کمالوندی

کمالوندی

Ayat ke 20

Artinya:

Orang-orang yang telah Kami berikan kitab kepadanya, mereka mengenalnya (Muhammad) seperti mereka mengenal anak-anaknya sendiri. Orang-orang yang merugikan dirinya, mereka itu tidak beriman (kepada Allah). (6: 20)

Ayat ini memiliki keserupaan dengan ayat 146 surat al-Baqarah, dimana pada ayat ini telah disinggung poin penting tentang orang-orang Kristen dan Yahudi. Dalam ayat ini disebutkan bahwa orang Kristen dan Yahudi yang hidup di zaman Nabi Muhammad Saw, benar-benar mengenal Nabi dengan baik. Mereka mengenal beliau seperti seorang ayah mengenal anak-anaknya. Seorang ayah mengetahui secara detil ciri-ciri anaknya. Hal itu dikarenakan nama dan tanda-tanda Nabi Muhammad Saw telah disebutkan dalam kitab Taurat dan Injil. Bahkan para ulama Ahli Kitab juga telah memberikan kabar gembira kepada masyarakat atas munculnya nabi yang dijanjikan itu.

Di akhir ayat ini disebutkan, mereka yang tidak bersedia menerima kebenaran dan menolak beriman jangan menyangka bahwa Nabi Muhammad Saw atau ajaran beliau itu membawa bencana dan kerusakan. Tetapi justru ajaran beliau ini yang mengantisipasi terjadinya kerusakan dan yang menjadi kendala pertumbuhan dan penyempurnaan maknawi seseorang.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Mengerti dan memahami kebenaran semata-mata tidaklah cukup. Namun yang terpenting adalah menerima dan mengikuti kebenaran. Betapa banyak orang yang mengenal Nabi Muhammad Saw, tapi tidak menerima ajaran beliau, dikarenakan sikap keras kepala dan banyak alasan.

2. Menurut al-Quran, kehancuran, kebangkrutan dan kerugian tidak hanya berkaitan dengan masalah dunia. Karena kehancuran yang paling dahsyat adalah kerusakan jiwa seseorang yang membuatnya tidak mampu memahami kesempurnaan jiwa.

 

Ayat ke 21:

Artinya:

Dan siapakah yang lebih aniaya daripada orang yang membuat-buat suatu kedustaan terhadap Allah, atau mendustakan ayat-ayat-Nya? Sesungguhnya orang-orang yang aniaya itu tidak mendapat keberuntungan. (6: 21)

Setelah ayat-ayat sebelumnya menjelaskan sikap orang Musyrik dan Kafir mengenai kebatilan mereka, ayat ini mengatakan sejelek-jelek kezaliman adalah kezaliman pemikiran dan akidah, dimana manusia dengan tanpa dalil dan alasan telah menyekutukan Allah dengan sesuatu, atau membohongkan ayat-ayat Allah yang diturunkan untuk memberi petunjuk kepada umat manusia. Merusak tatanan sosial dan tidak peduli akan hak masyarakat merupakan perbuatan tidak terpuji, tapi bila dilihat lebih jeli lagi, akar dari semua kejahatan itu adalah syirik dan kufur.

Sebaliknya, seseorang yang menyembah Allah dan mengerjakan ajaran Nabi Muhammad Saw, maka ia tidak akan melanggar hak-hak orang lain. Karena ia tahu bahwa menjaga hak-hak masyarakat merupakan pesan dan anjuran agama-agama samawi yang terpenting. Akhir ayat ini menyebutkan, orang-orang jahat dan zalim jangan berpikiran bahwa perbuatan mereka yang batil itu akan membawanya kepada kebahagiaan. Karena ketahuilah bahwa kezaliman senantiasa tidak akan membawa kebaikan.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Syirik dan kufur merupakan akar segala kejahatan dan berbagai pelanggaran. Karena pada awalnya seorang Kafir dan Syirik menjahati dirinya sendiri. Pelaku kesyirikan dan kekafiran jauh dari kesempurnaan maknawi, sehingga merasa mudah melakukan kejahatan.

2. Bohong dan tipu daya dapat mencegah manusia memperoleh bahagiaan dan ketenangan.

 

Ayat ke 22:

Artinya:

Dan (ingatlah), hari yang di waktu itu Kami menghimpun mereka semuanya kemudian Kami berkata kepada orang-orang musyrik: "Di manakah sembahan-sembahan kamu yang dulu kamu katakan (sekutu-sekutu) Kami?". (6: 22)

Orang-orang Musyrik tidak hanya dijauhkan dari kebahagiaan di dunia, tetapi di akhirat pun mereka tidak memperoleh apapun. Tangan mereka kosong, tidak memiliki sesuatu. Mereka tidak punya tempat berlindung dan sandaran. Karena segala kekuasaan yang mereka miliki di dunia tidak ada pengaruhnya sama sekali. Mereka tidak bisa berbuat apapun pada Hari Kiamat, bahkan mereka sendiri membutuhkan.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Di dunia janganlah kita mengandalkan sesuatu atau manusia yang di Hari Kiamat tidak bermanfaat bagi kita.

2. Syirik tidak memiliki kelebihan apapun dan di Hari Kiamat akan terbuka semua yang kita lakukan di dunia.

 

Ayat ke 23-24

Artinya:

Kemudian tiadalah fitnah mereka, kecuali mengatakan: "Demi Allah, Tuhan kami, tiadalah kami mempersekutukan Allah". (6: 23)

Lihatlah bagaimana mereka telah berdusta kepada diri mereka sendiri dan hilanglah daripada mereka sembahan-sembahan yang dahulu mereka ada-adakan. (6: 24)

Dua ayat ini menggambarkan keadaan di Hari Kiamat dan dihadirkannya orang-orang Musyrik di pengadilan Ilahi dan mengatakan, mereka yang di dunia tertipu oleh sesembahan hasil dari khayalannya sendiri akan menjadi sadar atas kekhilafannya. Tapi sayangnya mereka tidak punya jalan keluar yang dapat menyelamatkan dirinya kecuali mengatakan, pisahkanlah kami dari patung-patung ini dan kami tidak lagi menjadi musyrik. Kami juga akan seperti kalian yang hanya meyakini Tuhan Yang Esa. Benar, orang-orang Musyrik yang di dunia selalu mengingkari dan membohongkan ayat-ayat Allah yang benar, hari ini yakni Hari Kiamat bakal tersingkap semua kebatilan mereka. Setelah melihat kebatilan yang mereka lakukan itu, mereka menyesali semuanya, tapi semua itu sudah tidak berguna lagi. Penyelesalan hanya berlaku di dunia, tidak di akhirat.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Tidak ada gunanya meminta ampun pada Hari Kiamat. Menerima kebenaran saat itu juga tidak akan menyelamatkan manusia.

2. Di Hari Kiamat kita hanya bisa mencela diri kita sendiri akibat perbuatan yang dilakukan semasa di dunia.

3. Semua yang diandalkan manusia di dunia akan lenyap di Hari Kiamat. Karena pada hari itu, semua manusia hanya membutuhkan satu pertolongan dan itu adalah pertolongan Allah Swt.

