
کمالوندی
Keagungan Ahlul Bait Dalam Mubahalah
Ada banyak momen penting yang terjadi dalam kalender Islam selama bulan Dzulhijjah dan salah satunya adalah peristiwa mubahalah yang jatuh pada tanggal 24 Dzulhijjah.
Mubahalah adalah saling melaknat atau saling mendoakan agar laknat Allah Swt ditimpakan kepada kaum zalim dan berdusta tentang kebenaran. Ketika orang-orang terlibat dalam sebuah dialog penting dan gagal mencapai sebuah kesimpulan, maka sebagai jalan terakhir adalah mereka sepakat berkumpul di suatu tempat dan kemudian berdoa kepada Allah agar ditimpakan azab kepada para pendusta.
Para pemeluk agama lain dan pemimpin politik dan tokoh aliran kepercayaan menaruh perhatian khusus kepada Islam dan kaum Muslim pasca penaklukan kota Mekkah pada tahun kedelapan Hijriah dan setelah Islam menyebar luas di Jazirah Arab. Mereka juga mulai memfokuskan perhatiannya ke kota Madinah sebagai pusat pemerintahan Islam.
Penaklukan Mekkah membuka ruang untuk penyebaran agama Islam ke berbagai penjuru wilayah Hijaz dan bahkan ke negara-negara lain. Rasulullah Saw memanfaatkan kesempatan itu dengan baik dan melayangkan beberapa pucuk surat serta mengutus para wakilnya untuk menemui pemimpin negara-negara lain.
Rasulullah Saw menyeru mereka untuk memeluk Islam atau secara resmi mengakui pemerintahan Islam dan mematuhi aturan-aturannya. Banyak tokoh tertarik untuk berangkat ke Madinah guna melihat dari dekat pusat pemerintahan Islam dan bertemu dengan pemimpin kaum Muslim.
Sejak tahun kesembilan Hijriah, para delegasi dan suku-suku Arab dari berbagai daerah berbondong-bondong datang ke Madinah untuk menemui Rasulullah Saw. Delegasi kaum Nasrani Najran juga bertolak ke Madinah setelah menerima sepucuk surat dari Nabi Muhammad Saw. Uskup Agung Najran kemudian membentuk sebuah dewan untuk membicarakan perkara tersebut.
Dalam pertemuan itu, salah satu pembesar Nasrani yang terkenal pintar dan bijak berkata,“Kita berkali-kali mendengar dari para ulama kita bahwa suatu hari posisi kenabian akan berpindah dari garis keturunan Ishak kepada anak-anak Ismail dan ada kemungkinan kalau Muhammad adalah salah satu dari keturunan Ismail, yaitu nabi yang dijanjikan.”
Setelah berdiskusi panjang lebar, Dewan Ulama Nasrani kemudian memutuskan untuk mengirim sebuah delegasi ke Madinah guna berdiskusi dari dekat dengan Muhammad Saw dan menyelidiki argumen-argumen kenabian akhir zaman.
Masjid Mubahalah atau disebut Masjid Ijabah di Madinah.
Nasrani Najran memiliki dua pertanyaan penting dari Rasulullah. Pertama, Muhammad akan mengajak mereka untuk memeluk ajaran apa? Dan kedua, bagaimana pendapat Muhammad tentang Isa al-Masih? Menjawab pertanyaan pertama, Rasulullah Saw menyeru mereka untuk menyembah Tuhan Yang Maha Esa dan mengenai pertanyaan kedua, beliau berkata, “Isa adalah hamba yang terpilih dan beriman kepada Allah. Ia adalah seorang manusia dan tidak boleh dianggap sebagai anak Tuhan.” Akan tetapi, delegasi Nasrani tetap mempertahankan konsep Trinitas dan menyebut Isa al-Masih sebagai anak Tuhan. Menurut mereka, Isa adalah anak Tuhan karena ia lahir tanpa perantaraan seorang ayah.
Ulama Nasrani kemudian bertanya kepada Rasulullah Saw, “Jika Isa adalah hamba dan makhluk Tuhan, lalu siapa ayahnya? Manusia adalah makhluk dan ia wajib punya ayah.” Pada saat itu, turunlah Malaikat Jibril as untuk menyampaikan ayat 59 surat Ali Imran kepada Rasul. “Sesungguhnya misal (penciptaan) Isa di sisi Allah, adalah seperti (penciptaan) Adam. Allah menciptakan Adam dari tanah, kemudian Allah berfirman kepadanya, Jadilah (seorang manusia), maka jadilah dia."
Rasul Saw lalu menjelaskan isi ayat tersebut kepada para pembesar Nasrani. Tetapi, mereka tidak peduli dengan ucapan Nabi Saw dan tetap berpegang pada keyakinannya. Mereka menyatakan tidak puas dengan penjelasan Nabi dan mengaku belum menemukan jawaban atas pertanyaannya.
Setelah itu, turun lagi dua ayat sebagai lanjutan dari ayat sebelumnya kepada Rasulullah Saw. "… Siapa yang membantahmu tentang kisah Isa sesudah datang ilmu (yang meyakinkan kamu), maka katakanlah (kepadanya), ‘Marilah kita memanggil anak-anak kami dan anak-anak kamu, istri-istri kami dan istri-istri kamu, diri kami dan diri kamu; kemudian marilah kita bermubahalah kepada Allah dan kita minta supaya laknat Allah ditimpakan kepada orang-orang yang dusta."
Istilah mubahalah sudah dikenal luas oleh masyarakat Arab dan para penganut agama langit sebagai sarana untuk membuktikan kebenaran. Rasulullah Saw menyampaikan perkara ini kepada delegasi Nasrani dan mereka menerima tantangan mubahalah.
Pada hari berikutnya, Rasulullah Saw datang ke rumah Ali bin Abi Thalib. Rasul memegang tangan Sayidina Hasan sambil memangku Husein dan berjalan ke luar kota bersama Ali dan Fatimah as. Ketika menyaksikan mereka, salah satu tokoh Nasrani, Abu Haritsah bertanya kepada kaumnya, “Siapa mereka yang bersama Nabi Saw?” Kaumnya menjawab, "Yang di depan itu anak paman dan suami putrinya serta orang yang paling dicintai olehnya. Dua anak itu adalah putra-putranya dari putrinya dan wanita itu adalah Fatimah, putrinya yang paling dicintai."
Rasul Saw duduk di atas dua tumitnya ketika memasuki arena mubahalah. Abu Haritsah berkata, "Demi Tuhan, ia duduk sebagaimana para nabi duduk untuk bermubahalah." Kemudian ia kembali berkata, "Jika Muhammad tidak dalam kebenaran, dia tak akan berani bermubahalah, dan jika ia bermubahalah dengan kita, kurang dari satu tahun, tidak akan ada lagi seorang Nasrani pun yang tersisa di bumi ini.”
