
کمالوندی
Tafsir Al-Quran, Surat Yunus Ayat 39-44
Ayat ke 39-40
بَلْ كَذَّبُوا بِمَا لَمْ يُحِيطُوا بِعِلْمِهِ وَلَمَّا يَأْتِهِمْ تَأْوِيلُهُ كَذَلِكَ كَذَّبَ الَّذِينَ مِنْ قَبْلِهِمْ فَانْظُرْ كَيْفَ كَانَ عَاقِبَةُ الظَّالِمِينَ (39) وَمِنْهُمْ مَنْ يُؤْمِنُ بِهِ وَمِنْهُمْ مَنْ لَا يُؤْمِنُ بِهِ وَرَبُّكَ أَعْلَمُ بِالْمُفْسِدِينَ (40)
Artinya:
Bahkan yang sebenarnya, mereka mendustakan apa yang mereka belum mengetahuinya dengan sempurna padahal belum datang kepada mereka penjelasannya. Demikianlah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (rasul). Maka perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang zalim itu. (10: 39)
Di antara mereka ada orang-orang yang beriman kepada Al Quran, dan di antaranya ada (pula) orang-orang yang tidak beriman kepadanya. Tuhanmu lebih mengetahui tentang orang-orang yang berbuat kerusakan. (10: 40)
Sebelumnya telah disebutkan bahwa orang-orang Musyrik dan Kafir menyebut al-Quran sebagai kumpulan pernyataan Nabi Muhammad Saw dan menolak hubungan beliau dengan Allah Swt. Pernyataan itu dilakukan semata-mata berdasarkan prasangka tanpa dasar. Kedua ayat ini menyatakan bahwa apa yang disampaikan itu hanya ulangan pernyataan orang-orang terdahulu. Karena itulah para nabi terdahulu juga menghadapi berbagai tuduhan seperti itu. Padahal kebohongan mereka itu tidak ada dasar dan mereka hanya menzalimi dirinya sendiri. Selain itu, mereka telah menghina kitab samawi dan para nabi. Ada yang menerima kebenaran dan ada yang tidak. Hal ini merupakan Sunnatullah bahwa manusia diciptakan bebas memilih untuk beriman atau kafir.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Akar kekufuran dikarenakan tidak mengenal hakikat. Barangsiapa yang mencari kebenaran, maka secara yakin mereka akan menemukan kebenaran ajaran para nabi, lalu beriman kepada mereka.
2. Kezaliman dan kefasadan itu timbul karena kufur, acuh tak acuh dan meremehkan ajaran para nabi.
Ayat ke 41
وَإِنْ كَذَّبُوكَ فَقُلْ لِي عَمَلِي وَلَكُمْ عَمَلُكُمْ أَنْتُمْ بَرِيئُونَ مِمَّا أَعْمَلُ وَأَنَا بَرِيءٌ مِمَّا تَعْمَلُونَ (41)
Artinya:
Jika mereka mendustakan kamu, maka katakanlah: "Bagiku pekerjaanku dan bagimu pekerjaanmu. Kamu berlepas diri terhadap apa yang aku kerjakan dan akupun berlepas diri terhadap apa yang kamu kerjakan". (10: 41)
Ayat ini menjelaskan bagaimana cara bergaul dengan orang-orang Kafir dan para penentang dengan mengatakan, "Tugas kalian di hadapan mereka adalah memberi pengarahan, bimbingan dan petunjuk. Sekali-kali kalian tidak boleh memaksa, mengharuskan atau memperdaya mereka sehingga tunduk dan menyerah. Namun apabila mereka tetap bersih kukuh dalam menghadapi dakwah Islam, lalu tetap membohongkan kalian, maka sudah tidak ada lagi tugas kalian terhadap mereka. Karena iman kepada Allah harus berdasarkan keyakinan dan ikhtiyar, namun orang-orang ini tidak menginginkan untuk memahami hak dan kebenaran, atau apabila memahaminya mereka tetap enggan beriman."
Hal ini dimaksudkan agar dapat menarik perhatian para penentang agar beriman dan menerima kebenaran. Mereka menyangka dengan melepas sebagian prinsip dapat menarik manusia yang lainnya. Padahal kita tidak berhak untuk menghapus usuluddin guna memperbanyak jumlah pengikut. Karena itu dalam ayat ini Nabi Saw diperintahkan oleh Allah untuk mengatakan kepada orang-orang kafir, "Meski pernyataan dan seruanku tidak kalian terima, ketahuilah bahwa aku berlepas tangan dari perbuatan kalian. Karena lebih dari ini aku tidak bertanggung jawab di hadapan kalian."
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Para pemimpin agama dan umat harus siap menghadapi penentangan berbagai kelompok masyarakat. Dalam kondisi ini hendaknya mereka tidak menunggu jawaban positif atas seruan terhadap mereka.
2. Islam adalah agama kebebasan dan akhlak. Untuk itu ia harus bisa menjelaskan dengan tegas sikap dan posisinya. Karena Islam bukanlah agama paksaan dan tipudaya.
Ayat ke 42-44
وَمِنْهُمْ مَنْ يَسْتَمِعُونَ إِلَيْكَ أَفَأَنْتَ تُسْمِعُ الصُّمَّ وَلَوْ كَانُوا لَا يَعْقِلُونَ (42) وَمِنْهُمْ مَنْ يَنْظُرُ إِلَيْكَ أَفَأَنْتَ تَهْدِي الْعُمْيَ وَلَوْ كَانُوا لَا يُبْصِرُونَ (43) إِنَّ اللَّهَ لَا يَظْلِمُ النَّاسَ شَيْئًا وَلَكِنَّ النَّاسَ أَنْفُسَهُمْ يَظْلِمُونَ (44)
Artinya:
Dan di antara mereka ada orang yang mendengarkanmu. Apakah kamu dapat menjadikan orang-orang tuli itu mendengar walaupun mereka tidak mengerti. (10: 42)
Dan di antara mereka ada orang yang melihat kepadamu, apakah dapat kamu memberi petunjuk kepada orang-orang yang buta, walaupun mereka tidak dapat memperhatikan. (10: 43)
Sesungguhnya Allah tidak berbuat zalim kepada manusia sedikitpun, akan tetapi manusia itulah yang berbuat zalim kepada diri mereka sendiri. (10: 44)
Dalam lanjutan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara mengenai pergaulan para penentang dengan Nabi Saw, ayat ini menyatakan, "Berapa banyak orang yang hadir dalam majelis Nabi Muhammad Saw dan mendengar berbagai pernyataan Nabi. Bahkan sebagian dari mereka juga melihat Nabi dengan mata kepala mereka sendiri, akan tetapi kehadiran itu tidak meningalkan kesan dan pengaruh apapun. Karena memang berbagai pernyataan dan seruan Nabi yang mereka lihat dan dengar itu tidak sampai masuk kedalam pikiran dan hati mereka. Seakan semua organ dan indera mereka yang penting menjadi buta dan tidak mengerti apapun, baik mata, telinga bahkan hati mereka."
Memang orang-orang semacam mereka tidak bisa memahami kebenaran, atau sebenarnya mereka tidak berkeinginan untuk memahami kebenaran. Meski pada dasarnya kelebihan manusia bila dibanding dengan binatang itu terletak pada kuatnya akal dan pemikirannya. Karena jika tidak, binatang juga bisa melihat dan mendengar, bahkan kemampuan melihat dan mendengar pada binatang terkadang lebih dari kemampuan manusia. Oleh sebab itu, di saat manusia melihat dan mendengar sesuatu, dia selalu menggunakan akal pikirannya, sehingga dengan demikian manusia itu dapat membedakan yang benar dari yang tidak benar, lalu melaksanakan hal-hal yang benar.
Ayat terakhir dari tiga ayat ini mengatakan, "Allah Swt telah menganugerahkan kepada semua manusia, mata, telinga dan akal sebagai alat dan sarana untuk mengetahui dan memahami hakikat. Kemudian barangsiapa yang tidak mencari kebenaran, maka berarti dia telah menzalimi dirinya sendiri. Dalam artian dia malah justru menghantarkan dirinya sendiri kepada kehancuran dan celaka. Padahal Allah Swt tidak akan pernah menzalimi umat manusia dan mencelakakannya di lembah kesesatan."
Dari tiga ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Melihat dan mendengar merupakan awal dan mukaddimah untuk berpikir dan memahami.
2. Mereka yang acuh tak acuh dan tidak melihat kebenaran, pada Hari Kiamat kelak akan dikumpulkan bersama golongan orang-orang yang buta. Ini merupakan manifestasi dari butanya hati dan meremehkan ayat-ayat Allah di dunia ini.