Ayat ke 15-16

Artinya:

Katakanlah: "Sesungguhnya aku takut akan azab hari yang besar (hari kiamat), jika aku mendurhakai Tuhanku". (6: 15)

Barang siapa yang dijauhkan azab dari padanya pada hari itu, maka sungguh Allah telah memberikan rahmat kepadanya. Dan itulah keberuntungan yang nyata. (6: 16)

Ayat sebelumnya mengisahkan usulan orang-orang Musyrik yang berkata kepada Nabi Muhammad Saw bahwa jika beliau menghentikan dakwah dan seruannya maka mereka akan membuatnya kaya raya. Allah Swt dalam ayat ini mengatakan kepada Nabi-Nya, katakanlah kepada mereka kalian berjanji akan memberikan harta dunia, tapi aku takut terhadap perhitungan Hari Kiamat. Karena itulah segala bentuk kemalasan dalam melaksanakan risalah, menyembunyikan bahkan menyelewengkan risalah tersebut, membuatku akan disiksa dengan siksaan yang pedih, sedangkan aku tidak sanggup menanggung itu semua.

Jelas, Nabi Muhammad Saw tidak akan menentang dan melanggar perintah-perintah Allah. Penegasan masalah ini sebagai pelajaran agar kaum Muslimin senantiasa bisa mengontrol dan waspada menghadapi bujuk rayu dan janji-janji orang lain dengan mengingat Hari Kiamat dan takut terhadap azab dan pembalasan Allah Swt.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Balasan Allah Swt berlaku bagi semua manusia, tidak terkecuali para nabi, bila mereka tidak melaksanakan perintah-Nya, mereka juga dihukum.

2. Takut akan pembalasan Allah merupakan takut yang positif, berbeda dengan takut terhadap para penguasa zalim dan manusia lainnya.

3. Bahaya senantiasa mengancam semua orang. Karena itu, rahmat Allah kepada manusia yang senantiasa menjauhkannya dari perbuatan dosa. Setelah berbuat dosapun Allah masih memberi kesempatan bagi manusia itu untuk bertaubat.

 

Ayat ke 17-18

Artinya:

Dan jika Allah menimpakan sesuatu kemudharatan kepadamu, maka tidak ada yang menghilangkannya melainkan Dia sendiri. Dan jika Dia mendatangkan kebaikan kepadamu, maka Dia Maha Kuasa atas tiap-tiap sesuatu. (6: 17)

Dan Dialah yang berkuasa atas sekalian hamba-hamba-Nya. Dan Dialah Yang Maha Bijaksana lagi Maha Mengetahui. (6: 18)

Setelah dua ayat sebelumnya memberikan jawaban tegas al-Quran kepada kaum Musyrikin terkait janji kenabian, maka dua ayat ini mengatakan, wahai Rasul, katakanlah kepada mereka bahwa segala sesuatu di tangan Allah dan tidak ada yang terjadi tanpa kehendak-Nya. Apabila Allah menghendaki seorang hamba tertimpa bahaya dan bencana, maka tidak ada jalan bagi orang tersebut untuk melarikan diri. Begitu juga apabila Allah menghendakki kelapangan dan kebahagiaan bagi seseorang, maka tidak ada halangan bagi Allah untuk melaksanakannya. Janji-janji kalian itu tidak ada nilainya. Karena bila Allah Swt tidak berkehendak maka tidak ada kesenangan dan kesejahteraan yang bisa diperoleh. Setiap ancaman tidak akan berpengaruh bila Allah Swt tidak menghendaki.

Dari dua ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Segala harapan dan keinginan harus sejalan dengan kehendak Allah. Bahkan segala ketakutan juga harus kepada Allah Swt. Karena Dia adalah sumber segala sesuatu.

2. Janganlah kalian takut kepada selain Allah yang tidak memiliki kekuasaan apapun, namun takutlah kalian semata-mata kepada Allah Swt yang Maha Kuasa atas segala sesuatu.

3. Kekuasaan bernilai bila disertai kebijaksanaan. Pada ayat-ayat ini dijelaskan bahwa kekuasaan Allah Swt bersama ilmu dan hikmah.

 

Ayat ke 19

Artinya:

Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengan dia aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang-orang yang sampai Al-Quran (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah)". (6: 19)

Sekelompok Musyrikin Mekah datang kepada Nabi Saw dan mengatakan, "Orang-orang Ahli Kitab baik Yahudi atau Kristen yang tidak mengetahui kebenaranmu tidak akan menerima risalah kenabianmu. Oleh karenanya, harus ada seseorang yang menunjukkan kebenaran risalahmu. Ayat ini diturunkan untuk menjawab pertanyaan mereka dan mengatakan, menurut keyakinan kalian siapa yang menjadi saksi terbaik? Apakah selain kesaksian Allah masih ada lagi saksi yang lebih baik? Dia yang menurunkan al-Quran kepadaku telah memberi kesaksian atas kebenaran risalahku! Lafad dan kandungan al-Quran tidak saling melemahkan dan tidak pula menyulitkan pemikiran umat manusia.

Dalam lanjutan ayat ini juga dijelaskan mengenai tujuan risalah, aku tidak diutus untuk menjadi orang kaya. Aku juga tidak menginginkan sesuatu dari kalian, namun aku hanya ingin memberi peringatan kepada kalian agar meninggalkan sesembahan patung dan ketaatan kepada penguasa-penguasa zalim dan hanya menyembah kepada Allah Yang Esa.

Poin yang perlu diperhatikan dalam ayat ini ialah risalah Islam bersifat global dan internasional, begitu juga seruan al-Quran. Tidak boleh dipahami bahwa seruan Nabi Muhammad Saw itu hanya untuk kaum arab saja atau hanya berkisar kepada batas waktu dan tempat tertentu saja. Karena itu Imam Ali as dalam tafsir kalimat Innama huwa Ilahunwahidun, mengatakan, apabila terdapat tuhan-tuhan yang lain maka mereka pastilah mereka mengutus para nabi kepada umat manusia. Padahal para nabi di sepanjang sejarah diutus dari sisi Tuhan yang Esa.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Al-Quran bukti terbesar kebenaran Nabi Muhammad Saw. Risalah Nabi Saw bersifat internasional dan untuk semua umat manusia.

2. Setelah Nabi Muhammad Saw, kaum Mukminin berkewajiban untuk menyampaikan agama Allah ini. Karena itu, selama firman Allah belum sampai kepada umat manusia, maka kewajiban dan tanggung jawab tidak dibebankan kepada mereka.

3. Menyatakan setia dan komitmen terhadap ajaran dan kepemimpinan Ilahi adalah suatu yang diharuskan, begitu juga menyatakan lepas tangan atau bara'ah dari kaum Kafir atau Musyrikin.

Ayat ke 10

Artinya:

Dan sungguh telah diperolok-olokkan beberapa rasul sebelum kamu, maka turunlah kepada orang-orang yang mencemoohkan di antara mereka balasan (azab) olok-olokan mereka. (6: 10)

Pada kajian sebelumnya, telah disebutkan adanya orang-orang yang keras kepala, suka mengolok-olok dan tidak bersedia menerima kebenaran. Orang-orang ini berusaha menghindar dan tidak ingin beriman. Untuk itu mereka senantiasa mencari-cari alasan dan mengatakan, mengapa Tuhan tidak menurunkan malaikat yang bersama-sama dengan nabi utusan tersebut, sehingga dia menjadi bukti atas kenabiannya dan kami semua dapat melihat mereka.

