
کمالوندی
Menggulung Kain Penutup Ka'bah
Penggulungan sebagian kain penutup Ka'bah dilakukan setiap tahun menjelang musim haji dan sebelum jemaah yang melakukan tawaf mencapai puncaknya.
Tindakan tersebut bertujuan untuk melindungi Kiswah dari kerusakan seperti robek atau hal lainnya.
Berdasarkan kegiatan tahunan menyusul masuknya musim haji, Departemen Urusan Masjidil Haram dan Masjid an-Nabawi menggulung bagian bawah Kiswah sepanjang tiga meter.
Kain penutup Ka'bah yang digulung itu kemudian ditutup dengan kain katun dengan lebar sekitar dua meter dari keempat sisinya.
Menurut para pejabat Arab Saudi, langkah tersebut bertujuan mencegah dan melindungi Kiswah dari hal-hal yang tidak diinginkan seperti robek dan rusak, sebab, banyak jemaah haji yang ingin menyentuh kain penutup Ka'bah tersebut.
Departemen Urusan Masjidil Haram dan Masjid an-Nabawi bertugas untuk membuat dan menjaga Kiswah.
Menurut pejabat haji Arab Saudi, kondisi kain penutup Ka'bah akan dikembalikan seperti semula usai musim haji.
Memperingati Haul Shah Cheragh, Ahmad bin Musa di Shiraz
Di awal abad ketujuh, Amir Muqarrib al-din Mas'ud membangun kota Shiraz. Ia pribadi yang sangat terhormat dan tahu apa yang harus dilakukannya. Kota Shiraz yang waktu itu menjadi ibukota dinasti Atabeg tampak bersih di tangannya. Ia serius membangun kembali bangunan-bangunan yang rusak.
Saat membersihkan tanah dan puing-puing, para pekerja melihat badan seorang pemuda tinggi dan tampan yang mati akibat kepalanya ditebas pedang. Para pekerja mengeluarkan jasad pemuda itu dari tanah dan memberi kabar kepada Amir Mas'ud. Amir segera pergi ke tempat itu bersama beberapa pejabat yang lain. Setelah melakukan banyak penelitian, terutama terkait sejumlah bukti seperti cincin yang diukir bertuliskan "Al-'Izzah Lillah, Ahmad bin Musa", menjadi jelas bahwa jasad itu adalah Ahmad bin Musa, saudara Imam Ridha as. Akhirnya, sesuai perintah Amir Muqarrib al-Din Mas'ud, mereka yang ada kemudian menyolati jasad tersebut, kemudian memakamkan kembali jasad tersebut di tempat ia ditemukan yang dihadiri oleh para ulama dan tokoh Shiraz dengan penuh penghormatan. Setelah itu mereka membuat bangunan yang luas dan indah di sana, agar para peziarah dan mereka yang melewati tempat itu dapat berziarah ke kuburannya.
Makam suci Ahmad bin Musa as yang dikenal dengan Shah Cheragh di Shiraz
Namun ada riwayat lain yang disebutkan para sejarawan bahwa sebelum ini, kuburan Ahmad bin Musa as sudah ada di masa Adud al-Dawla Dailami, raja paling terkenal dari dinasti Al-e Buyeh (dinasti Buyid), tapi kemudian kuburan beliau tertimbun akibat sejumlah gempa yang terjadi di sana, sehingga kembali ditemukan pada tahun 745 Hijriah Qamariah.
Sayid Amir Ahmad yang lebih dikenal dengan "Shah Cheragh" dan "Sayid al-Sadaat al-A'azhim" adalah putra dari Imam Musa al-Kazhim dan saudara Imam Ridha as. Tidak ada catatan sejarah yang menyebutkan hari dan tanggal yang detil terkait kelahiran Ahmad bin Musa as, tetapi sebagian sumber menyebut beliau lahir tanggal 6 Zulkaedah di kota Madinah. Ibu beliau dikenal dengan nama "Ummu Ahmad". Ummu Ahmad memiliki tiga orang anak yang bernama Ahmad, Muhammad dan Hamzah, tetapi dikarenakan ketinggian derajat Ahmad bin Musa, Imam Musa al-Kazhim as memanggilkan dengan Ummu Ahmad. Ummu Ahmad begitu dicintai Imam Kazhim as dan sangat dipercaya. Di masa penuh tekanan dan mencekik dinasi Abbasiah, Ummu Ahmad menyimpan banyak rahasia Imam Kazhim as.
Ahmad bin Musa seorang pribadi yang memiliki posisi yang tinggi dan bertakwa, sehingga ayahnya selalu memujinya karena keberanian dan kedermawanannya. Ia pribadi yang dermawan, pemberani, utama, bertakwa dan kaya. Ahmad bin Musa menulis sendiri al-Quran. Beliau juga termasuk ahli hadis dan perawi yang menukil banyak hadis dari ayah dan kakek-kakeknya.
Salah satu ciri periode kekuasaan Bani Abbasiah adalah munculnya berbagai kelompok dan firqah agama. Di masa ini, muncul kelompok utama Syiah. Karena metode yang diterapkan para khalifah Bani Abbasiah sejalan dengan politik adu domba dan selalu berusaha menyebarkan perselisihan politik dan keagamaan. Mereka tetap mengasingkan dan memenjarakan para Imam Syiah untuk memperkuat kekuasaannya dan melemahkan para pecinta Ahlul Bayt.
Pasca syahadah Imam Musa as oleh Harun al-Rasyid, sekelompok orang dengan cara pandang yang salah menjadikan Ahmad bin Musa sebagai imamnya. Sikap mereka ini bukan hanya dipengaruhi cara pandang politik, tapi ada keyakinan lain yang tersebar luas di masa itu, yang menjadikan masalah ini semakin intens. Sekelompok orang-orang Syiah dan pecinta Ahlul Bayt menyaksikan dari dekat keutamaan Ahmad bin Musa dan kecintaan ayahnya kepadanya. Di sisi lain, Ahmad bin Musa termasuk salah satu wakil Imam Kazhim as. Karenanya, mereka beranggapan bahwa Imamah dan pengganti setelah syahadah Imam Musa al-Kazhim as milik Ahmad bin Musa. Keyakinan ini membawa mereka ke rumah Ahmad bin Musa untuk mengikutinya.
Pada awalnya, Ahmad bin Musa secara lahiriah menerima dan kemudian pergi ke masjid lalu mengambil baiat dari mereka. Beliau kemudian naik ke mimbar dan menyampaikan khutbah dengan fasih dan lugas. Kepada masyarakat Ahmad bin Musa berkata, "Wahai masyarakat! Kalian semua tetap dalam baiat kepadaku, sementara aku berbaiat kepada saudaraku Ali bin Musa, Imam dan pengganti setelah ayahku. Beliau adalah wali Allah dan rasul-Nya. Wajib bagi saya dan kalian untuk mengikuti segala perintah yang disampaikannya."