Menurut riwayat lain, Abu Haritsah berkata, "Aku menyaksikan wajah-wajah yang jika mereka memohon kepada Tuhan untuk mengangkat sebuah gunung dari tempatnya, maka gunung tersebut akan terangkat. Jadi janganlah bermubahalah. Jika kalian lakukan itu, kalian akan binasa dan tidak ada seorang Nasrani pun yang tersisa di bumi ini."
Setelah delegasi Nasrani membatalkan mubahalah, Rasul Saw bersabda kepada mereka, "Bila kalian bersedia melakukan mubahalah denganku dan Ahlul Bait-ku, maka wajah kalian akan diubah menjadi kera dan babi. Lembah ini kemudian akan menjadi api yang membakar kalian. Setelah itu, tidak lebih dari setahun seluruh pengikut Nasrani akan lenyap dari muka bumi."
Pada dasarnya, peristiwa mubahalah bukan hanya menunjukkan kebenaran dakwah Nabi Muhammad Saw, tapi juga menjelaskan keutamaan khusus orang-orang yang bersama beliau di hadapan semua sahabat dan keluarga besarnya. Peristiwa ini juga menjelaskan kebenaran dan keagungan Ahlul Bait as.
Setelah kejadian itu, Abu Haritsah menemui Rasulullah Saw dan kemudian mengucapkan syahadat dan memeluk Islam. Sementara bagi kaum Nasrani yang tetap berpegang pada agamanya, mereka harus membayar jizyah (pajak) dan menandatangani sebuah perjanjian sesuai dengan ketentuan Islam. Nabi Saw lalu memanggil Ali as dan berkata, "Sampaikan kepada mereka syarat-syarat Ahli Dzimmah dan jumlah yang harus mereka bayar."
Para ahli tafsir dan hadis Syiah dan Sunni menyatakan bahwa ayat mubahalah juga bukti atas kebenaran Ahlul Bait Nabi as. Ketika mendatangi arena mubahalah, Rasul Saw hanya membawa putrinya Fatimah az-Zahra as, kedua cucunya Sayidina Hasan dan Husein as, serta menantunya Sayidina Ali as. Oleh karena itu, maksud kata "Abnaana" dalam ayat mubahalah hanya terbatas pada Hasan dan Husein as, sementara "Nisaana" hanya tertuju pada Fatimah as, dan kata "Anfusana" hanya terfokus pada Ali.
Singkat kata, peristiwa mubahalah telah memperjelas kebenaran Islam dan keagungan Ahlul Bait as kepada semua orang, terutama kaum Nasrani.
Dalam buku doa Mafatih al-Jinan, ada sejumlah amalan khusus yang dilakukan tepat di hari ini antara lain; Mandi, amalan ini menunjukkan usaha untuk membersihkan badan lahiriah dari kotoran dan menandakan kesiapan jiwa untuk berhias dengan doa-doa yang akan dibaca. Berpuasa, amalan ini membuat batin manusia menjadi lebih segar. Dan membaca doa khusus hari Mubahalah yang disebut doa Mubahalah yang agak mirip dengan doa Sahar di bulan Ramadhan.
Menapaktilasi Ritual Duka Bulan Muharam di Seluruh Dunia
Dengan tibanya bulan Muharam dan syahadah Imam Husein as, para pengikut Syiah di seluruh dunia mempersiapkan diri untuk acara duka di bulan ini dengan dengan hati penuh kesedihan. Mereka melaksanakan acara duka Imam Husein as demi mengingatkan kembali pengorbanan Imam Husein as dan para sahabat loyalnya.
Cinta kepada Imam Husein as melampaui batas-batas teritorial pelbagai negara di dunia dan para pecinta Imam Husein as, terlepas dari warna kulit, agama, bahasa dan budaya, semua bersedih akan pengorbanan Imam Husein as. Dengan memperhatikan luas dan pentingnya ritual duka bulan Muharam di antara bangsa-bangsa di dunia, kami merasa penting untuk memperkenalkan ritual duka bulan Muharam di seluruh dunia. Di berbagai negara acara duka Imam Husein as dilaksanakan berbeda sesuai dengan kekhususan budaya mereka.
Pertama kami akan menyinggung ritual bulan Muharam umat Islam di negara-negara Eropa.
Komunitas terbesar Syiah di Jerman terletak di kota Hamburg. Karenanya, setiap tahun acara Asyura diselenggarakan di Islamic Center Hamburg yang diikuti banyak pecinta Ahlulbait as. Di hari-hari Tasu'a dan Asyura, di Islamic Center Hamburg, kebanyakan acara dimulai dengan pidato dan di akhir ceramah biasanya mereka yang hadir melakukan ritual duka dengan menepuk dada. Begitu juga di hari Asyura setelah pembacaan Ziarah Asyura dan pelaksanaan acara duka, sekitar 2.000 orang yang hadir dijamu makanan di sini.
Warga Syiah yang tinggal di Denmark juga memiliki Huseiniah dan di situ mereka melaksanakan acara duka Muharam. Dar al-Husein dikelola oleh Syahid Hakim dan termasuk Huseiniah yang dibangun olehnya pada 1990 dengan bantuan warga keturunan Irak yang tinggal di Kopenhagen. Yayasan Dar al-Husein juga menyelenggarakan kelas-kelas bagi mereka yang ingin mengenal Islam lebih jauh. Di Denmar juga ada Huseiniah warga keturunan Iran yang menjadi salah satu Islamic Center di Denmark yang menyelenggarakan berbagai program seperti pembacaan doa Kumail, acara duka menepuk dada dan pembacaan kidung duka.
Acara Hari Asyura di Denmark
Keberadaan pecinta Ahlulbait as di benua Amerika turut menyelenggarakan acara duka bulan Muharam dengan khidmat. Sebagai contoh, masjid Imam Ali as di New York di sepuluh hari pertama bulan Muharam melaksanakan acara duka Imam Husein as secara besar-besaran dengan dihadiri para pecinta Ahlulbait as. Para mahasiswa pelbagai universitas New York mengundang para ulama di hari-hari ini dan menyelenggarakan acara dan pertemuan untuk menjelaskan kebangkitan Asyura Imam Husein as.
Ada lebih dari satu juta umat Islam dengan latar belakang etnis yang berbeda yang tinggal di Kanada dan sekitar sepertiga dari mereka adalah warga Syiah. Bertepatan dengan peringatan tragedi Karbala, warga Syiah Kanada di sepuluh hari pertama bulan Muharam melaksanakan acara duka Imam Husein as. Acara paling penting adalah acara ceramah yang secara khusus membahas pelbagai dimensi peristiwa Asyura dan pelajaran sejarah darinya.
