کمالوندی

کمالوندی

 

Pada tulisan sebelumnya telah dibahas satu syubhat tentang masa lalu Nabi Muhammad SAWW yang pernah tersesat. Pada tulisan tersebut telah dijelaskan sanggahan dan penjelasan yang tepat terkait dengan ayat yang menjadi perbincangan.

Pada tulisan kali ini akan dibahas ayat lainnya yang seoalah mengindikasikan bahwa Rasulullah SAWW melakukan dosa baik di masa lalu maupun akan datang.

Ayat yang dimaksud adalah ayat dua surat al-Fath yang berbunyi:  لِيَغْفِرَ لَكَ اللهُ ما تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِكَ وَما تَأَخَّرَ وَ يُتِمَّ نِعْمَتَهُ عَلَيْكَ وَ يَهْدِيَكَ صِراطاً مُسْتَقيماً (supaya Allah memberi ampunan terhadap dosa yang telah lalu dan yang akan datang serta menyempurnakan nikmat-Nya atasmu dan memberikan petunjuk kepadamu kepada jalan yang lurus)

Dalam ayat ini sepintas mengisyaratkan bahwa Nabi Muhammad SAWW memiliki dosa masa lalu dan akan datang dan dengan penaklukan atau kemenangan (fath) yang dianugerahkan Allah kepadanya dosa-dosa beliau akan terampuni.

Dalam menyikapi ayat ini Allamah Thabathabai di dalam Tafsir al-Mizan memberikan penjelasan yang sangat mencerahkan yang dengan demikian kesucian atau ishmah Nabi SAWW tetap terjaga.

Pada tahap awal beliau menjelaskan bahwa kata “dzanb” atau dosa bukanlah bermakna dosa seperti yang dipahami secara umum. Hal ini mengingat bahwa tidak ada hubungan antara penaklukan kota Mekkah dan pengampunan dosa Rasulullah SAWW:

…. Lam yang ada pada ليغفر pada zahirnya merupakan lam ta’lil (menjelaskan illat dan sebab). Maka pada dasarnya tujuan dari penaklukan atau kemenangan yang nyata ini adalah ampunan dosamu yang terdahulu dan yang akan datang. Dan merupakan hal yang nyata bahwa tidak ada hubungan antara kemenangan dan pengampunan dosa. Dan tidak logis jika menghubungkan kemenangan  dengan ampunan tersebut.[1]”   

Kemudian beliau menarik kesimpulan dengan mengatakan:

“secara umum masalah ini (tidak adanya hubungan antara kemenangan dan pengampunan dosa) merupakan bukti nyata bahwa yang dimaksud dengan dosa yang ada dalam ayat tersebut bukanlah dosa yang biasa dikenal; yaitu melanggar aturan yang wajib ditaati. Dan makna pengampunan dosa juga bukanlah makna yang biasa dikenal; membatalkan hukuman atas pelanggaran yang telah disebutkan.[2]”

Pada tahap ini Allamah Thabathabai mengatakan bahwa yang dimaksud dengan “dzanb” atau “dosa” bukanlah dosa karena melanggar perintah Allah dan pengampunan juga bukan pengampunan atas dosa tersebut. Dengan alasan bahwa tidak ada hubungan diantara kedua hal di atas. Tepatnya bagaimana mungkin untuk mengampuni dosa Nabi Muhammad SAWW, Allah SWT menganugerahi beliau kemenangan.

Setelah menyimpulkan hal tersebut, beliau kemudian menjelaskan makna dosa dan pengampunan yang dimaksud dengan mengatakan:

“Maka yang dimaksud dengan dosa adalah (Allah SWT lebih tahu) konsekuensi buruk dalam pandangan orang kafir dan musyrikin terhadap dakwah yang beliau lakukan. Pada dasarnya ia merupakan “dosa” beliau di mata mereka, hal ini sebagaimana termaktub dalam perkataan Musa AS kepada tuhannya: وَ لَهُمْ عَلَيَّ ذَنْبٌ فَأَخافُ أَنْ يَقْتُلُونِ[3] (Dan (menurut keyakinan mereka) aku berdosa terhadap mereka, maka aku takut mereka akan membunuhku). Dan dosanya yang terdahulu adalah apa yang dilakukan oleh beliau di Makkah sebelum hijrah dan dosa yang akan datang adalah apa yang beliau lakukan setelah hijrah. Ampunan Allah atas dosa beliau adalah menutupinya dengan menyingkirkan konsekwensi dari tindakan Nabi serta menghilangkan kekuatan dan menghancurkan struktur mereka. Dan yang menguatkan penafsiran tersebut adalah fiman Allah berikutnya sampai ayat (وَ يَنْصُرَكَ اللَّهُ نَصْراً عَزيزاً).[4]”

Melalui catatan ini Allamah menjelaskan bahwa “dosa” dalam ayat di atas bukanlah dosa terhadap Allah SWT, tapi dosa beliau di mata orang musyrik dan kafir.

Sebab selama beliau melakukan dakwah, dalam pandangan mereka beliau melakukan banyak “dosa” seperti tindakan beliau dalam menyalahkan keyakinan, amalan dan tradisi mereka. Bahkan dalam beberpa peperangan dengan Nabi SAWW keluarga serta kerabat mereka banyak yang terbunuh.

Tentu saja semua ini merupakan kesalahan dan dosa Nabi SAWW di mata mereka. Dan untuk menghilangkan anggapan tersebut maka Allah memberikan kemenangan kepada beliau.

Dengan kemenangan tersebut, orang kafir dan musyrik ada yang masuk Islam oleh karena itu dengan sendirinya di mata mereka kesalahan dan dosa tersebut hilang. Atau dengan kemenangan Nabi SAWW dan kekalahan yang menimpa musyrikin, maka mereka tidak punya kekuatan lagi  untuk menyalahkan Nabi Muhammad SAWW.

Dengan penafsiran ini maka pengampunan dosa dan kemenangan menemukan hubungannya yang sangat jelas dan nyata. Dan kemaksuman Nabi SAWW juga tetap terjaga.

[1] Thabathabai, Muhammad Husain, al-Mizan Fi Tafsir al-Quran, jil: 18, hal 253, cet: Jama’at al-Mudarrisin Fi al-Hauzah al-Ilmiah, Qom.

[2] Thabathabai, Muhammad Husain, al-Mizan Fi Tafsir al-Quran, jil: 18, hal 254, cet: Jama’at al-Mudarrisin Fi al-Hauzah al-Ilmiah, Qom.

[3] Al-Syuara/ 14

[4] Thabathabai, Muhammad Husain, al-Mizan Fi Tafsir al-Quran, jil: 18, hal 254, cet: Jama’at al-Mudarrisin Fi al-Hauzah al-Ilmiah, Qom.