Tafsir Al-Quran, Surat Yunus Ayat 34-38
Ayat ke 34-35
قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ قُلِ اللَّهُ يَبْدَأُ الْخَلْقَ ثُمَّ يُعِيدُهُ فَأَنَّى تُؤْفَكُونَ (34) قُلْ هَلْ مِنْ شُرَكَائِكُمْ مَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ قُلِ اللَّهُ يَهْدِي لِلْحَقِّ أَفَمَنْ يَهْدِي إِلَى الْحَقِّ أَحَقُّ أَنْ يُتَّبَعَ أَمَّنْ لَا يَهِدِّي إِلَّا أَنْ يُهْدَى فَمَا لَكُمْ كَيْفَ تَحْكُمُونَ (35)
Artinya:
Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekutumu ada yang dapat memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali?" katakanlah: "Allah-lah yang memulai penciptaan makhluk, kemudian mengulanginya (menghidupkannya) kembali; maka bagaimanakah kamu dipalingkan (kepada menyembah yang selain Allah)?" (10: 34)
Katakanlah: "Apakah di antara sekutu-sekuturmu ada yang menunjuki kepada kebenaran?" Katakanlah "Allah-lah yang menunjuki kepada kebenaran". Maka apakah orang-orang yang menunjuki kepada kebenaran itu lebih berhak diikuti ataukah orang yang tidak dapat memberi petunjuk kecuali (bila) diberi petunjuk? Mengapa kamu (berbuat demikian)? Bagaimanakah kamu mengambil keputusan? (10: 35)
Sebagai lanjutan ayat-ayat sebelumnya yang berbicara mengenai hujjah dan dalil terhadap orang-orang Musyrik dan ketidakmampuan sekutu yang dikhayalkan mereka, dua ayat ini mengatakan, "Apabila kalian memandang dari segi penciptaan, maka tak seorang pun selain Allah yang mampu menciptakan makhluk-makhluk ini sebagaimana awalnya, kemudian memperbaharui kehidupan mereka. Sementara patung-patung berhala dan segala yang wujud ini semuanya adalah makhluk yang masih membutuhkan pencipta, maka bagaimana mungkin mereka itu bisa menjadi pencipta alam semesta ini! Apabila kalian mencari hidayah dan memperoleh kebahagiaan, maka ketahuilah bahwa para perhala tidak memiliki hidayah. Lalu bagaimana mungkin bisa memberi petunjuk dan bimbingan kepada kalian?
Apabila mereka memiliki kemampuan untuk mendapatkan hidayah, maka seharusnya untuk pertama kali mereka memberi petunjuk dan hidayah untuk diri mereka sendiri. Setelah itu baru berhala-berhala itu dapat memberi pentujuk dan hidayah kepada kalian semua? Padahal sesungguhnya Allah Swt yang memberi petunjuk ke jalan yang benar dan sirathal mustaqim. Sudah barang tentu perjalanan hidayah Allah itu melalui para nabi dan kitab-kitab samawi yang merupakan firman Allah, meski mereka tidak berbicara.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Metode soal dan jawab merupakan salah satu cara untuk membahas bersama orang-orang yang secara pemikiran dan akidah bertentangan. Allah Swt mengajarkan cara ini kepada para nabi.
2. Allah Swt adalah Pencipta jagat raya ini. Dia-lah penanggung jawab terhadap seluruh makhluk-Nya setelah mereka diciptakan. Artinya, mereka tidak dibiarkan begitu saja! Karena Dia adalah sang Pencipta yang selalu menunjukkan jalan kesempurnaan terhadap seluruh makhluk-Nya.
Ayat ke 36
وَمَا يَتَّبِعُ أَكْثَرُهُمْ إِلَّا ظَنًّا إِنَّ الظَّنَّ لَا يُغْنِي مِنَ الْحَقِّ شَيْئًا إِنَّ اللَّهَ عَلِيمٌ بِمَا يَفْعَلُونَ (36)
Artinya:
Dan kebanyakan mereka tidak mengikuti kecuali persangkaan saja. Sesungguhnya persangkaan itu tidak sedikitpun berguna untuk mencapai kebenaran. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui apa yang mereka kerjakan. (10: 36)
Setelah mengetegahkan berbagai hujjah dan dalil terhadap orang-orang Musyrik pada ayat-ayat sebelumnya, ayat ini menyinggung akar utama penyimpangan pemikiran mereka. Ayat ini mengatakan, "Janganlah kalian mengikuti prasangka yang tak berdasar. Karena itu sebenarnya tidak lebih dari sekedar hayalan yang telah menyebabkan mereka meninggalkan kebenaran. Padahal prasangka dalam berbagai pemikiran dan akidah tidak memiliki tempat sama sekali. Sementara yang penting bagaimana caranya agar bisa menanamkan keyakinan, sehingga dapat menghantarkan manusia kepada kebenaran. Selain itu, terhadap segala sesuatu yang menjadi sumber keyakinan jahiliah, apalagi berdasarkan taklid kepada orang-orang tua dan nenek moyang serta fanatik kesukuan dan golongan samasekali tidak memiliki nilai dan arti dalam ilmu pengetahuan dan pemikiran.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Dalam masalah keyakinan dan akhlak, mayoritas tidak bisa dijadikan dalil dan alasan tentang kebenaran masalah tersebut. Karena betapa banyak masayarakat yang berpegang teguh pada pemikiran dan perbuatan, ternyata mereka menyimpang dan keliru, karena hal itu bukanlah dalil dan alasan tentang benarnya pemikiran dan perbuatan mereka.
2. Kufur dan menyekutukan Tuhan tidak memiliki dasar ilmiyah dan rasionil, begitu juga prasangka tidak memiliki dasar yang kuat.
Ayat ke 37-38
وَمَا كَانَ هَذَا الْقُرْآَنُ أَنْ يُفْتَرَى مِنْ دُونِ اللَّهِ وَلَكِنْ تَصْدِيقَ الَّذِي بَيْنَ يَدَيْهِ وَتَفْصِيلَ الْكِتَابِ لَا رَيْبَ فِيهِ مِنْ رَبِّ الْعَالَمِينَ (37) أَمْ يَقُولُونَ افْتَرَاهُ قُلْ فَأْتُوا بِسُورَةٍ مِثْلِهِ وَادْعُوا مَنِ اسْتَطَعْتُمْ مِنْ دُونِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ صَادِقِينَ (38)
Artinya:
Tidaklah mungkin Al Quran ini dibuat oleh selain Allah; akan tetapi (Al Quran itu) membenarkan kitab-kitab yang sebelumnya dan menjelaskan hukum-hukum yang telah ditetapkannya, tidak ada keraguan di dalamnya, (diturunkan) dari Tuhan semesta alam. (10: 37)
Atau (patutkah) mereka mengatakan "Muhammad membuat-buatnya". Katakanlah: "(Kalau benar yang kamu katakan itu), maka cobalah datangkan sebuah surat seumpamanya dan panggillah siapa-siapa yang dapat kamu panggil (untuk membuatnya) selain Allah, jika kamu orang yang benar". (10: 38)
Al-Quran berkali-kali menekankan dirinya adalah firman Tuhan, dan ketidak mampuan bangsa jin dan manusia untuk mendatangkan ayat-ayat sepertinya. Bahkan untuk menggerakkan para penentangnya, al-Quran melakukan aksi menantang mereka dengan menyatakan, kalian jangan mendatangkan seluruh ayat-ayat Al-Quran itu, namun sebuah surat saja bahkan sebuah ayat yang sama seperti al-Quran bila memang betul-betul kalian mampu? Akan tetapi dengan seluruh penentangan dan tantangan al-Quran sepanjang 14 abad yang sudah berlalu itu, tantangan al-Quran ini tetap tidak bisa diwujudkan dan musuh-musuh Islam yang merupakan pakar dan ahli bahasa Arab tetap tidak mampu mendatangkan satu ayat pun yang sama seperti al-Quran baik dari segi dasar maupun wazan. Meski bentuk mukjizat al-Quran beraneka ragam, sebagaimana sebagian kecil daripadanya kami singgung di bawah ini :
Indahnya kalimat dan pengaruh al-Quran sedemikian hebatnya, sehingga meskipun ayat-ayat suci tersebut dibaca ribuan kali, mereka tidak akan pernah membosankan dan menjadikan kuno. Nada suara, ritme dan sajak dari kalimat al-Quran ini sedemikian rupa, sehingga apabila kalimat al-Qurani tersebut dipasang di antara kalimat bahasa Arab lainnya, pastilah ia dapat dibedakan. Cakupan al-Quran di segala bidang benar-benar berhubungan dengan manusia, di antaranya mengenai masalah pribadi, keluarga, sosial, hukum, politik dan akhlak, sehingga di sana tak seorang biasa pun yang mampu menguasai ilmu-ilmu al-Quran yang tinggi itu.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Seluruh nabi dan kitab samawi mengarah pada sebuah jalur dan tujuan.
2. Dewasa ini al-Quran tetap merupakan suatu mukjizat dan dengan alasan inilah kitab suci samawi ini tidak bisa diselewengkan sepanjang sejarah.