Pada hari Asyura di Kanada, acara duka yang biasa dilakukan adalah menepuk dada dan pembacaan kidung duka. Acara duka lebih banyak diselenggarakan di tempat-tempat tertutup. Baru-baru ini sebagian melaksanakan pawai duka di hari Asyura di kota dan bundaran yang sangat mempengaruhi masyarakat sekitarnya. Hal lain yang sering dilakukan di Kanada adalah memasang baner dan poster yang memperkenalkan Imam Husein as kepada masyarakat dan wajah kota-kota besar di negara ini di bulan Muharam dipenuhi dengan baner dan poster ini.
Pawai duka Imam Husein as di Toronto, Kanada
Sementara di Afrika, warga Syiah dan pecinta Ahlulbait dan Imam Husein as tampil sangat signifikan dan menyelenggarakan puluhan acara dan ritual di hari-hari Muharam di negara-negara Afrika. Para pecinta Ahlulbait di benua Afrika yang hari ini mencakup warga pribumi negara-negara di benua ini kebanyakan menyimpan simbol-simbol Asyura di rumah-rumah mereka dan setiap pagi mereka menghormati dan bertabaruk dengannya.
Ritual Asyura di negara-negara ini dilakukan dengan semangat dan kehangatan dalam beberapa tahun ini. Sebagai contoh, acara Asyura Imam Husein as yang diselenggarakan setiap tahunnya di kota Harar, Ethiopia. Mereka di hari kesembilan (Tasu'a) dan kesepuluh (Asyura) bulan Muharam melakukan jalan beriringan yang tertib menuju rumah-rumah warga dan setelah membaca al-Quran secara berkelompok dalam sebuah acara melaknat para pembunuh Imam Husein as dan para sahabatnya.
Kaum perempuan Harar sejak awal telah menyiapkan simbol-simbol dalam bentuk kendi dan ketika kelompok pawai yang beriringan tiba, mereka melempar kendi tersebut ke arah pawai duka, sementara para pemuda yang hadir dalam pawai beriringan dengan kayu yang berada di tangan mereka melakukan gerakan simbolik memecahkan kendi tersebut sampai berkeping-keping sebagai tanda kebencian mereka kepada pembunuh Imam Husein as.
Setelah itu, para wanita pecinta Ahlulbait as menjamu para peserta pawai duka dengan makanan halwa, bubur daging dan makanan lokal lainnya. Puncak acara duka Imam Husein as di Harar, Ethiopia di hari Asyura yang dimulai sejak jam 9 pagi akan berakhir pukul 3 sore. Di hari ini, selain pembacaan kidung duka, warga melakukan shalat empat rakaat dan setelah itu bersama-sama membaca Ziarah Asyura dan Alqamah. Di hari ini, acara ceramah dan kisah heroik Asyura disampaikan dengan lebih rinci.
Di Nigeria juga sama dengan di daerah-daerah lain, para pecinta Ahlulbait as dan warga Syiah berpartisipasi dan menyelenggarakan acara Asyura Imam Husein as, sekalipun mendapat pengawasan ketat pemerintah. Kota-kota besar Nigeria seperti Abuja, ibukota Nigeria, Zaria, Kanu, Kaduna, Katsina, Bauchi, Yola, Youbi dan bahkan kota Dawara, kota kelahiran presiden Nigeria saat ini. Warga Syiah Nigerian menyelenggarakan acara duka Imam Husein as secara besar-besaran.
Malaysia merupakan negara di Asia Tenggara dengan mayoritas muslim. Populasi Malaysia sekitar 31 juta orang, dimana lebih dari 60 persen penduduknya beragama Islam. Mazhab umat Islam Malaysia kebanyakan Syafii dan sekitar dua persen dari populasi umat Islam negara ini bermazhab Syiah. Pada bulan Muharam, umat Islam pribumi dan imigran negara ini berkumpul di Kualalumpur dan menyelenggarakan acara duka dengan meriah. Sama seperti di negara-negara muslim lainnya, umat Islam Malaysia juga bernazar di hari-hari Muharam, khususnya di hari Tasu'a dan Asyura.
Salah satu nazar paling penting yang dilakukan di bulan Muharam di Malaysia adalah bubur beras. Warga Malaysia membuat bubur beras dari beras, santan dan gula lalu menghiasai bagian atasnya dengan parutan kacang tanah atau kacang-kacangan lainnya kemudian membagikannya kepada mereka yang hadir di acara duka Imam Husein as. Makanan ini biasanya dibagikan pada siang hari Asyura. Halwa yang dibuat dari tepung beras juga termasuk makanan nazar yang dibagikan.
Acara duka Imam Husein as di Asia Tenggara
Warga Syiah India juga menyelenggarakan beragam acara khusus di bulan Muharam dan Shafar, khususnya di sepuluh hari pertama bulan Muharam dengan kecintaan yang luar biasa. Di awal bulan Muharam, mereka mengibarkan bendera Abul Fadhl Abbas as dan sejak hari itu bulan duka telah dimulai. Sejak awal bulan Muharam, banyak umat Islam, terutama warga Syiah yang mengenakan baju berwarna hitam. Di bulan Muharam, mereka yang jauh dari rumahnya, kembalilagi ke rumahnya, sekalipun berada di negara lain. Warga Syiah India berkeyakinan bahwa mereka harus melaksanakan acara duka di tempat kelahirannya.
Di malam Asyura, warga Syiah India memperingatinya seperti malam-malam Lailatul Qadr dan mereka tidak tidur sampai pagi dengan melakukan acara ratapan duka dan pembacaan kidung duka. Acara duka hari Asyura yang dimulai dari dini hari berlanjut hingga sore hari. Tepuk dada dengan tangan atau rantai termasuk ritual yang dilakukan para peserta acara duka dalam memperingati hari ini.
Ritual bulan Muharam di India
Di India, di hari-hari Muharam, sejak hari pertama bulan Muharam, semua tempat penyelenggaraan acara duka dihias dengan bendera dan keranda. Setiap hari majelis duka diselenggarakan di tempat penyelenggaraan acara duka dan majelis duka yang lebih umum diselenggarakan di tempat berkumpul yang lebh besar.
Disebutkan bahwa di India, seperti negara-negara lain, warga terbiasa menyiapkan dan membagikan makanan nazar kepada mereka yang hadir dalam acara duka. Sejak hari pertama bulan Muharam, mereka yang mengikuti acara duka dijamu dengan sirup dan air dingin. Sementara di hari kesembilan yang mengingatkan Ali Asghar, mereka membagikan susu kepada warga. Pada hari Tasu'a dan Asyura, warga membagikan makanan nazarnya kepada orang yang hadir dalam acara duka seperti roti, sate dan makanan serupa Qeime di Iran.
