
کمالوندی
Turki Klaim Tewaskan 560 Milisi Kurdi di Utara Suriah
Kementerian Pertahanan Turki mengklaim, operasi militer Turki 'Peace Spring' di utara Suriah telah menewaskan 560 milisi bersenjata Kurdi.
ISNA (15/10/2019) melaporkan, Kemenhan Turki mengumumkan, 560 milisi Partai Buruh Kurdistan, PKK, Unit Proteksi Rakyat, YPG, dan Partai Uni Demokratik Suriah, PYD tewas dalam operasi militer negara itu di utara Suriah.
Kemenhan Turki juga mengatakan bahwa operasi militer untuk menumpas kelompok separatis Kurdi di timur Sungai Eufrat ini akan terus berlanjut.
Agresi militer Turki ke utara Suriah dimulai hari Rabu (9/10) dengan dalih untuk memberantas terorisme dan membersihkan wilayah perbatasannya dari teroris.
Suasana Najaf Menjelang Arbain
Jutaan peziarah Arbain dari berbagai kota di Irak dan negara-negara dunia, terutama dari negara-negara Muslim telah tiba di Najaf Ashraf untuk mengikuti Pawai Arbain.
Mereka kemudian menziarahi makam Amirul Mukminin Ali bin Abi Thalib as dan setelahnya berjalan kaki dari Najaf menuju Karbala.
Arbain adalah peringatan mengenang 40 hari Kesyahidan Imam Husein as, Cucu Baginda Nabi Muhammad Saw yang dibantai oleh pasukan Yazid di Karbala pada tanggal 10 Muharram 61 H.
Setiap tahun, jutaan peziarah Arbain dari berbagai kota di Irak dan negara-negara dunia, terutama dari negara-negara Muslim mengunjungi Karbala untuk menghadiri peringatan Arbain Huseini as.
Mereka berkumpul di Karbala untuk memperingati Arbain atau 40 hari kesyahidan Imam Husein as, cucu tercinta Rasulullah Saw.
Setelah tiba di Irak, mereka berjalan kaki dari kota Najaf menuju Karbala yang berjarak sekitar 82 km untuk menghadiri acara Arbain Huseini as. Masyarakat Irak menyediakan makanan, minuman dan tempat istirahat gratis di sepanjang rute ini. Ada pula yang berjalan kaki dari Iran ke Karbala.
Selama bertahun-tahun, ulama dan para wali Allah Swt menekankan pentingnya dan besarnya keutamaan berziarah ke makam Imam Husain as pada Hari Arbain yang dilakukan dengan berjalan kaki dari arah Najaf ke Karbala.
Berziarah ke tempat-tempat suci merupakan sebuah ritual ibadah yang kembali ke masa nabi pertama yaitu Nabi Adam as. Dinukil dari riwayat bahwa ia sudah 70 kali mengunjungi Baitullah.
Jika ibadah dibarengi dengan kesulitan dan kepayahan – terlepas dari pahala yang besar – ia akan memberi kelezatan yang luar biasa dan semua kesulitan ini dengan sendirinya akan terasa mudah.
Kecintaan kepada Allah Swt, Rasul Saw dan Ahlul Baitnya akan meringankan langkah kaki manusia di jalan ini dan mengantarkan mereka pada kelezatan spiritual.
Menziarahi makam Imam Husein as, cucu baginda Nabi Muhammad Saw di Karbala memiliki keutamaan yang tinggi. Para imam maksum berkata, "Kami semua adalah bahtera keselamatan, tetapi bahtera Husein bergerak lebih cepat."
Berziarah ke makam para imam maksum as adalah bukti nyata dari kecintaan seseorang kepada Ahlul Bait as. Kegiatan ini akan menumbuhkan ketaatan kepada mereka dan memperbaiki janji setia dengan para manusia suci tersebut. Ziarah hari Arbain Imam Husein as juga termasuk salah satu dari kesempatan yang langka ini.
Rusia: Tak akan Kami Biarkan Suriah dan Turki Berperang
Utusan khusus Presiden Rusia untuk Suriah mengatakan, keamanan perbatasan Suriah-Turki harus dijaga dengan cara menempatkan pasukan Suriah di wilayah itu. Menurutnya, Moskow tidak akan membiarkan pertempuran antara Turki dan Suriah terjadi.
Fars News (15/10/2019) melaporkan, Alexander Lavrentiev, Selasa (15/10) menuturkan, dialog aktif yang lebih intens antara Damaskus dan Kurdi dapat membantu menegakkan kedaulatan dan integritas teritorial Suriah.
Kantor berita Rusia, Interfax mengabarkan, Lavrentiev menjelaskan, Rusia akan memediasi dialog Suriah dengan Kurdi. Dialog ini selain di tempat lain juga digelar di pangkalan udara Hmeimim.
Menurut utusan khusus Presiden Rusia itu, operasi militer Turki di Suriah tidak bisa dibenarkan, dan tidak ada satu kesepakatanpun terkait hal ini antara Moskow dengan Ankara.
"Keamanan perbatasan Suriah-Turki harus dijaga dengan menempatkan pasukan pemerintah Suriah di sepanjang garis perbatasan dua negara," imbuhnya.
Lavrentiev menegaskan bahwa dirinya meragukan kemungkinan penarikan pasukan Amerika Serikat dari Suriah.
Ehud Olmert: Israel Kalah Strategi dari Iran
Mantan perdana menteri rezim Zionis Israel memprotes keras kebijakan PM Israel, Benjamin Netanyahu dan mengatakan, kebijakan Netanyahu terkait Iran menyebabkan Tel Aviv kalah strategi dari Tehran.
Fars News (15/10/2019) melaporkan, Ehud Olmert dalam wawancaranya hari ini, Selasa (15/10) memprotes keras kebijakan Netanyahu dan menuturkan, PM Israel karena terlalu berlebihan memusatkan perhatian pada program nuklir Iran, ia abai atas aktivitas regional Iran termasuk kehadiran Tehran di Suriah.