Tafsir Al-Quran, Surat Yunus Ayat 28-33
Ayat ke 28
وَيَوْمَ نَحْشُرُهُمْ جَمِيعًا ثُمَّ نَقُولُ لِلَّذِينَ أَشْرَكُوا مَكَانَكُمْ أَنْتُمْ وَشُرَكَاؤُكُمْ فَزَيَّلْنَا بَيْنَهُمْ وَقَالَ شُرَكَاؤُهُمْ مَا كُنْتُمْ إِيَّانَا تَعْبُدُونَ (28) فَكَفَى بِاللَّهِ شَهِيدًا بَيْنَنَا وَبَيْنَكُمْ إِنْ كُنَّا عَنْ عِبَادَتِكُمْ لَغَافِلِينَ (29)
(Ingatlah) suatu hari (ketika itu). Kami mengumpulkan mereka semuanya, kemudian Kami berkata kepada orang-orang yang mempersekutukan (Tuhan): "Tetaplah kamu dan sekutu-sekutumu di tempatmu itu". Lalu Kami pisahkan mereka dan berkatalah sekutu-sekutu mereka: "Kamu sekali-kali tidak pernah menyembah kami. (10: 28)
Dan cukuplah Allah menjadi saksi antara kami dengan kamu, bahwa kami tidak tahu-menahu tentang penyembahan kamu (kepada kami). (10: 29)
Kedua ayat ini menjelaskan mengenai kondisi Hari Kiamat. Allah Swt bertanya kepada orang-orang Musyrik dan sesuatu yang mereka sembah, masing-masing dari keduanya Allah Swt bertanya secara terpisah, kenapa kalian menyembah patung-patung berhala dan sesembahan ini! Mengapa pula kalian merasa senang melakukan penyembahan ini? Sesembahan yang tak bernyawa seperti patung-patung berhala ini, dengan perintah Allah bisa berbicara, mereka lalu mengungkapkan pernyataan berlepas tangan dari perbuatan orang-orang Musyrik ini. Dua ayat ini mengatakan:
"Kami sekali-kali tidak menerima adanya sekutu bagi Allah. Sebenarnya, kalian sendiri yang mengkhayalkan demikian. Pada kenyataannya kalian tidak melakukan penyembahan terhadap kami, namun kalian yang mengejar dan menyembah kami. Setelah itu kalian menjadikan kami sebagai alasan." Sementara ayat 41 surat Saba' juga menyinggung masalah ini dan mengatakan, "Beberapa malaikat yang juga disembah justru mengungkapkan berlepas tangan dari perbuatan orang-orang kafir ini. Mereka menjelaskan ketidaksenangannya terhadap perbuatan semacam ini. Yang menarik pada kedua ayat ini, Allah Swt mengenai berhala-berhala sesembahan ini justru menyebutnya sebagai sekutu orang-orang kafir. Yakni, mereka bukanlah sekutu Allah Swt, akan tetapi sebagai sekutu kalian orang-orang Kafir yang kalian sendiri bikin dan buat semacam itu.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Pada Hari Kiamat, sesembahan yang dibuat itu akan dikumpulkan bersama manusia sehingga berhala-berhala itu akan menyaksikan di pengadilan Tuhan kelak apa yang dilakukan manusia terhadap mereka.
2. Di dunia kita jangan mengikatkan diri pada sesuatu atau seseorang. Karena pada Hari Kiamat ia tidak dapat menolong, tapi menjadi musuh kita.
هُنَالِكَ تَبْلُو كُلُّ نَفْسٍ مَا أَسْلَفَتْ وَرُدُّوا إِلَى اللَّهِ مَوْلَاهُمُ الْحَقِّ وَضَلَّ عَنْهُمْ مَا كَانُوا يَفْتَرُونَ (30)
Di tempat itu (padang Mahsyar), tiap-tiap diri merasakan pembalasan dari apa yang telah dikerjakannya dahulu dan mereka dikembalikan kepada Allah Pelindung mereka yang sebenarnya dan lenyaplah dari mereka apa yang mereka ada-adakan. (10: 30)
Setelah menyampaikan kecaman dan kutukan terhadap patung-patung berhala dan sesembahan orang-orang Kafir itu, justru terjadi perpecahan di kalangan mereka, dan orang-orang Kafir tersebut tidak akan bisa memberi pertolongan kepada sesama mereka. Kemudian mereka kembali kepada Zat Yang Maha pantas disembah yaitu Tuhan yang hakiki Allah Swt. Akhirnya mereka dapat menyaksikan semua hasil pekerjaan mereka dahulu.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Hari Kiamat adalah hari penerimaan rapor semua pekerjaan di dunia. Pada hakikatnya surga dan neraka merupakan tempat manifestasi seluruh perbuatan manusia.
2. Berbagai manifestasi bohong dan khayalan dunia, pada Hari Kiamat kelak akan dihapus dan dilenyapkan, sehingga benar-benar yang ada adalah kebenaran dan hakikat.
قُلْ مَنْ يَرْزُقُكُمْ مِنَ السَّمَاءِ وَالْأَرْضِ أَمَّنْ يَمْلِكُ السَّمْعَ وَالْأَبْصَارَ وَمَنْ يُخْرِجُ الْحَيَّ مِنَ الْمَيِّتِ وَيُخْرِجُ الْمَيِّتَ مِنَ الْحَيِّ وَمَنْ يُدَبِّرُ الْأَمْرَ فَسَيَقُولُونَ اللَّهُ فَقُلْ أَفَلَا تَتَّقُونَ (31)
Katakanlah: "Siapakah yang memberi rezeki kepadamu dari langit dan bumi, atau siapakah yang kuasa (menciptakan) pendengaran dan penglihatan, dan siapakah yang mengeluarkan yang hidup dari yang mati dan mengeluarkan yang mati dari yang hidup dan siapakah yang mengatur segala urusan?" Maka mereka akan menjawab: "Allah". Maka katakanlah "Mangapa kamu tidak bertakwa kepada-Nya)?" (10: 31)
Setelah ayat-ayat sebelumnya menyinggung kesulitan dan problema Musyrikin pada Hari Kiamat, Allah Swt berkata kepada Nabi-Nya, "Bertanyalah kepada mereka, kalian yang menerima Allah juga memahami bahwa pada suatu hari kalian akan kembali kepada-Nya. Karena sesungguhnya Dia melingkupi semua perwujudan kalian, lalu mengapa kalian mengganti-Nya dengan sesembahan seperti patung sebagai perantara, tanpa sedikitpun khawatir akan kemurkaan Allah?"
Kendatipun dari ayat-ayat al-Quran yang lain menyebutkan bahwa kaum Musyrikin pada era Jahiliah juga menerima Allah Swt sebagai Tuhan pencipta alam dan penciptanya. Akan tetapi pengurusan segala sesuatu dan sebagian kejadian-kejadian alam diyakini mereka telah diserahkan kepada para malaikat. Semua ini seakan membenarkan bahwa Tuhan menyerahkan segala urusan alam semesta ini kepada mereka, sedang Dia tidak tidak ikut campur dalam urusan tersebut. Namun justru al-Quran al-Karim menafikan pemikiran batil ini dan disebutnya sebagai sejenis syirik dan menyekutukan Allah.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Menciptakan pertanyaan dan pemikiran guna memperoleh jawaban, serta merujuk kepada fitrah yang suci, merupakan cara yang dilakukan oleh para nabi ketika begaul dengan masyarakat.
2. Alam semesta memerlukan penggabungan dalam pengurusan, sedang kesatuan dalam pengelolaan alam semesta ini menunjukkan Kemahassaan Allah Swt sebagai pencipta alam ini.
فَذَلِكُمُ اللَّهُ رَبُّكُمُ الْحَقُّ فَمَاذَا بَعْدَ الْحَقِّ إِلَّا الضَّلَالُ فَأَنَّى تُصْرَفُونَ (32) كَذَلِكَ حَقَّتْ كَلِمَةُ رَبِّكَ عَلَى الَّذِينَ فَسَقُوا أَنَّهُمْ لَا يُؤْمِنُونَ (33)
Maka (Zat yang demikian) itulah Allah Tuhan kamu yang sebenarnya; maka tidak ada sesudah kebenaran itu, melainkan kesesatan. Maka bagaimanakah kamu dipalingkan (dari kebenaran)? (10: 32)
Demikianlah telah tetap hukuman Tuhanmu terhadap orang-orang yang fasik, karena sesungguhnya mereka tidak beriman. (10: 33)
Setelah menjelaskan berbagai contoh peran pengaturan Allah Swt terhadap langit dan bumi, serta pengakuan kaum Musyrikin tentang Kemahapenciptaan Allah, dua ayat ini dengan tegas mengatakan, "Alangkah Maha Kuasanya Tuhan ini. Dia juga yang membina dan mengurus kalian. Karena itu bukan berhala yang mengurus alam semesta ini. Akan tetapi Allah Tuhan Yang Maha Pencipta. Semua yang ada di dunia ini membutuhkan Allah Swt."