Di India, banyak dilakukan pembacaan kidung duka dan tidak terbatas pada umat Islam saja, tapi warga beragama Hndu yang melakukannya, tapi ketika ditanyakan tentang Asyura kepada mereka, bukan saja mereka memuji Imam Husein as, tapi mereka juga membacakan kidung duka dan menangis untuk Imam Husein as.
Contoh pembacaan kidung duka Imam Husein as dengan bahasa India
Tata cara dan ritual duka Imam Husein as di pelbagai dunia lebih banyak dari yang ada ini. Di banyak negara lain seperti Irak, Kuwait, Turki, Bahrain, Arab Saudi, Azerbaijan, Inggris, Myanmar dan lain-lain, mereka juga menyelenggarakan acara duka Imam Husein as. Poin penting adalah di semua ritual ini ada kesamaan seperti mengingat tragedi Karbala, berduka untuk syuhada dalam peristiwa ini, pengorbanan dan ketabahan mereka dalam membela nilai-nilai agama.
Mereka yang berduka di hari ini mengetahui tidak akan menerima kehinaan dan kezaliman. Karena slogan pemimpin mereka adalah melawan segala bentuk ketidakadilan dan kezaliman. Dari sini, acara duka memperingati syahadah Imam Husein as adalah pengakuan untuk melawan musuh kemanusiaan dan kebebasan yang membawa semangat dan moral lebih tinggi bagi setiap individu dan masyarakat
Babak Baru Konfrontasi Hizbullah vs Israel
Pasca 13 tahun perang 33 hari di tahun 2006, babak baru konfrontasi antara Hizbullah dan rezim Zionis Israel kembali meletus dari 25 Agustus hingga 1 September. Artikel ini akan menyoroti penyebab dari babak baru konflik dan pesan-pesannya.
Putaran baru konflik dipicu oleh sepak terjang rezim Zionis. Pasalnya, pada hari Minggu, 25 Agustus, dua drone Israel jatuh di distrik Dahieh, wilayah selatan Lebanon. UAV pertama tidak menimbulkan kerusakan, tetapi UAV kedua, yang dilengkapi dengan bom, menyebabkan kerusakan pada bagian dari bangunan media Hezbullah.
Sebelumnya, rezim Zionis telah membunuh dua pejuang Hizbullah dengan menembakkan roket ke markas Hizbullah di wilayah pinggiran selatan Damaskus. Aksi destruktif rezim Zionis ini disikapi secara tegas oleh Sekjen Hizbullah Hassan Nasrullah dan langkah balasan Hizbullah terhadap Israel dilancarkan pada 1 September. Peristiwa ini menjadi salah satu bentrokan paling serius antara Hizbullah dan Israel sejak 2006.
Tampaknya, masalah paling penting dari sepak terjang terbaru Israel terhadap Hizbullah di Lebanon berkaitan dengan agenda pemilu Benjamin Netanyahu. Perdana Menteri Rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu, yang merangkap jabatan sebagai menteri urusan perang menghadapi situasi politik yang tidak menguntungkan di wilayah-wilayah pendudukan.
Netanyahu melancarkan manuver militer terhadap Hizbullah dengan menggunakan dua taktik untuk memenangkan pemilu parlemen pada17 September, dan memuluskan pembentukan kabinet baru.
Taktik pertama dengan memanfaatkan skenario kesepakatan abad yang dicanangkan AS. Oleh karena itu, pada KTT Manama yang digelar Juni 2019, menantu Trump, Jared Kushner yang memiliki hubungan dekat dengan Netanyahu, melakukan upaya besar untuk meraih dukungan negara-negara Arab terhadap Netanyahu dan kesepakatan abad. Tetapi taktik itu membentur dinding, karena pertemuan Manama sia-sia belaka dan kesepakatan abad tidak berhasil diluncurkan sebagaimana yang diharapkan Washington dan Tel Aviv.
Taktik kedua penggunaan faktor perang. Berkaca pada perang Mei yang dilancarkan rezim Zionis terhadap kelompok-kelompok perlawanan Palestina, Netanyahu terpaksa menerima gencatan senjata setelah dua hari berperang dan mengubah taktik perangnya dengan melancarkan perang melawan Al Hashd Al Shaabi, serangan rudal terhadap pangkalan militer Suriah di pinggiran Damaskus, dan akhirnya melancarkan serangan terbatas ke arah posisi Hizbullah di Lebanon.
Surat kabar Lebanon al-Akhbar dalam sebuah analisisnya menulis, "Pada prinsipnya, Netanyahu menganggap peningkatan langkah-langkah militer dan keamanan baik kecil maupun besar dan aksi terhadap Lebanon untuk meningkatkan posisinya di kotak suara dalam pemilu. Netanyahu lebih memilih motif pribadi dan pemilu untuk kepentingan internal rezim Zionis. Oleh karena itu, pemilu dapat dilihat sebagai faktor kunci dalam melihat motif Israel menyerang Lebanon. "
Serangan rudal Hizbullah ke berbagai wilayah pendudukan tidak ditujukan untuk mempengaruhi situasi kelompok-kelompok Israel dalam pemilu. Tetapi tujuan utama serangan Hizbullah pada 1 September untuk menanggapi serangan-serangan Israel.
Sebenarnya, langkah pertama adalah tindakan pembalasan terhadap agresi Israel, sekaligus mengakhiri tindakan serangan sepihak rezim Zionis.
Sekjen Hizbullah Lebanon dalam pidato yang disampaikan hari Senin (2/9) mengatakan, "Masalahnya terletak pada upaya untuk meningkatkan perimbangan kekuatan dan aturan konflik demi mendukung negara dan memaksa rezim Zionis membayar tebusannya."
Langkah Hizbullah ini memiliki sifat defensif yang menunjukkan bahwa poros perlawanan bukanlah pihak yang awal menyulut perang, tetapi tidak berdiam diri menghadapi agresi dan memberikan respons tegas.
Poin lain dari serangan Hizbullah Lebanon terhadap Israel bukan hanya berkitan dengan pertahanan Hizbullah. Tetapi seperti yang ditekankan oleh Sayyid Hassan Nasrullah, langkah tersebut dilakukan demi mendukung keamanan nasional Lebanon. Oleh karena itu, Hizbullah bukanlah entitas di luar Lebanon.
Poin ketiga mengenai serangan Hizbullah Lebanon terhadap Israel sebagai tindakan pencegahan. Jika Hizbullah tidak menanggapi agresi Israel, rezim Zionis akan melanjutkan kejahatannya lagi masif lagi. Tanggapan keras Hizbullah mendorong rezim Zionis tidak mengulangi agresinya terhadap kedaulatan Lebanon.
Poin keempat, langkah balasan Hizbullah mengindikasikan bahwa keamanan nasional negaranya dan kawasan Asia Barat sebagai prioritas utamanya gerakan perlawanan Islam Lebanon ini.