Dengan ucapan Ahmad bin Musa ini, semua yang hadir menaati ucapannya. Mereka mengikuti Ahmad bin Musa keluar dari masjiid dan menjumpai Imam Ridha as lalu membaiatnya. Pada waktu itu, Imam Ali bin Musa as memandang saudaranya dan berkata, "Engkau tetap tidak menyembunyikan kebenaran. Semoga Allah tidak membiarkanmu di dunia dan akhirat."
Seperti yang telah disebutkan, selama periode ini, kekhalifahan Abbasiah, dengan kebijakan mereka, berusaha mendominasi rakyat, terutama para pecinta Ahlul Bayt as. Karena itu, Makmun, putra Harun al-Rasyid, setelah membunuh saudara lelakinya dan merebut kekhalifahan, memutuskan untuk menyerahkan posisi putra mahkota kepada Imam Ridha as, dan memindahkan Imam dari Madinah ke pusat pemerintahannya di Thus. Namun tak lama kemudian, keabsahan kekhalifahan dan putra mahkota Imam Ridha as menjadi lebih jelas bagi rakyat. Makmun tidak tahan dengan kebenaran ini, jadi dia memutuskan untuk membunuh Imam Ridha as.
Sebelum Imam Ridha as gugur syahid, Ahmad bin Musa, pergi ke Khorasan dari Madinah untuk mendukung dan membantu beliau bersama banyak orang. Apa yang dilakukan Ahmad bin Musa ini membuat Makmun merasa ngeri, terutama ketika dia menyadari bahwa setiap kali rombongan Ahmad ibn Musa lewat, para pecinta Ahlul Bayt akan bergabung dengan mereka. Beberapa sejarawan menyebutkan mereka yang menemani Ahmad sebanyak lima belas ribu orang.
Makmun, yang melihat kedatangan saudara Imam ke pusat pemerintahan sebagai ancaman serius bagi posisi sensitifnya, memerintahkan semua bawahannya untuk mencegah gerakan rombongannya, bahkan bila mampu, mereka harus dikembalikan ke Madinah atau membunuh mereka semua. Ketika perintah Makmun sampai di sebuah kota, rombongan Ahmad bin Musa telah melewatinya, kecuali Shiraz, dimana sebelum rombongannnya sampai di sana, perintah Makmun telah sampai ke tangan mereka.
Penguasa Shiraz adalah seorang pria bernama Qatlagh Khan. Dia meninggalkan kota dengan pasukan besar dan berkemah di depan karavan Ahmad bin Musa. Pada saat yang sama, berita tentang kesyahidan Imam Ridha as sampai ke Ahmad. Jadi dia mengumpulkan rekan-rekannya dan memberi kabar apa yang telah terjadi dan berkata, "Tujuan mereka adalah untuk menumpahkan darah putra-putra Ali ibn Abi Thalib as, siapa pun yang ingin kembali atau tahu bagaimana melarikan diri, bisa pergi. Tapi saya tidak punya pilihan lain selain jihad melawan para pembunuh ini." Semua saudara dan sahabat Ahmad bin Musa as mengatakan bahwa mereka akan tetap melakukan jihad dan dia juga berdoa untuk mereka dan berkata, "Jadi bersiaplah untuk berjihad!"
Ahmad bin Musa bersama para sahabat loyalnya memenangi tiga perang secara berturut-turut. Qatlagh Khan menyadari bahwa adanya cinta dan pengorbanan di pasukan Ahmad bin Musa, dan tidak mampu untuk mengalahkan mereka, ia kemudian berendana menarik pasukannya dan mundur. Dengan demikian, ia berhasil peralahan-lahan menarik pasukan Ahmad bin Musa memasuki kota. Ketika pasukannya sudah menguasai kota, mereka kemudian berhasil membunuh semua pasukan Ahmad bin Musa, beliau sendiri menjadi orang terakhir yang gugur syahid akibat pedang yang memukul kepalanya. Setelah itu, mereka merusak rumah yang berada di belakangnya. sehingga jasadnya tertimbun tanah di tempat yang sekarang kuburannya dibangun dengan megah.
Memperingati haul Ahmad bin Musa kita lakukan dengan bersama-sama membaca shalat khusus kepadanya:
اللّهُمّ صَّلِ عِلی أحمَدَ بنِ موُسَی الکاظِمِ سَیِّدِالسَّاداتِ الأعاظِمِ الشَّهیِدِ، المَظلُومِ الَّذِی کانَ کَریماً فِی مَالِهِ وَ وَرِعاً فِی دِینِهِ وَ عَبَدَ الّلهَ مُخلِصاً حَتَّی أَتَاهُ الیَقیِنُ وَ صَلِّ عَلی مُحَمَّدِ بنِ مُوسَی الکاظِمِ العَابِدِ الزَّاهِدِ وَ صَلِ عَلی حُسَینِ بنِ مُوسَی الکاظِمِ الَّذِی قُتِلَ مَظلُوماً وَ صَلِّ عَلَی أخیِهِم عَلِیِّ بنِ مُوسَی الرِّضاَ المُرتَضَی حُجَّتِکَ عَلَی مَن فِی الأرضِ وَ مَن تَحتَ الثَّرَی کَأفضَلِ مَا صَلَّیتَ عَلَی أَحَدٍ مِن أولِیائِکَ.
Penyitaan Tanker Minyak Iran dan Tindakan Ilegal Inggris
Penyitaan kapal tanker Iran di Selat Gibraltar oleh Angkatan Laut Inggris bukan hak hukum berdasarkan Konvensi Hukum Laut dan merupakan tindakan politik.
Angkatan Laut Inggris hari Kamis (5 Juli 2019), mengklaim telah menahan sebuah kapal tanker Iran di Selat Gibraltar, yang telah melanggar sanksi anti-Suriah yang didukung Uni Eropa.
Klaim ini disampaikan ketika Deputi Urusan Politik Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, pada 7 Juli 2019, kepada para wartawan di Tehran mengatakan bahwa tuduhan tentang tujuan kapal tanker Iran yang ditahan di wilayah Gibraltar itu tidak benar.
Deputi Urusan Politik Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi
Abbas Mousavi, Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Iran juga menyinggung pemanggilan duta besar Inggris di Tehran ke Kemenlu Iran terkait penahanan kapal tanker Iran di Selat Gibraltal seraya menjelaskan, "Penghentian kapal tanker Iran ilegal, menciptakan ketegangan dan bidah yang berbahaya."