 

Kesedihan yang begitu mendalam telah menekan hati putri Rasulullah Saw, karena ia mengetahui bahwa ayahnya yang mulia tidak lama lagi akan segera meninggalkan dunia fana ini. la melangkahkan kakinya dengan gemetar menuju pembaringan Rasulullah Saw dan duduk di samping ayahnya, ia mendengar ayahnya berkata: “Oh Betapa sedihnya hati ini”

Hatinya diselimuti dengan kesedihan dan berkata: “Betapa sakitnya hatiku karena musibah yang menimpamu ini, wahai ayah!”

Rasulullah Saw pun menjadi sedih menyaksikan betapa menderitanya putrinya yang mulia. Dan demi menghiburnya, beliau bersabda: “Ayahmu tidak akan menderita lagi setelah hari ini.” [Hayat al-Imam al-Husain bin Ali As, jil.1, hal.112]

Kalimat ini seperti halilintar yang menyambar Fathimah Zahra a.s, karena memahami bahwa ia akan segera berpisah dengan ayahnya dan Rasulullah melihat ketidaktenangan putrinya tersebut. Wajah Fathimah Zahra a.s. menjadi pucat dan tubuhnya gemetar. Rasulullah Saw ingin menenangkan putrinya, karena itulah beliau memintanya supaya lebih mendekat kepadanya. Pertama-tama Rasulullah mengucapkan suatu kalimat yang membuat putrinya meneteskan air mata, kemudian beliau mengucapkan kalimat lain yang membahagiakan putrinya dan membuatnya tersenyum.

Fathimah Zahra as menjadi tenang karena beliaulah orang pertama dari Ahlulbait yang akan bertemu dan bergabung dengan Rasulullah Saw. Sekali lagi Rasulullah mengatakan kalimat berikut ini demi menghilangkan kesedihan dari hati putrinya yang mulia: Putriku, janganlah engkau menangis dan apabila aku telah wafat, katakanlah, Inna lillahi wa inna ilaihi raij’un; Kalimat ini adalah pengganti setiap mayit.” [Ansab al-Asyraf jil. 1, hal. 133]

Panas tubuh Rasulullah Saw pun semakin tinggi dan Fathimah Zahra as merasakan kesedihan dan tangisan yang mendalam. la kemudian berkata kepada ayahnya: “Demi Allah! Engkau sebagaimana yang dikatakan oleh penyair, ‘Wajah putih bersinar dengan kemuliaannya meminta hujan dari awan-awan, Dialah ayah para yatim dan tempat berlindung kaum janda.’”

Rasulullah menjawab: “Ini ungkapan dari pamanmu Abu Thalib”

Kemudian Rasulullah saw membacakan ayat mulia ini: Muhammad itu tidak lain hanyalah seorang rasul; sungguh telah berlalu sebelumnya beberapa orang rasul. Apakah jika dia wafat atau dibunuh, kamu berbalik ke belakang (murtad)? Barang siapa yang berbalik ke belakang, maka dia tidak dapat mendatangkan mudarat kepada Allah sedikit pun; dan Allah akan memberi balasan kepada orang-orang yang bersyukur. [QS Ali Imran: 144]

Anas bin Malik mengatakan bahwa pada masa sakitnya Rasulullah yang berujung pada kewafatannya, Fathimah Zahra as datang bersama Hasan dan Husain a.s. ke sisi beliau. Fathimah Zahra a.s. menjatuhkan dirinya ke pelukan Rasulullah Saw dan menangis. Beliau sangat mengkhawatirkan putrinya dan melarangnya menangis walaupun air mata Rasulullah Saw sendiri tidak terbendung pula. Beliau berkata: “Ya Allah! Inilah keluargaku dan Ahlulbaitku dan aku mewasiatkan setiap mukmin tentang mereka.” [Ansab al-Asyraf, jil. 1, hal. 133]

Rasulullah Saw mengulang kalimat itu tiga kali, kesedihan membebani hati beliau karena mengetahui musibah dan malapetaka apa yang akan menimpa Ahlulbaitnya setelah ini.

Kemudian Imam Hasan dan Husain a.s. meninggalkan kakeknya dalam keadaan telah mewarisi sifat-sifat kewibawaan, kepemimpinan, keberanian dan kedermawanan dari Rasulullah Saw. Tidak ada warisan yang lebih tinggi, bernilai dan berharga di atas bumi ini selain sifat-sifat mulia tersebut, suatu warisan yang tidak berhubungan dengan materi dan jasmani, melainkan berkaitan dengan kesempurnaan khusus kenabian dan kerasulan.

Rasulullah saw telah mewasiatkan kepada Amirul Mukminin Ali as tiga hari sebelum kewafatannya supaya menjaga kedua cucunya tersebut. Rasulullah saw bersabda: “Wahai ayah dari cahaya mataku! Aku mewasiatkan tentang kedua cahaya mataku ini di dunia, yang tidak lama lagi kedua pijakanmu ini akan runtuh. Dan Allah Swt adalah pemimpinku atasmu.”

Ketika Rasulullah Saw telah wafat, Amirul Mukminin Ali a.s. berkata: “Inilah salah satu pijakanku yang telah dikatakan oleh Rasulullah Saw. Dan ketika Fathimah Zahra a.s. wafat, Imam berkata lagi, “Dan ini pula pijakan kedua yang disabdakan oleh Rasulullah saw kepadaku.” [Amali al-Shaduq, hal.119]

Waktu wafatnya Rasulullah saw telah tiba, seorang nabi dan rasul yang tidak memiliki bandingannya di masa lampau maupun di masa yang akan datang. Telah tiba waktunya Rasulullah saw meninggalkan kehidupan dunia ini dan melanjutkan perjalanan ruhaninya ke alam tertinggi Ilahi mengikuti jejak-jejak saudaranya dari para nabi dan rasul terdahulu. Hati Fathimah Zahra a.s. terguncang dan napasnya mengalir tak teratur. Dan dengan suara yang sedih berkata: “Sungguh berat perpisahan dengan ayah dan kematian Nabi yang terakhir! Sungguh berat musibah ini, musibah kewafatan sebaik-baiknya orang yang bertakwa dan kehilangan pemimpin orang-orang yang terpilih! Sungguh berat kesedihan ini karena terhentinya wahyu dari langit dan terputusnya pembicaraan denganmu sejak hari ini.” (Durrah al-Nashihin, hal. 66)

Kemudian Rasulullah Saw menoleh kepada Imam Ali a.s. dan bersabda: “Letakkanlah kepalaku di pangkuanmu, karena perintah Allah sudah tiba dan ketika ruhku sudah lepas (berpisah dari badanku), maka terimalah ruhku dan usapkanlah ke wajahmu, kemudian letakkanlah aku ke arah kiblat, laksanakanlah urusan-urusanku dan salatkanlah aku sebelum orang-orang lain menyalatiku. Janganlah engkau terpisah dariku hingga engkau meletakkanku di dalam kuburan dan mohonlah pertolongan kepada Allah Azza wa Jalla.”