Lanjutan dari ayat-ayat ini memuat celaan dari Allah dengan mengatakan, "Tidak ada perkara lain di antara kebenaran dan kebatilan. Karena itu, setiap sesuatu bisa dikategorikan batil bila tidak ada kebenaran sama sekali di dalamnya. Dengan demikian, bila disebut bahwa Allah itu benar, maka berhala yang dikhayalkan kaum Musyrikin itu adalah batil. Namun mereka tidak mau membenarkan hal ini. Sementara barangsiapa yang tetap bersikap keras kepala dan tidak mau tunduk, bahkan tetap tidak bergerak menuju kebenaran, maka mereka tidak akan memperoleh hidayah, petunjuk, iman dan taufik.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Di antara kebenaran dan kebatilan, tidak ada lagi jalan yang lainnya. Karena itu selama hal tersebut tidak benar, maka pastilah batil. Oleh sebab itulah bersikap tidak memihak dalam hal kebenaran dan kebatilan itu tertolak.
2. Manusia bila memilih jalan fasik, kejelekan dan dosa, maka pastilah ia akan mencegah manusia itu untuk beriman kepada Allah dan Islam.
Tafsir Al-Quran, Surat Yunus Ayat 24-27
Ayat ke 24
إِنَّمَا مَثَلُ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا كَمَاءٍ أَنْزَلْنَاهُ مِنَ السَّمَاءِ فَاخْتَلَطَ بِهِ نَبَاتُ الْأَرْضِ مِمَّا يَأْكُلُ النَّاسُ وَالْأَنْعَامُ حَتَّى إِذَا أَخَذَتِ الْأَرْضُ زُخْرُفَهَا وَازَّيَّنَتْ وَظَنَّ أَهْلُهَا أَنَّهُمْ قَادِرُونَ عَلَيْهَا أَتَاهَا أَمْرُنَا لَيْلًا أَوْ نَهَارًا فَجَعَلْنَاهَا حَصِيدًا كَأَنْ لَمْ تَغْنَ بِالْأَمْسِ كَذَلِكَ نُفَصِّلُ الْآَيَاتِ لِقَوْمٍ يَتَفَكَّرُونَ (24)
Sesungguhnya perumpamaan kehidupan duniawi itu, adalah seperti air (hujan) yang Kami turunkan dan langit, lalu tumbuhlah dengan suburnya karena air itu tanam-tanaman bumi, di antaranya ada yang dimakan manusia dan binatang ternak. Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-permliknya mengira bahwa mereka pasti menguasasinya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab Kami di waktu malam atau siang, lalu Kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah Kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (Kami) kepada orang-orang berfikir. (10: 24)
Allah Swt dalam al-Quran untuk menjelaskan sebagian hakikat, dengan menggunakan metode tamtsil atau perumpamaan. Di antaranya seperti yang ada pada ayat ini, yaitu kerapuhan dan lekas rusaknya dunia, sebagaimana yang diumpamakan oleh al-Quran dengan bumi menghijau dengan diturunkannya hujan. Namun betapa banyaknya tetumbuhan yang tumbuh di muka bumi akan hancur dan mati dengan cuaca panas yang terik, atau dengan angin topan dahsyat, banjir dan lain sebagainya, sehingga seakan di kawasan tersebut tidak ada samasekali tanaman atau tetumbuhan.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berbagai pemandangan alam yang indah tidak boleh mengecoh manusia sehingga mereka menjadi terikat dan cinta kepada dunia. Karena sesungguhnya dunia itu fana dan semuanya tidak akan bertahan lama dan hancur.
2. Umur manusia di dunia sebagaimana umurnya tetumbuhan dan bunga-bunga yang dalam waktu sekejab akan layu dan rusak. Karena itu janganlah kita merasa bisa tinggal di dunia ini untuk selamanya.
وَاللَّهُ يَدْعُو إِلَى دَارِ السَّلَامِ وَيَهْدِي مَنْ يَشَاءُ إِلَى صِرَاطٍ مُسْتَقِيمٍ (25)
Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam). (10: 25)
Dalam menyikapi kehidupan dunia yang pendek dan singkat, sebaiknya manusia memikirkan kehidupan akhirat sebagaimana yang dianjurkan dan dipesankan oleh Allah Swt. Allah mengutus para nabi untuk memberi petunjuk kepada umat manusia, agar selalu berpikir mengenai keselamatan dan kesejahteraan hidup yang sebenarnya. Sudah jelas bahwa barangsiapa yang dalam perjalanan hidupnya selalu berjalan pada jalan petunjuk, maka amal perbuatan mereka pasti akan dijauhkan dari kesesatan dan tetap berada pada jalan yang lurus.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Kenikmatan dan kenyamanan dunia tidaklah abadi, fana dan akan cepat berlalu. Sedangkan kenikmatan dan kebahagiaan akhirat adalah abadi.
2. Bergerak di jalan Allah yang lurus hanya satu-satunya jalan untuk bisa mencapai ketenangan dan kesejahteraan sejati. Dengan demikian, hati manusia di dunia menjadi tenang dan di akhirat kelak manusia itu akan dituntun menuju kepada kebahagiaan surga yang kekal.
لِلَّذِينَ أَحْسَنُوا الْحُسْنَى وَزِيَادَةٌ وَلَا يَرْهَقُ وُجُوهَهُمْ قَتَرٌ وَلَا ذِلَّةٌ أُولَئِكَ أَصْحَابُ الْجَنَّةِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (26)
Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya. (10: 26)
Setelah ayat sebelumnya menyinggung masalah surga, ayat ini mengatakan, "Allah Swt akan memberikan surga kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Pahala dan balasan mereka lebih baik dari amal perbuatannya, baik dari segi kuantitas dan kualitas." Semantara pada ayat-ayat yang lain disebutkan, seberapa pun amal perbuatan yang baik itu dilakukan, pastilah akan mendapatkan balasan dan pahala setimpal dengannya, bahkan dalam hal infak atau sedakah telah dinyatakan bahwa pahala dan balasannya dilibat gandakan sampai 700 kali.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah Swt di samping menyeru juga menunjukkan jalan yang lurus kepada umat manusia. Dia memberi dorongan dan semangat agar umat manusia bisa sampai ke tempat tujuan dan memperoleh pahala yang berlipat ganda. Karena itu mengapa seruan Allah melalui para nabi tidak kita terima, bahkan mencari jalan lain?
2. Melaksanakan amal perbuatan baik berarti telah mencari kehidupan abadi di surga yang penuh dengan nikmat Ilahi.
وَالَّذِينَ كَسَبُوا السَّيِّئَاتِ جَزَاءُ سَيِّئَةٍ بِمِثْلِهَا وَتَرْهَقُهُمْ ذِلَّةٌ مَا لَهُمْ مِنَ اللَّهِ مِنْ عَاصِمٍ كَأَنَّمَا أُغْشِيَتْ وُجُوهُهُمْ قِطَعًا مِنَ اللَّيْلِ مُظْلِمًا أُولَئِكَ أَصْحَابُ النَّارِ هُمْ فِيهَا خَالِدُونَ (27)
Dan orang-orang yang mengerjakan kejahatan (mendapat) balasan yang setimpal dan mereka ditutupi kehinaan. Tidak ada bagi mereka seorang pelindungpun dari (azab) Allah, seakan-akan muka mereka ditutupi dengan kepingan-kepingan malam yang gelap gelita. Mereka itulah penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya. (10: 27)
Kita diperintahkan untuk berbuat kebaikan kepada orang-orang yang berbuat kebaikan. Karena orang yang berbuat kejelekan pasti akan mendapat kesulitan, kemurkaan dan azab Allah. Bila azab telah diturunkan, maka tidak ada tempat untuk melarikan diri. Sedemikian dahsyatnya kemurkaan dan siksaan Allah, sehingga wajah pelaku keburukan berubah menjadi hitam dan gelap karena ketakutan. Bila keadilan Allah diberlakukan atas manusia, maka setiap balasan yang ditimpakan kepada manusia sesuai dengan dosa yang mereka lakukan, tidak lebih dan tidak kurang. Sementara untuk mereka yang berbuat kebajikan, maka Allah dengan kemuliaan dan kelembutannya akan memberi pahala melebihi batas perbuatan baik mereka.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Allah Swt menciptakan manusia dalam keadaan bebas dan merdeka. Manusia bebas memilih jalan hidupnya. Itulah mengapa ada manusia yang berbuat baik dan ada yang berbuat kejahatan.
2. Dalam sistim pendidikan dan pengajaran Islam, senantiasa disertakan banyaknya dorongan semangat untuk mendapatkan pahala dan balasan Allah, daripada peringatan atas ancaman dan siksaan Allah.