Kepada surat kabar Jerusalem Post, Olmert menuturkan, kekalahan terbesar Israel di bidang keamanan dan pertahanan adalah kekalahan terbesar dalam 50 tahun terakhir sejak perang Yom Kippur, dan itu adalah membiarkan Iran masuk ke Suriah.
Ia menambahkan, ketika Netanyahu bersikeras masuk ke wilayah Iran untuk menghadapi program nuklirnya, Tehran sudah memulai infiltrasi di Suriah dan mendukung pemerintah negara itu.
Menurut Olmert, pada akhirnya setelah sekian lama saat orang Iran sudah di Suriah, kita (Israel) baru memulai serangan udara. Selain itu kita selalu mengeluarkan statemen provokatif dan mengancam untuk menghancurkan Iran.
Mantan perdana menteri Israel itu menjelaskan, seharusnya sebelum Iran masuk ke Suriah, Israel menyerang mereka, karena kegagalan mencegah penempatan pasukan Iran di Suriah adalah sebuah kekalahan strategis bagi Tel Aviv, dan yang bertanggung jawab atas semua ini adalah Netanyahu.
Kesepakatan Abad; Kesepakatan Memalukan Dan Kejahatan Terhadap Hak Dan Aspirasi Palestina
Mahmoud Abbas, Pemimpin Otorita Palestina hari Senin malam (27/05) mengingatkan, rencana Kesepakatan Abad tidak akan terlaksana dan masalah Palestina hanya diselesaikan lewat jalur politik.
Konferensi Bahrain diumumkan sebagai tahap pertama implementasi rencana Kesepakatan Abad yang penyelenggaraannya diagendakan mulai 25 hingga 26 Juni di Manama, ibukota Bahrain. Perencanaan pelaksanaan konferensi ini dilakukan di balik bayang-bayang dukungan sejumlah rezim Arab atas rencana Kesepakatan Abad dan dalam kerangka normalisasi hubungan dengan rezim Zionis Israel.
Donald Trump, Presiden Amerika Serikat telah menyampaikan rencana Kesepakatan Abad sejak tahun 2017 dan sejak itu pula selalu menekan Arab Saudi, Bahrain dan Uni Emirat Arab agar menjamin biaya ekonomi rencana ini.
Sekaitan dengan hal ini, Salman Razavi, pakar masalah Palestina tentang rencana AS Kesepakatan Abad mengatakan, “Sebagian negara-negara Arab akan membiayai pendanaan implementasi rencana ini. Sesuai dengan kesepakatan ini, Amerika Serikat akan membayar 20 persen, Eropa 10 persen dan sisanya 70 persen akan dibiayai oleh negara-negara Arab.
Pembagian saham pembiayaan konferensi Manama menunjukkan Amerika Serikat berusaha mengimplementasikan rencana Kesepakatan Abad dengan pendekatan Arab, dimana tidak ada kesamaan dengan kenyataan sejarah Palestina. Dukungan Amerika Serikat atas keamanan sebagian negara-negara Arab, termasuk rezim Arab Saudi telah menempatkan negara-negara ini di jalur pengkhianatan akan cita-cita Palestina.
Sheikh Isa Qassim, ulama senior dan pejuang Bahrain hari Senin malam (26/05) dalam sebuah pernyataan mengatakan, “Tujuan dari presentasi rencana Kesepakatan Abad adalah konspirasi bersama Amerika Serikat, rezim Zionis Israel dan sebagian penguasa negara-negara Arab anti masalah Palestina.”
Rencana Kesepakatan Abad telah mengabaikan prinsip pertama cita-cita Palestina dan lebih banyak aspek promisi. Selain itu, rencana sebelumnya AS yang juga tentang Palestina telah menemui jalan buntu. Perundingan normalisasi adalah contoh jelasnya yang dilakukan dengan dukungan pemerintah AS waktu itu, tapi dikarenakan tidak menghormati hak bagi cita-cita Palestina akhirnya menemui kegagalan.
Sekaitan dengan hal ini, Hossein Ajorloo, analis masalah Timur Tengah mengatakan, “Pelbagai rencana AS tentang Palestina sampai sekarang bukan saja tidak dilaksanakan, tapi juga tidak memiliki kredibilitas. Karena melihat dirinya sebagai penguasa dunia, Amerika Serikat ingin mengatakan mereka memiliki rencana untuk masalah Palestina dan menunjukkannya.
Dengan mencermati pengalaman kegagalan berbagai rencana sebelumnya AS soal masalah Palestina, rencana Kesepakatan Abad tidak akan mendapat perhatian dengan persatuan rakyat, semua faksi-faksi Palestina dan negara-negara pendukung cita-cita Palestina dan rencana Kesepakatan Abad hanya akan tetap berada di atas kertas.
Mengabaikan hak-hak jutaan para pengungsi Palestina, pelucutan senjata Muqawama, pembentukan pemerintah Palestina tanpa militer dan memberikan cita Zionis ke kota Quds yang diduduki termasuk dari butir-butir rencana Amerika Kesepakatan Abad yang bahkan tidak diakui oleh satupun dari faksi-faksi Palestina.
Tanda-tanda seperti ini dari rencana Kesepatan Abad menyebabkan tidak ada satu pun dari kelompok-kelompok Palestina yang sudi hadir di balik meja perundingan soal rencana ini. Penolakan Mahmoud Abbas, Pemimpin Otorita Palestina akan konferensi ekonomi Manama dan memboikotnya harus dimaknai dari kerangka ini.
Tafsir Al-Fatihah Al-Ikhlas dan Al-Qadr : Perspektif Irfan
Hari Arbain dan Perjuangan Sayidah Zainab
Ahlul Bait as merupakan salah satu pusaka berharga Rasulullah Saw bagi umatnya untuk menjauhkan mereka dari penyimpangan dan kesesatan. Beliau bersabda, “Aku tinggalkan untuk kalian dua pusaka. Kalian tidak akan tersesat selama-lamanya selagi kalian berpegang teguh pada keduanya, yaitu kitab Allah (al-Quran) dan Ahlul Baitku.”