Ayat ini merupakan jawaban atas permintaan mereka yang tidak rasional itu dan mengatakan, wahai Nabi, sepanjang sejarah terdapat juga orang-orang semacam ini yang tidak mau menerima kebenaran, bahkan mereka memperolok-olok dan mencemoohkan kebenaran. Para nabi sebelum kamu juga telah menghadapi orang-orang semacam ini. Karena itu hendaknya kamu bersabar. Allah akan memberikan jawaban berupa azab yang menimpa mereka baik di dunia maupun di akhirat, sehingga mereka akan mengerti betapa balasan dari perbuatan mencemooh dan memperolok-olokkan itu adalah sebuah hakikat.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Para penentang kebenaran tidak punya argumentasi yang logis. Oleh karenanya, mereka hanya bisa mengejek dan menghina, sambil berpura-pura mencari kebenaran.

2. Kita harus menghindari pergaulan yang bernuansa menghina orang lain. Karena sikap ini adalah jelek dan tidak terpuji serta merupakan sikap orang-orang Kafir dan Musyrikin.

 

Ayat ke 11

Artinya:

Katakanlah: "Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu". (6: 11)

Al-Quran al-Karim dalam ayat ini menyeru manusia agar mengkaji sejarah dan nasib kaum-kaum terdahulu yang suka mengingkari kebenaran. Seruan al-Quran ini sebetulnya ditujukan kepada orang-orang yang lalai dan tidak ingin menerima kebenaran. Salah satu cara mengkaji sejarah kaum-kaum terdahulu yang lebih baik ialah dengan mengunjungi musium-musium purbakala sehingga dapat menyaksikan dari dekat peninggalan-peninggalan mereka. Sekalipun hanya menyaksikan peninggalan-peninggalan purbakala tidak cukup, tetapi kita harus bisa mengambil pelajaran atas peristiwa-peristiwa lampau yang menimpa mereka.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Mengunjungi tempat-tempat peninggalan kuno, merupakan suatu yang dipesankan dalam Islam. Hal ini agar Muslimin mengena kisah kaum-kaum terdahulu dan mengambil pelajaran untuk menata masa depannya.

2. Melihat sesuatu merupakan perbuatan yang dilakukan sehari-hari oleh manusia, tapi yang penting adalah melihat dan mengambil pelajaran dari apa yang dilihat.

 

Ayat ke 12-13

Artinya:

Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang ada di langit dan di bumi". Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas Diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh akan menghimpun kamu pada hari kiamat yang tidak ada keraguan padanya. Orang-orang yang meragukan dirinya mereka itu tidak beriman. (6: 12)

Dan kepunyaan Allah-lah segala yang ada pada malam dan siang. Dan Dialah Yang Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (6: 13)

Setelah ayat-ayat yang lalu menjelaskan jawaban al-Quran kepada orang-orang Musyrik, dua ayat ini mengatakan, di tengah-tengah masyarakat yang meyakini prinsip kebangkitan, segalanya ada di tangan Allah, termasuk penciptaan alam hingga Hari Kiamat. Allah yang Maha Pencipta itu telah kalian akui keberadaan-Nya. Dia menciptakan segala makhluk di alam ini dengan rahmat dan anugerah-Nya, dan kalian tidak dibiarkan di dunia ini. Sementara Kematian bukan merupakan akhir kehidupan kalian. Di Hari Kiamat nanti kalian semua akan dikumpulkan dan tetap melanjutkan kehidupan, apakah itu di surga atau neraka.

Di akhir ayat ini disebutkan, setiap manusia terikat dengan fitrah tauhidnya yang bersih. Sementara yang membuat mereka terjerumus ke dalam jurang nestapa adalah diri mereka sendiri yang tidak mau menerima kebenaran dan beriman kepada Allah Swt.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Hari Kiamat merupakan kelaziman keadilan Allah dan kematian bukan merupakan akhir dari kehidupan manusia.

2. Sekalipun kita tidak bisa melihat Allah Swt dan tidak bisa mendengar firman-firman-Nya, tetapi Dia menyampaikan firman-Nya kepada kita. Lebih penting lagi, Dia mendengar dan menyaksikan segala perbuatan kita.

 

Ayat ke 14

Artinya:

Katakanlah: "Apakah akan aku jadikan pelindung selain dari Allah yang menjadikan langit dan bumi, padahal Dia memberi makan dan tidak memberi makan?" Katakanlah: "Sesungguhnya aku diperintah supaya aku menjadi orang yang pertama kali menyerah diri (kepada Allah), dan jangan sekali-kali kamu masuk golongan orang musyrik". (6: 14)

Sebagian orang Musyrik Mekah menentang seruan Nabi Muhammad Saw dan tidak mau menerima bahwa risalah yang diemban beliau berasal dari Allah Swt. Ketika mereka melihat Nabi Saw bukan orang kaya, mereka berkata kepada beliau, kami siap memberikan sebagian harta kekayaan kami kepadamu (Nabi), dengan syarat kamu hentikan seruan dan dakwah ini.

Allah Swt memesankan kepada Nabi-Nya agar berbicara kepada mereka, sesuatu yang kalian makan dan miliki adalah daripada Allah. Kalian justru tidak memiliki apa-apa, hingga aku diutus kepada kalian. Aku menerima kepemimpinan Allah. Dia pencipta langit dan bumi dan aku sedikitpun tidak akan melakukan syirik kepada-Nya. Aku adalah orang pertama yang menerima dan taat dihadapan hukum dan perintah-perintah Allah Swt.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Tidak ada siapapun yang dapat dijadikan tempat perlindungan kecuali Allah Swt. Semua manusia dan makhluk hidup membutuhkan Allah Swt dan menikmati rezeki dari-Nya.

2. Agama Nabi Muhammad Saw adalah Islam, maka dari itu kita harus menerima Islam, taat serta patuh di hadapan Allah dan perintah-perintah dan juga hukum-hukum-Nya.

Ayat ke 4-5

Artinya:

Dan tidak ada suatu ayatpun dari ayat-ayat Tuhan sampai kepada mereka, melainkan mereka selalu berpaling dari padanya (mendustakannya). (6: 4)

Sesungguhnya mereka telah mendustakan yang haq (Al-Quran) tatkala sampai kepada mereka, maka kelak akan sampai kepada mereka (kenyataan dari) berita-berita yang selalu mereka perolok-olokkan. (6: 5)

Dalam pembahasan sebelumnya, Allah Swt menghitung sebagian dari tanda-tanda kekuasaan-Nya dalam menciptakan langit, bumi dan manusia, agar manusia memahami terbatasnya kehidupan di dunia dan semua akan musnah. Ayat ini mengatakan, meski sebagian manusia melihat beberapa tanda kekuasaan Allah di alam ini termasuk di dalam perwujudan diri mereka sendiri, tapi masalah iman berada di tangan manusia dan tidak dapat dibohongi.