Imam Ali as meletakkan kepala suci Rasulullah saw di pangkuannya dengan lembut dan menempatkan tangan kanannya di bawah dagu beliau. Pada saat itulah Malaikat Maut memulai mengambil ruh Rasulullah saw yang suci. Ketika Rasulullah saw merasakan pedihnya kematian, beliau membaca ayat-ayat Alquran sampai ruh sucinya lepasdari raganya dan Imam Ali as pun mengusapkan ruh suci itu ke wajahnya. [Manaqib Ali Abi Thalib, jil.1, hal. 29. Hadis-hadis mutawatir menegaskan bahwa ketika Rasulullah wafat, kepala beliau di atas lutut Imam Ali as Hal ini diungkapkan dalam banyak kitab: Al-Thahaqat al-Kabra, jil.2, hal.51; Majma’ al-Zaid hal. 293; Kanz al-Ummal, jil. 4, hal 55; Dzakhair al-Uqba, hal. 94; al-Riyadh an-Nadhirah, jil. 2, hal. 219]

Bumi bergetar karena seorang lelaki agung telah berpulang ke pangkuan Ilahi yang kehidupannya adalah cahaya dan rahmat bagi hamba hamba Allah. Kemanusiaan berada di hadapan suatu tragedi yang menghancurkan, karena sang pemimpin dan gurunya telah tiada, cahaya pun meredup. Sang cahaya yang menerangi langit dunia dengan wejangan-wejangan, pengetahuan-pengetahuan dan akhlak-akhlak mulia dan tertinggi itu kini telah terbang menuju ke haribaan Sang Kekasihnya. Kaum Muslimin berduka dan melakukan ritualitas kesedihan. Istri-istri Rasulullah saw memakai pakaian-pakaian berkabung dan kaum perempuan Anshar memukuli wajah-wajah mereka, sehingga tenggorokan mereka tercekik karena kerasnya duka cita. [Ansab al-Asyraf, jil. 1, hal. 574]

Sayidah Fathimah a.s. memeluk jasad ayahnya dan berkata pilu: “Oh! Perpisahan dengan ayah, perpisahan dengan Rasulullah Saw, perpisahan dengan yang penuh rahmat. Setelah wahyu akan turun lagi, dan Jibril pun tidak akan datang. Allah! Gabungkanlah ruhku dengan ruhnya. Karuniailah kesempatan untuk bertemu dengannya janganlah Engkau haramkan menerima syafaatnya Hari Kiamat” [Tarikh al-Khamis, jil. 2, hal .192]

Fathimah Zahra berada samping suci Rasulullah yang sudah tidak bernyawa dan mengungkapkan kesedihannya dengan bahasa bahasa berikut ini,

“Oh! Perpisahan dengan ayah, saya ucapkan belasungkawa kepada Jibril. Oh! Perpisahan dengan ayah, tempatmu surga Firdaus. Oh! Perpisahan dengan ayah, beliau telah menjawab panggilan Tuhannya.”

 

Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei sebelum membahas berbagai permasalahan perawat, menyebut perilaku dan pidato Sayidah Zainab Kubra as yang menjadi penjaga Karbala dan simbol unggul perawat sebagai indikasi dan manifestasi agung dan kekuatan spiritual dan intelektual perempuan.

Di setiap sudut dunia, masih ada manusia yang siap mengorbankan nyawanya untuk membantu sesamanya. Sampai saat ini masih dapat ditemukan manusia yang belajar kemanusiaan dengan baik dan membantu sesamanya, meski mereka orang asing atau kenalan, jauh atau dekat, tidak ada perbedaan. Orang seperti ini adalah perawat yang belajar untuk mencintai dan kasih sayang.

Sementara di Iran, hari kelahiran Sayidah Zainab as ditetapkan sebagai Hari Perawat. Bertepatan dengan hari besar ini, Rahbar bertemu dengan para perawat dan keluarga syuhada kesehatan serta menjelaskan poin-poin pekerjaan mulia ini. Rahbar menyebut perawat sebagai malaikat penyelamat manusia yang pada akhirnya membutuhkan. Rahbar mengatakan, "Salah satu ajaran ahli suluk, tauhid dan akhlak serta orang seperti mereka yang memberi arahan untuk meniti jalan suluk adalah membantu orang yang membutuhkan; Yakni adalah kalian para perawat, ketika sibuk bekerja, kalian tengah menjalankan salah satu ajaran penting ahli suluk. Ini adalah sisi penting pekerjaan ini, nilai ini sangat tinggi."


Rahbar atau Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei sebelum membahas berbagai permasalahan perawat, menyebut perilaku dan pidato Sayidah Zainab Kubra as yang menjadi penjaga Karbala dan simbol unggul perawat sebagai indikasi dan manifestasi agung dan kekuatan spiritual dan intelektual perempuan. Selain itu juga mengingatkan bahwa wanita pemuka Karbala ini telah membuktikan kepada seluruh umat manusia dan sejarah bahwa perempuan meski ada upaya-upaya buruk di masa lalu dan saat ini, termasuk Barat untuk melecahkan kaum hawa, namun mereka mampu mencapai puncak kesuksesan melalui kesabaran besar mereka.

Sayidah Zainab mampu menunjukkan kepada sejarah dan seluruh umat manusia di dunia bahwa kapasitas spiritual dan intelektual besar kaum wanita. "Wanita agung ini (Sayidah Zainab) menunjukkan dua poin, pertama bahwa perempuan mampu menjadi samudra luas kesabaran. Kedua, bahwa seorang wanita dapat menjadi puncak kebijaksanaan dan kehati-hatian yang tinggi; Ini secara praktis ditunjukkan oleh Zeinab Kubra; Tidak hanya bagi mereka yang berada di Kufah dan Syam; "Itu menunjukkan kepada sejarah, itu menunjukkan kepada semua manusia," ungkap Rahbar.

Ayatullah Khamenei menyebut kesabaran Sayidah Zainab tidak dapat dijelaskan karena dari satu sisi, ia dalam setengah hari kehilangan 18 orang tercinta dan keluarganya. Di antara orang tersebut adalah saudara tercinta dan cucu baginda Rasulullah Saw, Husein bin Ali bin Abi Thalib. Selain itu, dua anaknya juga gugur di Karbala dan Sayidah Zainab bersabar atas gugurnya orang paling dekat dengan dirinya serta keluarganya tersebut.

"...Sementara dari sisi lain, wanita besar yang sejak kecil hidup dengan terhormat, dan di masa kanak-kanak hingga dewasa, semua orang memandangnya dengan hormat. Beliau dihina oleh pasukan Umawiyah, tapi memilih bersabar. Sabar dalam memikul tanggung jawab berat melindungi anak-anak yatim dan wanita yang berduka, juga sebuah pekerjaan besar. Sayidah Zainab berhasil mengumpulkan dan melindungi anak-anak yatim ini dan mengorganisirnya di perjalanan sulit ini, ini adalah kesabaran Zainab. Sejatinya Zainab telah menunjukkan samudra kesabaran dan ketenangan, yakni kaum perempuan mampu mencapai kondisi ini, puncak keagungan spiritual. Di samping hal-hal yang saya sampaikan ini, merawat hujjah Allah, merawat Imam Sajjad yang membutuhkan kesabaran besar dan mampu melaksanakannya dalam bentuk terbaik."