Pada saat pembawa panji Kebangkitan Karbala, Abbas ibn Ali as tumbang ditebas pedang dan kepala mulia Imam Husein as ditancapkan di ujung tombak, Yazid dan para pengikutnya mengira bahwa mereka sudah berhasil merampas salah satu pusaka Nabi Saw dari tangan kaum Muslim dan dengan cara itu, mereka tinggal memperalat al-Quran untuk kepentingan rezim. Akan tetapi kehendak Tuhan berkata lain. Tuhan telah menakdirkan agar darah Imam Husein as senantiasa membara di nadi kaum Muslim sehingga para pencari kebenaran dan penuntut keadilan tidak termakan oleh makar orang-orang kafir.
Peringatan Hari Arbain sejak dulu sudah dikenal luas oleh masyarakat Syiah dan kalender sejarah para pembela Imam Husein as. Atas dasar itu pula, para pengikut Syiah di tahun-tahun pertama peringatan acara tersebut mendatangi Padang Karbala, seperti yang dilakukan oleh Jabir ibn Abdullah al-Ansari. Tradisi ini masih terawat dengan baik sampai sekarang dan Irak setiap tahunnya menyambut kedatangan jutaan peziarah dari seluruh dunia untuk berkumpul di Makam Imam Husein. Mereka ingin menegaskan dirinya sebagai pengikut kebenaran dan di bawah kepemimpinan Imam Husein as, mereka tidak akan tunduk pada arogansi musuh dan mereka juga siap untuk mengorbankan harta dan jiwanya demi kebenaran.
Seorang sahabat besar Nabi Saw, Jabir ibn Abdullah al-Ansari adalah tamu pertama Imam Husein as pada hari Arbain. Meski sudah tidak bisa melihat, Jabir tetap datang ditemani oleh Atiyya bin Sa’ad al-Kufi. Atiyya menuturkan, “Aku bersama Jabir datang ke Karbala untuk menziarahi Imam Husein… Jabir berkata kepadaku, ‘Antarkan aku ke pusara Husein.’ Aku kemudian meletakkan tangan Jabir di atas makam dan ia jatuh pingsan. Aku memercikkan air ke wajahnya dan ketika sadar, ia memanggil kata-kata ‘Ya Husein’ sebanyak tiga kali. Kemudian dia berteriak, ‘Wahai Husein! Kenapa engkau membisu?’ Kemudian ia berkata, ‘Bagaimana engkau akan menjawabku sementara nadi-nadi lehermu telah ditebas dan kepala dan badanmu telah dipisah.’ Aku bersaksi bahwa engkau adalah putra penutup para nabi dan pemimpin kaum Mukminin. Salam dan keridhaan Tuhan atasmu.”
Ziarah Imam Husein as di hari Arbain telah disinggung dalam literatur-literatur kuno agama Islam. Riwayat terpenting mengenai hal ini datang dari Imam Hasan Askari as. Beliau berkata, ” Tanda-tanda orang mukmin ada lima; melaksanakan shalat 51 rakaat (17 rakaat wajib dan 34 rakaat sunnah), membaca ziarah Arbain Imam Husein as, memakai cincin di jari tangan kanan, meletakkan dahi di atas tanah saat sujud dan mengeraskan bacaan Bismillahirrahmanirrahim dalam shalat.” Dalam riwayat-riwayat lain juga disebutkan bahwa orang-orang yang tidak bisa datang ke Karbala pada hari itu, mereka dianjurkan membaca ziarah dari jauh. Anjuran ini dengan sendirinya menunjukkan betapa pentingnya Arbain dan pengingat budaya anti-kezaliman Asyura dalam kamus Islam.
Dari Asyura sampai Arbain hanya 40 hari dan dalam rentang masa itu, Sayidah Zainab as dengan kearifan dan keberaniannya telah menguburkan mimpi-mimpi Yazid untuk merayakan kemenangan. Wanita mulia ini mengibarkan panji Kebangkitan Husein dengan gagah dan sampai sekarang masih berkibar dengan penuh wibawa. Sayidah Zainab memekikkan pesan ketertindasan dan kebenaran Husein dengan suara lantang mulai dari hari Asyura yang banjir darah sampai Arbain yang bergelimang air mata. Orasi lugas Sayidah Zainab masih terus mengguncang pilar-pilar istana penguasa tiran dan menarik para pencari kebenaran untuk berduyun-duyun datang ke Karbala.
Sayidah Zainab as selain memiliki banyak keutamaan dan berkepribadian mulia, juga memainkan peran luar biasa dalam mensukseskan Kebangkitan Asyura. Setelah peristiwa Asyura, Sayidah Zainab as di tengah kesibukannya sebagai pemimpin para tawanan dan pelindung Imam Sajjad as, mampu mengantarkan Revolusi Huseini ke gerbang kemenangan dengan menanggung segala beban. Dia berdiri tegak dan gagah berani dalam menyampaikan misinya sehingga ajaran Rasulullah Saw dan Revolusi Karbala tidak melenceng.
Ketika rombongan tawanan tiba di Kufah, masyarakat awalnya menyambut tawanan dengan suka cita dan gembira. Akan tetapi, Sayidah Zainab lewat orasinya yang berapi-api membuat situasi seketika berubah dan warga Kufah kini larut dalam kesedihan. Dia berkata, “Wahai para penipu! Wahai orang-orang yang tidak punya harga diri dan wibawa! Kalian telah membunuh penggalan hati Rasulullah dan pemimpin pemuda surga, ia adalah sosok yang menjadi benteng pelindung untuk kalian saat perang dan menjadi penenang di kala damai.”
Dengan kalimat pedas itu, Sayidah Zainab as membuat sejumlah warga Kufah mulai menyadari betapa besarnya dosa mereka. Dengan orasinya di istana Ubaidillah, Sayidah Zainab as berhasil merendahkan pemilik istana dan menggagalkan skenarionya untuk mendistorsi hakikat Kebangkitan Imam Husein as. Dia tidak membiarkan tipu daya dan makar untuk mencoreng tujuan-tujuan luhur Imam Husein as. Pada akhirnya, Ibnu Ziyad, penguasa Kufah menganggap kehadiran para tawanan sebagai hal yang berbahaya dan ia segera menggiring mereka ke Syam.
