کمالوندی

کمالوندی

 

Hasan Badie, jurnalis dan analis politik Mesir mengatakan, ancaman Israel, terhadap Iran, membuktikan bahwa para pejabat Rezim Zionis, berpikir untuk bunuh diri, dan merasa sudah dekat dengan akhir hidupnya.

Ancaman Israel, atas Iran, dan analisa yang tepat terkait ancaman ini sangat penting. Oleh karena itu Hasan Badie, merespons statemen mantan Menteri Perang Israel Avigdor Lieberman, yang mengancam Iran.
 
Badie menuturkan, "Ancaman Lieberman, untuk melancarkan serangan nuklir ke Iran, menunjukkan sedemikian dalamnya Israel, terjerumus di dalam krisis, dan meski didukung Amerika Serikat dan NATO, Israel, sudah sampai ke titik keruntuhan."
 
Hasan Badie menjelaskan,
 
Statemen histeris Lieberman, yang mengancam untuk menyerang Iran, berarti bahwa Tel Aviv, takut pada Iran, dan khawatir dengan kemenangan beruntun poros perlawanan terutama setelah serangan rudal Iran, ke Israel.
 
Ia menambahkan, serangan rudal ini, dan hancurnya dua pangkalan udara Israel, adalah pelajaran berharga bagi Tel Aviv, yang menegaskan "jangan main api dengan Iran, dan poros perlawanan."
 
Israel, mengancam Iran, di saat media-media rezim ini mengabarkan tentang Angkatan Bersenjata Israel, yang kekurangan tentara, dan sebagian banyak tentara mengalami gangguan psikologis.
 
Mengutip salah satu tentara di Brigade Golani, media Israel melaporkan, pasukan Israel, merasa kelelahan dalam perang tanpa hasil di Jalur Gaza, dan di front utara melawan Hizbullah Lebanon.
 
Pasukan Israel, saat ini tidak siap untuk terjun ke dalam pertempuran melawan Lebanon, dan berlanjutnya perang akan semakin memukul psikis para tentara Israel.
 
Sebelumnya, media-media Rezim Zionis, mengungkap fakta bahwa Israel, untuk menemukan tentara baru, melakukan propaganda di media sosial, terutama Facebook.
 
Hal ini disebabkan karena sebagian besar tentara yang bertempur di Gaza, tidak bisa melanjutkan perang, dan sebagian besar orang yang memenuhi persyaratan menjadi tentara, tidak bersedia bergabung, dan melarikan diri.
 
Pada saat yang sama, selain mengancam Iran, Israel, melanjutkan genosida, dan berupaya meneror para komandan kelompok perlawanan Palestina, di Jalur Gaza, dan tidak pernah berhenti melakukan kejahatan terhadap rakyat Palestina.
 
Abdul Bari Atwan, analis masalah strategi kawasan di salah satu artikelnya di surat kabar Rai Al Youm, menulis, "Setelah berlangsung sembilan bulan genosida dan pembersihan etnis di Jalur Gaza, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, terus berusaha dengan cara apa pun untuk meneror salah satu komandan sayap militer Brigade Al Qassam, termasuk Yahya Sinwar, atau salah satu perwakilan dan penasihatnya, tapi gagal, dan ini menambah catatan panjang kekalahan Netanyahu."
 
Israel, mengklaim serangan brutal baru-baru ini ke wilayah Al Mawasi, di barat kota Khan Younis, telah menewaskan Mohammed Deif, Komandan Brigade Al Qassam, dan Rafa Salama, Komanan Batalion Khan Younis.
 
"Akan tetapi pesta kemenangan ini tidak berlangsung lama, dan dinas-dinas intelijen Israel, yang diklaim Netanyahu, punya kemampuan tinggi, untuk keseribu kalinya secara berturut-turut kembali kalah dari pasukan perlawanan, dan suara genderang terungkapnya kebohongan mereka terdengar di mana-mana," papar Abdul Bari Atwan.
 
Pakar masalah regional ini juga mengatakan bahwa para komandan kelompok perlawanan tetap berada di ruang-ruang komando mereka di bawah tanah untuk mengendalikan perang melawan Israel, perang yang paling panjang dan paling menguras biaya ini.
 
"Kejahatan-kejahatan ini bagi Israel, sangat memakan biaya, dan para pelakunya termasuk para pemimpin politik atau militer, akan menerima akibat dari perilakunya, dan hukuman mereka akan lebih berat dari orang-orang sejenis mereka di NAZI Jerman, atau para penjahat internasional lainnya," pungkas Atwan.

 

Otoritas olahraga Palestina melaporkan pembunuhan besar-besaran atlet Palestina oleh rezim Zionis.

Tehran, Parstoday-Ketika para atlet dan pecinta olahraga di seluruh dunia tidak sabar menunggu dimulainya Olimpiade Musim Panas di Paris pada tanggal 26 Juli, rezim Zionis membantai atlet-atlet Palestina di Gaza dalam gelombang kekejaman terbarunya.

Jabriel Al-Rajab, Ketua Komite Olimpiade Nasional Palestina mengumumkan bahwa 400 atlet, pelatih, dan pejabat olahraga Palestina gugur dan terluka sejak dimulainya perang Gaza pada Oktober 2023.

Majid Abu Merahil, seorang pelari maraton Palestina yang berkompetisi di Olimpiade Atlanta, meninggal pada bulan Juni. Ia menderita gagal ginjal hingga akhirnya meninggal akibat hancurnya rumah sakit di Gaza dan kurangnya pelayanan medis.

Federasi Sepak Bola Palestina juga mengumumkan dalam sebuah pernyataan bahwa Ahmad Abul-Atta", seorang pesepakbola Palestina, dan keluarganya gugur dalam serangan udara Israel di rumah mereka pada bulan Juni. Dalam penyerangan ini, Abul-Atta yang bermain untuk tim Al-Ahli di Gaza bersama istrinya yang merupakan seorang dokter spesialis dan kedua anaknya gugur.

Selain itu, Hani Mesmeh, wasit internasional Palestina, meninggal pada bulan Juni, satu bulan setelah terluka parah akibat serangan udara Israel.