Pemimpin Revolusi Islam juga menyebut perilaku arif dan kekuatan intelektual serta kebijaksanaan Sayidah Zainab mencengangkan dan menyatakan bahwa Sayidah Zainab Kubra as adalah manifestasi perlawanan dan otoritas spiritual terhadap penguasa yang arogan. Di Kufah, ketika Ibnu Ziyad membuka lidahnya, misalnya, "Hai! Lihat, kamu gagal"; Sebagai tanggapan, dia berkata, "Kami tidak melihatnya kecuali indah." Apa yang saya lihat hanyalah keindahan; memukul  mulut pria arogan, jahat itu; Di istana Yazid, ketika dia mendengar omong kosong dan bualannya  dia berkata dalam sebuah kalimat bersejarah, "Lakukan apa pun yang Anda bisa, dan Anda tidak akan dapat mengambil ingatan kami dari cakrawala orang-orang." Ini menunjukkan kekuatan spiritual seorang wanita; Ini adalah tanda-tanda kehati-hatian dan kebijaksanaan.

Di Kufah, di hadapan tangisan orang-orang yang menyesal, Sayidah Zainab memberikan penjelasan dan kata-kata celaan dan berkata: Apa yang kamu tangisi? Apakah Anda tahu apa yang Anda lakukan? Anda melakukan sesuatu yang merusak semua upaya Anda di masa lalu. Pemimpin Revolusi Islam menambahkan: "Saya sangat percaya bahwa salah satu faktor penting dalam gerakan taubat yang kemudian bangkit di Kufah dan memberontak serta meluncurkan peristiwa besar itu adalah ucapan Sayidah Zainab dan khutbahnya. Singkatnya, Zainab Kubra menunjukkan kapasitas spiritual dan intelektual perempuan melalui perilaku dan pernyataannya. Dia berbicara seolah-olah dia adalah Amirul Mukminin; Itu berdiri seolah-olah Nabi berdiri melawan orang-orang kafir. "Ini adalah kapasitas wanita."

Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam dalam menjelaskan tanda kehati-hatian lainnya dalam karakter Sayidah Zainab mengatakan: "Orang mulia ini memulai jihad penjelasan, jihad narasi; Tidak membiarkan akun musuh tentang insiden itu menang; Dia membuat narasinya menang atas opini publik. Hingga hari ini, riwayat Zainab Kubra  tentang peristiwa Asyura tetap ada dalam sejarah, dan pada saat yang sama, itu berdampak pada Syam, di Kufah, dalam rangkaian tahun kekuasaan Umayyah dan menyebabkan penggulingan kekuasaan Umayyah. Lihat! Inilah pelajarannya; Inilah yang selalu saya katakan: Anda menceritakan kebenaran masyarakat Anda sendiri, negara Anda sendiri dan revolusi Anda. Jika Anda tidak menceritakan, musuh akan menceritakan; Jika Anda tidak menceritakan revolusi, musuh akan menceritakan seenaknya sendiri; Jika Anda tidak menceritakan Perang Pertahanan Suci, musuh menceritakannya, apa pun yang dia inginkan, menjustifikasi, berbohong 180 derajat; Ini mengubah tempat penindas dan tertindas.


Rahbar menyebut perawat sebagai profesi mulia dan sulit yang melipatgandakan pahala Tuhan. Rahbar mengatakan,"Perawat sumber keamanan, baik bagi pasien dan juga bagi keluarga pasien serta bagi manusia lainnya yang kalian perawat telah membebaskan hati nurani saya dan Anda. Oleh karena itu, bukan pasein saja yang berhutang kepada komunitas perawat, tapi saya juga, hak kepada siapa saja yang tidak memiliki hubungan dengan pasien juga muncul, karena ia memberi keamanan kepada mereka."

Ayatullah Khamenei menganggap nilai lain perawat di Iran adalah upaya dan pengorbanan diri untuk membuat pasien dan kerabat mereka tersenyum, terutama ketika dunia arogan membantu Saddam melancarkan bom kimia dan menyebabkan rasa sakit dan penderitaan yang mendalam bagi rakyat Iran di kota-kota perbatasan. Mereka juga senang dan mabuk dalam isu-isu seperti embargo obat-obatan bangsa Iran. Upaya para perawat ini sebenarnya perjuangan melawan kubu arogan yang penuh kedengkian, yang merupakan nilai ganda komunitas perawat di Iran Islami.

Dalam hal ini, Ayatullah Khamenei mengacu pada periode perang yang dipaksakan di mana para dokter, perawat, dan paramedis bekerja di bawah pengeboman. Di masa pandemi Corona, jam kerja pasien juga ditingkatkan, cuti dikurangi, tetap kerja selama liburan Nowruz (tahun baru Iran) dan menyaksikan kematian menyedihkan pasien dan rekan kerja, beban kerja meningkat dan riskan tertular penyakit mematikan ini. Seluruh kesulitan ini tetap ditanggung oleh perawat Iran.

Seraya menekankan bahwa bangsa ini harus memahami kesulitan ini dan menghormati para perawat, Rahbar berkata: "Ini sangat sulit! Menurut pendapat saya, bangsa Iran harus melihat kesulitan ini, memahaminya, dan menghargai komunitas perawat. Kemudian, selain semua risiko tersebut, ada risiko perawat terkena penyakit mematikan."


Rahbar menyebut kehadiran kelompok-kelompok seperti mahasiswa, cendekiawan dan pemuda untuk membantu perawat di masa Corona sebagai kebenaran cemerlang dalam pemerintahan Islam dan menambahkan: "Saya pikir ini membawa kebenaran penting dan brilian di negara kita tercinta dan untuk bangsa kita tercinta. : Ini menunjukkan identitas bangsa Iran yang bersemangat, aktif dan teliti; Ini menunjukkan bahwa gerakan ini bersifat publik di negara Iran, yang tentu saja telah terlihat juga dalam bencana umum lainnya; Sekarang saya [menyebutkan] departemen keperawatannya. Ini adalah disiplin yang berkelanjutan; Dari sebelum revolusi, dari perjuangan periode opresif ke peristiwa revolusi, ke peristiwa pertahanan suci, ke peristiwa setelah itu, ke Corona; Dalam semua ini, identitas yang berkomitmen dan bertanggung jawab ini telah menunjukkan dirinya di negara Iran."

Seraya mengisyaratkan kekosongan narasi seni dari kesulitan profesi perawat, Rahbar meminta budayawan yang kompeten dan bertanggung jawab untuk terjun ke lapangan dan menampilkan sumber agung budaya ini dalam berbagai pentas dan teater.