Warga Syam juga menyambut gembira kabar kedatangan para tawanan Karbala. Ini terjadi karena propaganda Yazid dan warga bahkan menganggap mereka sebagai pemberontak terhadap kekhalifahan Islam, di mana mereka pantas untuk dibunuh dan ditawan. Yazid mengadakan sebuah pesta megah yang menghadirkan para pejabat dan tentara. Dia dengan lancang memukul-mukul tongkatnya pada bibir dan gigi Imam Husein as. Yazid berkata, “Andai para pemimpin kabilahku – yang sudah tewas di Badr – masih hidup dan menyaksikan kita membunuh para pembesar Bani Hasyim dan menjadikannya sebagai penebus Perang Badr… Bani Hasyim telah bermain kekuasaan, tidak ada kabar gaib dan juga tidak ada wahyu yang turun kepadanya.” Dengan cara itu, Yazid telah menampakkan pengingkarannya terhadap Rasulullah dan agama Tuhan.
Pada waktu itu, Sayidah Zainab as membongkar semua kerusakan Yazid dan orasinya telah mengingatkan para hadirin akan kepiawaian Imam Ali as. Sayidah Zainab as berseloroh, “Tuhan berkata benar. Dia berfirman, ‘Kemudian, akibat orang-orang yang mengerjakan kejahatan adalah (azab) yang lebih buruk, karena mereka mendustakan ayat-ayat Allah dan mereka selalu memperolok-oloknya.’ Wahai anak Muawiyah! Meskipun kondisi telah membuatku harus berbicara denganmu, tapi aku menganggapmu lebih rendah, karena dosa-dosamu sangat besar dan kecaman-kecaman atasmu lebih banyak untuk bisa dihitung. Namun apa boleh buat? Mataku menangis karena kematian orang-orang yang aku cintai dan dadaku sesak panas karena perpisahan dengan mereka… Wahai Yazid! Sekarang lakukanlah apa yang kamu bisa. Aku bersumpah demi Allah, engkau tidak akan pernah bisa membumihanguskan nama dan wahyu kami, dan dengan cara ini engkau ingin meraih mimpi-mimpimu. Engkau tidak bisa mencuci tangan dari kehinaan ini dan pembantaian Husein.”
Kalimat tegas dan rasional Sayidah Zainab as membuat Yazid tertunduk dan membisu. Akhirnya, ia menyalahkan Ibnu Ziyad atas kematian Imam Husein as. Pidato Sayidah Zainab as di istana Yazid dan kemudian orasi Imam Sajjad as, sontak membuat kondisi Damakus berubah dan kebenaran mulai tersiar luas di tengah masyarakat. Seperti itulah Sayidah Zainab as memainkan perannya dalam menyampaikan pesan Kebangkitan Huseini.
Hari ini, para pecinta Imam Husein as bergegas menuju Padang Karbala untuk menghadiri peringatan Arbain. Semua kecintaan ini mereka dedikasikan untuk seorang pemuda, yang disebut oleh Nabi Saw sebagai bahtera penyelamat umat dan pelita hidayah manusia. Alangkah indahnya ayunan langkah kaki para pecinta, mereka penuh semangat untuk mengibarkan panji kebenaran dan memerangi kebatilan.
Salam atasmu duhai Aba Abdillah
Salam atasmu duhai Putera Rasulullah
Salam atasmu duhai Putera Amirul Mukminin, Putera Penghulu para washi.
Salam atasmu duhai Putera Fatimah penghulu wanita sedunia.
Salam atasmu ya Tsarallah wabna Tsarih wal-Mitral Mawtur.
Salam atasmu dan semua Arwah yang bergabung di halaman kediamanmu.
Sepanjang hidupku, siang dan malam, aku akan mendoakanmu semua, semoga Allah melimpahkan kedaimaian-Nya kepadamu semua.
Sejarah Longmarch Arbain
Longmarch Arbain merupakan longmarch terbesar muslim Syiah yang diselenggarakan bertepatan dengan peringatan Arbain di Irak. Orang-orang yang ikut longmarch ini berasal dari pelbagai penjuru negara Irak dan juga peziarah dari berbagai negara. Mereka berjalan kaki dalam jumlah yang sangat besar menuju Karbala dalam rangkaian acara peringatan Hari Arbain Imam Husain untuk menunaikan ziarah Arbain. Orang-orang yang hadir pada peringatan Arbain ini diperkirakan mencapai puluhan juta orang setiap tahunnya. Pada tahun 2013 angka peziarah mencapai 10 juta orang. Tahun 2014 menembus hingga 20 juta orang.
Menurut hasil penelitian, perjalanan menuju Karbala pada hari Arbain telah mentradisi dalam umat Islam Syiah semenjak masa Imam Maksum. Bahkan disebutkan bahwa kaum Syiah tetap menjalankan tradisi ziarah Arbain ini pada masa kekuasaan Bani Umayyah dan Bani Abbasiyah. Qadhi Thabathabai menilai bahwa tradisi ziarah Arbain ini sebagai tradisi setiap tahun kaum Syiah di sepanjang sejarah. [1]
Penulis buku Adab al-Thaff yang beredar pada tahun 1967 dalam laporannya atas pertemuan besar kaum Syiah pada peringatan Arbain Imam Husain di Karbala menyerupakan pertemuan itu seperti pertemuan kaum Muslim di Mekkah. Dalam buku itu disinggung tentang majelis-majelis duka disampaikan dalam bahasa Turki, Arab, Persia dan bahasa Urdu. Ia menegaskan bahwa tidak berlebihan, pada masa itu, terdapat kurang lebih satu juta orang yang turut serta pada ziarah Arbain Imam Husain as. [2]
Pemerintahan Saddam Husain dan Pelarangan Longmarch
Pada akhir abad ke-14, pemerintahan Ba’tsi memegang kendali kekuasaan di Irak. Mereka tahu bahwa longmarch Arbain ini merupakan simbol kekuatan politik (show force) kaum Muslim Syiah. Pemerintahan Saddam kemudian melarang adanya peringatan Arbain dan terkadang dengan kejam menyerang para peziarah. Larangan dan teror pemerintahan Ba’tsi ini membuat peringatan Arbain tidak begitu ramai. Mereka terkadang menyerang dengan menembakkan senjata dari darat atau menyerang dari udara. Tahun 1977 merupakan klimaks dari serangan ini dimana mereka menembak para peziarah di dekat kota Karbala. Dengan adanya larangan ini, sebagian Syiah secara diam-diam tetap pergi berziarah ke Karbala. Pada tahun itu juga, Ayatullah Sayid Muhammad al-Shadr mengumumkan wajibnya ziarah Arbain.
