghurrah yang berarti bersinar atau menonjol dan terkadang digunakan untuk warna putih pada kepala sapi, dan karena sangat menonjol dan menjadi ciri khas untuk sapi tersebu, maka disebut dengan ghurrah."

Dikatakannya, "Setiap ayat dalam al-Quran memiliki posisi dan keutamaan tersendiri, akan tetapi sebagian ayat memiliki peran kunci dan khusus oleh karena itu ayat-ayat itu disebut dengan ghurarul ayaat."

 

 

Tauhid Adalah Keunggulan Ayat Kursi

Murid Ayatullah Javadi Amoli ini menegaskan bahwa parameter ghurarul ayaat adalah bahwa ayat-ayat tersebut memiliki peran kunci, setiap maarif dalam al-Quran dan riwayat akan kembali kepada ayat-ayat tersebut. Sisi lain dari keutamaan ayat-ayat tersebut adalah penggabungan antara burhan, irfan, dan kedalaman kandungannya dalam barisan kata yang singkat. Hal ini juga merupakan sisi kemukjizatan al-Quran dan Ayat Kursi termasuk di antara ghurarul ayaat.

Ashrafi mengatakan, salah satu keutamaan Ayat Kursi menurut Allamah Thabathabai terletak pada unsur ketauhidan dan karena segala masalah dalam Islam dan al-Quran baik akidah, akhlak, hukum, dan hak-hak, semuanya kembali pada ketauhidan.

Seraya menjelaskan bahwa ketauhidan merupakan pondasi seluruh maarif dan amal saleh manusia, Hujjatul Islam Ashrafi mengatakan, "Oleh karena itu, ayat-ayat kunci dalam al-Quran adalah ayat-ayat tauhid dan mungkin dapat dikatakan bahwa karena Allamah Thabathabai berpendapat bahwa sebagian besar ayat-ayat ghurar adalah ayat-ayat tauhid, maka murid beliau yaitu Ayatullah Javadi Amoli memperluas pembahasan mengenai ayat-ayat tersebut."

Dalam menjelaskan sebab-sebab pendapat Allamah Thabathabai itu, Hujjatul Islam Asrafi menyinggung hadis dari Imam Shadiq as bahwa Abuzar bertanya kepada Rasulullah Saw bahwa di antara ayat-ayat yang telah diwahyukan ayat mana yang lebih utama? Dan Rasulullah menjawab Ayat Kursi.

Diriwayatkan juga dari Imam Ali as: "Aku mendengar berulang kali Rasulullah Saw bersabda bahwa sayyidul kalamul quran adalah surat al-Baqarah dan maarif al-Quran." Oleh karena itu Ayat Kursi disebut sebagai ghurarul ayaat.

Rasulullah Saw juga berkata kepada Imam Ali: "Wahai Ali dalam Ayat Kursi terdapat

50 kata yang masing-masingnya mengandung berkah."

Dalam riwayat lain disebutkan bahwa Rasulullah Saw ditanya mengenai ayat yang paling utama dalam al-Quran dan beliau pun membaca ayat:

«اللّهُ لاَ إِلَهَ إِلاَّ هُوَ الْحَیُّ الْقَیُّومُ لاَ تَأْخُذُهُ سِنَةٌ وَلاَ نَوْمٌ لَّهُ مَا فِی السَّمَاوَاتِ وَمَا فِی الأَرْضِ مَن ذَا الَّذِی یَشْفَعُ عِنْدَهُ إِلاَّ بِإِذْنِهِ یَعْلَمُ مَا بَیْنَ أَیْدِیهِمْ وَمَا خَلْفَهُمْ وَلاَ یُحِیطُونَ بِشَیْءٍ مِّنْ عِلْمِهِ إِلاَّ بِمَا شَاء وَسِعَ کُرْسِیُّهُ السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضَ وَلاَ یَؤُودُهُ حِفْظُهُمَا وَهُوَ الْعَلِیُّ الْعَظِیمُ».

Asma' Allah Terkandung dalam Ayat Kursi

Hujjatul Islam Asrafi menambahkan, di halaman 360 kitab Majmaul Bayan disebutkan riwayat dari Imam Muhammad Baqir as:

«ان لکل شیء ذروة و ذروة القرآن آیةالکرسی

Bahwa segala sesuatu memiliki puncak dan puncak al-Quran adalah Ayat Kursi.

Sisi ketauhidan Ayat Kursi sangat penting karena di dalamnya kita akan menemukan asma' Allah yang paling tinggi termasuk di antaranya Hayy, Qayyum, al-Ali, dan al-Azim.