Pertemuan Rahbar dengan Perawat Iran
Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam menganggap memperhatikan tuntutan utama komunitas keperawatan sebagai penguatan komunitas keperawatan dan implementasi undang-undang tentang tarif untuk pelayanan keperawatan dan keamanan kerja di antara tuntutan khusus perawat. Rekonstruksi jaringan kesehatan tanah air, dan pemerataan dokter, adalah dua isu lain yang diangkat oleh Pemimpin Tertinggi mengenai sistem kesehatan. Mengacu pada efek dan pencapaian yang sangat baik dari sistem kesehatan pada tahun 60-an dan awal 70-an, dengan fokus pada kesehatan dan pencegahan, ia mencatat bahwa pengobatan tidak diragukan lagi diperlukan, tetapi pencegahan lebih baik dari itu, dan jaringan kesehatan harus dibangun kembali dan diperkuat untuk Memberikan lebih banyak kesehatan bagi orang-orang dengan biaya lebih rendah.

 

Sayidah Zainab, anak ketiga dan putri tertua dari Imam Ali dan Sayidah Fatimah, merupakan salah seorang perempuan berpengaruh di dunia Islam.

Tanggal 5 Jumadil Awal tahun 5 HQ, Sayidah Zainab, cucu Rasulullah Saw, putri Imam Ali as dan Sayidah Fathimah az-Zahra as, terlahir ke dunia. Di Iran, hari kelahiran Sayidah Zainab diperingati sebagai "Hari Perawat" untuk mengenang jasa beliau yang menjadi perawat dan pelindung para korban tragedi Karbala.

Sayidah Zainab diasuh dan dibesarkan oleh manusia agung sepanjang sejarah yaitu, Nabi Muhammad Saw, Imam Ali dan Sayidah Fatimah. Selain itu, beliau adalah saudari dari dua pemuda penghulu surga, Imam Hasan dan Imam Husein.

Sayidah Zainab merupakan salah satu wanita yang menjadi contoh bagi seluruh perempuan di berbagai bidang. Zainab tidak hanya berkaitan dengan masa lalu, tapi juga hari ini dan esok. Sebab, kemuliaan manusia, pengabdian, penghambaan, perjuangan untuk menegakkan keadilan, kemerdekaan dan kebenaran adalah nilai-nilai yang tidak terkait hanya untuk periode khusus atau masyarakat tertentu saja.

Manusia besar melampaui sejarah hidupnya. Zainab Kubra, termasuk wanita yang berada dalam naungan pancaran cahaya imamah. Sejak kecil, Zainab tumbuh dalam pangkuan risalah dan imamah. Sayidah Zainab telah menghiasi diri dengan ketinggian akhlak, kesempurnaan spiritualitas dan keagungan perilaku.

Lembaran sejarah mencatat Sayidah Zainab menikah dengan Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib, yang merupakan keponakan Ali bin Abi Thalib. Ja'far adalah orang pertama yang memimpin sekelompok Muslim ke Habsyi Tapi, setelah kembali ia kehilangan kedua tangannya dalam pertempuran dengan Romawi. Kemudian, Rasulullah Saw menjulukinya Ja'far Tayyar. Semua sejarawan yang membicarakan tentang Abdullah memujinya seperti ayahnya karena martabat dan berbagai kualitas keperibadiannya. Abdullah Ibn Ja'far termasuk orang yang dipercaya oleh Amirul Mukminin dan berpartisipasi dalam perang. Ia juga dikenal dengan keimananan, ketakwaan dan kecintaannya kepada Nabi Muhammad Saw.

Sayidah Zainab dikenal dengan kedermawanan, kesabaran, martabat, keilmuannya dan kefasihan bicaranya, serta dan kesabarannya. Diriwayatkan suatu hari tamu datang ke rumah Ali, tapi tidak ada makanan di rumahnya. Ali berkata kepada Fatimah, "Apakah tidak ada makanan di rumah?" Sayidah Fatimah menjawab, "Hanya ada sepotong roti yang saya simpan untuk putriku Zainab. Zeinab terbangun dan mendengar jawaban ibunya. Meskipun dia hanya seorang anak kecil saat itu, tapi dia berkata kepada ibunya, "Ambil roti saya untuk tamu, buat saya nanti saja,".

Sayidah Zainab menyampaikan syarat kepada Abdullah, jika saudaranya, Imam Husein pindah ke suatu perjalanan atau perjalanan atau tempat manapun, maka Zainab dan keluarga akan menemaninya. Abdullah menerima persyaratan tersebut dengan sepenuh hati, dan dipatuhi selama perjalanan Imam Husein ke Mekah dan kemudian ke Irak.

Dari pernikahan bersama Abdullah, Sayidah Zainab memiliki empat putra dan seorang putri bernama Umm Kulthum. Abdullah tidak bisa menemani Imam selama kebangkitan Imam Hussein melawan Yazid dan perjalanannya ke Mekah dan kemudian ke Irak, tetapi mengizinkan istrinya untuk menemaninya dengan anak-anaknya. Tidak hanya itu, Abdullah memerintahkan anak-anaknya untuk membela Imam Husein. Bahkan jika perlu, mereka harus mengorbankan hidupnya. Anak-anak Sayidah Zainab memiliki semangat jihad dan kesyahidan yang begitu tinggi sehingga mereka dengan antusias menemani Imam Husein dalam kafilah Asyura. 

Dalam peristiwa Asyura, peran pendidikan Sayidah Zainab dan pembelaannya terhadap Imam Husein terlihat lebih menonjol. Beliau kehilangan orang-orang terbaik dan tersayangnya di Karbala. Kedua anaknya juga syahid bersama Imam Husein.

Sementara itu, meskipun berada di puncak kesedihannya, Sayidah Zanaib tetap memegang kendali keluarga korban Karbala,  ketika musuh menyerang tenda-tenda wanita dan anak-anak. Ia mencari kemana-mana agar tidak ada anak yang hilang atau ada yang diserang.

Di Madinah, Sayidah Zainab dengan senjata ilmu pengetahuannya, mengadakan pertemuan tentang tafsir al-Quran hadits, fiqh dan lainnya, dan membimbing masyarakat lebih dekat dengan iman, takwa dan kemanusiaan. Ia menjadi utusan perlawanan saudaranya. Dalam keadaan yang paling sulit, ia membela keponakannya Imam Sajjad dan keluarga Imam Husein yang telah mengambil langkah-langkah untuk melindungi agama dan umat Islam. Keberanian dan ketegarannya menjadi model dalam sejarah Islam.

Memperkenalkan sosok wanita agung ini, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran mengatakan, "Zainab Kubra adalah wanita agung. Apa kehebatan wanita agung ini di mata bangsa Muslim? Apakah karena beliau adalah putri Ali bin Abi Thalib, atau saudara perempuan Hussein bin Ali dan Hassan bin Ali. Hubungan darah tidak akan pernah bisa menciptakan kehebatan seperti itu. Semua imam kami memiliki anak perempuan, ibu dan saudara perempuan; Tapi siapa yang seperti Zainab Kubra? Nilai dan kebesaran Zainab Kubra adalah karena kedudukan dan gerakan kemanusiaan dan Islamnya yang agung berdasarkan tugas ketuhanan. Aksinya, keputusannya, caranya bergerak, membuatnya begitu hebat."