Kebrutalan Zionis terhadap komunitas olahraga Palestina terjadi ketika Komite Olimpiade Internasional dan federasi olahraga dunia belum mengambil tindakan apa pun untuk mendukung para atlet tersebut.

Sebelumnya, atlet Rusia dilarang mengikuti Olimpiade di bawah bendera Rusia karena perang di Ukraina dan harus mengikuti Olimpiade di bawah bendera Komite Olimpiade.

Sejak 7 Oktober 2023, dengan dukungan penuh negara-negara Barat, rezim Zionis melancarkan pembantaian besar-besaran baru di Jalur Gaza dan Tepi Barat terhadap rakyat Palestina yang tidak berdaya dan tertindas.

Di sisi lain, perlawanan Palestina di Gaza dan kelompok perlawanan lainnya di Lebanon, Irak, Yaman dan Suriah telah mengumumkan bahwa mereka akan membalas kejahatan rezim Zionis tersebut.

Menurut laporan terbaru, lebih dari 38 ribu warga Palestina gugur, dan lebih dari 88 ribu orang terluka sejak dimulainya babak baru serangan rezim Zionis di Gaza pada Oktober 2023.

Struktur rezim Israel didirikan pada tahun 1917 dengan rancangan kolonialisme Inggris dan melalui imigrasi orang-orang Yahudi dari berbagai negara ke tanah Palestina, dan keberadaannya diumumkan pada tahun 1948. Sejak itu, berbagai rencana pembunuhan massal dilakukan dengan tujuan genosida terhadap rakyat Palestina dan perampasan seluruh tanah mereka.

Sejumlah negara, dipimpin oleh Republik Islam Iran menjadi pendukung serius pembubaran rezim kolonial Israel dan kembalinya kaum Yahudi ke negara asalnya.

 

Seiring berlanjutnya perang yang disulut rezim Zionis di Jalur Gaza dan rendahnya capaian militer Israel dalam perang wilayah, kritik di wilayah pendudukan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan kabinetnya semakin intensif dan terus berlanjut yang menyebabkan peluang kemenangan Israel melawan Hizbullah Lebanon tipis.

Krisis Internal Rezim Zionis

Tehran, Parstoday- Para pemukim Zionis melanjutkan protes terhadap kabinet Netanyahu dengan menutup jalan Ayalon di Tel Aviv pada hari Selasa. Dalam aksi protes tersebut, para pengunjuk rasa Zionis menuntut penggulingan kabinet Netanyahu dan segera kembalinya sandera Israel dari Jalur Gaza.

Para penentang Netanyahu menuduhnya mengulur waktu untuk tetap berkuasa demi menghindari persidangan kasus hukum yang menjeratnya.

Selain itu, keluarga para sandera Israel ingin agar rezim Zionis membebaskan para sandera yang ditahan oleh pasukan perlawanan tanpa membuang waktu dan biaya apapun selama perjanjian dengan perlawanan Palestina, dan menghentikan serangan yang tidak berguna di Jalur Gaza. Mereka menilai serangan tentara Israel di Gaza  selain membunuh warga Palestina, juga  membunuh para sandera Israel.

Selain terjadi aksi protes Zionis terhadap kabinet Netanyahu, sumber media Israel memberitakan konflik antara sejumlah ekstremis Yahudi dan tentara  rezim Zionis di wilayah pendudukan.

Surat kabar Zionis Yedioth Ahronoth melaporkan sekelompok Zionis ekstrim yang dikenal sebagai Haredis menyerang dan melukai dua tentara Israel berpangkat tinggi di daerah pendudukan Beni Barak yang terletak di tengah-tengah wilayah pendudukan. 

Selama beberapa pekan lalu, Mahkamah Agung rezim Zionis mengeluarkan perintah dan mengumumkan bahwa Zionis Haredi, seperti Zionis lainnya, harus melakukan wajib militer. Padahal kaum Haredi berkali-kali menyatakan tidak bersedia menjalani wajib militer di tentara Zionis, karena sibuk mempelajari dan mendakwahkan ajaran Taurat.

Selain Zionis yang saling berperang dan saling menyakiti, tentara Zionis secara keliru menembaki sebuah mobil dekat Ramallah yang terletak di Tepi Barat pada Selasa pagi ini. Dalam aksi penembakan tersebut, tiga pemukim Zionis terluka.

Jaringan media berbahasa Ibrahi, KAN melaporkan bahwa tentara rezim Zionis menembaki sebuah mobil di dekat Ramallah, dan kemudian diketahui bahwa orang yang berada di mobil itu adalah penduduk pemukiman Zionis Beit Aya.

Protes Zionis Menggema di Dunia

Menyusul protes global terhadap Israel, kantor berita Palestina Shahab melaporkan bahwa rakyat Korea Selatan kembali berdemonstrasi mendukung Palestina dan mengutuk pendudukan dan genosida massal rezim Zionis di Jalur Gaza yang telah berlangsung sejak 9 bulan lalu.

Protes para pendukung Palestina terhadap rezim Zionis dan kebijakan Gedung Putih yang mendukung rezim pembunuh anak terus berlanjut di Amerika.

Dalam kaitan ini, sebagai bentuk solidaritas terhadap rakyat Palestina di Jalur Gaza, sekelompok staf medis di Irlandia juga melancarkan kampanye dan menyerukan diaklhirnya genosida Israel terhadap orang-orang Palestina di Gaza.

Masyarakat di banyak negara di dunia memprotes kejahatan yang dilakukan oleh rezim Zionis di Gaza, tapi hingga kini kejahatan ini terus berlanjut.

Pembunuhan Besar

Dalam salah satu kejahatan paling keji baru-baru ini, tentara pendudukan Israel menargetkan tenda pengungsi Palestina di al-Mawasi, Khan Yunis, selatan Jalur Gaza, dan melakukan kejahatan yang mengerikan.

Kementerian Kesehatan Palestina di Jalur Gaza mengumumkan bahwa 90 warga Palestina gugur, dan 300 lainnya terluka dalam kejahatan yang dilakukan pasukan pendudukan Zionis di daerah al-Mawasi di Khan Yunis.