Setelah jatuhnya pemerintahan Ba’tsi (Saddam Husain) di Irak yang menjadi penghalang utama terselenggaranya pelbagai jenis majelis duka Imam Husain as, untuk pertama kalinya pada tahun 2003, kaum Syiah bergerak menuju Karbala. Pada permulaan acara peringatan ini terdapat tiga juta orang yang hadir. Pada tahun-tahun setelahnya, jumlah peziarah dan peserta longmarch ini semakin membludak sehingga disebutkan terdapat lebih dari 10 juta orang yang turut meramaikan peringatan Arbain Imam Husain as.[3] Pada tahun 2013 yang bertepatan dengan Arbain tahun 1435 H sebagian melaporkan bahwa terdapat 15 juta peziarah yang berpartisipasi pada ritual Arbain ini. [4]
Wikishia
Catatan kaki
Qadhi Thabathabai, hlm. 2.
Syubbar, jld. 1, hlm. 41.
Khabarguzari Tasnim
Site Fardanew
Salman, Sang Pencari Kebenaran
Salman terukir namanya dalam sejarah sebagai figur pencari kebenaran. Orang yang telah mencapai kebebasan sejati dan mengabaikan kebebasan dirinya hingga bersedia menjadi budak demi bertemu dengan Nabi Muhammad Saw hingga menjadi Muslim. Bahkan, Rasulullah Saw mengatakan, "Salman bagian dari kami, Ahlul Bait".
Di kalangan masyarakat Muslim dewasa ini barangkali tidak ada yang tidak mengenal nama "Salman Farsi", yang menunjukkan status istimewanya sebagai sahabat Nabi Muhammad Saw. Pernyataannya bagaimana orang non-Arab bisa mencapai kedudukan seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad Saw, "Salman bagian dari kami, Ahlul Bait", menunjukkan sebuah fakta mengenai sosok pencari kebenaran ini meninggalkan tanah kelahirannya untuk memluk agama Islam.
Patung Salman Farsi di kota Kazerun
Salman, terlahir dengan nama Roozbeh di sebuah masyarakat penganut Zoroster yang taat. Ayahnya adalah seorang tokoh agama kota Ji (salah satu distrik lama kota Isfahan). Dia menginginkan Roozbeh menggantikan posisinya sebagai tokoh agama. Tetapi hati dan jiwa Roozbeh tidakn menyukai kedudukan penting ayahnya. Salman tidak senang berkeliling taman indah yang dinikmati keluarganya, tapi masyarakat biasa tidak bisa menikmatinya
Ia mengkritik kesenjangan sosial yang tajam di tengah masyarakatnya. Ketika dia melihat orang-orang beribadah, dia berkata kepada dirinya sendiri, "Bagaimana mereka menyembah api, padahal mereka yang menyalakan api dan keabadiannya berada di tangan mereka sendiri?" Pertanyaan ini terus menjejali benak pemikiran Roozbeh yang membuatnya enggan untuk menyalakan api sebagai bagian dari ajaran agama yang dianutnya ketika itu.
Renungan Roozbeh membawanya menuju masalah paling subtansial mengenai sang pencipta alam semesta ini. Pencipta yang menciptakan api untuk digunakan manusia. Dia tidak bisa menerima bahwa Tuhannya senang dengan dominasi orang kaya terhadap orang miskin. Roozbeh memprotes kondisi sosial ketika itu yang menggunakan agama untuk kepentingan sosial. Dalam kondisi gelisah saat itu, dia berdoa memohon kepada Tuhan supaya ditemukan dengan orang yang bisa menuntunnya kepada kebenaran sejati.
Ayah Roozbeh ingin putranya menggantikan posisinya di Pusat Agama kota Ji. Dia berkata tentang ayahnya, "Saking sayangnya ayahku membuatku merasa seperti seorang gadis di rumah sampai aku menjadi pelayan kuil api." Tampaknya, ayah Roozbeh sudah membaca keingintahuan yang tinggi dari anaknya, dan spirit kebebasan yang berada dalam batin sang anak.
Suatu hari, ayahnya yang sibuk meminta Roozbeh pergi ke desa. Ia pun berangkat untuk memenuhi perintah ayahnya. Tetapi dalam perjalanan dia melihat sebuah gereja, berdiri di depannya, mendengarkan suara-suara dari dalam dan kemudian masuk. Di sana dia melihat sekelompok orang berdoa. Kerendahan hati dan perhatian mereka kepada Allah dalam doa-doa mereka mengejutkannya. Dia pergi ke uskup gereja dan berbicara kepadanya dengan santun. Berjam-jam berlalu dan percakapan antara Roozbeh dan uskup itu selesai. Akhirnya, uskup berbicara tentang Sham, tempat kelahiran agama Kristen.
Ketika Roozbeh kembali ke rumah, dia menghadapi ayahnya yang gelisah. Tapi, Rouzbeh berkata dengan tenang, "Saya bertemu sekelompok orang Kristen yang berdoa di gereja mereka, apa yang saya lihat mengejutkan dan saya menemukan bahwa agama mereka lebih baik daripada kita." Ayah yang selalu mempersiapkan putranya untuk bertanggung jawab atas kuil api setelahnya dan memaksanya untuk melakukan semua ritual agama Zoroaster, melihat putranya berkata, "Tentu saja, agama Kristen lebih baik daripada agama kita. ".