Selamat atas kelahiran Sayidah Zainab dan hari perawat.

Minggu, 19 Desember 2021 13:35

Gempita Islamofobia di Kongres AS

 

Islamofobia bergema secara luas di dalam dan di luar Amerika Serikat setelah seorang anggota DPR AS dari partai Republik melontarkan statemen pejoratif terhadap rekannya yang Muslimah.

Pemicunya, ketika Lauren Boebert berada satu lift di gedung Kongres AS bersama Ilhan Omar, dia melihat seorang petugas polisi kongres berlari menuju lift. Lalu, dia menyampaikan sebuah statemen menyindir rekannya yang Muslim dengan mengatakan, "Saya berkata pada diri sendiri, dia (Ilhan Omar) tidak membawa ransel, jadi tidak akan terjadi apa-apa dengan kami,".

Sontak, pernyataan tendensius dari anggota DPR dari Partai Republik tentang sesama anggota Kongres AS dari partai Demokrat beredar luas di media sosial dan memicu kontroversi.

"Ketika seorang anggota kongres memperkenalkan rekannya sebagai anggota Pasukan Jihad dan mengarang cerita yang mengatakan saya akan meledakkan gedung Kongres, tentu saja serangan ini tidak hanya terhadap saya tapi juga menargetkan jutaan Muslim AS di negara ini," kata Ilhan Omar menanggapinya.

Muslimah anggota Dewan Perwakilan Rakyat AS ini menyiarkan pesan audio yang berisi ancaman terhadap dirinya dalam konferensi pers, dan mendesak anggota Kongres AS melawan ujaran kebencian terhadap Muslim.

Ilhan Omar, salah satu dari sedikit anggota Kongres AS dari kalangan Muslim telah berulangkali diserang oleh kubu anti-Islamis dan beberapa anggota Partai Republik. Wakil dari negara bagian Minnesota ini percaya  bahwa serangan itu merupakan faktor utama yang memicu peningkatan ancaman kematiannya.

Omar kemudian menyiarkan pesan audio yang penuh dengan hinaan dan ancaman. Selain hinaan rasial, mereka juga mengancam Omar untuk dipenggal. anggota DPR AS dari partai Demokrat  ini mengatakan pesan itu hanyalah satu dari ratusan pesan serupa yang dia terima dan laporkan sejak menjabat.

Ilhan Omar mengatakan dia menerima pesan suara setelah Boebert menyerangnya lagi di video lain. Ilhan Omar bukan satu-satunya Muslim Amerika yang dihina oleh kelompok anti-Islam. Kehadirannya di DPR AS yang menjadi sasaran serangan anti Islam mencerminkan potret politik dan media AS yang memusuhi Islam.

Sebuah studi yang dilakukan Universitas Berkeley di California menemukan bahwa 67,5 persen Muslim di Amerika Serikat dilaporkan mengalami serangan Islamofobia. Hasil jajak pendapat dirilis beberapa minggu setelah peringatan kedua puluh serangan 11 September 2001. 

Menurut penelitian tersebur, 76,7% wanita Muslim Amerika dan 58,6% pria Muslim Amerika pernah mengalami masalah ini setidaknya sekali. Selain itu, 93,7 persen Muslim Amerika mengatakan bahwa tindakan Islamofobia terhadap mereka berdampak negatif pada kesehatan mentalnya.

Dari Muslim Amerika yang disurvei, 33 persen mengatakan mereka tidak bebas untuk mengekspresikan keyakinan agamanya dan terkadang dipaksa untuk merahasiakan identitas agama mereka. Studi yang diterbitkan dua tahun setelah peristiwa 9/11, menyebabkan peningkatan kejahatan rasial, dan perubahan kebijakan pemerintah AS terhadap Muslim yang berdampak terhadap jutaan orang Amerika.

"Ini mungkin menunjukkan, jika seorang Muslim tidak secara langsung menjadi sasaran tindakan Islamofobia, kehadiran Islamofobia di media dan budaya kita setelah serangan 9/11 mempengaruhi mereka yang dengan munculnya kondisi  diskriminasi dan penilaian tidak adil," kata Sadegh al-Sheikh, Direktur Program di American Institute of Global.

Al-Sheikh mencatat bahwa Islamofobia adalah fenomena yang ada bahkan sebelum serangan 11 September 2021. ia mengaskan, "Kami tahu bahwa Islamofobia memiliki sejarah panjang di Amerika Serikat dan tidak muncul setelah serangan 9/11. Insiden ini memperkuat akar rasisme struktural di Amerika Serikat. Meskipun data yang dirilis oleh FBI menunjukkan bahwa kejahatan kebencian terhadap Muslim telah menurun dalam beberapa tahun terakhir, tapi kelompok hak asasi manusia telah membalikkan penilaian ini, dengan mengatakan bahwa insiden Islamofobia telah meningkat baru-baru ini,".

Dewan Hubungan Amerika-Islam, yang mensponsori penelitian di Universitas Berkeley awal tahun ini melaporkan bahwa lebih dari 500 insiden anti-Islam telah dilaporkan pada paruh pertama tahun 2021.

"Aspek yang sangat menarik dari penelitian ini adalah kami benar-benar dapat menentukan tingkat kedalaman Islamofobia, yang benar-benar membuat frustrasi," kata Basima Sisemore, seorang peneliti di Institute for Global Justice.

Islamofobia memuncak selama empat tahun kepresidenan Trump di Amerika Serikat. Joe Biden mencalonkan diri dalam pemilu presiden dan berjanji untuk mengakhiri diskriminasi dan tekanan terhadap Muslim selama era Trump, dan menyerukan dukungan mereka untuk pencalonannya.

“Kami tahu bahwa Muslim Amerika selalu diserang oleh Trump dan pemerintahannya. Komunitas Muslim adalah yang pertama merasakan permusuhan Trump terhadap orang kulit berwarna karena larangan bepergian ke Amerika Serikat. Kami telah menyaksikan hasil dari kebijakan kebencian di negara kami, dan hasilnya adalah Islamofobia dan berbagai insiden terhadap Muslim. Anak-anak diintimidasi di sekolah, dan kejahatan kebencian meningkat," kata Biden dalam kampanyenya.

Terlepas dari janji kampanyenya itu, Joe Biden tidak mengurangi tingkat anti-Islamisme dan diskriminasi agama di Amerika Serikat setelah hampir satu tahun menjabat. Sebuah jajak pendapat PEW baru-baru menunjukkan bahwa 82% orang Amerika mengatakan Muslim menjadi sasaran didiskriminasi. Banyak Muslim Amerika merasa bahwa mereka telah dihukum karena kejahatan yang tidak mereka lakukan atau mendukungnya.

Salah satu dari orang-orang ini adalah seorang gadis bernama Ruwa Romman yang masuk ke Amerika Serikat pada tahun 2001 ketika dia baru berusia delapan tahun, dan mimpinya adalah tumbuh di Amerika Serikat dan mencari nafkah untuk dirinya sendiri, tetapi mimpi indah itu  berubah menjadi mimpi buruk.