Rezim Zionis sendiri sadar betul bahwa operasi itu merupakan respons pembalasan atas serangan pesawat nirawak Israel di Dahieh dan bukan alasan untuk melancarkan perang besar-besaran.
Hizbullah secara resmi menyatakan keberadaannya pada tahun 1985. Setelah 34 tahun berdiri, Hezbullah saat ini menjadi pemain paling terorganisir dan populer di Lebanon. Gerakan perlawanan rakyat Lebanon ini meraih kemenangan dalam pemilu parlemen 2018, dengan meraih 68 dari 128 kursi.
Hizbullah juga merupakan salah satu aktor paling penting dan berpengaruh di kawasan Asia Barat. Tanda dari pengaruh ini adalah meluasnya upaya AS dan Saudi untuk melemahkan Hizbullah, termasuk penyematan label teroris dan menjatuhkan sanksi terhadap Hizbullah.
AS dan Saudi mengira langkah tersebut bisa menekan Hizbullah dan meredam pengaruh gerakan perlawanan di kawasan, Tetapi faktanya jauh panggang dari api. Sebab Sumbu perlawanan justru semakin menjalar dan lebih dinamis dari sebelumnya di kawasan.
Sejatinya, tingginya tingkat penerimaan kelompok-kelompok perlawanan regional terhadap serangan Hizbullah kepada Israel telah menunjukkan bahwa aktor-aktor berbasis perlawanan telah berkembang biak di kawasan, termasuk Hizbullah, kelompok-kelompok perlawanan Palestina, Al Hashd Al- Shaabi Irak dan Ansarullah Yaman. Di sisi lain, ada konsistensi dan solidaritas yang cukup besar di antara para aktor tersebut. Konsistensi dan kohesi ini menjadi hambatan serius bagi aksi militer jangka panjang apa pun terhadap aktor-aktor berbasis perlawanan.
Arab Saudi mencoba untuk melumpuhkan peran aktif gerakan perlawanan seperti Ansarullah di kawasan dengan menyerang Yaman pada 2015. Tetapi perang yang didukung oleh AS, beberapa negara Arab dan rezim Zionis ini tidak hanya gagal melemahkan Ansarullah, bahkan sebaliknya justru memperkuat kekuatan gerakan perlawanan rakyat Yaman tersebut.
Taktik Imam Sajjad Membongkar Kelicikan Yazid
Berdasarkan catatan sejarah, Imam Ali bin Husein as yang dijuluki Zainal Abidin as-Sajjad gugur syahid pada tanggal 12 Muharram. Imam Sajjad hadir bersama ayahnya di Karbala, tetapi ia tetap hidup atas takdir Allah Swt untuk melanjutkan misi menjaga Islam dari penyimpangan.
Pasukan Nabi Muhammad Saw hampir sampai di gerbang kota Makkah. Para pembesar kafir Quraisy mulai ketakutan, karena mereka selama ini menyakiti dan memerangi Rasulullah. Abu Sufyan terlihat sangat takut dibanding semua pembesar Quraisy dan ia tidak tahu apa yang akan dilakukan Muhammad Saw dengannya.
Namun, rahmat dan kasih sayang Allah Swt membuat kota menjadi aman untuk semua orang. Nabi Muhammad Saw dengan suara lantang berkata, “Pergilah kalian! Sesungguhnya kalian telah bebas!”
Kalimat ini menyelamatkan keluarga Bani Umayyah dari kematian dan kehinaan, tetapi rasa dendam tetap membara di hati mereka. Para leluhur mereka tewas di tangan kaum Muslim dalam Perang Badr dan Hunain. Mereka sekarang menyimpan sebuah dendam lain setelah dicap sebagai orang-orang (tawanan) yang telah dibebaskan.
Bani Umayyah selalu mencari kesempatan untuk membalas dendam terhadap Ahlul Bait Nabi sehingga amarahnya hilang, dan kesempatan ini datang pada periode kekuasaan Yazid bin Mu’awiyah. Ia adalah keturunan dari orang-orang yang terbunuh dalam Perang Badr dan orang-orang yang dibebaskan selama penaklukkan Makkah. Yazid ingin menebus semua kekalahan dan kehinaan yang diterima keluarganya. Ia menyimpan dendam terhadap orang-orang dari Ahlul Bait Nabi.
Yazid bin Mu’awiyah mengeluarkan perintah pembunuhan dua pemuda penghulu surga dan penawanan keluarganya. Pasca Imam Husein as gugur syahid di Karbala, Irak, anggota keluarganya digiring ke Syam, pusat kekuasaan Yazid. Tangan dan kaki mereka dirantai dan terkadang dicambuk, mereka juga diistirahatkan di gubuk rusak. Kali ini Yazid ingin menampilkan Bani Umayyah sebagai pemenang, kemenangan yang diperoleh setelah membunuh cucu Rasulullah Saw.
Ketika rombongan tawanan tiba di Syam, Yazid telah menanti di salah satu istananya di gerbang kota Damaskus. Dari balkon istananya, ia menyaksikan kepala-kepala suci para syuhada Karbala dan melantunkan syair berikut:
“Tatkala barang-barang bawaan dan kepala-kepala yang tertancap di atas tombak mulai terlihat dan matahari-matahari ini muncul dari balik bukit Jiroun, tiba-tiba burung gagak mulai bernyanyi. Aku berkata kepada gagak itu, engkau menyanyi atau tidak, aku sudah membalaskan dendamku pada orang yang seharusnya menerima balasan.”
Salam atasmu wahai Zainab al-Kubra, Ummul Mashaib.
Rasa gembira dan suka cita Yazid tidak berlangsung lama. Ia kehilangan kemampuan untuk mengendalikan para tawanan demi keuntungannya. Di semua tempat di dunia, para tawanan biasanya membisu dan jika pun ingin berkata sesuatu, mereka tidak diizinkan untuk berbicara. Akan tetapi di kota Syam, pusat kekuasaan Bani Umayyah, para tawanan mampu menaklukkan musuhnya.
Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad dan rombongan adalah para tawanan yang telah membungkam Yazid dan pengikutnya. Rombongan ini kelelahan karena perjalanan jauh, hati mereka berduka, mereka kelaparan dan menanggung derita, tetapi mereka tetap tampil hebat dan kuat meski tangan dan kakinya terbelenggu. Lisan tajam Sayidah Zainab as dan kefasihan Imam Sajjad as telah menghancurkan skenario Yazid, dan cahaya kebenaran mulai bersinar.