Sebagian manusia bukannya tidak melihat tanda-tanda kebesaran dan kebenaran Allah, tapi pada intinya mereka sejak awal memang tidak ingin menerima kebenaran. Mirip manusia yang sedang tidur nyenyak. Sekalipun dipanggil dan digoyang agar bangun, tapi ia tetap tertidur dengan nyenyaknya. Berbeda dengan seseorang yang tidur biasa. Begitu dipanggil, ia langsung terbangun. Tapi perlu dicamkan, kondisi manusia tertidur nyenyak itu tidak selamanya, pada suatu waktu ia akan terbangun juga ketika menghadapi kondisi buruk. Tapi sayangnya ketika terbangun, mereka tetap pada sikapnya menolak kebenaran.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Bagi mereka yang keras kepala dan tidak mau menerima kebenaran, maka argumentasi apapun yang diberikan tidak akan diterimanya.

2. Orang Kafir yang keras kepala tidak memiliki logika dan cara yang ditempuh adalah menghina kaum Muslimin dan keyakinan mereka.

 

Ayat ke 6

Artinya:

Apakah mereka tidak memperhatikan berapa banyak generasi yang telah Kami binasakan sebelum mereka, padahal (generasi itu) telah Kami teguhkan kedudukan mereka di muka bumi, yaitu keteguhan yang belum pernah Kami berikan kepadamu, dan Kami curahkan hujan yang lebat atas mereka dan Kami jadikan sungai-sungai mengalir di bawah mereka, kemudian Kami binasakan mereka karena dosa mereka sendiri, dan Kami ciptakan sesudah mereka generasi yang lain. (6: 6)

Ayat ini ditujukan kepada mereka yang keras kepala dan tidak bersedia menerima kebenaran dan mengatakan, tidakkah kalian telah mempelajari sejarah dan nasib kaum terdahulu yang musnah? Apakah kalian masih menyangka lebih kuat dan memiliki fasilitas lebih banyak bila dibandingkan dengan mereka, sehingga bisa terbebas dari segala bentuk kemampuan dan kekuasaan Kami? Padahal sebagian dari mereka bahkan memiliki kemampuan yang tidak kalian punya. Tapi mereka menyalahgunakan nikmat Allah Swt untuk berbuat dosa. Mereka akhirnya Kami binasakan dan menggantikannya dengan kaum yang lain. Selain memperhitungkan perbuatan setiap orang, Kami juga memperhitungkan nasib mereka sebagai sebuah masyarakat. Bila sebuah masyarakat melakukan perbuatan dosa, maka setiap anggota masyarakat yang tidak bereaksi menolak perbuatan itu akan terhitung juga sebagai pelaku dosa.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Belajar dari sejarah merupakan cara al-Quran mendidik masyarakat muslim dan juga metode dakwah yang dipakai para nabi.

2. Sikap dan tingkah laku masyarakat merupakan unsur terjadinya sebuah peristiwa sejarah. Hancurnya sebuah masyarakat akibat berbuat dosa merupakan Sunnatullah dalam sejarah manusia.

3. Fasilitas materi bukan simbol kebahagiaan atau kesengsaraan. Sebaliknya, kebanyakan masalah materi yang melalaikan manusia, sehingga membuat mereka berbuat aniaya.

 

Ayat ke 7

Artinya:

Dan kalau Kami turunkan kepadamu tulisan di atas kertas, lalu mereka dapat menyentuhnya dengan tangan mereka sendiri, tentulah orang-orang kafir itu berkata: "Ini tidak lain hanyalah sihir yang nyata". (6: 7)

Dalam sejarah disebutkan bahwa sekelompok kaum Musyrikin berkata kepada Nabi Muhammad Saw, "Karena kami telah beriman kepadamu, mintalah kepada Allah agar menurunkan firmannya dalam bentuk kertas yang telah tertulis ayat-ayat. Hal itu disebabkan Allah menurunkan kitab Taurat kepada Nabi Musa as dalam bentuk tulisan pada lempengan batu. Nabi Musa kemudian membawa lempengan batu itu kepada masyarakat."

Ayat ini diturunkan sebagai jawaban permintaan mereka. Dalam ayat ini disebutkan, permintaan mereka itu hanya alasan. Karena bila permintaan mereka dipenuhi, mereka bakal mengatakan bahwa ini hanya sihir dan tipu daya serta bukan mukjizat ilahi. Karena ternyata sebagian masyarakat waktu itu tetap juga tidak beriman, sekalipun telah melihat lempengan Taurat. Lebih buruk dari itu, mereka juga menyebut lempengan Taurat itu sebagai sihir yang memperdayakan manusia.

 

Ayat ke 8-9

Artinya:

Dan mereka berkata: "Mengapa tidak diturunkan kepadanya (Muhammad) malaikat?" dan kalau Kami turunkan (kepadanya) malaikat, tentulah selesai urusan itu, kemudian mereka tidak diberi tangguh (sedikitpun). (6: 8)

Dan kalau Kami jadikan rasul itu malaikat, tentulah Kami jadikan dia seorang laki-laki dan (kalau Kami jadikan ia seorang laki-laki), tentulah Kami meragu-ragukan atas mereka apa yang mereka ragu-ragukan atas diri mereka sendiri. (6: 9)

Permintaan lain dari orang-orang Musyrik kepada Nabi Muhammad Saw sebagai syarat keimanan mereka adalah menyaksikan malaikat pembawa wahyu atau Nabi Saw sendiri harus melihat malaikat itu. Sebagai jawabannya dua ayat mengatakan, apabila kalian ingin melihat malaikat, maka malaikat itu terlebih dahulu berbentuk manusia. Karena selama dalam bentuknya sebagai malaikat, maka kalian tidak akan pernah bisa melihatnya. Ditambahkan juga bahwa kalian sendiri mengatakan bila ia seperti manusia, maka kami tidak akan beriman kepada Allah. Itu berarti kalian meminta hal ini hanya untuk menyelamatkan diri dan sejak awal kalian memang tidak ingin beriman. Ayat ini menyebutkan bahwa Allah Swt telah mengetahui sikap keras kepala mereka dan alasan yang dibuat-buat.

Allah Swt tidak menurunkan azab-Nya kepada kaum Musyrikin pada dasarnya merupakan anugerah bagi mereka. Karena bila hal dilakukan dan kemudian mereka tetap tidak beriman, maka sudah barang tentu Allah Swt akan menurunkan azab-Nya. Selain itu Allah Maha Mengetahui bahwa segala alasan yang mereka utarakan itu dibuat agar mereka tidak beriman kepada Allah dan Rasul-Nya.

Dua ayat ini dengan gamblang melaranag manusia tidak boleh bersikap sombong terhadap orang lain. Semestinya manusia harus menaati dan menerima utusan Allah. Karena para nabi tidak hanya menyampaikan wahyu, tapi mereka merupakan cerminan teladan dan perbuatan umat manusia. Tidak ada malaikat satupun yang dapat menjadi teladan bagi manusia. Karena keinginan dan kebutuhan manusia berbeda dengan malaikat.

Dari dua ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Manusia yang siap menerima kebenaran akan menerimanya dengan dalil sekecil apapun. Berbeda dengan orang yang keras kepala dan suka mencari alasan untuk mengingkarinya.