Tindakan ilegal ini lebih spesifik ketika Josep Borrell, Menteri Luar Negeri Spanyol mengatakan, "Angkatan Laut Inggris atas permintaan Amerika Serikat telah menyita sebuah tanker yang membawa minyak Iran di wilayah Gibraltar."
Langkah Ilegal Pasukan AL Inggris
Kapal tanker Iran bergerak ke arah yang benar di Selat Gibraltar dan menurut perintah yang dikeluarkan oleh Amerika Serikat menunjukkan bahwa tindakan Inggris itu ilegal dan hanya bersifat politis.
Dalam kajian Konvensi Hukum Laut 1982 dengan jelas mengungkapkan bahwa tindakan Inggris ilegal untuk kapal tanker Iran di Selat Gibraltar dan bertentangan dengan Konvensi.
Pasal 87 Konvensi Hukum Laut 1982, tentang kebebasan di laut bebas menyatakan, "Kapal-kapal semua negara, baik dalam perang, negara atau komersial, memiliki hak untuk berlayar di laut bebas dan tidak ada pemerintah yang dapat memerintahkan kapal dagang asing untuk menghormati kapal-kapal perang."
Kapal tanker Iran
Pasal 88 Konvensi Hukum Laut 1982 menyatakan, "Laut bebas adalah untuk tujuan damai. Laut bebas dapat digunakan oleh pasukan angkatan laut, tetapi penggunaannya untuk tujuan ofensif melanggar Pasal 88 Konvensi 1982 dan butir 4, paragraf 2, Piagam PBB."
Pasal 301 Konvensi Hukum Laut 1982 menetapkan, "Negara-negara anggota harus menahan diri dari segala ancaman atau penggunaan kekuatan di laut bebas yang bertentangan dengan Piagam Perserikatan Bangsa-Bangsa."
Hak untuk melihat dan memeriksa juga memiliki haknya sendiri dan Konvensi Hukum Laut 1982 menyatakan, "Kapal perang di laut bebas untuk untuk penegakan hukum internasional ketika ada pembenaran dapat menghentikan dan memeriksa sebuah kapal (bukan kapal perang dan bukan milik negara) yang melakukan tindakan (pembajakan, perdagangan budak, perdagangan narkoba, siaran radio atau televisi yang tidak sah dan kapal menolak untuk memasang bendera).
Langkah Politis Inggris
Keamanan selat laut terletak pada negara yang bertanggung jawab atas keamanannya dan termasuk perairan teritorialnya. Penyedia keamanan Selat Gibraltal hanya dapat memeriksa kapal di perairan teritorialnya sesuai dengan hukum hak melihat dan inspeksi, bukan untuk menyita kapal tersebut.
Karena kapal tanker Iran hanya membawa minyak mentah, alasan penyitaannya adalah politis dan tidak memiliki masalah dengan pelanggaran kelautan. Pejabat lokal di wilayah Gibraltar pada hari Senin (8 Juli 2019) mengumumkan bahwa kapal tanker Iran, yang disita oleh angkatan laut Inggris, hanya membawa minyak mentah.
langkah politis Inggris ini disambut dengan respons tegas Iran dan duta besar Inggris di Tehran dipanggil ke Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran. Kepala direktorat ketiga Eropa barat Republik Islam Iran selama pemanggilan duta besar Inggris untuk Kemenlu Iran menyatakan bahwa kapal tanker Iran yang ditangkap di Selat Gibraltar, setara dengan "pembajakan laut," kapal tanker Iran yang tengah berlayar di perairan internasional.
Kementerian Luar Negeri Republik Islam Iran
Inggris mengklaim kapal tanker Iran telah ditahan karena pelanggaran sanksi Uni Eropa terhadap Suriah, sementara pejabat Republik Islam Iran mengatakan tujuan kapal tanker minyak Iran bukan Suriah.
Meskipun demikian, Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif pada Senin (8 Juli 2019) di laman Twitter-nya kembali menyebutkan tentang peristiwa penyitaan kapal tanker minyak di wilayah Gibraltar seraya mengatakan, "Iran bukan anggota Uni Eropa, juga tidak termasuk yang disanksi penjualan minyak Eropa. Sebagaimana yang saya ketahui, Uni Eropa menentang sanksi lintas perbatasan."
Pengenaan sanksi lintas perbatasan adalah tindakan ilegal yang dilakukan Amerika Serikat terhadap Iran dan penyitaan tanker minyak Iran di wilayah Gibraltar merupakan indikasi kepatuhan Inggris terhadap kebijakan jahat ini.
Langkah Inggris untuk mendukung sanksi lintas perbatasan AS, yang sebelumnya telah ditentang oleh Uni Eropa, mengkonfirmasikan tindakan destruktif dan sepihak yang tidak berkontribusi pada supremasi hukum di dunia dan hanya akan meningkatkan ketegangan.
Langkah Inggris Anti JCPOA
Beberapa pakar internasional percaya bahwa tindakan Inggris menyita tanker Iran dapat dianalisis dan dievaluasi dalam kerangka Kesepakatan nuklir Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA). Iran baru-baru ini mengambil kebijakan untuk mengurangi komitmen JCPOA-nya setelah Eropa gagal untuk mengamankan kepentingan ekonomi Iran.
Gangguan terhadap proses perdagangan minyak Iran tidak sesuai dengan kebijakan Eropa untuk mengamankan manfaat ekonomi Iran dalam kerangka JCPOA. Atas dasar JCPOA, Iran harus dapat menjual minyaknya tanpa kesulitan dan membawa uangnya ke Iran. INSTEX, saluran bisnis Eropa dengan Iran, juga akan beroperasi secara efektif berdasarkan "JCPOA," bukan sanksi AS yang memboikot ekspor minyak Iran.
Dalam keadaan seperti itu, tindakan angkatan laut Inggris dalam penyitaan kapal tanker Iran bertentangan dengan klaim Eropa untuk mempertahankan kesepakatan JCPOA, karena kondisi untuk kelangsungan perjanjian nuklir menjamin manfaat ekonomi Iran, terutama penjualan minyak Iran dan ekspornya ke pasar sasaran.
Pada 6 Juli 2019, Kementerian Luar Negeri Rusia menyatakan dalam sebuah pernyataan bahwa tindakan Inggris untuk menahan kapal tanker Iran di Gibraltar bertentangan dengan klaim Eropa bahwa perlu mempertahankan JCPOA.