Awalnya, sang ayah mencoba membujuk putranya dengan berbagai cara, tetapi Roozbeh menolak alasan sang ayah satu demi satu. Dan pada akhirnya dia berkata kepada ayahnya, "Ayah, Anda meniru leluhur kita dalam menyembah api, tetapi beri tahu saya bagaimana status api ini yang kita bakar dengan tangan dan tongkat kering kita sendiri? Hidup dan matinya benar-benar berada di tangan kita, jadi bagaimana mungkin bisa menjadi Tuhan kita?" Mendengar pernyataan anaknya ini, kemarahan sang ayah meledak, memenjarakannya di rumah.
Dia dikurung selama beberapa hari sampai salah seorang pelayan mereka, yang sesekali mengirimnya ke uskup, berkata, "Uskup telah memberi tahu saya bahwa besok malam dia akan pergi ke Sham." . Kebahagiaan muncul di wajah Roozbeh, sebelum fajar menyingsing perlahan, ia sudah meninggalkan rumah dalam kegelapan malam. Bergerak bersama angin meninggalkan Iran menuju Sham.
Makam Salman Farsi, sekitar 30 kilometer wilayah tenggara Baghdad
Akhirnya Roozbeh tiba di Damaskus, dan ia bertemu dengan orang paling bijak dari Nasrani. Warga kota membimbingnya ke keuskupan. Roozbeh dengan tekad baja pergi ke rumah Uskup Nasrani Ketika dia sampai di sana, uskup bertanya kepadanya, “Siapa kamu dan apa yang kamu inginkan?” Roozbeh berkata, “Saya seorang pria dari kota Ji Isfahan. saya ingin mencari ilmu. Terimalah saya dan jadikan temanmu. Ajari aku apa yang Tuhan ajarkan padamu! " Pembicaraan yang baik ini mengejutkan uskup, lalu ia menatap wajah pemuda itu. Di matanya dia melihat kecerdasan.
Berbulan-bulan berlalu. Roozbeh berada bersama uskup mengajar dan meneliti, ada waktu untuk beribadah, dan waktu untuk mendengar penjelasan tentang ayat-ayat Alkitab. Tapi kemudian nasib berkata lain. Uskup meninggal dan mereka,berpihak. Sejak itu, Salman melanjutkan perjalanannya mencari kebenaran dengan menempuh perjalanan panjang melewati gunung-gunung dan padang pasir. Dia menghabiskan sebagian besar hidupnya bepergian dari satu negeri ke negeri lain dan dari kuil ke kuil lain.
Tanpa kelelahan dan kebosanan, ia berusaha mencari oprang yang bisa memenuhi dahaga spiritualitasnya, yang akan menemukannya dengan cinta, kebebasan, persaudaraan, dan kesetaraan sejati. Sampai saat terakhir dalam perjalanannya yang melelahkan, ia mencapai Medinah. Di mana dia bertemu dengan Nabi Muhammad Saw yang bimbingannya menuju jalan kebenaran. Akhirnya, Roozbeh menerima ajaran Islam dan namanya berganti menjadi Salman.
Suatu hari muncul mengenai rencana Abu Sufyan untuk menyerang Madinah bersama suku-suku Arab lainnya dengan tujuan menghancurkan umat Islam yang dianggap melemahkan agama warisan leluhur mereka.Sejarah mencatat 10.000 petarung siap untuk menyerang Madinah di bawah komando Abu Sufyan.
Berita ini mengguncang hati banyak Muslim. Lalu Nabi Muhammad Saw mengumpulkan para sahabat dan membentuk dewan perang untuk merancang pertahanan menghadapi sepuluh ribu petarung tangguh Arab. dalam pertemuan itu, Salman menyampaikan pendapatnya, "Wahai Rasulullah, mari kita menggali parit di sekitar Madinah sehingga mereka tidak bisa memasuki Madinah."
Nabi Muhammad Saw menyambut usulan ini dan segera memerintahkan penggalian parit dimulai. Saat menggali parit, semua tokoh Muslim baik dari Muhajirin maupun Ansar mengungkapkan penghormatannya kepada Salman. Ketika itu, orang-orang muhajirin berkata, "Salman dari kami,". Ansar juga berkata, "Salman milik kita dan kita lebih pantas mendapatkannya,". Ketika itu, Nabi Muhammad Saw tangan di bahu Salman dan berkata, "Salman dari kami Ahlul Bait."
Ketika itu para sahabat Nabi mengitari dia, dan berkata kepadanya, "Selamat untukmu, wahai Salman dari Persia, kepada siapa Rasulullah menganugerahkan kepadamu kehormatan besar." Pada saat yang sama, Nab dengan penuh cinta, mengatakan kepada mereka, "Jangan katakan Salman Persia, tetapi katakan, Salman Al-Muhammadi."
Majma al-Taqrib dan Impian Persatuan Mazhab Islam
Salah satu karakteristik umat Islam di al-Quran adalah persatuan Islam. Agami Ilahi ini menetapkan prinsip persaudaraan Islam sebagai dasar setiap interaksi antar umat Muslim.
Persatuan di prinsip ideologi muslimin seperti ideologi tauhid, kenabian, maad (hari akhir), shalat, puasa, satu kiblat dan kitab suci serta berbagai prinsip lain serta sunnah Nabi dalam menyeru persatuan dan rekomendasi untuk menghindari perdebatan serta friksi dengan saudara sesama agama, termasuk peluang yang dapat mereduksi perpecahan dan friksi antar negara Islam serta mempererat persatuan dan solidaritas.
Sampai saat ini ulama dan cendikiawan berusaha keras untuk merealisasikan tujuan ini, namun salah satu gerakan paling penting selama tiga dekade terakhir adalah pembentukan Forum Internasional Pendekatan Antar-Mazhab (Majma Taghrib bainal Mazahib) yang diusulkan oleh Rahbar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei.