Dalam sebuah riwayat lain Imam Ali as berkata: "Rasulullah Saw memberitahuku bahwa Ayat Kursi adalah termasuk khazanah di bawal arsy Allah yang diberikan kepada Rasulullah Saw yang tidak pernah diberikan kepada siapa pun sebelumnya

Selasa, 29 Mei 2012 18:37

Berkah dan Kutamaan Surat Al-Fatihah

Surat al-Fatihah adalah sari atau inti dari maarif al-Quran dan oleh karena itu surat al-Fatihah disebut dengan Ummul Kitab atau Fatihatul Kitab.

Surat al-Fatihah yang merupakan surat pembuka al-Quran, disebut pula dengan Fatihatul Kitab, Sab'ul Matsani, Syifa, dan Nur. Dalam sebuah riwayat dari Rasulullah Saw disebutkan bahwa keutamaan surat al-Fatihah sama seperti para penyangga arsy dan barang siapa yang membacanya maka pahalanya sama seperti pahala para penyangga arsy.

Ibnu Abbas dalam meriwayatkan dari Rasulullah Saw bahwa surat al-Fatihah adalah dua pertiga dari al-Quran.

Berkah dan Manfaat

Rasulullah Saw bersabda, surat al-Fatihah dibacakan pada rasa sakit kecuali jika setelah membacanya rasa sakit itu reda.

Imam Ja'far as-Shadiq juga berkata, orang yang merasa sakit maka baginya untuk membaca surat al-Fatihah sebanyak tujuh kali, dan jika rasa sakitnya belum reda, maka hendaknya dia membacanya 70 kali, aku menjamin dia akan pulih."

Dalam berbagai riwayat disebutkan berbagai manfaat dan berkah membaca surat al-Fatihah. Diriwayatkan, Rasulullah Saw bersabda: Barang siapa yang membaca surat al-Fatihah dan Tauhid ketika memasuki rumahnya, maka Allah akan menjauhkan darinya kemiskinan dan akan melimpahkan berkah dalam hidupnya sebanyak-banyak sampai dapat dirasakan oleh para tetangganya.

Dalam al-Quran, surat al-Fatihah dinilai sebagai sebuah anugerah besar yang diberikan kepada Rasulullah Saw dan di hadapannya adalah seluruh al-Quran

«وَلَقَدْ آتَیْنَاکَ سَبْعًا مِّنَ الْمَثَانِی وَالْقُرْآنَ الْعَظِیمَ »

Dalam sebuah hadis dari Imam Shadiq as disebutkan, "Setan berteriak empat kali dan merintih untuk pertama kalinya di hari ketika diusir dari sisi Allah Swt, kemudian ketika turun dari sorga ke bumi, ketiga ketika pengutusan Muhammad Saw dan keempat ketika surat al-Fatihah diwahyukan."

Suratal-Fatihah Mengandung Tiga Pilar Agama

Ayatullah Javadi Amoli ketika menafsirkan surat al-Fatihah menyinggung tiga pilar maarif al-Quran dan mengatakan, "Maarif al-Quran terbagi menjadi tiga, bagian pertamanya berkaitan dengan tauhid, bagian kedua berkaitan dengan hari kiamat, dan bagian ketiga terkait dengan kenabian dan risalah yang menjadi penghubung antara mabda' dan maad (awal dan akhir). Dan ucapan Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as tentang

«رحم الله امرأ عرف من أین و فی أین و الی أین»

Sesungguhnya menjelaskan tentang tiga pilar tersebut bahwa orang yang dirahmati Allah Swt adalah orang yang mengetahui tempat berangkat, tempat kembalinya, serta jalan antara tempat keberangkatan dan tujuannya. Jalan antara tempat berangkat dan tujuan itu adalah masalah risalah, wahyu, dan agama. Adapun tempat keberangkatan dan tujuan manusia adalah penciptaan dan akhir dari kehidupan."

Surat al-Fatihah mengandung tiga pilar tersebut, oleh karena itu surat ini disebut dengan nama Ummul Kitab. Bagian dari surat ini mengacu pada mabda' yaitu

«الحمد لله رب العالمین»

Yaitu prinsip ketauhidan, yang berarti mabda'. Dan juga memperhatikan masalah kiamat

«مالک یوم الدین»

Serta masalah risalah, wahyu, dan kenabian yang terkandung dalam ayat:

«ایاک نعبد و ایاک نستعین»