Ruwa Roman mengatakan dia marah sekarang karena dia melihat kembali masa kecilnya. "Saya adalah seorang anak yang ingin memiliki kehidupan yang lebih baik, tetapi tiba-tiba saya menjadi duta lebih dari satu miliar Muslim di seluruh dunia," katanya.

Pada tahun-tahun peristiwa sejak 9/11, Islamofobiatelah meningkat secara signifikan di dunia Barat, dan banyak aktivis politik dan media Barat telah menggunakan serangan 9/11 sebagai alat untuk mempromosikan Islamofobia.

Dalam laporan tahunannya, Organisasi Perlindungan dan Hak Sipil Muslim Amerika juga melaporkan peningkatan diskriminasi dan pelecehan terhadap Muslim Amerika.

 

Lembaran awal sejarah hingga kini menunjukkan perang dan kekerasan menjadi masalah dunia. Tetapi, selalu ada tokoh dan pemikir berpengaruh yang berusaha mencegah agresi dan penindasan sepanjang sejarah manusia.

Di dunia kontemporer dewasa ini ada pemerintah yang memelopori pengurangan kekerasan dan ekstremisme, termasuk salah satunya Republik Islam Iran dengan berbagai kiprahnya. Pada tanggal 18 Desember 2013, Republik Islam Iran mengajukan resolusi yang diusulkan kepada Majelis Umum PBB mengenai "Dunia Melawan Kekerasan dan Ekstremisme", yang disetujui dengan suara bulat dari perwakilan 190 negara.

Penetapan "Hari Menentang Kekerasan dan Ekstremisme Sedunia" menunjukkan kepada para pendukung perdamaian, kerja sama dan interaksi, bahwa mereka harus memaksimalkan keseriusannya dalam memerangi kekerasan dan ekstremisme demi mencapai pemahaman bersama tentang penyebab kekerasan.

Terlepas dari kemajuan luar biasa yang telah dicapai manusia di berbagai bidang di abad ke-21, tapi hingga kini salah satu perhatian utama umat manusia mengenai upaya untuk menjaga dan memelihara keamanan global, termasuk penyebaran moderasi dan penolakan setiap perilaku kekerasan dan ekstremisme. Masalahnya, struktur dan relasi kekuasaan di dunia saat ini menyebabkan meluasnya kekerasan dan ekstremisme. Sehingga akibatnya kini hampir tidak ada bagian dunia yang tidak menyaksikan ekstremisme dan kekerasan.

Fenomena mengerikan dalam satu dekade terakhir ini telah merenggut sebagian besar korbannya dari kalangan Muslim tak berdosa di berbagai negara, terutama Irak, Suriah dan Afghanistan, juga Muslim Rohingya. Kekerasan semacam itu telah begitu merajalela di seluruh dunia yang menyebabkan begitu banyak orang tak bersalah kehilangan nyawanya.

Tumbuhnya ide-ide seperti neo-Nazisme atau aliran sayap kanan di Eropa merupakan fenomena yang muncul dari budaya politik Barat dan pengaruh aliran tersebut dapat dilihat pada penguatan kekerasan dan ekstremisme yang tumbuh dari ide-ide ekstremis rasis dan anti-agama di masyarakat Barat.  

Selama beberapa tahun terakhir, individu, gerakan, dan partai ekstremis sayap kanan di Eropa telah berulang kali mempertajam Islamofobia, termasuk menghina Nabi Muhammad Saw, menghina Al-Qur'an, dan menggambarkan Muslim sebagai teroris, yang menimbulkan masalah dalam kehidupan mereka.

Tentu saja, peran pemerintah dan pemimpin Eropa dalam mempromosikan Islamofobia secara langsung atau tidak langsung dan menghasut media Eropa terhadap fenomena ini dan menampilkan citra Islam yang menyimpang tidak boleh diabaikan. Bahkan, kubu sayap kanan mengamini ideologi Islamofobia yang ditanamkan di dalamnya oleh media Barat.

Sheikh Reyhan Reza Al-Azhari, seorang ahli studi Islam di Barat menunjukkan fakta ini dengan mengatakan, "Tren aksi anti-Islam di Eropa sedang meningkat."

Mencermati lebih dalam situasi kisruh yang bercampur dengan kekerasan di dunia, tampaknya budaya politik Barat  menggunakan kekerasan maupun dukungannya terhadap kelompok kekerasan dan teroris sebagai sarana untuk mencapai tujuannya.

Kenyataan yang lebih pahit dalam setengah abad terakhir mengenai kebrutalan di bawah bendera palsu Islam dan ideologi yang dibuat di sekolah-sekolah bentukan kolonialisme Barat. Munculnya kelompok teroris dari al-Qaeda hingga Daesh, Jabhat al-Nusra, Boko Haram, al-Shabab, Ahrar al-Sham dan puluhan kelompok berbahaya lainnya adalah produk dari pemikiran yang sama. Mereka memenggal dan membakar wanita dan anak-anak, dan menghancurkan warisan sejarah masyarakat manusia yang menjadi stempel Islamofobia yang disematkan Barat terhadap umat Islam.

Bukti ini telah menunjukkan peran Amerika Serikat dan Inggris serta sekutu regional mereka dalam memunculkan kelompok-kelompok teroris seperti al-Qaeda dan Daesh. Dengan kata lain, kekerasan dan ekstremisme yang tidak terkendali harus dilihat sebagai cerminan dari tindakan mereka.

Berbagai bukti menunjukkan bahwa semakin dekat orang pada gagasan koeksistensi damai antara mereka dengan yang lain, maka semakin tinggi toleransi dan moderasi di antara mereka. Tapi sebaliknya, semakin banyak orang yang tidak menghargai pemikiran pihak lain, maka semakin dengan dengan kekerasan dan ekstremisme.

Contoh nyata dari tren tersebut dapat dilihat pada aksi kelompok ekstremis seperti Daesh. Dengan pemahaman Islam yang ekstrim, para pengikut Daesh telah mencoba untuk mendikte pemikirannya terhadap pihak lain. Untuk mencapai tujuan ini, mereka tidak ragu-ragu menumpahkan darah ribuan orang yang tidak bersalah.

Namun, kekerasan adalah fenomena yang sangat kompleks di mana banyak faktor berperan dan faktor spesifiknya tidak pernah dapat didefinisikan. Oleh karena itu, setiap peristiwa yang terjadi di manapun di dunia mempengaruhi nasib seluruh dunia.

Faktanya, fitur terpenting dari situasi baru ini adalah "ketidakamanan permanen" global, dan semua negara yang merdeka dan berpikiran bebas harus berusaha untuk menggantikan dunia yang diwarnai ekstremisme dan kekerasan dengan dunia yang damai dan tenteram. Oleh karena itu dibutuhkan pemahaman terhadap akar ekstremisme. Untuk mengidentifikasi dan memberantas terorisme dan ekstremisme, tentu saja harus memperhatikan penyebab dan faktor eksternal dan internal, konteks politik, sosial, ekonomi, dan mencerabut ideologisnya.