Josep Borrell, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengatakan, "Tragedi di Gaza telah melampaui semua batas dan apa yang terjadi sama sekali tidak dapat diterima,".

Penghancuran Gedung PBB

Badan Bantuan dPBB untuk Pengungsi Palestina (UNRWA) juga mengumumkan bahwa rezim Zionis telah menghancurkan lebih dari 190 bangunan dan fasilitas milik PBB.

Inas Hamdan, direktur kantor UNRWA di Jalur Gaza dalam konferensi pers mengatakan, "Sayangnya, tidak ada tempat yang aman di Jalur Gaza, dan para pengungsi tidak dapat menemukan tempat yang aman untuk berlindung di sana."

Statistik Terbaru

Negara-negara dan masyarakat dunia mengkritik genosida rezim Zionis di Gaza, sementara tentara rezim Zionis dengan dukungan Amerika Serikat dan Eropa terus melakukan serangan di Jalur Gaza. 

Jet-jet tempur rezim Zionis menyerang rumah sakit, gedung, menara tempat tinggal. dan rumah-rumah warga Palestina.

Mereka juga mencegah masuknya air, makanan, obat-obatan dan bahan bakar ke wilayah ini.

Akibat genosida Zionis yang dimulai pada Oktober 2023 ini, 38.664 orang gugur dan lebih dari 89.000 orang luka-luka, dan belum ada kabar mengenai nasib lebih dari 10.000 orang lainnya yang masih hilang. Selain itu, lebih dari 1.900.000 penduduk Gaza terpaksa mengungsi dari rumah mereka, dan kehancuran yang meluas serta kelaparan mengancam kehidupan puluhan anak-anak.

Respons Perlawanan terhadap Israel dan Rezim Zionis menghadapi Kekurangan Tank

Melawan kejahatan rezim Zionis yang tak terhitung jumlahnya di Gaza dan Tepi Barat, media tentara rezim Zionis melaporkan babak baru serangan drone dan rudal oleh Hizbullah Lebanon terhadap pemukiman Zionis, termasuk Kiryat Shmona dan wilayah Galilea di utara wilayah pendudukan.

Dalam hal ini, reporter jaringan Al-Mayadeen melaporkan pada Senin malam bahwa lebih dari 50 roket ditembakkan dariLebanon ke arah posisi rezim pendudukan di wilayah Galilea.

Media Ibrani juga melaporkan setidaknya 13 roket ditembakkan ke kota Kiryat Shmona.

Menyusul serangan-serangan ini, surat kabar Amerika Washington Post terbitan kemarin melaporkan, "Rezim Zionis tidak siap berperang dengan Hizbullah Lebanon, dan opini publik Tel Aviv tidak siap menerima ribuan roket yang ditembakkan dari Lebanon."

The Washington Post melanjutkan, "Hizbullah sudah memiliki kekuatan dua kali lebih banyak dari pejuang Hamas, dan persenjataannya empat kali lipat dari Hamas, termasuk rudal pencegat,".

Para pemimpin militer rezim Zionis juga mengatakan bahwa mereka tidak menginginkan perang di Lebanon. Mereka telah kehilangan semua sumber dayanya dalam perang di Jalur Gaza, dan militer sudah lelah dan belum siap untuk perang baru di front utara.

Surat kabar Zionis, Yedioth Aharonoth untuk pertama kalinya mengakui dalam sebuah laporan bahwa tentara Israel menghadapi krisis kekurangan tank setelah tank-tanknya menjadi sasaran luas dalam konflik di Jalur Gaza.

Di sisi lain, menyusul hujan lebat roket yang ditembakkan oleh gerakan Hizbullah Lebanon ke wilayah utara pendudukan, kantor berita Al-Mayadeen melaporkan pada Selasa pagi bahwa media Ibrani mengejek menteri perang kabinet setelah terjadi kebakaran dan meluasnya kerusakan di pemukiman utara yang disebabkan oleh roket-roket Hizbullah.

Media Ibrani mengejek statemen ancaman Menteri Perang Kabinet Yoav Gallant sebelumnya yang mengatakan akan mengembalikan Lebanon ke "Zaman Batu".

 

Sayid Hassan Nasrullah, Sekjen Hizbullah Lebanon mengatakan, kehancuran Rezim Zionis, akan terwujud di tangan generasi hari ini Gaza, dan front-front pendukungnya.

Rezim Zionis, setelah sembilan bulan memerangi Gaza, tidak berhasil meraih satu pun targetnya, dan berputus asa menghadapi perlawanan rakyat Palestina di Gaza.
 
Sayid Hassan Nasrullah, Selasa (16/7/2024) malam di malam Asyura mengatakan, "Kehancuran Rezim Zionis, akan terwujud di tangan generasi hari ini Gaza, dan front-front pendukungnya, dan jika perbatasan-perbatasan dibuka, maka kita akan menyaksikan mereka menjalankan kewajibannya dalam mendukung Gaza."
 
Ia menambahkan, "Salah satu berkah operasi Badai Al Aqsa, dan kerja sama front-front pendukung terutama di Lebanon, Irak, dan Yaman, adalah provokasi-provokasi sektarian yang dilakukan Amerika Serikat, selama bertahun-tahun, telah sampai pada titik terendahnya."
 
Sekjen Hizbullah menegaskan, "Diharapkan setelah kemenangan dalam pertempuran Badai Al Aqsa, provokasi-provokasi sektarian untuk menyandera salah satu hasil penuh berkah operasi ini yaitu persatuan umat Islam, dalam mengahadapi bahaya yang ditimbulkan Israel, dan proyek Zionisme, akan terhenti."
 
Menurut Sayid Hassan Nasrullah, apa yang terjadi di kawasan Asia Barat, sejak tahun 1948 adalah kerusakan besar, dan Rezim Zionis, didukung Barat, telah mempermalukan seluruh bangsa Arab.
 
"Para ilmuwan dan pakar musuh memperkirakan 70 hingga 80 tahun setelah berdirinya rezim ini, kehancuran akan datang, dan indikasi-indikasi alami, sejarah dan sosial menunjukkan bahwa Rezim Zionis, sekarang telah sampai pada fase sensitif," imbuhnya.
 