JCPOA
Saadallah Zarei, pakar masalah internasional juga mengatakan bahwa penyitaan tanker Iran di wilayah Gibraltar dapat dianalisis dalam konteks JCPOA, karena masalah utamanya adalah minyak dan bank.
Tindakan ilegal Inggris dalam menahan kapal tanker Iran dan upaya untuk mempengaruhi tindakan Iran, tidak dapat mencegah kebijakan yang benar dari Republik Islam Iran dalam kerangka JCPOA.
Dalam proses pengumuman langkah kedua dari penurunan komitmennya Iran sejak 7 Juli 2019 akan melakukan pengayaan uranium sesuai level kebutuhannya. Jika Eropa gagal memenuhi komitmen mereka dalam periode 60 hari kedua, maka langkah ketiga Iran akan dilsakanakan dengan cepat.
Satu-satunya langkah yang dapat membantu untuk mempertahankan JCPOA adalah semua pihak di JCPOA melaksanakan semua komitmennya dan tindakan politik dan ilegal Eropa, termasuk Inggris, tidak menguntungkan JCPOA. Deputi Urusan Politik Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi, mengatakan bahwa proses mengurangi komitmen Iran di JCPOA tidak berarti keluar dari JCPOA, tapi ia menyatakan, "Proses mengurangi komitmen JCPOA dapat mengarah pada berakhirnya kehadiran Iran di JCPOA."
Imam Ridha, Wali Allah yang Diridhai
Hari ini bertepatan dengan kelahiran Imam Ali bin Musa Ridha yang dimakamkan di kota Mashhad. Beliau digelari berbagai nama dan sebutan yang menunjukkan keistimewaannya sebagai wali Allah swt.
Sheikh Saduq dalam bukunya "Ayun Akhbar Ar-Ridha" menulis, "Imam Ridha dipanggil dengan beberapa sebutan seperti Ridha, Shadiq, Fadhil, Qurata Ayun al-Mukminin (penyejuk mata kaum Muslimin) dan Ghaidul al-Mulhidin (penyebab kemarahan pengingkar Tuhan),".
Imam Ali Ar-Ridha lahir pada 11 Dzulqa'dah 148 H. di Madinah. Ayah beliau adalah Imam Musa Al-Kadzim dan ibunya seorang wanita mukmin nan saleh, bernama Najmah. Beliau memegang tampuk kepemimpinan umat pada usia 35 tahun setelah kesyahidan ayahnya. Salam atasmu Ali bin Musa Ridha, salam wahai mentari khorasan !
Nama panggilan paling terkenal dari Imam kedelapan Syiah, Ali bin Musa adalah Ridha. Pemimpin umat islam ini menjadi mata air kebajikan, ilmu pengetahuan dan akhlak, karena seluruh tindakan serta ucapannya selalu dilandasi keridhaan kepada Allah swt. Itulah sebabnya Imam Ali bin Musa digelari Ridha, yaitu, orang yang telah mencapai tingkat kesempurnaan akhlak yang tinggi dan menyerahkan segala sesuatu kepada Tuhan. Mengenai makna Ridha sebagai panggilan Imam Ali bin Musa, mufasir terkemuka Ayatullah Javadi Amoli menjelaskan kepada para peziarah Imam Reza dengan mengatakan: "Anda yang datang menziarahi Imam Ridha dari tempat yang jauh maupun dekat mengharapkan beliau sebagai sebagai sarana untuk mendekatkan diri kepada Allah. sebagaimana dalam surat Al-Maidah ayat 35, "Kita harus menyediakan sarana untuk membantu mendekatkan diri kepada Allah swt. "
Kelahiran Imam Ridha
Kesucian hati, ketajaman pandangan, keluasan ilmu, keimanan yang kuat kepada Allah Swt, dan perhatiannya yang besar kepada nasib masyarakat merupakan sejumlah sifat mulia yang khas pada diri Imam Ridha. Kurang lebih selama 20 tahun, beliau memikul tanggung jawab sebagai imam dan pemimpin kaum muslimin. Karena itu, salah satu julukan beliau adalah "Rauf" atau penyayang.
Salah seorang sahabat Imam Ridha berkata, "Setelah menyelesaikan tugas dan pekerjaannya, beliau selalu bersikap ramah dan penuh kasih sayang terhadap anggota keluarga dan orang-orang sekitarnya. Setiap kali menyambut hidangan makan, beliau selalu memanggil anak kecil, orang dewasa bahkan para pekerja." Ketika para budak tidak memperoleh hak-hak minimalnya, Imam Ridha as memperlakukan mereka dengan baik dan penuh kasih sayang. Mereka mendapat tempat dan dihormati di rumah sang Imam. Mereka banyak belajar etika dan nilai-nilai kemanusiaan dari Sang Imam. Selain memperlakukan mereka dengan kasih sayang, Imam Ridha senantiasa menasehati bahwa jika kalian tidak memperlakukan manusia dengan seperti ini, maka kalian telah menzalimi mereka.
Salah seorang yang menyertai Imam Ridha mengungkapkan, "Dalam perjalanan ke Khorasan, aku menyertai Imam Ridha. Suatu ketika Imam meminta dihidangkan makanan. Imam mengumpulkan seluruh rombongan di dekat jamuan, termasuk para budak dan orang-orang lain. Aku berkata kepada beliau: "Wahai Imam, sebaiknya mereka makan di tempat lain." Beliau berkata: "Tenanglah! Pencipta kita semua adalah satu, ayah kita adalah Nabi Adam as dan ibu kita semua adalah Hawa. Pahala dan siksa bergantung pada perbuatan masing-masing."
Julukan lain Imam Ridha adalah Alimu Aali Mohammad (cendikiawan Ahlul Bait Nabi). Julukan ini menunjukkan ketinggian ilmu beliau. Terkait hal ini Imam Ridha sendiri berkata, "Aku duduk di komplek makam Rasulullah Saw. Setiap ulama dan cendikiawan Madinah menghadapi kesulitan dan tidak mampu menyelesaikannya, mereka mendatangiku dan mendapatkan jawabannya."
Kala itu Marv merupakan pusat ilmiah di tanah Khorasan. Imam Ali al-Ridha as menggunakan keunggulan tersebut untuk meningkatkan gerakan ilmiah. Di lain pihak, Ma’mun berusaha tampil dekat dengan Imam Ali al-Ridha demi kepentingan politiknya. Namun pada saat yang sama, dia selalu berusaha mencoreng keutamaan ilmu Imam Ali al-Ridha dengan menggelar berbagai acara debat. Akan tetapi Imam dalam setiap sesi perdebatan, selalu menang dan bahkan mempengaruhi para ilmuwan yang hadir, dengan argumentasinya yang kokoh.