Forum yang dibentuk pada 19 Mehr 1369 Hs (11 Oktober 1990) adalah sebuah lembaga Islam berbasis rakyat, keilmuan, budaya, internasional dan beranggotakan individu serta tokoh independen serta non pemerintah. Forum ini dibentuk untuk mendekatkan para pengikut mazhab Islam. 11 Oktober merupakan peringatan pembentukan forum ini.
Impian dan harapan tokoh dan ulama dunia Islam adalah mendekatkan mazhab-mazhab Islam serta mempersatukan barisan umat Islam. Taghrib atau pendekatan sejatinya sebuah gerakan yang dirintis oleh ulama dari berbagai mazhab Islam dan tujuannya adalah mendekatkan para pengikut Syiah dan Ahlu Sunnah serta menghapus friksi di antara mereka dan mempersatukan mereka untuk mematahkan konspirasi musuh Islam.
Sepanjang sejarah, banyak upaya telah dilakukan untuk merealisasikan pendekatan ini, namun mengingat upaya pemimpin dan sultan di jalan ini penuh dengan tujuan dan ambisi politik, maka upaya tersebut gagal terealisasi. Misalnya Nader Shah Afshar, meski tengah terjadi perang antara Iran dan Ottoman serta serangan pasukan Ottoman ke perbatasan Iran, ia mengusulkan ulama senior Syiah dan mufti Ottoman, Abdullah Suwaidi membentuk majelis diskusi di Baghdad, namun lagkah ini gagal karena sabotase dan prasangka buruk mufti Ottoman.
Di abad 14 Hijriah, Sayid Jamaluddin Asadabadi juga menggulirkan isu persatuan Islam di Majalah Urwatul Wutsqa. Sayid Jamal meyakini pentingnya interaksi yang telah dirancang antara seluruh bagian dan anggota masyarakat Islam dan menyatakan umat Islam harus tunduk pada pemerintahan yang al-Quran menjadi landasannya.
Sayid Jamal mengatakan, "Saya tidak mengatakan satu orang menguasai seluruh negara Islam, karena hal ini sangat sulit. Tapi saya berharap penguasa seluruh bangsa Muslim hanya al-Quran dan agama menjadi faktor pemersatu di antara mereka. Dengan persatuan ini, setiap raja dan penguasa di negaranya dapat berusaha untuk menjaga hak negara Islam lainnya, karena kehidupannya bergantung pada kehidupan yang lain dan kelanggengannya bergantung pada kelanggengan bangsa Muslim lainnya." Tapi dengan ditutupnya Majalah Urwatul Wutsqa, isu persatuan umat Islam untuk beberapa waktu menjadi senyap.
Setelah majalah Urawatul Wutsqa ditutup, Mohammad Abduh, rekan Mesir Sayid Jamaluddin Asadabadi di majalah ini pegi ke Beirut dan melakui kerja sama dengan tokoh seperti Abu Turab Sawiji, pembantu Sayid Jamaluddin dan Mirza Mohammad Baqir Bawatani (penerjemah Inggris majalah Urwatul Wutsqa), membentuk forum pertama pendekatan antar mazhab. Selanjutnya tokoh-tokoh dari Iran, Ottoman, Inggris dan India bergabung dengan forum ini. Tapi usia forum ini relatif pendek.
Selanjutnya tahun 1938, Mohammad Taqi Qommi dari Iran berimigrasi ke Mesir dan membentuk Dar al Taqrib Bain al-Mazahib al-Islamiyah di Kairo. Ini tercatat sebagai langkah terpenting pendekatan keilmuan. Sementara itu, perang dunia kedua mempengaruhi jalannya gerakan ini dan Qommi akhirnya keluar dari Mesir. Tahun 1956, Qommi kembali ke Mesir dan memulai aktivitasnya. Forumnya ini kemudian menjadi tempat berkumpulnya ulama dan cendikiawan Syiah dan Sunni. Sementara itu Ayatullah Hossein Boroujerdi, salah satu marji Syiah mendukung tujuan forum tersebut dan hubungan bersahabat serta surat menyurat Ayatullah Boroujerdi dan Shaltut berujung pada perilisan fatwa terkenal Shaltut yang mengakui secara resmi mazhab Syiah.
Sheikh Shaltut
Sheikh Shaltut, salah satu ulama Sunni menyebut salah satu masalah terpenting dalam pembentukan persatuan adalah meraih sisi kolektif dan persamaan yang diyakini oleh setiap mazhab. Ia menyebutkan poin persamaan ini adalah al-Quran. Terkait hal ini, Sheikh Shaltut mengatakan, Islam menyeru umatnya bersatu dan menyatakan Hablullah (Tali Allah) di mana semua muslim harus berpegang teguh dengannya.
Sheikh Shaltut di kesempatan lain menyebut Kitabullah (al-Quran) dan sunnah Nabi sebagai titik persamaan seluruh mazhab. Ia memisahkan antara friksi ilmiah di forum ulama dan fanatisme buta yang ada di antara masyarakat awam. Terkait hal ini ia mengatakan, "Perbedaan pendapat sebuah keniscayaan sosial dan hal alami yang tidak dapat dihindari. Namun ini berbeda dengan perbedaan dan friksi yang mengarah ke fanatisme mazhab dan kejumudan pemikian. Fanatisme memutus akar persatuan muslim dan menumbuhkan permusuhan serta kedengkian di hati. Tapi perbedaan yang didorong oleh studi dan riset dengan menghormati pendapat dan pemikiran orang lain adalah terpuji dan diterima."
Menurut pendapat Shaltut pembahasan ilmiah dan teknis untuk menghapus perbedaan dan fanatisme akibat kelalaian selama bertahun-tahun serta kebodohan dan konspirasi telah dimulai, oleh karena itu, ulama dan seluruh lapisan masyarakat Islam selain harus menjaga identitasnya juga harus mengesampingkan fanatisme keliru demi cita-cita besar Umat Islam yang Bersatu.