Nasrullah melanjutkan, "Tuhan, akan menghukum Rezim Israel, melalui tangan orang-orang yang meyakini bahwa rezim ini adalah tumor berbahaya, dan harus dicabut akarnya."
 
Sekjen Hizbullah, menyinggung realitas bahwa Rezim Zionis, sudah sampai pada akhir masa ilegalnya, sementara para pejabat Tel Aviv, untuk lari dari kekalahan perang, menyebarkan berita-berita bohong terkait teror para komandan perlawanan.

 

Para pejabat Rezim Zionis, untuk lari dari kekalahan dalam perang, menyebarluaskan berita-berita bohong tentang teror terhadap para komandan pasukan perlawanan Palestina.

Abdel Bari Atwan, analis Dunia Arab, dalam artikelnya di surat kabar Rai Al Youm, Senin (15/7/2024) menggarisbawahi kebohongan-kebohongan media Israel, terkait gugurnya para komandan perlawanan Palestina, termasuk Mohammed Deif, Komandan Brigade Al Qassam, sayap militer Hamas.
 
Ia mengatakan, "Kebohongan media-media Rezim Zionis, tidak lebih dari sekadar igauan, dan hal itu dilakukan atas dasar kebangkrutan dan ketidakberdayaan."
 
Atwan menambahkan, "Para komandan perlawanan di Jalur Gaza, yang mendesain dan melaksanakan operasi Badai Al Aqsa, dan sebelumnya melancarkan operasi Pedang Al Quds, untuk membela Masjid Al Aqsa, telah menjadi mimpi buruk bagi PM Israel, dan para ekstremis di sekitarnya. Oleh karena itu selama sembilan bulan perang atas Gaza, mereka melakukan apa pun untuk bisa meneror para komandan perlawanan, dan menyampaikannya kepada publik yang ketakutan, sebagai sebuah prestasi."
 
Ia melanjutkan, "Pasukan Israel, terkejut menyaksikan kuatnya kelompok-kelompok perlawanan di Jalur Gaza, maka dari itu setiap hari bermimpi bisa meneror Mohammed Deif, Marwan Isa, Rafa Salama, dan komandan-komandan perlawanan yang lain, namun sampai sekarang tidak berhasil."
 
Menurut analis Dunia Arab ini, siapa pun yang kalah di medan tempur akan berusaha melancarkan teror. Ia akan melakukan genosida dan menaikkan jumlah korban tewas dari anak-anak lewat kebohongan demi meraih kemenangan bagi pasukan Israel, di Tepi Barat, Jalur Gaza, dan selatan Lebanon.

 

Film berjudul "From Ground Zero" adalah kompilasi dari 22 film pendek yang dibuat oleh para pembuat film di Jalur Gaza, sepanjang perang.

Rezim Zionis, sejak 7 Oktober 2023, didukung total negara-negara Barat, melancarkan pembunuhan luas baru di Jalur Gaza, dan Tepi Barat, terhadap rakyat tak berdaya dan tertindas Palestina.
 
Menjaga narasi-narasi makro dan mikro dari realitas-realitas yang terjadi ini saat ini jauh sangat penting dari sebelumnya. Oleh karena itu Rashid Masharawi, sutradara Palestina, menceritakan tentang pembuatan 22 film pendek di Gaza.
 
Ia menuturkan, "Ide awalnya adalah memusatkan perhatian pada cerita-cerita pribadi yang tak tersampaikan, dan menyampaikannya dengan metode yang benar dari sisi seni dan teknis. Kami mengajar para pembuat film ini untuk memproduksi cerita-cerita ini, dan mampu tampil di berbagai festival dan acara televisi."
 
Masharawi menambahkan, "Sulit untuk mengeluarkan film-film ini dari Gaza, dan salah satu masalah utama kami adalah mengeluarkan film-film ini dari Gaza, dan melakukan kontak kontinu dengan para pembuat film. Sekalipun hanya lewat internet, media sosial, Facebook, WhatsApp, dan sejenisnya, yang penting kami bisa berbicara satu sama lain. Tapi ketika tidak ada listrik untuk menambah daya ponsel, maka tidak ada satu pun yang Anda miliki."
 
Ia menjelaskan,
 
Terkadang kami bekerja selama 24 jam, tidak tidur, karena di wilayah itu ada listrik, internet aktif, dan kami bisa mengirim hasil-hasil terbaik kami untuk diunggah. Film terakhir kami terkirim dua minggu lalu.
 
Masharawi melanjutkan, "Menggabungkan 22 film dalam satu karya, merupakan tantangan besar dari sisi penyuntingan film, karena tidak ada seorang pun yang pernah melakukan seluruh proses pembuatan film hanya dengan sebuah kamera, dan kualitas suara juga sangat berbeda."
 
Pada saat yang sama, Masharawi, mengingatkan kondisi ini telah menyebabkan salah satu film pendek berjudul "Sorry Cinema" secara khusus, sulit untuk berbicara tentang pembatasan-pembatasan produksi film dalam kondisi seperti ini.
 
Ia menerangkan, "Ini adalah salah satu film yang memiliki ikatan khusus dengan saya, karena dalam hidup Anda pikir sinema adalah prioritas hidup, tapi tiba-tiba Anda menyadari ternyata bukan, tidak seperti itu. Lebih penting dari semua itu apa yang Anda makan, menyelamatkan keluarga Anda, dan Anda menyaksikan bahwa menyelamatkan orang lebih penting dari sinema."
 
Sutradara film Palestina ini mengatakan,
 
Kami membuat film supaya bisa membuat hidup lebih baik, hidup lebih mudah, supaya bisa lebih kita pahami. Supaya kondisi manusia lebih baik. Film ini benar-benar memiliki unsur tersebut, karena sutradara berada dalam kondisi yang harus memilih salah satu, hidup atau sinema, dan ia memilih hidup.
 