Pesta kemenangan yang disiapkan Yazid seketika kacau dengan teriakan Sayidah Zainab. Ia memanggil Yazid yang sedang mabuk di atas takhtanya dengan sebutan, Yabna at-Tulaqa (anak orang yang telah dibebaskan). Zainab berkata, “Yabna at-Tulaqa! Apakah ini adil yaitu memberikan tabir penutup kepada perempuan dan budakmu, sementara putri-putri Rasulullah engkau giring dari satu kota ke kota lain sebagai tawanan…?”
Yazid yang berniat menggelar sebuah pesta pora, benar-benar terkejut dengan ucapan itu dan tidak menemukan kata-kata untuk membalasnya selain diam. Semua penghuni istana memahami maksud ucapan Zainab yaitu wahai Yazid, Rasulullah Saw membebaskan para leluhurmu yang kafir, tetapi engkau telah merampas kebebasan dari putri-putri Nabi. Ini adalah hal yang memalukan bagi dirimu dan keluargamu.
Setelah Sayidah Zainab selesai berpidato, sekarang tiba giliran Imam Sajja as untuk membongkar kebusukan Bani Umayyah. Pidato Imam Sajjad di depan masyarakat dan tokoh-tokoh Syam telah menciptakan sebuah perubahan besar dan merusak perhitungan Yazid.
Setelah naik ke mimbar, Imam Sajjad memulai pidatonya dengan memuji Allah Swt. Ia kemudian memperkenalkan dirinya kepada hadirin, sebab propaganda Yazid dan Mu'awiyah yang menyesatkan telah membuat masyarakat Syam benar-benar melupakan wasiat Rasulullah Saw tentang Ahlul Baitnya.
Ia kemudian memperkenalkan dirinya dengan berkata, “Siapa pun yang mengenalku, maka itulah aku, dan siapa pun yang tidak, maka ketahuilah bahwa aku adalah putra Makkah dan Mina, aku adalah putra Zamzam dan Safa. Aku adalah putra dari dia yang diangkat ke surga, aku adalah putra Utusan Allah, dan aku adalah putra Ali.” Ia berhenti sejenak dan kemudian berkata, "Aku adalah putra Fatimah az-Zahra, penghulu semua wanita di dunia."
Imam Sajjad berkata, “Wahai manusia! Allah telah memberi kami enam hal dan keutamaan kami atas orang lain dibangun atas tujuh pilar. Enam hal yang Dia berikan kepada kami adalah: pengetahuan, kesabaran, kedermawanan, kefasihan, keberanian, dan cinta yang tulus dari orang-orang mukmin. Allah menghendaki agar orang-orang setia mencintai kami dan ini tidak mungkin untuk dicegah dengan cara apapun.”
Ilustrasi penggiringan anggota keluarga Imam Husein as ke Syam.
Pidato Imam Sajjad as membuat hadirin menangis dan berteriak histeris. Yazid semakin khawatir dan gemetar sehingga memerintahkan mu’azzin untuk mengumandangkan adzan. Ia berniat menghentikan pidato Imam Sajjad dan Imam pun memilih diam mendengar suara adzan.
Namun ketika mu’azzin melantunkan kalimat, “Asyhadu Anna Muhammadar Rasulullah.” Imam Sajjad mengangkat sorban dari kepalanya dan berkata, “Wahai mu’azzin, demi kebenaran Muhammad, diamlah sejenak.” Ia menghadapkan wajahnya ke arah Yazid dan bertanya, “Apakah Nabi yang mulia ini kakekmu atau kakek kami? Jika engkau berkata ia adalah kakekmu, semua tahu engkau telah berdusta, dan jika engkau berkata ia adalah kakek kami, lalu mengapa engkau membunuh putranya, Husein? Mengapa engkau membunuh putranya? Mengapa engkau menawan perempuan dan anak-anaknya? Mengapa engkau merampas hartanya?”
Kalimat ini telah memicu kegaduhan di masjid dan para hadirin mulai meneteskan air mata dan memukul-mukul diri sebagai penyesalan.
Imam Sajjad as membongkar semua kelicikan Yazid di hadapan hadirin dan ia pun tidak bisa berbuat apa-apa dalam menghadapi aksi berani itu. Yazid kemudian mengeluarkan kata-kata hujatan kepada Ibnu Ziyad, walikota Kufah dan bahkan mencela pasukan yang membawa tawanan ke Syam.
Yazid ingin menyalahkan Ibnu Ziyad atas pembunuhan Imam Husein as. Namun, Imam Sajjad membongkar konspirasi ini dan berkata kepadanya, “Wahai Yazid, tidak ada orang yang membunuh Imam Husein as selain engkau.”
Yazid – demi memulihkan wibawanya dan keluarganya – memerintahkan agar Ahlul Bait dipulangkan ke Madinah dengan rasa hormat. Ia meminta unta-unta rombongan dihias dengan kain warna-warni sehingga tidak terlihat jejak duka Ahlul Bait.
Imam Sajjad as kembali membongkar konspirasi Yazid dan berkata lantang, “Kami sedang berduka! Tutupilah karavan ini dengan kain hitam.”
Pidato Sayidah Zainab dan Imam Ali Zainal Abidin as-Sajjad as telah membongkar semua kelicikan dan kebusukan Yazid dan Bani Umayyah. Dengan begitu, sejarah Karbala dan kebangkitan Asyura selalu dikenang sampai hari ini.
Mengapa Bolton Dipecat ?
John Bolton dipecat dari jabatannya sebagai penasihat keamanan nasional Gedung Putih setelah 17 bulan menempati pos penting ini.
Pemecatan Bolton ini menambah daftar panjang pejabat gedung Putih yang diberhentikan oleh Trump. Donald Trump dalam sebuah tweetnya hari Selasa, 10 September mengungkapkan dirinya telah memberi tahu John Bolton pada Senin malam bahwa "pengabdiannya tidak lagi dibutuhkan di Gedung Putih".
Trump bercuit, "Saya dan pihak lain di pemerintahan menentang usulannya. oleh karena itu saya memintanya mengundurkan diri. Saya berterima kasih kepada John Bolton atas pengabdiannya, dan akan memperkenalkan penasihat keamanan nasional baru pekan depan,". Bolton beberapa saat setelah tweet ini mengangkat versi baru pengunduran dirinya. "Saya mengundurkan diri tadi malam, dan Presiden Trump mengatakan kita harus membicarakannya besok," cuitnya.
Juru bicara Gedung Putih Hogan Gidley memberikan penjelasan mengenai perbedaan sikap antara Trump dan Bolton. Menurutnya, masalah mereka bukan hanya satu, tetapi terjadi perbedaan dalam banyak masalah. Salah satu keberatan Trump terhadap Bolton mengenai hubungannya dengan anggota Kongres AS, dan mencoba untuk memaksakan kebijakan pilihannya kepada Trump.