Tafsir Al-Quran, Surat Yunus Ayat 19-23
Ayat ke 19
وَمَا كَانَ النَّاسُ إِلَّا أُمَّةً وَاحِدَةً فَاخْتَلَفُوا وَلَوْلَا كَلِمَةٌ سَبَقَتْ مِنْ رَبِّكَ لَقُضِيَ بَيْنَهُمْ فِيمَا فِيهِ يَخْتَلِفُونَ (19)
Manusia dahulunya hanyalah satu umat, kemudian mereka berselisih. Kalau tidaklah karena suatu ketetapan yang telah ada dari Tuhanmu dahulu, pastilah telah diberi keputusan di antara mereka, tentang apa yang mereka perselisihkan itu. (10: 19)
Allah Swt telah menciptakan semua manusia dengan fithrah tauhid yang bersih. Karena itu, pada awalnya semua manusia merupakan umat yang satu. Akan tetapi dengan berlalunya waktu dan muncul beragam kecenderungan setan membuat satu kelompok memiliki kecenderungan setan dan kesyirikan. Akhirnya manusia terbagi menjadi dua kelompok besar; pertama, mereka yang mengesakan Allah dan kedua mereka yang menyekutukan-Nya. Namun Allah Swt berkeinginan agar manusia sendirilah yang memilih dan menentukan jalan hidup mereka. Karena itu Tuhan memberikan kesempatan dan batas waktu kepada mereka yang menyimpang untuk berbuat sesuatu yang mereka kehendaki. Apabila hal ini bukan Sunnatullah, mereka akan langsung diberi balasan dan siksa di dunia ini.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Nilai manusia adalah tergantung pada sikap dan tindakan yang dilakukannya, jika tidak, iman yang terpaksa pun akan menjadi suatu kebanggaan.
2. Perbedaan dalam akidah dan perbuatan merupakan suatu kondisi yang terjadi di dalam berbagai masyarakat.
وَيَقُولُونَ لَوْلَا أُنْزِلَ عَلَيْهِ آَيَةٌ مِنْ رَبِّهِ فَقُلْ إِنَّمَا الْغَيْبُ لِلَّهِ فَانْتَظِرُوا إِنِّي مَعَكُمْ مِنَ الْمُنْتَظِرِينَ (20)
Dan mereka berkata: "Mepada tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) suatu keterangan (mukjizat) dari Tuhannya?" Maka katakanlah: "Sesungguhnya yang ghaib itu kepunyaan Allah, sebab itu tunggu (sajalah) olehmu, sesungguhnya aku bersama kamu termasuk orang-orang yang manunggu. (10: 20)
Nabi Muhammad Saw memiliki mukjizat sama dengan para nabi lainnya. Mukjizat utama beliau adalah al-Quran al-Karim, dimana orang-orang Musyrik tidak mampu mendatangkan suatu ayat pun yang sama dengan al-Quran. Akan tetapi mereka dengan mencari-cari alasan, setiap hari mengusulkan agar bisa melihat mukjizat dan meminta kepada Nabi Saw agar beliau mengeluarkan mukjizat yang mereka inginkan.
Namun Nabi Muhammad dalam menjawab permintaan mereka mengatakan, "Mukjizat di tangan Allah dan bukan di tanganku. Karena itu kapan saja bila Tuhan menginginkan, maka mukjizat akan dapat ditunjukkan, sedangkan hal-hal yang kalian inginkan itu tidak lain merupakan alasan yang kalian cari-cari. Karena itu kalian harus perhatikan bahwa biasanya berbagai keinginan orang-orang Musyrik yang tidak pada tempatnya dan tidak rasional. Sebagaimana pada ayat-ayat sebelumnya yang telah dibahas, yaitu mereka meminta kepada Nabi Saw agar beliau mendatangkan kitab Quran yang lainnya, atau meminta agar Nabi Muhammad terbang ke langit, atau beliau memiliki kursi singgasana yang terbuat dari emas.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Akar kekafiran dan syirik bukan dikarenakan tidak adanya mukjizat, tapi kembali pada sikap keras kepala di hadapan kebenaran.
2. Mukjizat adalah kehendak dan keinginan Allah Swt, bukan karena mengikuti berbagai keinginan manusia.
وَإِذَا أَذَقْنَا النَّاسَ رَحْمَةً مِنْ بَعْدِ ضَرَّاءَ مَسَّتْهُمْ إِذَا لَهُمْ مَكْرٌ فِي آَيَاتِنَا قُلِ اللَّهُ أَسْرَعُ مَكْرًا إِنَّ رُسُلَنَا يَكْتُبُونَ مَا تَمْكُرُونَ (21)
Dan apabila Kami merasakan kepada manusia suatu rahmat, sesudah (datangnya) bahaya menimpa mereka, tiba-tiba mereka mempunyai tipu daya dalam (menentang) tanda-tanda kekuasaan Kami. Katakanlah: "Allah lebih cepat pembalasannya (atas tipu daya itu)". Sesungguhnya malaikat-malaikat Kami menuliskan tipu dayamu. (10: 21)
Dalam sejarah disebutkan bahwa kota Mekah pernah mengalami kesulitan dan paceklik, namun Allah Swt menurunkan hujan rahmat yang dapat menyelamatkan mereka berkat adanya Nabi Muhammad Saw. Akan tetapi orang-orang Kafir mengatakan, "Hujan ini turun dikarenakan berkat dan perwujudan patung-patung berhala ini. Kemudian ayat ini diturunkan dan memperingatkan kepada mereka, yaitu apabila kalian mencari kebenaran, maka hujan ini adalah salah satu mukjizat Allah. Namun dengan keras kepala dan sikap berbelit-belit yang licik telah menyebabkan rahmat Allah ini dinisbatkan kepada berhala-berhala yang tidak bernyawa itu, dan samasekali hal itu bukan karena berkat Rasulullah Muhammad Saw. Akan tetapi ketahuilah bahwa para malaikat membenarkan semuan pekerjaan utusan-utusan Allah kepada umat manusia ini, sedang orang-orang Kafir harus siap dimintai tanggung jawab atas berbagai sikap dan tingkah-laku mereka pada Hari Kiamat kelak. Meski Allah di dunia ini juga memberi sangsi atas perbuatan jahat dan tipu daya kaum Kafirin, sedang mereka tidak akan mampu mengelak kehendak Allah ini.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Umat manusia telah memanfaat berbagai nikmat Allah Swt, akan tetapi sebagian besar dari manusia yang semestinya bersyukur mereka malah memikirkan untuk berbuat tipu daya.
2. Balasan dan siksa Allah Swt disesuaikan dengan kejahatan dan dosa manusia itu. Adapun balasan atas kejahatan dan tipu manusia itu, lebih kuat dan dahsyat dari sekedar orang yang menderita terkena kejahatan tersebut.
هُوَ الَّذِي يُسَيِّرُكُمْ فِي الْبَرِّ وَالْبَحْرِ حَتَّى إِذَا كُنْتُمْ فِي الْفُلْكِ وَجَرَيْنَ بِهِمْ بِرِيحٍ طَيِّبَةٍ وَفَرِحُوا بِهَا جَاءَتْهَا رِيحٌ عَاصِفٌ وَجَاءَهُمُ الْمَوْجُ مِنْ كُلِّ مَكَانٍ وَظَنُّوا أَنَّهُمْ أُحِيطَ بِهِمْ دَعَوُا اللَّهَ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ لَئِنْ أَنْجَيْتَنَا مِنْ هَذِهِ لَنَكُونَنَّ مِنَ الشَّاكِرِينَ (22) فَلَمَّا أَنْجَاهُمْ إِذَا هُمْ يَبْغُونَ فِي الْأَرْضِ بِغَيْرِ الْحَقِّ يَا أَيُّهَا النَّاسُ إِنَّمَا بَغْيُكُمْ عَلَى أَنْفُسِكُمْ مَتَاعَ الْحَيَاةِ الدُّنْيَا ثُمَّ إِلَيْنَا مَرْجِعُكُمْ فَنُنَبِّئُكُمْ بِمَا كُنْتُمْ تَعْمَلُونَ (23)
Dialah Tuhan yang menjadikan kamu dapat berjalan di daratan, (berlayar) di lautan. Sehingga apabila kamu berada di dalam bahtera, dan meluncurlah bahtera itu membawa orang-orang yang ada di dalamnya dengan tiupan angin yang baik, dan mereka bergembira karenanya, datanglah angin badai, dan (apabila) gelombang dari segenap penjuru menimpanya, dan mereka yakin bahwa mereka telah terkepung (bahaya), maka mereka berdoa kepada Allah dengan mengikhlaskan ketaatan kepada-Nya semata-mata. (Mereka berkata): "Sesungguhnya jika Engkau menyelamatkan kami dari bahaya ini, pastilah kami akan termasuk orang-orang yang bersyukur". (10: 22)
Maka tatkala Allah menyelamatkan mereka, tiba-tiba mereka membuat kezaliman di muka bumi tanpa (alasan) yang benar. Hai manusia, sesungguhnya (bencana) kezalimanmu akan menimpa dirimu sendiri; (hasil kezalimanmu) itu hanyalah kenikmatan hidup duniawi, kemudian kepada Kami-lah kembalimu, lalu Kami kabarkan kepadamu apa yang telah kamu kerjakan. (10: 23)
Pada awal pembahasan telah disebutkan bahwa Allah Swt telah menciptakan semua manusia dengan fithrah tauhid yang bersih. Ayat ini menyatakan, "Namun berbagai manifestasi tipuan dunia ini terhadap fitrah yang suci ini telah menyebabkan tertutup dan lupanya manusia dari anugerah dan ciptaan Allah ini. Akan tetapi dalam berbagai kondisi krisis manusia mudah panik, kalut dan putus asa sehingga manusia itu lepas kendali, tidak terikat kepada sesuatu dan siapapun. Namun di saat kesadaran fitrah itu timbul kembali, manusia akan ingat dan berhubungan dengan Allah Swt sehingga dengan sangat ikhlas dia akan menyebut-nyebut nama Allah dan menunggu pertolongan dari-Nya.