Saat ditanya apa peran sinema, Masharawi menjelaskan, "Sinema bagi saya sangat penting. Saya membuat film di dalam Wilayah pendudukan sejak lebih dari 30 tahun lalu. Sinema harus dijaga dari penjajahan Israel. Dunia perfilman bukan sekadar harus menjadi sebuah reaksi tapi juga harus menjadi sebuah langkah. Kami orang-orang Palestina, adalah sebuah bangsa. Kami memiliki bahasa, sejarah, musik, warna, dan makanan yang sama. Kami punya banyak sesuatu milik bersama. Semua ini dapat menjadi sandaran yang kokoh untuk membuat film."
 
Rashid Masharawi, dilahirkan pada tahun 1962 di Gaza, dari keluarga pengungsi Jaffa, dan dibesarkan di kamp pengungsi Shati. Ia tinggal dan bekerja di Tepi Barat, dan pada tahun 1996 mendirikan Pusat Produksi dan Distribusi Sinema, dengan maksud untuk mendukung produksi perfilman lokal.
 
Masharawi juga menjadi donator perfilman melalui telepon seluler sehingga ia dapat menayangkan film-film yang diproduksi di kamp-kamp pengungsi Palestina.
 
Film besutan Masharawi, berjudul "Palestine Stereo", tampil dalam festival film Toronto pada tahun 2013, setelah itu ia membuat film berjudul Letters from Yarmouk pada tahun 2014, dan Writing on Snow, pada tahun 2017.
 
Di antara film-film besutan Rashid Masharawi yang lain adalah Haifa (1996), Waiting (2005), dan Live from Palestine (2002). Pada tahun 2018, Masharawi, ikut serta dalam festival film internasional Fajr ke-36 di Iran.

 

Kepala Biro Politik Hamas mengumumkan, semua yang disampaikan tentang penangguhan perundingan, tidak benar, dan Hamas, terus melanjutkan upaya mengakhiri perang sesuai syarat-syarat yang ditetapkan perlawanan.

Lebanon
 
Media-media berbahasa Ibrani, mengabarkan malam bagai neraka bagi orang-orang Zionis, di distrik-distrik utara karena serangan puluhan rudal Hizbullah, yang dilakukan dalam tiga tahap.
 
Serangan hebat rudal Hizbullah, ke utara Wilayah pendudukan ini membuat media-media Zionis terheran-heran. Hizbullah meluncurkan sedikitnya 80 rudal pada Selasa (16/7/2024) malam ke berbagai lokasi di utara Wiayah pendudukan.
 
Sekjen Hizbullah Sayid Hassan Nasrullah, Rabu, dalam peringatan Asyura Imam Hussein as, di Beirut, menegaskan dukungan atas Gaza, dan memperingatkan Rezim Zionis, terkait perluasan area perang di utara Wilayah pendudukan.
 
"Kepada Zionis, kami katakan, jika tank-tank Anda, datang ke Lebanon atau selatan negara ini, maka Anda tidak akan kekurangan tank lagi, karena tidak ada satu pun tank yang akan tersisa untuk Anda," kata Nasrullah.
 
Sekjen Hizbullah menegaskan, "Selama penjajah terus menyerang warga sipil, pasukan perlawanan akan terus menembakkan rudal dan menyerang distrik-distrik baru Zionis."
 
Pada situasi seperti ini, stasiun televisi Al Jazeera melaporkan, Abdallah Bou Habib, Menteri Luar Negeri Lebanon memperingatkan kemungkinan terseretnya seluruh kawasan ke sebuah ledakan besar, dan menuntut gencatan senjata, serta pelaksanaan penuh Resolusi 1701 Dewan Keamanan PBB terkait Lebanon.
 
 
Yaman
 
Media-media Yaman, mengabarkan serangan koalisi Amerika Serikat, dan Inggris, ke bandara internasional Al Hudayda. AS dan Inggris, dengan dalih menjaga keamanan pelayaran di Laut Merah, dan Selat Bab El Mandeb, sejak serangan Israel, ke Gaza, sampai sekarang berulangkali menyasar posisi Ansarullah dan Angkatan Bersenjata Yaman.
 
Pusat Hak Asasi Manusia Ain Al Insaniah Yaman, mengumumkan jumlah syuhada dan korban luka akibat serangan Koalisi Arab Saudi dalam 3.400 hari terakhir, mencapai 50.408 orang. Menurut lembaga ini, dalam rentang waktu yang sama, 18.456 gugur, dan 31.952 terluka.
 
 
Palestina
 
Media-media Palestina, Kamis dinihari melaporkan, distrik Al Zawaida, dan kamp pengungsi Nuseirat, di tengah Gaza, menjadi target serangan hebat pasukan Israel, dan tujuh warga Palestina, gugur serta sejumlah lainnya terluka akibat serangan ini.
 
Kantor berita Sama, melaporkan, Departemen Informasi Otorita Ramallah Palestina di Jalur Gaza mengumumkan, sejak 72 hari lalu pasukan Israel, menduduki pintu penyeberangan Rafah, dan melarang korban luka akibat perang keluar Gaza, untuk berobat sehingga 292 korban luka Palestina, gugur.
 
Pasukan Amerika Serikat, pada hari Rabu, mengumumkan telah menghentikan misi pengiriman bantuan kemanusiaan ke Jalur Gaza, melalui dermaga-dermaga apung milik mereka di pesisir pantai Gaza.
 
Brad Cooper, Deputi Staf Komando Pusat Militer AS di Timur Tengah, CENTCOM, dalam sebuah konferensi pers mengatakan, misi dermaga apung sudah selesai, maka dari itu tidak dibutuhkan lagi.
 
Sementara Presiden AS Joe Biden, sebelumnya mengaku bangga dengan upaya pasukan AS menyalurkan bantuan kemanusiaan ke Gaza, dan mengatakan, Angkatan Laut AS, telah membangun dermaga apung sementara di Laut Mediterania, dalam waktu cepat untuk menyalurkan bantuan ke Palestina.
 
Di sisi lain Ismail Haniyeh, Kepala Biro Politik Hamas, dalam pembicaraan dengan Bassel Al Hassan, Ketua Komite Dialog Lebanon-Palestina, di Qatar, menuturkan, semua yang disampaikan tentang penundaan perundingan tidak benar, dan Hamas, terus melanjutkan upaya untuk menghentikan perang sesuai syarat-syarat yang ditetapkan perlawanan, dan diharapkan segera dicapai kesepakatan gencatan senjata.
 