Tidak hanya itu, Bolton juga menolak wawancara mengenai pembelaan terhadap kebijakan Trump di Afghanistan dan Rusia dengan saluran televisi selama beberapa pekan terakhir. Akibatnya, Trump merasa bahwa Bolton tidak loyal kepadanya dan ia tidak bersama timnya.
Media AS mengangkat isu pemecatan Bolton dengan mengutip pendapat Trump dan Bolton dalam kasus Afghanistan, Korea Utara, Suriah, Venezuela, dan Iran. Namun, banyak analis melihat pemecatan Bolton bukan sebagai tanda spirit damai" Trump, tetapi tanda kegagalan kebijakan agresif dan unilateralis pemerintah AS secara internasional terhadap negara-negara independen.
John Bolton memulai karirnya sebagai Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih pada 9 April. Penunjukannya oleh Trump disambut hangat pejabat Israel. Bolton, 70 tahun, adalah penasihat keamanan nasional ketiga Donald Trump selama enam bulan masa jabatan kepresidenannya.
Penasihat Trump yang ekstrem ini telah berulangkali menyerukan penggunaan opsi militer, bahkan pemboman terhadap negara-negara oposisi, termasuk Iran. Pasalnya ia percaya bahwa negara mana pun yang menentang AS harus ditekan melalui aksi militer. John Bolton membujuk Donald Trump supaya lebih fokus terhadap kebijakan ofensifnya.
Namun, gaya Bolton yang keras dan sikap konfrontatifnya telah mempererat hubungannya dengan sejumlah pejabat senior AS, terutama Menteri Luar Negeri Mike Pompeo. Ada banyak alasan untuk penggulingan Bolton, namun, mereka semua berbagi ketidaksepakatan yang tajam dengan Trump tentang masalah kebijakan luar negeri AS. Keduanya, memiliki sikap kontroversial dalam berbagai masalah terutama Iran, Venezuela, dan Afghanistan. Trump juga mengungkapkan bahwa ia dan Bolton memiliki pandangan yang berbeda tentang Korea Utara.
Salah satu friksi antara Trump dan Bolton mengenai masalah proses pembicaraan damai dengan Taliban. CNNNews melaporkan bahwa Trump dan Bolton berselisih tajam dalam masalah Taliban Senin malam, 9 September. Selama kampanye, Trump berjanji akan mengurangi kehadiran militer AS di Afghanistan, tapi Bolton menentang pendekatan pemerintahan Trump tersebut.
Surat kabar Washington Post pada 31 Agustus mengutip pernyataan para pejabat senior AS melaporkan bahwa John Bolton tidak dilibatkan dalam proses perdamaian Afghanistan. Penentangan Bolton terhadap upaya diplomatik untuk mengakhiri perang di Afghanistan memicu kemarahan Trump, yang mendorongnya tidak muncul dalam daftar pembicaraan sensitif mengenai kesepakatan damai dengan Taliban.
Isu lain yang menjadi perselisihan Trump dengan Bolton mengenai masalah Venezuela. Presiden AS sangat tidak senang dengan pandangan Bolton mengenai negara Amerika Latin yang kaya minyak itu. Trump menilai kebijakannya terhadap pemerintah Venezuela yang berhaluan kiri dan Presiden Nicolas Maduro tidak efektif dan gagal mencapai tujuan Washington, terutama penggulingan Maduro.
Trump pernah menyatakan salah satu perbedaan pandangannya dengan John Bolton tentang masalah Venezuela dan menurutnya "Bolton keluar dari jalur". Dalam cuitan Twitter pada hari Jumat, 13 September, Trump menegaskan bahwa dirinya memiliki sikap yang lebih keras dari Bolton dalam masalah Venezuela, dan Kuba.
Bolton menyerukan supaya rakyat Venezuela menggulingkan Presiden Venezuela yang sah, Nicolas Maduro. Tapi Maduro jauh lebih kuat dari John Bolton. Sebelumnya, laporan media mengutip sumber-sumber anonim yang mengatakan bahwa Trump marah terhadap upaya Bolton untuk menyeret Amerika Serikat ke dalam perang dengan Amerika Latin.
Masalah Iran adalah salah satu masalah utama yang menjadi pokok perselisihan antara Trump dan Bolton. Tidak seperti presiden AS, Bolton menuntut asemua saluran diplomatik ditutup. Selama ini, Bolton dikenal sebagai salah satu tokoh oposisi paling keras menentang Republik Islam Iran, dan berulang kali menyerukan tindakan keras terhadap Tehran. Bolton dikenal karena mengadopsi kebijakan ekstremis dan militeristik, terutama terhadap Iran, dan menjadi salah satu perancang dan pendukung penarikan keluar AS dari JCPOA oleh Trump.
John Bolton selalu mengambil sikap paling keras terhadap Iran, baik sebagai dubes AS di PBB di era kepresidenan George W. Bush, maupun di lembaga riset, tapi di sisi lain mendukung penuh kelompok teroris MKO. Pada pertemuan tahunan MKO, Bolton berulangkali menekankan agresi militer dan peluncuran perang untuk menggulingkan Republik Islam Iran.
Dia mengambil pendekatan yang sama dalam pemerintahan Trump sebagai Penasihat Keamanan Nasional Gedung Putih, dan sikap kerasnya terhadap Iran mendorong Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif memasukkannya sebagai anggota kelompok "B". Sebuah sebutan nama belakang untuk nama kelompok yang terdiri dari Pangeran Saudi Muhammad Bin Salman, Perdana Menteri Zionis Benjamin Netanyahu, yang memiliki sikap yang sangat negatif terhadap Iran.
Kini pemecatan salah satu anggota kunci dari kelompok B, secara alami berarti melemahkan kubu yang yang selama ini melancarkan tekanan keras terhadap Iran. Hal ini telah menyebabkan Trump mengadopsi sikap yang jelas, relatif lembut terhadap Iran, dan kemungkinan akan menurunkan beberapa sanksi demi membuka jalan bagi negosiasi dengan Iran.
Trump mengklaim, "Kami ingin mencapai kesepakatan dengan Iran, tetapi jika itu tidak terjadi, tidak apa-apa, tapi saya yakin Iran ingin mencapai kesepakatan,". Dia juga menekankan bahwa Washington tidak berambisi mengejar target perubahan rezim di Iran.
Mengenai sinyal AS dalam pembicaraan dengan Iran, New York Times menulis, "Trump membutuhkan terobosan dalam kebijakan luar negeri menjelang pemilihan presiden. Tentu saja melalui pejabat berikutnya dalam pemerintahan Trump, seperti Menteri Keuangan Steve Mnuchin dan juru bicara Departemen Luar Negeri AS yang terus mendesak kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran,".
Beberapa media dan analis politik menilai pemecatan Bolton dari tim keamanan nasional Gedung Putih sebagai akhir dari kebijakan keras Trump, dan mereka percaya bahwa pemecatan hubungan kerja ini berdampak signifikan dalam mengurangi ketegangan antara Iran dan Amerika Serikat.