Pengesahan resolusi yang diusulkan Iran tentang dunia melawan kekerasan dan ekstremisme sebenarnya adalah seruan untuk menjauhkan diri dari masa lalu dan untuk percaya pada nilai dan martabat manusia. Seruan ini tidak hanya untuk kepentingan Iran, tetapi berakar pada pandangan dunia Revolusi Islam, yang menuntut dunia yang penuh perdamaian dan jauh dari kekerasan demi kepentingan semua negara dan bangsa.

Dari perspektif Islam, terorisme dan kekerasan adalah masalah seluruh umat manusia dan momok peradaban, kemajuan dan kenyamanan manusia. Tentu saja, ini penting ketika gagasan perdamaian dunia serta penghindaran kekerasan dan ekstremisme diperkuat dengan mengadakan pertemuan, konferensi regional dan trans-regional serta mendukung kelompok dan gerakan anti-perang.(

 

Sebuah kelompok Irak mengancam pasukan Amerika Serikat dengan serangan yang mematikan.

Brigade Fateh Khaibar menyatakan dalam sebuah siaran pers bahwa pasukan pendudukan AS tidak memahami bahasa perdamaian dan dialog. Berbicara dengan musuh AS tidak ada gunanya selain dengan bahasa kekuatan dan senjata.

"Batas waktu bagi pasukan AS untuk meninggalkan Irak akan segera berakhir, tetapi mereka belum memenuhi janjinya," tegas kelompok itu seperti dilansir IRNA, Sabtu (18/12/2021).

Brigade Fateh Khaibar menambahkan, "Kami telah memutuskan untuk menghadapi pasukan ini dengan pukulan yang menyakitkan dan menghancurkan serta mengusir mereka dari tanah kami."

"Kami bersama faksi-faksi perlawanan Irak lainnya tidak akan meletakkan senjata kami sampai pembebasan semua tanah pendudukan, terutama Quds," tandasnya.

Sebelumnya, Brigade Syuhada Irak juga mengancam pasukan AS dengan serangan yang mematikan.

Kelompok ini telah mengeluarkan sebuah seruan untuk merekrut relawan dengan tujuan mengusir pasukan pendudukan dari Irak. Seruan ini disambut antusias oleh masyarakat dan 49 ribu orang dari berbagai provinsi Irak telah mendaftarkan diri mereka.

Berdasarkan kesepakatan Baghdad dan Washington, pasukan AS harus meninggalkan Irak pada akhir Desember ini. 

 

Pemimpin Hamas di luar Palestina mengatakan pihaknya sedang mempersiapkan sebuah perang skala penuh untuk pembebasan.

"Palestina adalah masalah perang antara hak dan batil dan kompas umat Islam, di mana semua perhatian harus ditujukan ke sana," kata Khaled Meshaal, Pemimpin Hamas di luar negeri, Sabtu (18/12/2021).

"Hamas berkomitmen pada perlawanan sampai tanah Palestina dibebaskan sejengkal demi sejengkal dan merebut kembali tempat-tempat suci umat Islam di tanah yang diberkahi ini," tegasnya seperti dikabarkan laman Elnashra.

Meshaal menandaskan apa yang telah diambil dengan paksa tidak dapat direbut kembali kecuali dengan paksa. Sikap tergesa-gesa beberapa rezim untuk menormalkan hubungannya dengan penjajah Israel patut dikecam.

"Semua rencana rezim Zionis untuk melakukan Yudaisasi di Quds dan tanah Palestina adalah batal demi hukum dan hal ini tidak dapat mengubah fakta kepemilikan dan indentitas Arab-Islamnya," tandas anggota senior Hamas ini.

Berbicara tentang perkembangan di Lebanon, Meshaal menuturkan Hamas menghormati stabilitas dan kedaulatan Lebanon dan tidak akan melibatkan diri dalam perang saudara di kamp-kamp pengungsi Palestina di negara itu. Oleh karena itu, semua pelaku kejahatan di kamp Burj al-Shumali harus dihukum.

Pada Jumat lalu, sebuah ledakan dilaporkan terjadi di kamp pengungsi Burj al-Shumali di dekat kota Tyre (Tirus) di Lebanon Selatan. Insiden ini menewaskan dan melukai sekitar 30 orang.

Khaled Meshaal dan para petinggi Hamas kemudian berkunjung ke Beirut untuk bertemu dengan sejumlah pejabat dan tokoh Lebanon. Mereka meminta para pelaku kejahatan di kamp tersebut dihukum. 

 

Militer rezim Zionis mengaku telah menangkap para pelaku operasi perlawanan di kota Nablus, Tepi Barat.

Dikutip dari Pusat Informasi Palestina, militer Israel mengklaim bahwa dengan bantuan lembaga intelijen dan badan keamanan internal Shin Bet, pihaknya telah menangkap para pelaku serangan terhadap tentara Israel di dekat pemukiman Homesh di utara Nablus pada Minggu (19/12/2012) dini hari.

Seorang warga Zionis tewas dan dua lainnya terluka dalam operasi perlawanan yang dilakukan oleh penduduk Palestina pada Kamis lalu.

Militer Israel mengatakan telah menahan empat pemuda Palestina di daerah Silat al-Harithiya di barat Jenin dan menyita dua pucuk senjata M16, sebuah senapan Carlo, dan sebuah mobil yang digunakan dalam serangan itu. 

 

Beberapa pejabat pertahanan dan keamanan rezim Zionis Israel mengatakan, dengan memperhatikan kemampuan rudal Iran, Israel tidak punya kemampuan untuk menyerang fasilitas nuklir Iran.

Kepada surat kabar New York Times, Sabtu (18/12/2021), para pejabat, dan pakar militer Israel menuturkan, Tel Aviv dalam waktu dekat ini tidak punya kemampuan melancarkan serangan yang bisa menghancurkan atau sekadar menangguhkan program nuklir Iran.
 
Menurut salah satu pejabat keamanan Israel, persiapan serangan yang bisa menyebabkan kerusakan serius pada proyek nuklir Iran, setidaknya membutuhkan waktu dua tahun.
 
Relik Shafir, mantan jenderal Angkatan Udara Israel yang merupakan pilot jet tempur yang menghancurkan fasilitas nuklir Irak pada 1981 mengatakan, "Iran memiliki puluhan fasilitas nuklir, beberapa di antaranya berada di bawah tanah, dan bom-bom Israel kesulitan untuk menembus serta menghancurkannya dalam waktu cepat."
 
Pejabat Israel yang lain mengatakan, Tel Aviv saat ini tidak punya kemampuan merusak fasilitas nuklir bawah tanah Natanz dan Fordow.
 
Seorang pakar penerbangan Israel mengatakan, terbuka kemungkinan ketika pesawat Israel berusaha mendarat di wilayah Palestina pendudukan, mereka baru menyadari bahwa rudal-rudal Iran sudah menghancurkan landasan bandara.