Hamas, Rabu malam meminta masyarakat internasional untuk memecahkan kebisuan mereka di hadapan kejahatan-kejahatan Rezim Zionis, dan mengambil tindakan untuk menghentikan pelanggaran seluruh aturan serta norma-norma kemanusiaan, dan mengakhiri genosida terhadap warga tak bersalah di Jalur Gaza.
 
Permintaan Hamas, terhadap masyarakat internasional disampaikan di saat warga Palestina, di Gaza, yang gugur akibat serangan Israel, sejak 7 Oktober, sampai sekarang mencapai 38.794 orang.
 
 
Rezim Zionis
 
Kantor berita Tasnim, melaporkan, surat kabar Israel, Maariv, melakukan sebuah jajak pendapat yang hasilnya menunjukkan kondisi Perdana Menteri Benjamin Netanyahu, yang jauh lebih kompleks dari sebelumnya.
 
Menurut hasil jajak pendapat itu, Netanyahu, di tengah para pendukungnya di sayap kanan juga mengalami penurunan popularitas serius. Jajak pendapat ini menunjukkan bahwa Netanyahu saat ini ditekan dari tiga arah, dari oposisi, dari kalangan sayap kanan, dan dari orang-orang masih setia pada koalisi berkuasa.
 
Di sisi lain, David Barnea, Direktur Mossad, Rabu malam mengatakan, desakan Netanyahu, atas syarat-syarat baru akan menggagalkan perundingan dengan Hamas. Oleh karena itu, Barnea, mendesak pertukaran tahanan dilakukan sesegera mungkin dengan Hamas.
 
 
Irak
 
Pada situasi seperti sekarang ini, Perlawanan Islam Irak, merilis pernyataan yang mengabarkan serangan ke pelabuhan Eilat, di selatan Wilayah pendudukan.
 
Perlawanan Islam Irak, mengumumkan, serangan drone ini dilakukan dalam rangka membantu rakyat Palestina, dan merespons kejahatan-kejahatan Rezim Zionis Israel. 

 

Umat Islam Amerika Serikat, menggelar "Hari Hussein" di kota New York, untuk menunjukkan kecintaan mereka kepada Imam Hussein as, Pemimpin para syuhada.

Muslim Amerika Serikat, di hari Minggu pertama bulan Muharam, menggelar "Hari Hussein". Dalam acara ini teriakan "Ya Hussein" menggema di antara gedung-gedung pencakar langit di kawasan Manhattan, New York.
 
Tahun ini umat Islam AS, yang berasal dari berbagai negara termasuk Iran, Pakistan, Afghanistan, India, Bangladesh, dan yang lainnya, bersama-sama turun ke jalan kota New York, menggelar "Hari Hussein" untuk mengenang Imam Hussein as, keluarga dan para sahabatnya yang gugur di Karbala lebih dari 1.300 tahun lalu.
 
Para pecinta Imam Hussein as, cucu dan Ahlul Bait, Rasulullah SAW, turun ke jalan-jalan Manhattan, New York, selepas salat zuhur dan asar berjamaah. Secara berkelompok dengan berbagai bahasa, mereka menggelar azadari (acara duka) untuk Imam Hussein as.
 
Dalam acara tersebut nampak sebagian besar yang datang adalah keluarga-keluarga bersama anak-anak mereka yang masih belia di tengah suhu panas kota New York, sehingga mengajarkan teladan Abu Abdillah Al Hussein kepada para penyembah materi di Barat.
 
Para peserta acara duka Imam Hussein as, ini sebagaimana selalu dilakukan setiap bulan Muharam, membagi-bagikan makanan, buah dan minuman, kepada masyarakat AS yang menonton di jalan-jalan Manhattan.
 
Beberapa peserta acara juga membagi-bagikan setangkai bunga ros, dan brusor berbahasa Inggris, terkait kebangkitan Karbala, yang menjelaskan peristiwa sejarah penting ini kepada para pejalan kaki, dan penganut agama lain.
 
Umat Islam kota New York, juga ikut serta dalam acara duka "Hari Hussein" di berbagai masjid kota ini, untuk mengenang perjuangan Imam Hussein as, keluarga, dan para sahabatnya di Karbala, untuk menjaga kelanggengan Islam.
 
Sementara di Iran, para pecinta Imam Hussein as, menggelar acara duka dan azadari di tempat-tempat suci, masjid, dan bahkan di rumah-rumah mereka. Acara duka bulan Muharam, tahun ini sebagaimana tahun-tahun sebelumnya, digelar luas di Iran.
 
Meski telah berlalu selama berabad-abad lamanya, namun peristiwa menyedihkan Karbala, dan gugurnya Imam Hussein as beserta keluarga dan para sahabat setianya, bukan hanya tidak pernah berkurang urgensitasnya, bahkan terus bertambah, pesan-pesan Asyura menyebar luas, dan acara-acara duka Imam Hussein as, diselenggarakan di berbagai belahan dunia.
 
Imam Hussein as, Imam Ketiga Syiah, bersama keluarga, dan para sahabatnya yang setia gugur di tangan para penyembah kekuasaan dan dunia, pada tahun 61 Hijriah Qamariah di padang Karbala.

 

Teror terhadap Donald Trump, mantan Presiden Amerika Serikat, sekaligus rival Presiden Joe Biden, dalam pemilu presiden mendatang, telah memunculkan banyak spekulasi.

Latar Belakang
 
Menyusul teror terhadap Trump, polisi AS mengumumkan dalam insiden penembakan terhadap Donald Trump, seorang pengunjung terbunuh, dan dua lainnya terluka parah. Pelaku penembakan juga ditembak mati oleh penembak jitu polisi AS.
 
Pelaku penembakan terhadap Donald Trump, adalah seorang pemuda berusia 20 tahun yang bernama Thomas Matthew Crooks.
 