Tetapi betapa sangat disayangkan bahwa manusia itu mudah kalut dan putus asa. Di saat didera oleh berbagai kesulitan dan problem, dia lupa terhadap kehidupan dunia yang serba singkat dengan seluruh sisi-sisi keterbatasannya. Namun di saat kesadaran dan fithrah mereka timbul kembali, maka manusia itu akan kembali kepada Allah, dan dia terus memohon kepada Tuhannya atas semua pekerjaan-pekerjaan mereka.
Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berbagai peristiwa dan kejadian alam dapat menjadikan kesombongan dan bangga diri manusia itu tersisikan, sebagai gantinya fitrah Ilahiyah segera timbul.
2. Beriman sesaat dan temporal tidaklah ada artinya. Iman kepada Allah haruslah seterusnya dan tetap, baik manusia itu berada dalam kondisi sejahtera, makmur ataupun dalam kondisi susah dan prihatin.
3. Pada umumnya manusia di saat mendapatkan anugrrah dan nikmat Allah, mereka tidak mau bersyukur dan terima kasih, dalam artian semestinya manusia itu menjadi orang yang patuh, namun justru menjadi orang yang menentang dan menyimpang.
Tafsir Al-Quran, Surat Yunus Ayat 11-14
Ayat ke 11
وَلَوْ يُعَجِّلُ اللَّهُ لِلنَّاسِ الشَّرَّ اسْتِعْجَالَهُمْ بِالْخَيْرِ لَقُضِيَ إِلَيْهِمْ أَجَلُهُمْ فَنَذَرُ الَّذِينَ لَا يَرْجُونَ لِقَاءَنَا فِي طُغْيَانِهِمْ يَعْمَهُونَ (11)
Artinya:
Dan kalau sekiranya Allah menyegerakan kejahatan bagi manusia seperti permintaan mereka untuk menyegerakan kebaikan, pastilah diakhiri umur mereka. Maka Kami biarkan orang-orang yang tidak mengharapkan pertemuan dengan Kami, bergelimangan di dalam kesesatan mereka. (10: 11)
Salah satu dari Sunnatullah yang berhubungan dengan umat manusia, yaitu memberikan batas waktu kepada mereka, sehingga setiap orang dapat dengan leluasa memilih dan melaksanakan jalan mereka. Sudah barang tentu banyak orang yang memanfaatkan kesempatan yang diberikan oleh Tuhan ini dengan cara yang tidak benar, sehingga tidak jarang mereka gunakan hal ini untuk perjalanan melakukan maksiat. Akan tetapi Allah Swt berdasarkan pada sifat kasih sayang-Nya kepada umat manusia, Dia telah memberikan kesempatan, sehingga perbuatan masa lalu mereka dapat ditebus dengan taubat.
Karena itulah barangsiapa yang berterus-terusan dalam melakukan kezaliman dan dosa, sudah pasti Allah tetap membukakan kebebasan manusia itu untuk melakukan apa saja yang dikehendakinya. Dengan demikian, ketika mereka meninggal, maka mereka akan mendapatkan bahasan dan siksa dari hasil perbuatan mereka tersebut di Hari Kiamat.
Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Tidak dihancurkannya orang-orang Kafir dan zalimin, bukan sebagai pertanda kebenaran mereka dan menunjukkan bahwa Allah Swt itu lemah dan tidak mampu, akan tetapi justru hal itu mengindikasikan Tuhan telah memberi kesempatan dan batas waktu kepada mereka.
2. Mereka yang telah merasa mencundangi Tuhan, dan telah bersenang-senang terhadap diri mereka, sebenarnya telah terjerumus ke dalam kesulitan yang memusingkan dikarenakan perbuatan mereka tidak bertujuan sama sekali.
Ayat ke 12
وَإِذَا مَسَّ الْإِنْسَانَ الضُّرُّ دَعَانَا لِجَنْبِهِ أَوْ قَاعِدًا أَوْ قَائِمًا فَلَمَّا كَشَفْنَا عَنْهُ ضُرَّهُ مَرَّ كَأَنْ لَمْ يَدْعُنَا إِلَى ضُرٍّ مَسَّهُ كَذَلِكَ زُيِّنَ لِلْمُسْرِفِينَ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ (12)
Artinya:
Dan apabila manusia ditimpa bahaya dia berdoa kepada Kami dalam keadaan berbaring, duduk atau berdiri, tetapi setelah Kami hilangkan bahaya itu daripadanya, dia (kembali) melalui (jalannya yang sesat), seolah-olah dia tidak pernah berdoa kepada Kami untuk (menghilangkan) bahaya yang telah menimpanya. Begitulah orang-orang yang melampaui batas itu memandang baik apa yang selalu mereka kerjakan. (10: 12)
Ketenangan dan kesejahteraan di dunia dapat menyebabkan manusia itu terlupa dan lalai dalam mengingat Allah dan menjadikan hati mereka terikat dengan dunia. akan tetapi justru kesulitan dan berbagai problematika akan menjadikan manusia itu tersadarkan dari kelengahan, dan dia akan mengerti bahwa manusia itu adalah makhluk yang lemah dan tidak mampu. Karena itulah sewaktu manusia itu menghadapi kesulitan dan problema, dia akan menyebut Tuhan baik manusia itu sedang berbaring sakit ataupun sedang duduk berpikir untuk mengatasi problema mereka.
Oleh karena itu alangkah baiknya setelah manusia itu dapat mengatasi kesulitan dan problemanya, dia lalu bersyukur kehadirat Allah sehingga selama beberapa saat dia kembali menyebut Allah. Akan tetapi sayangnya pada umumnya manusia lebih suka berjalan menuruti nafsunya, sehingga kembali manusia lupa kepada Tuhannya. Seakan mereka tidak memiliki masalah apapun, padahal Allah Swt telah memberikan jalan keluar atas problem mereka.
Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:
1. Iman kepada Allah mengambil tempat di kedalaman jiwa manusia itu, sedang berbagai peristiwa pahit akan menjadi unsur yang menyadarkan fitrah manusia yang cinta kepada Tuhan.
2. Sewaktu timbulnya berbagai kesulitan dan masalah, doa dan munajat kehadirat Allah merupakan hal-hal yang dipesankan dan dibenarkan oleh agama-agama Ilahi.
3. Lupa dan tidak mau bersyukur merupakan unsur yang menjauhkan manusia dari jalur kebenaran, sehingga hal-hal yang bathil itu baginya dianggapnya sebagai indah.
Ayat ke 13-14
وَلَقَدْ أَهْلَكْنَا الْقُرُونَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَمَّا ظَلَمُوا وَجَاءَتْهُمْ رُسُلُهُمْ بِالْبَيِّنَاتِ وَمَا كَانُوا لِيُؤْمِنُوا كَذَلِكَ نَجْزِي الْقَوْمَ الْمُجْرِمِينَ (13) ثُمَّ جَعَلْنَاكُمْ خَلَائِفَ فِي الْأَرْضِ مِنْ بَعْدِهِمْ لِنَنْظُرَ كَيْفَ تَعْمَلُونَ (14)
Artinya:
Dan sesungguhnya Kami telah membinasakan umat-umat sebelum kamu, ketika mereka berbuat kezaliman, padahal rasul-rasul mereka telah datang kepada mereka dengan membawa keterangan-keterangan yang nyata, tetapi mereka sekali-kali tidak hendak beriman. Demikianlah Kami memberi pembalasan kepada orang-orang yang berbuat dosa. (10: 13)
Kemudian Kami jadikan kamu pengganti-pengganti (mereka) di muka bumi sesudah mereka, supaya Kami memperhatikan bagaimana kamu berbuat. (10: 14)
Sekalipun Allah telah memberikan kesempatan dan batas waktu bagi orang-orang yang berbuat dosa, dan Dia tidak menghancurkan dunia mereka. Allah memperlakukan masyarakat yang telah menanggung kezaliman tidak sama, tapi pada akhirnya setiap pelaku kezaliman akan dihancurkan. Akar segala bentuk kezaliman dan kekufuran adalah ketidakberagamaan yang menyebabkan manusia mengabaikan petunjuk para nabi. Manusia akan diajak untuk melakukan perbuatan jahat dan dosa. Kemudian akan datang kaum dan bangsa-bangsa yang baru sebagai ganti dari kaum terdahulu. Karena itu kita harus bisa mengambil pelajaran dari sejarah mereka. Bila kita berjalan pada jalan mereka, berarti kita harus siap-siap menunggu dan menerima nasib seperti kaum dan bangsa-bangsa terdahulu itu.
Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:
1. Berbuat zalim merupakan unsur yang dapat menghancurkan manusia. Hal ini berlaku bagi mereka yang tidak ingin beriman kepada Allah dan memperbaiki dirinya.
2. Nasib suatu masyarakat terletak di tangan mereka sendiri. Perbuatan baik dan buruk menentukan nasib mereka.
3. Apabila kita memperoleh kekuasaa, dan memegang tampuk pemerintahan, maka ketahuilah bahwa Tuhan akan menguji dan mencoba kita. Tapi ketahuilah bahwa setiap manusia sama di sisi Allah.
Harapan Besar Hollande dari Riyadh
Presiden Perancis, Francois Hollande melawat Riyadh, Arab Saudi dengan membawa segudang harapan. Lawatan tersebut dimulai sejak Ahad (29/12). Presiden Perancis dari kubu Sosialis ini berusaha menyelamatkan perekonomian negaranya dan mengurangi angka pengangguran dengan menjalin berbagai kontrak dengan negara kaya minyak dunia ini.
Arab Saudi tercatat sebagai mitra dagang pertama Perancis di Timur Tengah. Volume perdagangan kedua negara di tahun ini mencapai delapan miliar euro. Tahun ini Perancis berhasil menjual produk dan jasa ke Arab Saudi senilai tiga miliar euro, namun Paris membeli minyak dan olahannya dari Riyadh sebesar lima miliar euro.
Hollande optimis dengan menjalin sejumlah kontrak, khususnya penjualan senjata ke Riyadh, berusaha mengubah neraca perdangangan kedua negara yang saat ini lebih menguntungkan Arab Saudi menjadi keuntungan Paris. Arab Saudi dari 15 negara dunia tercatat sebagai negara yang paling besar membelanjakan anggaran negaranya untuk sektor militer. Dalam hal ini Riyadh menempati posisi ketujuh dunia. Perbandingan antara anggaran militer dan produk bruto Arab Saudi sebesar sembilan persen. Jika dilihat dalam anggaran seluruh negara dunia, maka angka ini mencakup 2,3 persen dari anggaran total militer di dunia.
Salah satu kinerja Perancis untuk menyelamatkan perekonomiannya adalah mengekspor secara besar-besaran senjata. Oleh karena itu, Riyadh dalam hal ini menjadi sasaran pasar terbesar Paris. Berbagai lobi Perancis dengan petinggi Arab Saudi berujung pada kesepakatan Riyadh untuk membeli roket dari darat ke udara Crotale dari Paris. Diharapkan kesepakatan tersebut menjadi final dalam lawatan Hollande kali ini.
Transaksi rudal jarak pendek Crotale dan memiliki fungsi sebagai sistem pertahanan udara serta darat, ditaksir senilai 2,7 miliar dolar. Selain itu, petinggi Paris mengharuskan mitra Arabnya ini untuk menandatangani kontrak teknis dan jasa perawatan dengan perusahaan Perancis senilai 2,4 miliar euro.
Jika Hollande berhasil meraih ambisinya dalam lawatan ke Riyadh kali ini dan menjadikan kontrak tersebut final, maka salah satu perusahaan senjata Perancis yang tengah dilanda krisis akan terselamatkan. Perusahaan Thales, merupakan salah satu dari 500 perusahaan besar dunia dan memiliki 65 ribu pekerja yang tersebar di 56 negara dunia.
Pemasukan Thales di tahun 2011 mencapai lebih dari 13 miliar euro. 60 persen penjualan perusahaan ini dari senjata. Di dunia, Thales menempati peringkat ke 11 dari kontraktor militer. Sementara itu, Paris termasuk salah satu pemilik saham di Thales yang tengah dilanda krisis serta menunggu berita baik dari lawatan Hollande ke Riyadh.
Di sisi lain, Hollande berusaha mencantumkan pembelian kapal destroyer jenis Sawari dan kapal selam dalam kontrak senjata dengan Arab Saudi. Namun petinggi Riyadh ternyata mengalokasikan dana besar militernya untuk memajukan kebijakan luar negerinya. Salah satunya adalah memberi konsesi dalam pembelian senjata yang besar, sehingga mampu menggalang koordinasi lebih besar dengan pemerintah Paris dalam kebijakan Riyadh di Suriah, khususnya terhadap Iran serta menekan Tehran.
Konsesi ekonomi merupakan salah satu harapan Paris dari Riyadh. Arab Saudi untuk menjatuhkan pemerintahan Bashar al-Assad di Suriah juga sangat membutuhkan kerjasama lebih besar dengan Paris. Riyadh meminta Paris menjegal rencana internasional terkait rekonsiliasi nasional di Suriah. Sejatinya syarat Riyadh kepada Paris adalah untuk menyukseskan rencana Arab Saudi di Timur Tengah. Di Timur Tengah Arab Saudi berusaha memperlemah front muqawama anti Israel dan meningkatkan saham Riyadh dalam konstelasi di kawasan.
Peran Iran dalam Proses Pemusnahan Senjata Kimia Suriah
Pembahasan-pembahasan terkait masalah krisis Suriah dengan tema sentral Konferensi Jenewa 2 dalam beberapa hari terakhir semakin marak dilakukan. Bersamaan dengan itu, sejumlah langkah final juga dilakukan untuk merampungkan proses pemusnahan senjata kimia Suriah baik di dalam wilayah negara itu maupun dengan mengeluarkan sisa-sisa senjata tersebut.
Secara umum dapat dikatakan, dalam waktu kurang dari satu bulan sebelum digelarnya Konferensi Jenewa 2, yaitu pada 22 Januari 2014, langkah dan negosiasi-negosiasi yang dilakukan memasuki tahap yang lebih sensitif. Penekanan atas keikutsertaan Iran dalam Konferensi Jenewa 2 dengan maksud untuk membantu penyelesaian krisis Suriah merupakan salah satu tema utama upaya-upaya politik tersebut.
Pandangan Iran soal Suriah dari beberapa sisi, sangat penting untuk dicermati. Dari sisi politik Iran menentang segala bentuk aksi militer di Suriah dan menegaskan bahwa satu-satunya solusi krisis di negara Arab itu adalah dialog Suriah-Suriah dengan dukungan internasional. Oleh karena itu Iran menilai Konferensi Jenewa 2 sebagai peluang untuk mendekatkan ke sebuah strategi politik guna menyelesaikan krisis Suriah. Berkenaan dengan hal itu Iran menyatakan kesiapannya untuk ikut serta dalam konferensi tersebut.
Pembahasan kedua terkait upaya untuk membantu penyelesaian krisis Suriah adalah masalah pemusnahan senjata kimia di negara itu. Iran termasuk salah satu negara pertama yang menekankan pemusnahan senjata kimia Suriah di dalam mapun di luar negara tersebut di bawah pengawasan lembaga internasional. Terkait hal ini Iran telah melakukan sejumlah langkah praktis.
Dengan memperhatikan pengalaman-pengalaman teknis dan profesional dalam melaksanakan konvensi pelarangan senjata kimia, Iran mengumumkan kesiapannya untuk memberikan bantuan dan konsultasinya kepada Suriah dengan maksud untuk melaksanakan perjanjian konvensi dan pemusnahanan senjata kimia negara itu. Di sidang Lembaga Pelarangan Senjata Kimia ke-4, dewan eksekutif lembaga itu mengesahkan draf rincian pemusnahan senjata kimia Suriah yang diprakarsai sendiri oleh negara itu.
Berdasarkan draf tersebut, pemusnahan instalasi produksi senjata kimia di dalam wilayah Suriah harus dilakukan paling lambat sampai Maret 2014 dan pemindahan seluruh senjata itu untuk dimusnahkan di luar Suriah juga sampai pada waktu yang sama. Ini dilakukan berdasarkan sebuah program yang dibagi dalam beberapa tahap dan dilakukan di bawah pengawasan lembaga pelarangan senjata kimia.