Islam adalah agama yang menyambut berbagai pertanyaan dan tidak pernah tercatat dalam sejarah bahwa para imam Ahlul Bait as tidak menjawab pertanyaan yang dikemukakan kepada mereka. Imam Ali al-Ridha, berperan penting dalam perluasan budaya Islam. Dalam berbagai acara debat, Imam selalu mempertimbangkan hidayah dan bimbingan untuk lawan dan tidak berusaha untuk selalu menang. Beliau membuktikan kebenaran keyakinan Islam dengan menggunakan argumentasi logis yang kokoh. Imam berkata, “Jika masyarakat memahami keindahan ungkapan kami maka mereka pasti akan mengikuti kami.” Dan terbukti betapa banyak musuh-musuh yang akhirnya menjadi teman di akhir acara perdebatan.
Meski memiliki tingkat keilmuwan tinggi, akan tetapi Imam tidak merendahkan lawan debat beliau. Imam selalu menjaga kehormatan pihak lawan meskipun sebagiannya tidak beragama. Jika perdebatan sampai pada titik di mana pihak lawan tidak lagi bisa menjawab, beliau membimbingnya atau mengutarakan sebuah pertanyaan sehingga pembahasan mereka menghasilkan. Bahkan terkadang beliau menjawab pertanyaan lawan dengan mengatakan, “Jika kau bertanya seperti ini maka pendapat kamu sendiri akan tertolak.”
Al-Quran memandang kesabaran sebagai faktor sejati dan fondasi kepemimpinan, sebagaimana ditegaskan dalam surat Al-Sajadah ayat 24, yang artinya "Dan Kami jadikan di antara mereka itu pemimpin-pemimpin yang memberi petunjuk dengan perintah Kami ketika mereka sabar.". Penyabar adalah nama lain dari Imam Ridha. Para ahli sejarah menyebut Imam Ali bin Musa dikenal sebagai sosok penyabar.
Selamat hari kelahiran Imam Ridha, Salam atasmu wahai Ali bin Musa Ridha, sang imam yang saleh dan mulia.
Ayatullah Al-Udzma Sayid Mohammad Hussaini Shahroudi
Pekan lalu berita meninggalnya seorang ulama besar, Ayatullah al-Udzma Sayid Mohammad Hussaini Shahroudi membuat umat Islam berduka. Beliau merupakan salah satu ulama dan pejuang besar Islam dan umat Islam menuai manfaat besar dari keberadaan beliau. Kematian seorang ulama merupakan pukulan berat bagi Islam dan umat Muslim di seluruh dunia.
Sepanjang sejarah Islam, ulama muslim sebagai arus yang berpengaruh dan kokoh dalam membela warisan para nabi dan wali Allah. Keterlibatan ulama dalam memerangi kebodohan dan despotisme telah menyelamatkan umat Islam dari kesulitan dan pusaran mematikan.
Ulama yang merupakan didikan Islam dan maktab Ahlul Bait ini menjadikan metode dan arahan pemimpin Ilahi sebagai dasar tablig dan bimbingan merekat terhadap umat. Dengan bersandar pada prinsip ini, para ulama merupakan pewaris para nabi dan mereka menggantikan nabi dalam membimbing serta mendidik generasi muda. Mereka juga memainkan peran keilmuan, politik dan sosial umat Islam dengan ilmu serta wawasannya.
Ayatullah Mohammad Hussaini Shahroudi
Abdul Salam bin Saleh Herawi mengatakan, Saya mendengar dari Imam Ridha as, semoga Allah merahmati hamba-hamba yang menghidupkan perkara kami. Saya bertanya, bagaimana perkara dan perintah anda dihidupkan? Beliau berkata, mereka mempelajari ilmu kami dan kemudian mengajarkannya kepada masyarakat.
Berdasarkan riwayat ini, di masa ghaibat Imam Maksum as, ketika masyarakat tidak memiliki akses kepada para imam, ulama memainkan peran dan mereka menjadi rujukan setaip perkara yang dihadapi masyarakat. Mereka juga memiliki tugas untuk menyebarkan ajaran Ahlul Bait as di tengah masyarakat.
Sejarah Islam memiliki ulama-ulama seperti ini. Ulama yang menurut Imam Ali as kapanpun dan dimana pun bersedia menghadapi badai berat dan bencana karena kebenaran.
Ayatullah al-Udzma Sayid Mohammad Hussaini Shahroudi lahir di kota Najaf , Irak di bulan Jumadi Awal tahun 1344 Hq. Ia tumbuh besar di keluarga agamis dan terkenal di kota Najaf. Sayid Hussaini Shahroudi terkenal akan keadilan, takwa, zuhud dan ketinggian ilmunya. Selama bertahun-tahun beliau menjadi pemimpin agama, ilmu dan marji' besar di dunia Syiah.
Dilingkungan dan keluarga ulama inilah, Sayid Hussaini Shahroudi menuntut dasar-dasar ilmu agama di bawah bimbingan ayah dan kakeknya. Dinukil dari al-Marhum Ayatullah Sayid Mahmoud Shahroudi yang berkata, "Saya terus memantau Sayid Mohammad hingga usia 21 tahun. Sayid Mahmoud Shahroudi sagat ketat dalam membimbing dan mengajar anaknya sehingga sang anak tumbuh besar dalam lingkungan agama serta kemudian menjadi ulama besar.
Ayah Sayid Hussaini Shahroudi, Sayid Mahmoud Hussaini Shahroudi selama bertahun-tahun menjadi pemimpin agama dan hauzah ilmiah Syiah serta marji taklid. Sementara ibunya adalah putri Sheih Mohammad Reza Fazel Naishaburi, salah satu guru besar ilmu akhlak dan teologi hauzah ilmiah Najaf serta saudaranya Sayid Ali Hussaeni Shahroudi termasuk salah satu ulama terkemuka Shahroud.
Mohammad Shahroudi menimba ilmu dasar dari ayahnya dan Sheikh Ali Shahrbabaki dan Sheikh Shams Zanjani. Ia belajar kitab rasail dan makasib dari ayahnya serta kitab Kifayah al-Usul. Di usia 39 tahun ia sudah mengajar bahst kharij (kuliah khusus) fiqih dan usul fiqih di Masjid Hindi di hauzah ilmiah Najaf.