Penyelidikan terkait penyebab dan motif penembakan yang dilakukan aparat keamanan AS terus berlanjut, akan tetapi masalah penting dalam teror Trump, adalah dampaknya terhadap iklim politik, masa depan AS, dan pilpres mendatang.
 
 
Meluasnya Kekerasan Politik di AS
 
AS yang selama beberapa dekade terus membangga-banggakan sistem politik, aturan politik, dan struktur kekuasaan politiknya di hadapan masyarakat dunia, dan menawarkannya sebagai sebuah model bagi dunia dalam rangka menegakkan demokrasi dan kebebasan, sekarang berada dalam posisi sulit.
 
Meskipun krisis politik dan kekerasan dilakukan secara terang-terangan, dan sudah begitu mengakar di masyarakat AS, tapi dalam beberapa tahun terakhir masalah ini semakin memburuk, dan semakin terbuka.
 
Serangan para pendukung Trump, ke gedung Kongres AS, setelah pemilu presiden tahun 2020, menjadi bukti tak terbantahkan, dan terkini dari kekerasan politik yang tumbuh subur di tengah masyarakat AS. Di tahun 2024, kekerasan ini nampak semakin serius, dan mendalam, buktinya penembakan atas Trump.
 
Kenyataan tersebut telah membuat para pejabat AS sangat kebingungan, dan berusaha mencegah masyarakat untuk tidak melakukan tindakan kekerasan, serta berusaha membela sistem politik AS, dan menenangkan situasi dengan menunjukkan simpati pada Trump, dan mengutuk insiden yang terjadi.
 
Sebagaimana disebutkan dalam pesan Biden, kepada Trump, setelah insiden penembakan, "Tidak ada tempat bagi kekerasan semacam in di AS, kita sebagai sebuah bangsa harus bersatu, dan mengecam kekerasan tersebut."
 
Upaya untuk mencegah peningkatan intensitas kekerasan politik di AS, juga dilakukan oleh salah satu senator independen AS, Bernie Sanders, ia mengatakan, "Kekerasan politik sama sekali tidak bisa ditolerir."
 
Barack Obama, mantan Presiden AS, merespons penembakan terhadap Trump, dan mengatakan, "Dalam demokrasi kita sama sekali tidak ada tempat untuk kekerasan politik. Kita harus memanfaatkan momen ini untuk kembali berkomitmen pada peradaban dan penghormatan di dalam politik kita."
 
Robert F. Kennedy Jr, adalah pejabat AS lain yang menanggapi penembakan terhadap Trump. Ia menuturkan, "Sekarang tiba saatnya setiap warga AS yang mencintai negaranya untuk menghindari perpecahan, dan berhenti melakukan kekerasan dalam bentuk apa pun."
 
 
Dampak Teror pada Masa Depan Politik Trump
 
Teror gagal terhadap Trump, semakin memperburuk perang politik di AS. Kebanyakan anggota Partai Republik di Kongres, menyalahkan Partai Demokrat dan Presiden Joe Biden atas percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump.
 
Sekitar 30 anggota Partai Republik di Kongres AS, secara langsung menuduh Presiden Joe Biden, Partai Demokrat atau media-media afiliasinya telah menggiring opini publik AS, sehingga terdorong melakukan percobaan pembunuhan terhadap Trump.
 
Senator J.D. Vance dari negara bagian Ohio, di akun media sosial X menulis, "Premis asli kampanye Biden, adalah Donald Trump, dianggap sebagai seorang fasis otoriter yang harus dijegal apa pun risikonya. Narasi-narasi semacam ini secara langsung berujung dengan upaya meneror Trump."
 
Puluhan legislator AS, dalam pesan-pesan mereka di berbagai platform media sosial, menuduh Joe Biden, atau para penentang Trump yang lain, berada di balik penembakan tersebut.
 
Di sisi lain, sebagian kalangan menganggap penembakan terhadap Trump, sebagai adegan sandiwara, dan politis dengan maksud untuk menyingkirkan rival Trump, yaitu Biden.
 
Soal ini, Daily Mail menulis, "Beberapa jam setelah teror gagal terhadap Trump, beberapa pengamat mengklaim bahwa insiden ini adalah sandiwara dan dilakukan untuk memulihkan serta memperkuat visi pilpres."
 
Beberapa jam setelah insiden penembakan terhadap Donald Trump, kata sandiwara atau staging berubah menjadi kata yang paling banyak dicari keempat di mesin pencarian Google.
 
Penasihat senior Donald Trump, David J. Urban, yang membantu memenangkan Trump di Pennsylvania pada tahun 2016 mengatakan, "Trump, adalah seorang petarung, saya berharap teror ini akan mempersatukan orang-orang Amerika untuk mendukung Trump."
 
Sehubungan dengan ini, salah satu pengajar di Universitas Massachusetts, mengatakan, upaya teror di banyak sisi memperpendek proses panjang upaya melemahkan lawan politik dan mengalahkan mereka, sebagian besar orang menganggap teror sebagai instrumen yang membantu mereka sebagai metode yang sangat cepat dan efektif untuk mencapai target.
 
 
Masyarakat Amerika adalah Masyarakat yang Marah
 
Teror Trump, telah memicu gelombang kekhawatiran munculnya letusan kemarahan politik, dan perpecahan politik yang akut di AS. Bloomberg menulis, "Kekerasan politik sudah merasuk ke dalam wacana politik AS, dan kekerasan-kekerasan ini bukan hanya mempengaruhi para politisi, tapi juga warga biasa."
 
Dalam jajak pendapat yang dilakukan oleh lembaga polling Morning Consult dan Bloomberg, pada bulan Mei 2024, setengah warga AS di Swing states (negara-negara bagian yang dapat dimenangkan kedua partai politik AS) mengaku takut dengan kekerasan dalam pemilu di negaranya, dan tidak akan mendukung partai tertentu dalam pemilu.
 
 
Tanda Bahaya bagi Demokrasi AS
 
Politico dalam salah satu analisanya terkait teror Trump menulis, "Teror terhadap salah satu kandidat pilpres AS, adalah melangkah ke budaya yang sarat penghinaan, delegitimasi, dan tribalisme. Kenyataannya, teror ini apa pun motifnya, adalah pelanggaran terhadap cita-cita palsu AS soal demokrasi, dan sistem politik yang berlandaskan demokrasi."
 