2. Metode dakwa para nabi adalah memberi petunjuk lewat wahyu Allah kepada seluruh manusia agar menerimanya. Karena bila mukjizat telah disampaikan, maka tidak ada lagi kesempatan. Hanya ada dua pilihan; beriman atau binasa.

Surat ini diturunkan di Mekah dan terdiri dari 165 ayat. Pesan utama surat ini ialah memberantas syirik dan menyeru pada tauhid. Sebagian besar ayat-ayatnya menjelaskan khurafat dan penyimpangan orang-orang Musyrik dan penyembahan terhadap patung serta menolak akidah mereka yang batil. Juga terdapat ayat-ayat yang berbicara mengenai halal dan haramnya berbagai binatang yang menjelaskan perbuatan orang-orang Musyrik yang berdasarkan kepercayaan sesat mereka, telah mengharamkan daging sebagian binatang juga melarang pemanfaatannya sebagai tunggangan. Penamaan surat ini dengan al-An'am juga dikarenakan Allah Swt menjelaskan hukum-hukum mengenai binatang berkaki empat di dalam surat ini.

 

Ayat ke 1

Artinya:

Segala puji bagi Allah Yang telah menciptakan langit dan bumi dan mengadakan gelap dan terang, namun orang-orang yang kafir mempersekutukan (sesuatu) dengan Tuhan mereka. (6: 1)

Ayat ini memperkenalkan Allah Swt dengan mengatakan, Dia-lah Zat yang menciptakan langit dan bumi. Apakah yang kalian sembah itu mempunyai kekuasaan untuk menciptakan? Dia-lah Zat yang menetapkan matahari dan bintang lainnya bergemerlapan. Allah juga memberikan cahaya serta kehangatan kepada bumi berdasarkan perputaran waktu dan kondisi, meski suasana malam memang diperlukan oleh seluruh makhluk untuk istirahat. Apakah Tuhan kalian juga mempunyai kekuasaan semacam ini? Karena itu sembahlah Allah Tuhan yang Esa dan Maha Kuasa, lalu katakanlah bahwa Dia-lah yang mengatur undang-undang dan tatasurya yang rapi dan sempurna untuk umat manusia.

Ayat ini juga menolak keyakinan orang-orang materialis, yang mengingkari dasar-dasar Allah Swt menciptakan alam raya ini, juga menolak keyakinan kalangan Zoroaster mengenai status ganda para malaikat. Tentang malaikat mereka mengatakan bahwa malaikat diciptakan dari dua dasar yaitu cahaya dan kegelapan, kemudian membatalkan akidah orang-orang Musyrik yang mengatakan bahwa Tuhan bersekutu. Yang menarik dalam al-Quran, kata Nur senantiasa disebutkan dalam bentuk mufrad atau tunggal, sedang kalimat zhulm senantiasa disebutkan dalam bentuk jamak. Karena itu jalan yang benar adalah nur atau cahaya tidak lebih dari satu. Tetapi jalan yang batil adalah sesuatu yang gelap, dan sangat banyak serta bermacam-macam. Atau dengan ungkapan lain cahaya merupakan simbol persatuan, sedang kegelapan simbol kekacauan dan perpecahan.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Allah Swt adalah pencipta segala sesuatu dan juga menyiapkan lahan yang kondusif untuk pengembangan dan penyempurnaan hal tersebut. Tidak hanya itu, hidup dan mati seluruh makhluk berada di tangan Allah.

2. Syirik merupakan sejenis kufur. Karena itu menetapkan adanya sekutu untuk Allah berarti pengingkaran terhadap ke-Maha Kuasaan Allah, dalam mengatur jagat raya ini.

 

Ayat ke 2

Artinya:

Dialah Yang menciptakan kamu dari tanah, sesudah itu ditentukannya ajal (kematianmu), dan ada lagi suatu ajal yang ada pada sisi-Nya (yang Dia sendirilah mengetahuinya), kemudian kamu masih ragu-ragu (tentang berbangkit itu). (6: 2)

Pada ayat sebelumnya telah diketengahkan tentang kekuasaan Allah dalam menciptakan langit dan bumi. Ayat ini juga menyinggung penciptaan manusia dari segumpal tanah yang tak bernyawa dan mengatakan, hidup dan mati semua manusia ada di tangan Allah Swt. Lalu bagaimana mungkin manusia meragukan wujud Allah? Ayat ini menjelaskan dua ajal untuk umur manusia; pertama, ajal yang sudah ditentukan, dimana hanya diketahui oleh Allah Swt. Kedua, ajal yang belum ditentukan yaitu ajal yang tergantung pada kondisi kehidupan setiap orang. Allah Swt telah menentukan kadar kemampuan bagi setiap orang. Bila telah selesai, maka umur manusia juga akan tiba, seperti lampu minyak yang akan padam ketika minyaknya habis.

Oleh sebab itu, betapa banyak orang yang umurnya lebih cepat berakhir, akibat tidak tidak memperhatikan kesehatan. Sama seperti contoh lampu minyak yang tidak dijaga dari terpaan angin kencang yang akan mematikan lampu itu seketika. Oleh karenanya, dalam riwayat-riwayat disebutkan bahwa selain memperhatikan perkara-perkara yang berhubungan dengan makanan dan kesehatan yang dapat menjadikan umur manusia panjang, juga disinggung mengenai perbuatan yang dapat memanjangkan atau memendekkan umur manusia. Sebagai contoh, bersilaturahmi merupakan unsur penting dalam memperpanjang umur manusia.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Kita tidak akan bisa berjalan di atas kehendak sendiri. Karena itu memulai kehidupan atau mengakhirinya bukan di tangan manusia. Dengan dasar ini meragukan hari kebangkitan merupakan hal yang tidak mungkin.

2. Sebagaimana kita hidup di dunia, Allah telah menciptakan undang-undang alam yang kokoh, rapi dan sempurna, dimana akhir setiap kehidupan makhluk-Nya berdasarkan ketentuan undang-undang tersebut.

 

Ayat ke 3

Artinya:

Dan Dialah Allah (yang disembah), baik di langit maupun di bumi; Dia mengetahui apa yang kamu rahasiakan dan apa yang kamu lahirkan dan mengetahui (pula) apa yang kamu usahakan. (6: 3)

Setelah menyinggung kekuasaan Allah Swt dalam menciptakan langit dan bumi serta manusia, ayat ini mengatakan, hanya Allah satu-satunya penguasa langit dan bumi, sedang penciptaan segala sesuatu di tangan Zat Yang Esa ini, berbeda dengan akidah yang tidak benar. Ayat ini juga menyinggung ilmu Allah yang tidak terbatas, yang mengetahui perbuatan dan sikap manusia yang terang-terangan maupun yang tersembunyi dengan mengatakan, Dia tidak saja pencipta kalian semua, tetapi Dia yang mengatur jagat raya ini sesuai dengan semua kondisi kalian. Karena itu jangan menyangka penciptaan kalian itu terlepas dari kondisi kalian. Karena itu kondisi kalian semua berada di bawah kontrol-Nya dan Dia Maha Mengetahui segala perkara kalian.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Apabila kita beriman kepada ilmu Allah Swt, maka kita harus berhati-hati dalam setiap perbuatan kita. Keimanan ini dapat mencegah kita dari perbuatan jelek dan dapat memotivasi kita untuk melaksanakan perbuatan baik.