Ketinggian ilmu Sayid Mohammad Shahroudi sangat terkenal. Ketika ayahnya ada halangan atau lemah karena usia tua, ia menggantikan ayahnya mengajar dan memimpin shalat berjamaah. Di tahun 1347 Hs, Sayid Mahmoud Shahroudi meminta umat Syiah yang bertaqlid kepadanya untuk merujuk kepada anaknya, Sayid Mohammad Shahroudi. Bahkan sejumlah warga Syiah setelah kematian Sayid Mahmoud dan bertaklid kepadanya, kemudian bertaklid kepada Sayid Mohammad.
Tahun 1357 Hs, risalah amaliah Sayid Mohammad Shahroudi dicetak di Najaf dalam dua bahasa Arab dan Persia. Setelah diusir oleh rezim Baath Irak dari Najaf, Sayid Mohammad Shahroudi pindah ke Iran tahun 1359 Hs dan tinggal di kota Qom serta aktif mengajar fiqih dan usul fiqih.
Ayatullah Hussaini Shahroudi merupakan teladan zuhud, ikhlas dan memiliki moral yang tinggi serta berperilaku mulia dengan warga dan kerap membantu kesulitan mereka. Beliau juga tidak memiliki sikap sombong dan tidak terikat oleh hal-hal duniawi. Beliau juga tidak sombong dalam dengan masyarakat dan mukmin lain.
Salah satu akhlak mulia Sayid Shahroudi adalah beliau tidak jijik berinteraksi dengan kaum fakir. Beliau juga kerap duduk bersama kaum fakir miskin dan ikut dalam pertemuan mereka. Ketika berdiskusi dan kajian ilmiah, beliau juga menghormati lawan dan siap mendengarkan penjelasannya. Setelah lawan selesai memberi penjelasan, beliau menjawabnya dengan tenang.
Ketika dalam perjalanan, ada yang bertanya atau membutuhkan sesuatu, Sayid Shahroudi dengan sabar memberi jawaban dan memenuhi kebutuhan mereka. Saat menghadapi kesulitan dan kendala warga, beliau dengan sabar dan antusias menyelesaikannya. Mengingat sikap dan perilaku mulai tersebut, Sayid Shahroudi sangat dihormati dan dicintai masyarakat.
Kecintaan besar Ayatullah Shahroudi terhadap Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya sangat dikenal masyarakat. Selama di kota Najaf beliau selalu hadir di acara mingguan tawassul kepada Imam Husein as dan seluruh acara memperingati para imam maksum. Selain itu, di rumahnya Ayatullah Shahroudi juga menggelar acara doa tawassul.
Kecintaan kepada Ahlul Bait Nabi telah tercetak di wujud Ayatullah Shahroudi. Selama di kota Najaf, beliau setiap hari berziarah ke makam Imam Ali as dan lebih dari 100 kali berziarah ke Karbala dengan berjalan kaki. Beliau juga kerap berziarah ke makam Imam lainnya. Setelah diusir dari Irak, beliau tetap melanjutkan sunnah hasanah ini dan setiap hari berziarah ke makam suci Sayidah Maksumah di kota Qom.
Tak diragukan lagi salah satu alasan keunggulan manusia dari makhluk lainnya adalah kekuatan berpikir dan belajar. Yang menunjukkan ideologi manusia adalah dua senjata, pena dan mulut. Jika pena dan mulut digunakan untuk menyebarkan kebenaran dan ilmu pengetahuan, maka umat manusia akan meniti jalan selamat serta tidak akan ada ketidakadilan dan penganiayaan di dunia.
Ayatullah Mohammad Shahroudi dengan memanfaatkan dua senjata ini, pena dan lisan, selama bertahun-tahun aktif mengajar dan mendidik murid-murid. Saat ini anak didik beliau menjadi orang besar, baik pengajar maupun ulama.
Ayatullah Mohammad Shahroudi juga memiliki banyak karya tulis. Di antara karya beliau adalah kitab ذخیرة المؤمنین لیوم الدین dalam bahasa Arab, «توضیح مناسک الحج», «دروس فی احکام النساء», «کتاب الطهارة», «کتاب الصوم dan berbagai karya lainnya.
Prosesi pemakaman Ayatullah Mohammad Shahroudi di Qom
Setelah bertahun-tahun berkhidmat dan melayani umat Islam, marji besar Syiah ini meninggal dunia Ahad, 16 Tir 1398 Hs bertepatan dengan 7 Juli 2019 di usia 94 tahun di kota Tehran. Ulama besar ini dimakamkan di komplek makam suci Sayidah Maksumah di kota Qom.
Memori Pahit Kudeta di Turki 3 Tahun Lalu
Tanggal 15 Juli, tepat tiga tahun yang lalu terjadi peristiwa kudeta berdarah di Turki. Presiden Turki, Erdogan menetapkan hari ini sebagai Hari Demokrasi dan Persatuan Nasional. Peringatan tragedi kudeta dimulai sejak pagi, Erdogan membaca Alquran untuk para korban di Masjid Nasional, Bestepe, Ankara.
Kemudian Erdogan menuju Jembatan Martir di Istanbul dan meresmikan Museum Memori 15 Juli yang dibangun di samping jembatan tersebut. Sebuah museum yang berdiri di sisi Anatolia, akan mengingatkan rakyat Turki pada tragedi kudeta tersebut.
Pembangunan museum dimulai pada tanggal 13 Maret dengan luas 1500 m2, selain itu ada area hijau seluas 15.000 m2, dilengkapi dengan masjid dan cabang dari Pusat Kendali Lalu Lintas Direktorat Jenderal Keamanan Istanbul.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan
Museum ini akan menyajikan kronologi kejadian pada tanggal 15 Juli 2016. Berbagai memorabilia dari orang orang yang menjadi korban kudeta juga dipajang, mereka adalah pahlawan bagi masyarakat Turki. Sedangkan di ruang bawah tanah, diberikan informasi mengenai kudeta yang terjadi di seluruh dunia.
Selama dua tahun lalu dan diperingatan kudeta gagal ini, pemerintah Turki seraya menggelar peringatan kudeta yang gagal tersebut juga membahas berbagai isu di sela-sela kudeta ini.
Di sisi lain, kubu oposisi pemerintah Erdogan di peringatan kudeta gagal bulan Juli, selain menggelar aksi demo anti pemerintah juga mengecam kebijakan penumpasan pemerintah Ankara. Disebutkan bahwa pemerintah Ankara selain menyebarkan propaganda luas anti kudeta tahun 2016, juga memanfaatkan kudeta ini untuk menumpas kaum oposan.
15 Juli 2016, sejumlah petinggi militer Turki dalam sebuah kudeta, berusaha untuk menjatuhkan pemerintahan Islam Partai Keadilan dan Pembangunan (PKK), juga ingin membentuk pemerintahan yang sesuia dengan keinginan mereka.