Dalam hal ini, Joe Biden, menegaskan pentingnya persatuan nasional di AS dan menuturkan, "Politik harus menjadi wacana perdamaian, dan aktivitas-aktivitas politik sekalipun tidak boleh berubah menjadi medan perang dan pembunuhan." 

 

Kelanjutan dukungan NATO terhadap Ukraina dalam perang dengan Rusia, upaya untuk mengadakan pertemuan internasional kedua mengenai nasib Ukraina, perpanjangan sanksi terhadap beberapa negara yang tidak sejalan dengan Amerika Serikat, dan risiko perang kimia di antaranya berita terpenting perang antara Ukraina dan Rusia dalam beberapa hari terakhir.

Kelanjutan perang di Ukraina dan dukungan negara-negara anggota NATO

Tehran, Parstoday- Perang di Ukraina masih berlangsung sementara negara-negara anggota NATO mendukung Ukraina dengan berbagai cara untuk melanjutkan perang.

Negara-negara Barat tidak hanya bersikeras untuk melanjutkan perang di Ukraina, tetapi juga semakin mempolarisasi dunia secara politik. Dalam hal ini, Uni Eropa memperpanjang sanksi terhadap Iran selama satu tahun lagi dengan alasan bahwa mereka mendukung Rusia dalam perang di Ukraina.

Penyelenggarakan pertemuan internasional kedua mengenai Ukraina

Ukraina mengumumkan bahwa mereka akan mengadakan pertemuan internasional kedua tentang visi perdamaian Ukraina dalam perang dengan Rusia selama beberapa bulan ke depan. Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky mengumumkan bahwa Kyiv seharusnya dapat mengadakan pertemuan internasional kedua mengenai prospek perdamaian dalam perang dengan Rusia.

Zelensky berkata, "Saya menetapkan tujuan untuk memiliki program yang sepenuhnya siap pada bulan November".

Bulan lalu, Ukraina mengadakan pertemuan perdamaian pertama di Swiss, yang dihadiri oleh perwakilan 92 negara. Namun Rusia, yang merupakan pihak yang berperang, tidak hadir dalam pertemuan tersebut. Kini Rusia telah mengumumkan bahwa Moskow tidak akan berpartisipasi dalam pertemuan ini dan tidak mengetahui rencana pertemuan kedua.

Saat mengumumkan persyaratan perdamaian negaranya dengan Ukraina, Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan, "Bertentangan dengan klaim Barat, Rusia tidak memulai perang ini sebagai bagian dari operasi militer khusus, tetapi rezim Kyivlah yang memulai permusuhan dan terus memberikannya,".

Pertemuan perdamaian Ukraina yang diselenggarakan Swiss digelar sebulan lalu tanpa hasil signifikan. Dalam pernyataan akhir pertemuan ini, tidak ada solusi spesifik yang diusulkan untuk mencapai perdamaian di kawasan.

Rusia hancurkan 13 drone Ukraina di Rusia

Kementerian Pertahanan Rusia mengumumkan penghancuran 13 drone Ukraina di berbagai wilayah negaranya.

Menurut Sputnik, saat mengumumkan penghancuran 13 drone Ukraina di langit Rusia, Kementerian Pertahanan Rusia menuduh Ukraina mencoba melakukan serangan teroris menggunakan beberapa drone di wilayah Federasi Rusia.

Menurut pernyataan Kementerian Pertahanan Rusia, sistem pertahanan udara telah menghancurkan 9 drone di Rostov, Bilgorod, Kursk, Voronezh, Laut Hitam dan sekitar pantai barat Semenanjung Krimea.

Tuntutan Amerika agar Ukraina tidak menyerang jauh ke wilayah Rusia

Matthew Miller, Juru Bicara Departemen Luar Negeri AS mengumumkan bahwa pencegahan Washington terhadap serangan Ukraina jauh ke dalam wilayah Rusia dengan menggunakan senjata yang disediakan oleh negara ini adalah langkah yang tepat.

Sebelumnya, Inggris mengumumkan bahwa mereka tidak mengizinkan Ukraina menggunakan rudalnya untuk menyerang wilayah Rusia.

Posisi baru NATO dalam perang di Ukraina Sekretaris Jenderal NATO mengumumkan bahwa aliansi tersebut tidak akan melakukan intervensi langsung dalam konflik di Ukraina, dan akan membatasi bantuannya untuk mendukung jatuhnya pesawat tempur Rusia.

Sekretaris Jenderal NATO Jens Stoltenberg mengangkat masalah ini setelah Wakil Menteri Pertahanan Polandia Cezary Tomczyk menanyakan tentang jatuhnya rudal Rusia di Ukraina.

Stoltenberg mengatakan, "Koalisi akan mendukung Ukraina dalam menembak jatuh pesawat tempur Rusia, tetapi tidak akan campur tangan langsung dalam konflik tersebut,".

Kekhawatiran akan penggunaan senjata kimia oleh Ukraina

Volodymyr Tarabrin, Perwakilan Tetap Rusia di Organisasi Pelarangan Senjata Kimia menekankan bahwa Rusia tidak memiliki ancaman kimia terhadap Ukraina. Perwakilan tetap Rusia di Organisasi Pelarangan Senjata Kimia juga menuduh Kyiv terus meningkatkan stok penawar racun, masker gas, dan peralatan pelindung diri lainnya secara signifikan melebihi kebutuhan mereka.

"Tampaknya tindakan provokatif ini berskala besar terhadap penggunaan senjata kimia oleh Ukraina sendiri," katanya.

Seorang pejabat senior angkatan bersenjata Rusia baru-baru ini mengumumkan bahwa tentara Ukraina menggunakan senjata kimia secara sistematis, dan terdapat banyak bukti bahwa tentara Ukraina telah menggunakan zat beracun seperti kloropikrin dan klorastefenon di berbagai wilayah di Donetsk, yang telah didokumentasikan berkali-kali. Namun sejauh ini Amerika Serikat bungkam mengenai kondisi tersebut.