2. Langit dan bumi berbeda, tapi menurut ilmu Allah keduanya tidak berbeda. Begitu juga perbuatan yang dilakukan secara terang-terangan atau tersembunyi tidak ada bedanya di sisi Allah.

Ayat ke118

Artinya:

Jika Engkau menyiksa mereka, maka sesungguhnya mereka adalah hamba-hamba Engkau, dan jika Engkau mengampuni mereka, maka sesungguhnya Engkaulah Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana. (5: 118)

Sebelumnya telah disinggung bahwa Nabi Isa as pada Hari Kiamat melakukan percakapan dengan Allah Swt. Percakapan itu tentang orang-orang yang menjadikannya sejajar dengan Tuhan, bahkan mengangkatnya lebih tinggi dari manusia. Sementara pada kenyataannya beliau sangat membenci perbuatan mereka tersebut dan menganggap perbuatan mereka itu sebagai bertentangan dengan seruan beliau kepada tauhid.

Pada ayat ini Nabi Isa as memintakan ampunan Allah Swt untuk para pengikut dan umatnya, seraya mengatakan, Yaa Allah! Apabila mereka Engkau siksa, memang itu adalah hak dan balasan mereka. Tetapi Engkau adalah Zat yang lapang dada terhadap mereka, dan apabila Engkau memberi pengampunan atas dosa-dosa mereka, maka dengan taufik dan rahmat-Mu mereka akan menjadi hamba-Mu yang lebih dekat. Karena Engkau Maha Bijaksana dan tidak akan melakukan tindakan yang bertentangan dengan kebijaksanaan-Mu.

Syafaat para nabi Allah terhadap sekelompok orang dari umat mereka, mengindikasikan kelembutan dan kecintaan para nabi tersebut kepada mereka dan prihati akan kekhilafan yang mereka lakukan. Sudah barang tentu orang yang memperoleh syafaat telah memiliki syarat-syarat tertentu dalam hal ini. Sebagaimana seorang pelajar, walaupun telah berusaha dan bersusah payah, tetapi dia belum bisa memperoleh nilai yang memuaskan. Di sini apabila pelajar itu memiliki kelayakan ia dapat dibantu dan dikatrol oleh gurunya, sehingga pelajar tersebut tidak termasuk murid-murid yang tidak tidak naik kelas.

Orang-orang Mukmin terkadang juga melakukan dosa. Tetapi apabila memiliki kelayakan untuk mendapatkan syafaat para orang saleh dan auliya Allah, khususnya para nabi, maka memungkinkan bagi mereka untuk bisa masuk ke surga. Karena itu tidak saja Nabi Isa as, tetapi Nabi kita Muhammad Saw juga berdoa untuk umatnya, agar Allah Swt memberi pengampunan kepada para umatnya yang berdosa. Abu Dzar seorang sahabat besar Nabi Saw meriwayatkan bahwa Nabi Muhammad Saw sewaktu membaca ayat ini, mengangkat kedua tangan beliau ke langit diiringi dengan teriakan dan deraian air mata. Beliau memohonkan ampunan dan syafaat bagi umatnya yang telah melakukan kekhilafan dan dosa.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Siksa atau pahala, azab atau pengampunan semuanya di tangan Allah Swt. Betapa banyak orang yang berbuat dosa, tapi di akhir umurnya berubah dan memilih jalan lurus dan mendapat surga.

2. Kasih sayang atau kemurkaan Allah Swt itu berdasarkan kebijaksanaan-Nya. Dan Allah tidak pandang bulu dalam memasukkan hamba-Nya ke surga atau neraka.

3. Para nabi memiliki kedudukan untuk memberi syafaat, dan hal itu diberikan kepada orang-orang yang memiliki kelayakan, bukan diberikan kepada setiap orang yang berbuat dosa dan khilaf.

 

Ayat ke 119

Artinya:

Allah berfirman: "Ini adalah suatu hari yang bermanfaat bagi orang-orang yang benar kebenaran mereka. Bagi mereka surga yang dibawahnya mengalir sungai-sungai; mereka kekal di dalamnya selama-lamanya; Allah ridha terhadap-Nya. Itulah keberuntungan yang paling besar". (5: 119)

Pada ayat ini Allah Swt memaparkan jawaban Nabi Isa as yang mengatakan, Yaa Allah! Pengampunan orang-orang yang berbuat dosa di tangan-Mu, dan bila Engkau berkehendak dapat mengampuni dosa-dosa mereka. Allah berfirman, "Pada Hari Kiamat hanya mereka yang berbuat benar dan jujurlah yang diselamatkan dari api neraka. Orang yang benar dan lurus akan memperoleh surga. Ia akan mendapatkan kedudukan khusus berupa keridhaan Allah.

Ayat ini menjelaskan bahwa selain iman dan amal saleh yang disebutkan sebagai syarat untuk memperoleh keselamatan, dalam ayat-ayat yang lain disebutkan juga mengenai kejujuran dalam beriman dan beramal. Yakni, iman tidak hanya cukup diucapkan dengan lisan, tetapi juga harus meresap dan kokoh dalam hati. Kemudian selain itu amal saleh juga harus didasari dengan niat yang ikhlas dan mendekatkan diri kepada Allah Swt, bukan dengan riya, ujub dan berbangga diri.

Karena itulah ayat ini menyinggung suatu poin penting, dimana mereka melaksanakan kewajibannya dalam rangka meraih keridhaan-Nya. Artinya, semua yang telah mereka lakukan hanya mencari keridhaan Allah Swt, bukan mencari pujian masyarakat dan orang lain. Dan sudah barang tentu seseorang yang berumur panjang digunakan untuk mencari keridhaan Allah, maka Allah Swt juga ridha kepada orang tersebut. Inilah kedudukan tertinggi bagi seorang hamba, dimana Tuhannya ridha kepadanya. Ini merupakan kebahagiaan yang besar di duniadan Akhirat.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.Orang-orang Mukmin yang senantiasa menanggung kesulitan dan jerih payah dalam melaksanakan kejujuran mereka di dunia, namun kejujuran dan kelurusan tersebut merupakan suatu kebahagiaan mereka di akhirat.

2. Keimanan tidak cukup hanya dengan pengakuan, tapi juga harus dilakukan dengan kejujuran.

 

Ayat ke 120

Artinya:

Kepunyaan Allah-lah kerajaan langit dan bumi dan apa yang ada di dalamnya; dan Dia Maha Kuasa atas segala sesuatu. (5: 120)

Ayat terakhir surat al-Maidah ini sangat menarik perhatian umat manusia bahwa betapa agung dan besarnya kekuasaan Allah Swt. Dalam ayat ini Allah Swt berfirman, jangan ada orang yang menyangka bisa keluar dari kekuasaan Allah, sehingga dapat melaksanakan suatu perbuatan tanpa keinginan dan kehendak-Nya. Bila kalian melakukan itu untuk tujuan dunia, ketahuilah bahwa Allah Swt adalah pemilik alam semesta, dan dunia kalian yang kecil itu. Karena itu bergegaslah menuju ke jalan Allah, dan jadilah hamba-Nya. Karena pertemuan setetes air dengan setetes lainnya dapat menciptakan sebuah lautan, dan dengan menggabungkan diri pada ke-Maha Kuasaan serta ke-Besaran Allah yang tidak terhingga.