Sehubungan dengan ini Iran menggelar pelatihan untuk melaksanakan isi perjanjian lembaga pelarangan luas senjata kimia di bawah pengawasan pakar Iran di Suriah. Faisal Meqdad, Deputi Menteri Luar Negeri Suriah, Sabtu lalu dalam konferensi persnya melaporkan, pelatihan ini dilakukan setelah Suriah bergabung dengan traktat pelarangan perluasan senjata kimia usulan Iran.
Bagaimanapun juga, tujuan utamanya adalah pemusnahan total senjata kimia, baik di dalam wilayah Suriah atau di luar negara itu. Tujuan ini akan segera tercapai sekalipun menghadapi masalah dan penundaan-penundaan sementara. Pemusnahan senjata kimia Suriah adalah salah satu sisi masalah.
Musuh-musuh Suriah sekarang sedang mencari dalih lain karena dalih mereka sebelumnya gagal dan berakhirnya skenario-skenario terkait penggunaan senjata kimia oleh militer Suriah. Tampaknya negara-negara yang melakukan intervensi di Suriah dan pendukung kelompok teroris di negara itu tidak menghendaki perdamaian serta stabilitas di Suriah.
Perang di Suriah hanya akan berakhir dengan dicabutnya akar terorisme, jika tidak perundingan tidak akan terlalu membantu penyelesaian masalah di negara Arab itu.
Kondisi Mengenaskan Wanita Muslim Myanmar
Publikasi berita menyedihkan terkait kondisi wanita Muslim Myanmar oleh sejumlah media telah mengungkap berlanjutnya kejahatan terhadap umat Islam di negara itu. Kali ini pelaku kejahatan adalah aparat keamanan Myanmar.
Stasiun televisi Press TV melaporkan, aparat keamanan Myanmar menculik wanita dan gadis-gadis Muslim Rohingya kemudian memukulinya, setelah itu mereka dipaksa untuk mengkonsumsi narkotika dan dibawa ke beberapa markas militer untuk diperkosa.
Sebelumnya media-media melaporkan, aparat keamanan Myanmar membantu warga Buddha dalam melakukan penyerangan terhadap Muslimin Rohingya, namun dibantah pemerintah Myanmar. Sementara itu Press TV dalam laporan beritanya pada tanggal 29 Desember 2013 mengatakan, wanita-wanita Muslim Rohingya diperlakukan sebagai budak pemuas nafsu di markas-markas militer Myanmar.
Berita ini menunjukkan bahwa proyek genosida di Myanmar terus berlanjut dalam berbagai bentuknya yang berbeda, menyusul reaksi negatif dunia internasional untuk menangangi kondisi Muslimin Rohingya. Perlakuan aparat keamanan Myanmar yang menjadikan wanita-wanita Muslim Rohingya sebagai alat pemuas nafsu binatangnya pada kenyataannya adalah salah satu dimensi kekerasan yang menimpa Muslimin di negara itu.
Sekretaris Jenderal Organisasi Kerjasama Islam (OKI) dalam kunjungan terbarunya ke Myanmar mengaku sangat terpukul dan menangis menyaksikan kondisi tidak manusiawi Muslimin yang tinggal di kamp-kamp kotor, penuh dengan sampah di luar kota Sittwe, pusat negara bagian pemukiman warga Muslim Rakhine. Pasalnya sebagian besar korban kekerasan adalah anak-anak kecil minoritas Rohingya yang kakek buyutnya sudah tinggal di Myanmar sejak ratusan tahun lalu, namun pemerintah Myanmar masih tidak menganggap mereka sebagai warga negara.
Di kamp-kamp pengungsian lebih dari setahun anak-anak Rohingya tidak pergi ke sekolah. Banyak orang sakit yang tidak diperbolehkan keluar kamp untuk berobat dan terpaksa menyuap penjaga kamp dengan uang dalam jumlah yang sangat besar.
Minoritas Muslim di Myanmar diperlakukan secara diskriminatif oleh pemerintah dan tidak dapat memperoleh hak-hak sipilnya. Sejak dua tahun terakhir kekerasan terhadap Muslim Myanmar terus meningkat. Lembaga-lembaga Hak Asasi Manusia internasional berulangkali menegur pemerintah Myanmar karena menutup mata atas kekerasan yang menimpa Muslimin negara itu. Lembaga HAM internasional menilai aparat keamanan Myanmar terlibat dalam kelanjutan aksi kekerasan terhadap warga Muslim, bahkan menyebutnya sebagai pelaku utama.
Sebagian pejabat negara berpenduduk 60 juta jiwa dan mayoritasnya adalah warga Buddha itu, sejak tahun 2011 bersamaan dengan berakhirnya kekuasaan junta militer, berjanji untuk menjalankan reformasi. Akan tetapi rakyat Myanmar tidak menyaksikan reformasi, mereka justru menjadi saksi terjadinya kekerasan terbesar dan genosida yang dilakukan terhadap Muslimin. Kekerasan yang setiap hari menemukan dimensi barunya yang lebih mengerikan. Hal ini dapat menjadi peringatan bagi masyarakat internasional untuk memberi penanganan serius terhadap masalah Muslimin di Myanmar.
Kendati pejabat departemen kehakiman Myanmar kerap berjanji kepada lembaga-lembaga internasional untuk berlaku adil dan menyeret para pelaku kekerasan ke meja hijau, namun terungkapnya aksi kekerasan baru yang dilakukan aparat keamanan Myanmar terhadap wanita-wanita Muslim negara itu menunjukkan bahwa mereka tidak serius menangani kondisi mengenaskan dan tragedi kemanusiaan di Myanmar.
9 Dey, Simbol Kewaspadaan Rakyat Iran Bela Revolusi Islam
Warga Iran hari Senin 30 Desember turun ke jalan menggelar pawai memperingati peristiwa penting 9 Dey yang terjadi empat tahun lalu. Ketika itu jutaan orang Iran turun ke jalan menyatakan dukungannya terhadap Revolusi Islam yang saat itu sedang menghadapi ancaman fitnah dari antek-antek asing di dalam negeri.
Pawai damai rakyat Iran tanggal 9 Dey 1388 Hs, yang bertepatan dengan 30 Desember 2009, berhasil meredam percikan kerusuhan selama delapan bulan yang terjadi di sejumlah kota, terutama Tehran yang dilakukan untuk melemahkan fondasi Republik Islam. Ketika itu segelintir perusuh yang termakan hasutan dan skenario musuh mulai memicu kerusuhan hingga puncaknya pada hari Asyura. Menghadapi situasi dan kondisi demikian, rakyat Iran mulai hilang kesabarannya karena nilai-nilai sakral Islam dinodai oleh para perusuh. Akhirnya rakyat Iran dengan kesadarannya sendiri turun ke jalan melumpuhkan skenario musuh yang sedang dilancarkan oleh kompradornya.
Pemimpin Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei menyebut peristiwa 9 dey sebagai hari bersejarah. Dan setiap tahun hingga kini diperingati di berbagai kota. Para analisis politik Iran memandang peristiwa fitnah yang melanda Iran pasca pemilu presiden tahun 2009, menunjukkan adanya jejak-jejak asing yang berupaya mengail ikan di air keruh. Analis Iran, Manouchehr Mohammadi menjelaskan keterlibatan pihak asing terutama agen-agen Israel dan AS dalam kerusuhan yang meletus di tahun 1388 Hs (2009).
Selain Tehran, peringatan 9 Dey dilakukan di berbagai kota di seluruh Iran. Ayatullah Mujtahid Shabistari dalam pidatonya memperingati peristiwa Dey di provinsi Azerbaijan Timur mengatakan bahwa tudingan kecurangan dalam pemilu sebagai alasan yang dibuat-buat oleh musuh dalam dan luar negeri. Imam Jumat Tabriz ini menegaskan bahwa bangsa Iran dengan kesadaran dan kewaspadaannya berhasil mematahkan konspirasi musuh.
Di provinsi Golestan, Ayatullah Allavi Gorgani dalam pidatonya menyinggung mengenai peran partisipatif rakyat dalam peristiwa 9 Dey yang mampu menggagalkan skenario musuh yang telah dirancang jauh hari sebelumnya.
Di Qom, Hujatul Islam wal Muslimin Saidi mengungkapkan bahwa peran rakyat dari berbagai lapisan masyarakat mampu menumbangkan konspirasi fitnah 1388 Hs. Imam Jumat Qom menilai kerusuhan yang terjadi empat tahum lalu sebagai ujian ilahi bagi orang-orang yang selama ini mengklaim sebagai pengikut jalan Imam Khomeini dan nilai-nilai Revolusi Islam. Ditegaskannya, protes terhadap hasil pemilu presiden tahun 2009 tidak lebih hanya sekedar alasan belaka.
Ali Larijani dalam pidatonya yang sampaikan di sidang parlemen menyebut peristiwa 9 Dey sebagai kemenangan bagi Revolusi Islam menghadapi konspirasi musuh yang melancarkan berbagai skenario untuk melumpuhkan Republik Islam.