Kudeta yang meletus dini hari 15 Juli 2016 dengan kemunculan helikopter, jet tempur di zona udara Turki serta tank-tank kubu kudeta di jalan-jalan berbagai kota Turki khususnya Ankara dan Istanbul, sehari kemudian mendapat kecaman luas dari berbagai negara dunia termasuk Republik Islam Iran.
Sejatinya dengan turunnya warga ke jalan-jalan dan kecaman mereka terhadap kudeta di Turki oleh mayoritas negara kawasan dan dunia, kudeta ini dipastikan gagal sejak awal kebangkitannya. Dengan kata lain, untuk pertama kalinya di sejarah Republik Turki, kudeta militer di negara ini mengalami kekalahan dan para pemimpinnya gagal.
Rakyat Turki pasca Kudeta Gagal
Selain dukungan rakyat, para pemimpin kubu oposisi di Turki juga mendukung partai berkuasa. Dengan demikian wajar jika langkah ini sangat penting dan urgen dalam menggagalkan para kudeta.
Di pentas politik, para pemimpin kubu oposisi Erdogan mengutuk aksi kudeta. Selehattin Demirtas, Ketua Partai Rakyat Demokrat (HDP), Kemal Kılıçdaroğlu, Ketua Partai Rakyat Republik (CHP), Devlet Bahceli, Ketua Partai Partai Gerakan Nasionalis (MHP) seraya merilis statemen mengutuk aksi kudeta di negara ini.
Langkah para pemimpin partai besar Turki mendorong rakyat negara ini semakin solid dan bertekad untuk melawan kudeta. Di antaranya adalah respon para pemimpin partai HDP dan MHP. Ketua Partai Gerakan Nasional (MHP) selain merilis statemen anti para pengkudeta, dalam kontak telepon dengan Perdana Menteri Turki saat itu, Binali Yildirim menyatakan bahwa partainya mengungkapkan rasa solidaritas dengan pemerintah dan kudeta sama sekali tertolak.
Selain memperingatkan potensi perang saudara di Turki, ketua MHP menambahkan setiap langkah yang mengancam persatuan nasional dan integritas wilayah nasional harus dihindari.
Sementara itu, ketua partai HDP seraya meminta rakyat untuk tetap bersatu melawan kudeta menegaskan, "Kita harus bersatu dalam melawan fenomena buruk ini sama seperti kita melawan terorisme."
Sejak awal kudeta, pemerintah Ankara menekankan keterlibatan Fetullah Gulen ketua gerakan FETO di aksi ini. Sementara itu, Gulen menolak segala bentuk tudingan keterlibatan dirinya dengan pelaku kudeta dan menilainya sebagai sknerio bikinan pemerintah Erdogan. Fetullah Gulen menyebut tujuan Erdogan menuding dirinya terlibat di aksi kudeta gagal adalah untuk membersihkan instansi dan kantor pemerintah, memajukan program politik dan sosial serta rencana monopoli kekuasaan di Turki.
Sementara itu, upaya pemerintah Ankara untuk mendeportasi Gulen yang tinggal di pengasingan di negara bagian Pennsylvania di Amerika Serikat sia-sia. Di sisi lain, sejumlah pengamat menilai pasti ketergantungan FETO kepada Dinas Intelijen Amerika Serikat (CIA). Sejaitnya Fetullah Gulen telah menuai banyak manfaat dan hasil baik untuk memperluas pengaruh CIA di Turki dan seluruh negara muslim sekutu negara ini melalui aktivitas agama dan pendidikan.
Pengamat Turki mengatakan, kudeta gagal bulan Juli 2016 dapat dicermati dari sejumlah sisi. Kudeta gagal ini dari sisi militer disetir oleh sejumlah perwira tinggi. Dari sisi lain, kudeta ini juga dinilia sebagai bentuk ideologi di mana Gulen disebut-sebut sebagai sosok di balik ketua Jamaah Nur turki.
Selain itu, ada dua elemen yang patut dicermati di kudeta gagal ini. Pertama penyandang dana kudeta gagal ini di mana Arab Saudi dan Uni Emirat Arab (UEA) disebut-sebut sebagai penyandang dana tersebut.
Sejatinya ada unsur ketiga yakni raja Arab Saudi dan pemimpin Uni Emirat yang memainkan peran parsial di kudeta Juli 2016 di Turki, namun keduanya cukup berpengaruh ketika dilihat dari sisi penyandang dana kudeta gagal ini. Dengan dukungan finansial kedua negara reaksioner Arab ini, FETO berani untuk melakukan gerakan untuk menumbangkan pemerintahan sah Recep Tayyip Erdogan.
Sejumlah pengamat juga mengaku menyaksikan jejak-jejak Arab Saudi bersama Uni Emirat Arab di insiden kudeta gagal di Turki. Mereka juga menegaskan peran efektif Riyadh di kudeta 15 Juli 2016 di Turki. Sekelompok pengamat ini menilai sangat nyata dan transparan peran Saudi di kudeta tersebut.
Terkait hal ini, pengamat politik Turki Omar Dagli dalam sebuah artikelnya di Koran Yeni Şafak menulis, "UEA memberi dana tiga miliar dolar kepada Mohammad Dahlan, kaki tangan Fetullah Gulen untuk menumbangkan pemerintahan Recep Tayyip Erdogan."
Muhammad bin Mukhtar Al-Shanqiti, pengamat isu-isu Asia Barat dan dosen Universitas Qatar mengatakan, mantan jaksa agung Turki dan pembunuh bayaran Asia Barat yang termasuk pendukung Fetullah Gulen berulang kali bertemu secara rahasia di Hotel Jumeira.
Warga Turki saat kudeta gagal militer
Ia juga menjelaskan, "Perwakilan tinggi kelompok Gulen sebelum 15 Juli 2016 berkunjung ke Emirat sebanyak 22 kali dan mengakaji serta membahas rencana kudeta."
Salah satu isu penting dan mendasar yang terjadi pasca kudeta gagal di Turki dan sedikit banyak mendorong kritikus pemerintah Ankara untuk merenungkannya adalah penerapan kondisi darurat. Lima hari setelah kudeta gagal pada 20 Juli 2016, pemerintah Ankara seraya mengumumkan penerapan kondisi darurat telah mengubah secara penuh kondisi untuk kepentingan dan tujuan pribadi Erdogan dan partai berkuasa.