Ayat ke 114

Artinya:

Isa putera Maryam berdoa: "Ya Tuhan kami turunkanlah kiranya kepada kami suatu hidangan dari langit (yang hari turunnya) akan menjadi hari raya bagi kami yaitu orang-orang yang bersama kami dan yang datang sesudah kami, dan menjadi tanda bagi kekuasaan Engkau; beri rzekilah kami, dan Engkaulah pemberi rezeki Yang Paling Utama". (5: 114)

Pada pembahasan sebelumnya telah disebutkan bahwa kaum Hawariyun yakni para sahabat khusus Nabi Isa as, meminta kepada beliau agar Allah menurunkan hidangan untuk mereka dari langit guna menentramkan hati dan menguatkan Iman mereka. Setelah Nabi Isa percaya bahwa permintaan mereka itu bukan merupakan alasan yang dibuat-buat, yakni memang untuk menguatkan Iman mereka, barulah Nabi Isa as mengangkat kedua tangannya dan memohon kepada Allah Swt agar diturunkan hidangan dari Langit, sekaligus hari turunnya hidangan tersebut merupakan hari raya bagi mereka, juga menjadi bukti bagi orang-orang yang lain.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Hari raya dan upacara keagamaan, serta memberi makan kepada orang-orang lain dalam upacara-upacara keagamaan, merupakan suatu perkara yang bisa diterima oleh Islam.

2. Perbuatan yang tampaknya material, tapi ternyata dapat memberikan manfaat spiritual. Ketika kita makan, harus meyakini bahwa itu merupakan rezeki dari Allah Swt.

 

Ayat ke 115

Artinya:

Allah berfirman: "Sesungguhnya Aku akan menurunkan hidangan itu kepadamu, barangsiapa yang kafir di antaramu sesudah (turun hidangan itu), maka sesungguhnya Aku akan menyiksanya dengan siksaan yang tidak pernah Aku timpakan kepada seorangpun di antara umat manusia". (5: 115)

Mukjizat diturunkannya makanan dari langit berawal dari permintaan kaum Hawariyun. Bila bukan karena mereka, Nabi Isa as tidak akan mengeluarkan mukjizat semacam itu. Oleh karena itulah Allah Swt memberikan ancaman kepada mereka, bila masih meragukan kebenaran Nabi Isa as serta mukjizat beliau. Namun dengan semua ini, dan berdasarkan beberapa riwayat Islam setelah turunnya hidangan dari langit tersebut, beberapa orang dari mereka menjadi Kafir, dan hal ini menunjukkan tidak berterima kasihnya seseorang hamba dihadapan nikmat-nikmat Allah Swt.

Dari ayat tadi terdapat dua pelajaran yang dapat dipetik:‎

1. Tanggung jawab para ulama lebih berat daripada tanggung jawab orang-orang jahil. Mereka yang memahami kebenaran dan kemudian mengingkarinya, maka balasannya adalah neraka jahannam.

2. Setiap hal yang memberikan harapan lebih besar, juga harus didasari komitmen yang lebih besar pula.

 

Ayat ke 116

Artinya:

Dan (ingatlah) ketika Allah berfirman: "Hai Isa putera Maryam, adakah kamu mengatakan kepada manusia: "Jadikanlah aku dan ibuku dua orang tuhan selain Allah?". Isa menjawab: "Maha Suci Engkau, tidaklah patut bagiku mengatakan apa yang bukan hakku (mengatakannya). Jika aku pernah mengatakan maka tentulah Engkau mengetahui apa yang ada pada diriku dan aku tidak mengetahui apa yang ada pada diri Engkau. Sesungguhnya Engkau Maha Mengetahui perkara yang ghaib-ghaib". (5: 116)

Ayat ini menjelaskan percakapan Allah swt dengan Nabi Isa as pada Hari Kiamat. Sekalipun orang-orang Kristen dewasa ini beranggapan bahwa Sayidah Maryam as adalah salah satu dari Trinitas yang menjadi keyakinan penganut Kristen, namun pada zaman Nabi Muhammad Saw masih terdapat sekelompok Kristen yang menempatkan Sayidah Maryam as di tempat Ruhul Qudus, yang merupakan salah satu dari 3 kesatuan Tuhan itu.Bahkan sebagian orang Kristen yang lain berdiri menyembah di hadapan patung Bunda Maryam. Dewasa ini di mimbar gereja-gereja telah dipasang gambar atau patung Bunda Maryam yang sedang menggendong putranya al-Masih, dan setiap orang Kristen selalu menunduk dan hormat dihadapan lukisan atau patung-patung ini.

Dari ayat tadi terdapat tiga pelajaran yang dapat dipetik:‎

1.Nabi Isa as juga termasuk yang paling membenci orang yang menjadikan dirinya sebagai Tuhan atau Anak Tuhan.

2. Para nabi tetap merasa dirinya manusia biasa, sekalipun mereka mulia dan memiliki kedudukan tinggi. Artinya, mereka tidak pernah merasa sampai pada batas Tuhan.

3. Ilmu manusia bahkan ilmu para nabi adalah terbatas. Berbeda dengan Ilmu Allah Swt yang tidak terbatas dan mencakup segala sesuatu.

 

Ayat ke 117

Artinya:

Aku tidak pernah mengatakan kepada mereka kecuali apa yang Engkau perintahkan kepadaku (mengatakan)nya yaitu: "Sembahlah Allah, Tuhanku dan Tuhanmu", dan adalah aku menjadi saksi terhadap mereka, selama aku berada di antara mereka. Maka setelah Engkau wafatkan aku, Engkau-lah yang mengawasi mereka. Dan Engkau adalah Maha Menyaksikan atas segala sesuatu. (5: 117)

Sebagai kelanjutan pembicaraan Allah Swt dengan Nabi Isa as pada Hari Kiamat, satu hal yang ditekankan oleh al-Quran bahwa Nabi Isa al-Masih dengan tegas masih mempertahankan risalahnya dan menjelaskan seruan beliau pada ajaran tauhid. Sudah barang tentu Allah Swt memantau pekerjaan para nabi-Nya dan menjaga segala bentuk kesalahan yang dilakukan oleh nabi-Nya tersebut. Karena itu keterangan semacam ini dijelaskan sebagai peringatan untuk para pengikut Nabi Isa as agar mereka mengetahui bahwa akidah Trinitas bukan dari ajaran Nabi Isa as. Karena seruan beliau adalah tauhid.

Mata dunia kembali tertuju pada rezim Zionis Israel atas kejahatannya terhadap warga Palestina khususnya terhadap anak-anak. Kali ini, kejahatan Israel itu menuai reaksi Perserikatan Bangsa-Bangsa. Namun seperti biasa reaksinya tidak seperti yang diharapkan yaitu merilis resolusi atau kecaman. Komite Hak Anak di PBB hanya menyatakan kekhawatiran mendalamnya atas brutalitas rezim Zionis terhadap anak Palestina.