Sebagai kelanjutan dari ideologi ini, pasca kemenangan Revolusi Islam Iran (22 Bahman 1357 Hs) dan terbentuknya Republik Islam Iran, mulai ada perhatian khusus tentang persatuan dan pendekatan muslim dan mencegah segala bentuk perpecahan. Ayatullah Khomeini, pendiri Republik Islam Iran menyatakan persatuan Islam sebagai slogan strategis yang muncul dari kedalaman keyakinan Islam.
Ayatullah Khomeini menyebut pendekatan antar mazhab dan persatuan umat islam sebagai faktor kehormatan umat Muslim dan di kondisi saat ini, bapak Republik Islam Iran ini menilainya sebagai kewajiban umat Islam sesuai dengan instruksi dan ajaran al-Quran.
Rahbar Ayatullah Khamenei
Sementara itu, pengganti Imam Khomeini, Ayatullah Khamanei juga menekankan persatuan umat Islam. Menurut perspektif Rahbar, maksud dari persatuan di sini bukannya kita menjadikan Syiah menjadi Sunni, atau Sunni menjadi Syiah, tapi maksud dari persatuan ini adalah seluruh umat Islam merasa menjadi bagian dari umat yang satu dan tidak terpisah.
Muslim harus merasa bahwa keyakinan, prinsip fiqih, tanggung jawab, kewajiban dan hak mereka sama. Oleh karena itu, seluruh umat Muslim harus bangkit sebagai umat yang satu melawan berbagai kesulitan dan kendala umat Islam. Terkait hal ini, tahun 1990, atas inisiatif dan prakarsa Rahbar dibentuklah Forum Internasional Pendekatan Antar Mazhab. Forum ini bertanggung jawab atas upaya pendekatan di dunia Islam dan setiap tahun digelar kongres persatuan dengan melibatkan para cendikiawan dan ulama Islam di Iran atau negara Islam lainnya.
Majma al-Taqrib (Forum Pendekatan) menilai peradaban baru Islam, menghidupkan umat Islam yang satu dan meraih saham yang tepat di lingkaran kekuasaan dan sistem global sebagai cita-cita bersama seluruh bangsa Muslim. Dan dalam hal ini, forum ini meyakini akan nasib bersama dan tak terpisahkan mazhab Islam dan persatuan muslim merupakan solusi tunggal untuk menjaga umat Islam serta meraih cita-cita bersama.
Majma al-Taqrib untuk merealisasikan cita-cita ini mulai membentuk berbagai aliansi dan organisasi bersama, media pendekatan, kinerja bersama untuk menangani isu-isu kolektif dan berbagai langkah lainnya yang efektif untuk menggalang persatuan. Forum ini fokus terhadap kepentingan bersama, bersandar pada kesamaan yang ada dan menerima perbedaan antar mazhab serta menilainya sebagai peluang untuk pendekatan antar mazhab. Sementara untuk interaksi antar pengikut mazhab Islam, forum ini berusaha meningkatkan kesadaran dan pengetahuan, menyebarkan penghormatan kepada mazhab lain, toleransi, persaudaraan (ukhuwah), saling membantu dan menghapus kendala pendekatan di antara mereka.
Majma al-Taqrib sebagai lembaga spesialisasi pendekatan terpenting, melakukan misi Ilahinya berdasarkan ajaran al-Quran, sunnah dan itrah nabawi, pemikiran ulama dan cendikiawan Islam serta kebijaksanaan kolektif anggota forum dan komitmen terhadap prinsip moral Islam. Di jalan ini, Majma al-Taqrib siap bekerja sama dengan lembaga dan yayasan taqrib lainnya, hauzah ilmiah atau pesantren, universitas islam di berbagai negara.
Misi Majma al-Taqrib adalah meningkatkan level pengetahuan dan kesadaran, memperdalam dan saling memahami antara pengikut mazhab Islam serta memperkokoh mazhab Islam dan penghormatan timbal balik serta memperkuat persaudaraan di antara umat Islam tanpa ada perbedaan dari sisi etnis, kelompok atau bangsa mereka demi mencapai umat yang satu.
Majma ini di awal aktivitasnya menggulirkan teori pendekatan dan melalui kerja sama dengan lembaga riset dan studi di bawah naungannya, mulai menyusun teori. Selanjutnya Majma memasuki tahap kedua dari aktivitasnya yakni tahap wacana pendekatan. Di tahap ini, Majma al-Taqrib mulai menyebarkan wacana pendekatan antar mazhab di tingkat dunia Islam dan dengan bantuan lembaga di bawahnya dan melalui banyak upaya, akhirnya berhasil menjadikan wacana persatuan dan pendekatan mazhab menjadi wacana yang marak di dunia Islam.
Di tahap ketiga, dengan membentuk lembaga dan berbagai yayasan serta memanfaatkan kapasitas dan kemampuan yang ada di sektor sosial, budaya, ekonomi dan politik, Majma al-Taqrib berusaha memperluas misi pendekatannya di seluruh level.
Majma al-Taqrib kini dengan membentuk berbagai organisasi seperti persatuan muslimah dunia, persatuan ulama muqawama sedunia, persatuan teknologi dan sains sedunia, persatuan akademisi dan budayawan sedunia, persatuan partai muqawama sedunia dan persatuan pedagang sedunia, aktif mensukseskan misinya.
Majma ini seraya menekankan bahwa tiadk ada teladan tunggal bagi seluruh negara Islam dan di berbagai negara lain, kondisi geografi, sejarah dan sosial khusus negara tersebut menjadi penentu, berusaha menarik perhatian negara-negara Islam ke prinsip bersama yang dimili8ki semua umat Muslim yang bisa menjadi faktor persatuan mereka.
Mungkin saja saat ini karena konspirasi kubu arogan dan negara reaksioner di dunia Islam, persatuan Islam terbayang-bayangi dan gerakannya sedikit lambat, namun secara pasti gerakan ini tidak musnah, karena al-Quran, hadis dan iman terhadap ajaran Islam merupakan landasan utama gerakan ini. Kami berharap konspirasi ini akan musnah dan persatuan di dunia Islam setiap hari semakin luas.