Dengan kata lain, dengan diumumkannya kondisi darurat, butir-butir konstitusi Turki telah diabaikan dan ditetapkan peraturan keamanan baru oleh pemerintah. Banyak militer yang ditangkap, para wartawan digiring ke penjara dan banyak elit politik tersingkir serta dicekal. Selain itu, juga ditetapkan pembatasan dan terjadi berbagai peristiwa di berbagai bidang di negara ini. Hal ini merupakan imbas dari kudeta gagal di pertengahan Juli 2016.
Kesimpulannya adalah kudeta gagal 15 Juli 2016 di Turki terhadap pemerintahan Erdogan merupakan peluang tepat untuk merealisasikan seluruh keinginan dalam negeri presiden dalam waktu singkat. Sejatinya kudeta gagal ini malah mempercepat ambisi jangka panjang Erdogan.
Uni Eropa Melunak terhadap Iran, Netanyahu Kecewa
Perdana Menteri Rezim Zionis Israel, Benyamin Netanyahu Senin malam menyampaikan kekecewaannya terhadap pernyataan kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa menyikapi langkah Iran, dengan mengatakan, "Israel berharap Uni Eropa bisa menekan Iran lebih keras,".
"Eropa harus bersikap keras tentang kegiatan nuklir Iran," ujar Netanyahu menyikapi statemen Federica Mogherini Senin pagi setelah menghadiri pertemuan para menteri Uni Eropa yang membahas langkah-langkah yang diambil oleh Iran.
"Terlepas dari ketidakpedulian pihak Eropa, Israel akan terus bekerja sama dengan Amerika Serikat untuk melakukan segala tindakan yang diperlukan demi mencegah program nuklir Iran," tegas PM rezim Zionis.
Pernyataan tersebut disampaikan Netanyahu di saat rezim Zionis yang terbukti memiliki senjata nuklir senantiasa menutup akses IAEA untuk menyelidiki program nuklir militernya, dan hingga kini belum menandatangani traktat Non-Proliferasi Nuklir (NPT).
Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini dalam konferensi pers hari Senin (15/7) mengungkapkan bahwa pihak-pihak yang masih berada di JCPOA tidak memandang pengurangan komitmen Iran terhadap perjanjian internasional ini sebagai "pelanggaran mendasar", dan tidak satu pun dari mereka yang bermaksud untuk mengaktifkan mekanisme penyelesaian sengketa dalam perjanjian tersebut.
Selama beberapa pekan terakhir, pihak Eropa berulangkali menyampaikan pernyataan mengenai mekanisme keuangan antara Eropa dan Iran, Instex, sebagai reaksi terhadap langkah Tehran mengurangi komitmennya di JCPOA. Meskipun demikian hingga kini pihak Eropa belum mewujudkan janji nya terhadap implementasi isi JCPOA.
Masjid Jami' Khaf, Pusat Belajar al-Quran
Darul Hifz Hauzah Ilmiah Ahnaf Khaf didirikan pada tahun 1367 Hs. Sejak 1370 Hs hingga sekarang, tangung jawab dari hauzah ini diserahkan kepada Qari Abdul-Rauf Ramadhani.
Pusat belajar al-Quran tersebut berada di kompleks Masjid Jami' Khaf, Provinsi Khorasan Razavi, Republik Islam Iran. Sekitar 200 santri beraktivitas di hauzah ini pada siang dan malam.
Jepang Tolak Gabung Koalisi Anti-Iran di Teluk Persia
Menteri Pertahanan Jepang mengatakan, tidak ada alasan untuk mengerahkan pasukan ke kawasan Teluk Persia.
Kantor berita Kyodo (16/7/2019) melaporkan, Menhan Jepang, Takeshi Iwaya, Selasa (16/7) mengumumkan, Jepang tidak punya agenda pengerahan pasukan ke kawasan Teluk Persia untuk bergabung dengan koalisi militer pimpinan Amerika Serikat.
Pada saat yang sama, Menhan Jepang menekankan berlanjutnya upaya diplomatik untuk menurunkan ketegangan di Asia Barat (Timur Tengah) khususnya antara Iran dan Amerika.
Sebelumnya partai-partai politik Jepang mengumumkan penentangan mereka atas pembentukan koalisi militer usulan Amerika di Teluk Persia dengan dalih menjaga keamanan Selat Hormuz.
Rahbar: Iran akan Balas Aksi Pembajakan Inggris
Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar memprotes Eropa yang terus menuntut dan tidak menjalankan komitmen JCPOA. Menurut Rahbar, Iran baru saja memulai penurunan komitmen, dan proses ini pasti akan berlanjut.
Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khaemeni, Selasa (16/7/2019) dalam pertemuan dengan para khatib Shalat Jumat seluruh Iran menekankan bahwa keberhasilan rakyat dan pemerintahan Republik Islam Iran di hadapan ketamakan Barat, dari hari ke hari terus meningkat.
Ia menambahkan, keangkuhan menyebabkan Barat gagal memahami kebenaran, tapi kesombongan ini membuahkan hasil bagi Barat ketika digunakan pada bangsa dan negara-negara lemah, namun Barat gagal di hadapan bangsa-bangsa pemberani dan pembela hak-haknya.
Ayatullah Khamenei menyinggung 11 janji Eropa terkait JCPOA yang disampaikan Menteri Luar Negeri Iran, dan tidak ditepatinya janji-janji itu meski hanya satu. Menurut Rahbar, kita sudah melaksanakan komitmen JCPOA, bahkan lebih jauh dari itu, dan sekarang, disebabkan perilaku mereka, kita sudah memulai penurunan tingkat komitmen, Eropa terus menuntut, dan dengan congkak mengatakan, mengapa Anda melakukan hal ini.
Rahbar menegaskan, Anda (Eropa) tidak pernah menjalankan satupun komitmen anda, lalu apa hak anda meminta kami untuk patuh pada komitmen JCPOA.
Ayatullah Khamenei juga memprotes pembajakan kapal tanker Iran oleh Inggris dan menuturkan, negara yang semua kejahatannya terbukti jelas, membajak kapal tanker kita, dan mereka berusaha menampilkan agar seolah-olah pembajakan itu bukan pelanggaran hukum, akan tetapi orang-orang Mukmin Republik Islam Iran tidak akan membiarkan hal ini, dan pada waktu serta tempat yang tepat, mereka akan membalasnya.
Rahbar menilai kemampuan pertahanan Iran yang membanggakan adalah buah dari tekanan dan lepasnya ketergantungan pada pihak asing di masa Perang Pertahanan Suci (agresi militer Irak ke Iran).
"Pergerakan saat inipun, yang bersandar pada kemampuan kita sendiri di berbagai bidang termasuk ekonomi, akan membuahkan hasil-hasil penting," pungkasnya.