Dalam hal ini, Komisi Hak Anak PBB, Kamis (20/6) dalam laporannya mengkritik rezim Zionis karena telah menyiksa anak Palestina dan penggunaan anak-anak Palestina sebagai perisai manusia dalam berbagai operasi militer. Dalam laporan Komite itu disebutkan, anak-anak Palestina yang ditangkap oleh militer dan pasukan Israel dihina dan disiksa secara rutin dan mereka bahkan dipaksa untuk menandatangani pengakuan tertulis berbahasa Ibrani jika ingin bebas.

Setiap tahunnya lebih dari 700 remaja berusaha 12 hingga 17 tahun Palestina yang sebagian besar mereka adalah putra, ditangkap oleh pasukan Zionis dan diinterogasi. Saat ini tercatat lebih dari 250 anak Palestina ditahan di penjara-penjara Israel. Berdasarkan data yang telah beredar, tentara Israel sejak tahun 2000 telah menggugurkan lebih dari 1.500 anak Palestina dan melukai lebih dari 5.000 lainnya.

UNICEF beberapa waktu lalu dalam laporannya menyatakan bahwa perilaku sadis tentara Israel dengan anak-anak remaja Palestina dalam sel tahanan telah terorganisir dan terkoordinasi.

Akibat politik tidak manusiawi rezim Zionis Israel guna menekan bangsa tertindas Palestina, sebanyak 800.000 anak Palestina hidup sangat miskin dan tidak memiliki sarana hidup primer yang layak. Ribuan anak Palestina terpaksa bekerja untuk memenuhi tuntutan hidup dirinya dan keluarganya.

Laporan dari berbagai lembaga internasional ini menunjukkan bahwa rezim Zionis merupakan satu-satunya rezim di dunia yang menangkap dan memenjarakan anak di bawah usia 12 tahun serta menyiksa mereka dengan berbagai cara. Penangkapan di bawah usia 12 tahun dilarang dalam ketentuan internasional.

Pada hakikatnya, ini bukan fenomena baru karena sudah menjadi bagian dari rutinitas militer dan aparat keamanan Israel. Tidak ada sehari pun tanpa berita penangkapan anak kecil atau remaja Palestina oleh militer dan polisi Israel.

Ini semua bertentangan dengan pasal 16 konvensi hak anak. Pasal tersebut melarang aksi kekerasan terhadap anak-anak.

Laporan terbaru menyebutkan, militer penjajah zionis Israel menilai penggunaan anjing untuk menyerang warga Palestina tanpa senjata sebagai tindakan legal.

Ini semua membuktikan esensi anti-kemanusiaan rezim penjajah yang hanya dapat bertahan hidup dengan menebar teror, perang dan ancaman. Namun, rezim ini tidak pernah merasa khawatir dalam berbagai aksi tidak manusiawinya, karena Tel Aviv mengetahui bahwa mereka mendapat jaminan perlindungan dari Barat dan juga tidak akan diusik oleh rezim-rezim despotik Arab di kawasan.(

Wakil Afghanistan di PBB menilai dibukanya kantor perwakilan resmi Taliban di Qatar sebagai bentuk intervensi Doha terhadap urusan dalam negeri Kabul. Zahir Tanin Jumat (21/6) dalam statemennya di sidang Dewan Keamanan PBB mengkritik sikap Qatar terhadap urusan dalam negeri Afghanistan. Tanin mengatakan, pembukaan kantor Taliban di Qatar dalam bentuk perwakilan independen maupun "Emirat Islam" tidak bisa diterima. Menurutnya, keputusan Doha tersebut bertentangan dengan aturan internasional dan resolusi Dewan Keamanan PBB serta kedaulatan Afghanistan.

Wakil Tetap Afghanistan di PBB mengingatkan bahwa Kabul akan menghentikan perundingan damai, dan menarik diri dari perundingan keamanan dengan AS. Sementara itu, Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan Kamis (20/6) mengecam intervensi asing dalam perundingan damai dengan Taliban.

Mohammad Ismail Qasemyar, anggota Dewan Tinggi Perdamaian Afghanistan mengatakan Kabul tidak bisa menerima kerjasama antara Qatar dan AS dengan Taliban, terutama dukungan Doha dan Washington terhadap kelompok teroris yang menyebabkan tewasnya warga sipil. Sebab selama ini serangan drone AS yang menewaskan sejumlah warga sipil dilancarkan Washington dengan dalih menyerang milisi teroris Taliban. Qasemyar menegaskan Kabul tidak akan mengubah sikapnya mengenai masalah ini selama seluruh persyaratan dan tuntutan pemerintah Afghanistan tidak dilaksanakan. Pemutusan hubungan dengan Taliban, penghormatan terhadap undang-undang dasar Afghanistan dan hak anak-anak serta perempuan merupakan sejumlah tuntutan utama pemerintah Kabul.

Seiring meningkatnya kekhawatiran pemerintah Afghanistan mengenai penundaan perundingan mengenai kesepakatan keamanan dengan AS, Menlu AS John Kerry baru-baru ini dalam kontak via telpon dengan Presiden Afghanistan Hamid Karzai berjanji akan menghapus poin "Emirat Islam" dan bendera Taliban dari kantor teroris yang baru dibuka di Qatar. Sementara itu, Kabul berulangkali menegaskan bahwa hal tersebut bukan sarana yang memadai bagi perundingan damai.

Parlemen Afghanistan dalam statemennya Rabu (19/6) menyatakan segala bentuk hubungan dengan Taliban di luar pengawasan dan kendali pemerintah Kabul bertentangan dengan ketentuan internasional dan aturan dalam negeri Afghanistan. Karzai di hari pertama pembukaan kantor Taliban di Qatar Selasa (17/6) menegaskan bahwa pemerintah Kabul tidak akan menghadiri perundingan dengan delegasi Taliban. Sebab negara-negara asing bermaksud mencampuri proses perdamaian di Afghanistan. Sikap ini menunjukkan penentangan keras pemerintah Afghanistan terhadap segala bentuk intervensi asing dalam urusan negara itu.

Menteri Pertahanan Jerman menentang pembukaan kantor Taliban di Qatar dan mengumumkan, Berlin tidak mengakui kantor Taliban itu.

Fars News (22/6) melaporkan, Thomas De Maiziere, Menhan Jerman yang sedang berada di provinsi Balkh di Utara Afghanistan mengumumkan bahwa kantor Taliban di Qatar setara dengan pemerintahan Kabul, oleh karena itu Jerman menentangnya.

Dijelaskannya, "Jerman mendukung perundingan damai Afghanistan, namun Taliban harus menerima undang-undang dasar negara ini dan memutus hubungan dengan Al Qaeda."

Atha Mohammad Nour, Walikota Balkh, pasca bertemu dengan Menhan Jerman mengatakan bahwa diakuinya secara resmi kantor Taliban di Qatar, berarti mempertanyakan esensi kehadiran 12 tahun militer Amerika di Afghanistan.

Kantor perwakilan Taliban, Selasa lalu dibuka di Doha, ibukota Qatar.