Bagaimanapun kepergian John Bolton dari lingkaran pembuatan kebijakan politik dan keamanan Gedung Putih memiliki banyak implikasi bagi Trump. Faktanya Bolton menjadi penasihat keamanan nasional kedua yang dipecat selama setahun, yang telah merusak citra Gedung Putih.
Namun, tingginya perpecahan yang tajam antara Trump dan Bolton, menyebabkan presiden AS tidak punya opsi selain memecatnya. Masalah kesepakatan nuklir dan kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran telah menyebabkan Washington menjadi semakin terisolasi secara internasional. Tidak lama setelah Trump memecat Bolton, Washington Examiner menulis, "Kebijakan pemerintah AS tentang tekanan maksimum terhadap Iran mulai pudar".
Faktanya, semua saran Bolton kepada Trump, seperti eskalasi sanksi yang belum pernah terjadi sebelumnya terhadap Iran, terutama menjadikan masalah ekspor minyak nol, dimasukkannya Pengawal Revolusi Islam dalam daftar kelompok-kelompok teroris, dan peningkatan kehadiran militer AS di Teluk Persia gagal menekan Iran supaya menyerah atau memberikan konsesi terhadap Washington. Kekecewaan Trump terhadap pendekatan brutal Bolton kepada Iran menunjukkan tanda-tanda beberapa perubahan potensial dalam kebijakannya terhadap Iran.
Sidang Majelis Umum PBB; Peluang Menjelaskan Sikap dan Pandangan soal Perdamaian dan Keamanan Global
Majelis Umum PBB melakukan sidang ke-74 dan telah dimulai sejak Selasa lalu, 17 September di kantor pusatnya di New York.
Tahun ini, terlepas dari aksi destruktif AS, Republik Islam Iran dengan partisipasi aktifnya di Majelis Umum PBB, menyatakan sikapnya yang jelas tentang perdamaian dan keamanan global.
Menteri Luar Negeri Iran Mohammad Javad Zarif akan melakukan perjalanan ke New York pada hari Senin, 16 September, tetapi pemerintah AS dalam aksi permusuhan menunda pemberian visa kepada delegasi Iran ke New York.
Pidato Hassan Rouhani, Presiden Iran di Sidang Majelis Umum PBB
Para pemimpin dunia memanfaatkan kesempatan Majelis Umum PBB setiap tahun untuk menjelaskan pandangan dan posisi mereka tentang isu-isu global, masalah dan krisis, serta bagaimana mengelola PBB.
Sidang ketujuh puluh empat Majelis Umum PBB tahun ini dimulai ketika pemerintah AS secara sepihak bertindak untuk melemahkan lembaga yang menjadi salah satu simbol utama multilateralisme. Desakan Trump untuk tetap melanjutkan kebijakan unilateralisme telah menciptakan tantangan baru bagi dunia.
Daniel Larison, seorang analis hubungan internasional dalam analisanya yang dipublikasikan dalam The American Conservatif meninjau kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran, seraya menulis, "Ketika Trump secara sepihak menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran, ia tampaknya berusaha untuk menjatuhkan sanksi ekonomi terhadap Iran lagi untuk mencari kesepakatan "yang lebih baik". Hasil dari kebijakan "tekanan maksimum" sampai sekarang sudah jelas, meningkatnya instabilitas di Teluk Persia..."
Komunitas internasional harus mengambil sikap serius terhadap kebijakan unilateralisme AS dan menunjukkan bahwa di dunia sekarang ini, sanksi telah menjadi alat yang tidak efektif dan usang dan bahwa Amerika Serikat tidak dapat mengganggu interaksi antara bangsa-bangsa dan negara.
Faktanya adalah bahwa kebijakan intervensi AS telah menyebabkan perang yang memunculkan bencana seperti konflik bertahun-tahun di Suriah, Irak dan Yaman. Namun para pejabat AS terus menyalahkan Iran atas ketidakamanan dan perang di kawasan itu.
Dalam beberapa pekan terakhir, Amerika Serikat telah berusaha untuk membentuk koalisi dari berbagai negara untuk apa yang disebutnya jaminan keamanan laut di Teluk Persia dan Selat Hormuz. Tetapi tujuan kebijakan itu hanya untuk membuat panas pasar penjualan senjata Teluk Persia dan memerah negara-negara di kawasan Teluk Persia, yang digambarkan Trump sebagai "sapi perah".
Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran menulis di halaman Twitter-nya pada hari Jumat, 20 September, sebagai jawaban atas pernyataan Mike Pompeo, timpalannya dari Amerika Serikat, "Pompeo salah memahami. Bukan Iran yang ingin berperang dengan Amerika Serikat hingga orang Amerika terakhir, tapi Tim B yang ingin berperang dengan Iran hingga orang Amerika terakhir."
"Iran tidak memiliki keinginan untuk berperang, tetapi kami akan dan akan membela rakyat dan negara kami," Tegas Zarif.
Menteri Luar Negeri Iran juga mentweet, "Iran pada tahun 1985 mempresentasikan Rencana Keamanan di Teluk, pada 1997 mempresentasikan Dialog Peradaban, sementara tahun 2013 mempresentasikan Rencana Dunia Melawan Kekerasan, tahun 2014 mempresentasikan Rencana Forum Dialog Regional, 2015 dengan mempresentasikan Rencana Perdamaian Yaman, pada 2017 tidak lupa mempresentasikan Rencana Proses Astana dan pada 2019 Iran akan menghadirkan Pakta Non-Agresi Regional yang menunjukkan Tehran selau berupaya untuk menyelesaikan masalah melalui dialog damai."
Sementara Amerika Serikat tidak pernah mencari perdamaian dan keamanan berkelanjutan di kawasan ini.
Noam Chomsky, pemikir terkenal Amerika Serikat
Noam Chomsky, pemikir terkenal Amerika Serikat mengatakan, "... Amerika Serikat menganggap Iran sebagai ancaman terbesar bagi perdamaian, padahal dunia percaya bahwa Amerika Serikat adalah ancaman terbesar bagi perdamaian dunia."
Banyak pengamat politik dan lingkaran diplomatik menilai penting kehadiran presiden Iran dan menteri luar negeri serta pidato-pidato delegasi Iran pada sesi sidang Majelis Umum PBB tahun ini dengan mempertimbangkan masalah kawasan dan mengatakan bahwa para pejabat AS akan memberikan perhatian khusus untuk itu.
Iran, Rusia dan Cina akan Gelar Manuver Bersama di Laut Oman
Wakil Kepala Staf Angkatan Bersenjata Iran urusan internasional mengabarkan rencana manuver militer bersama Iran, Rusia dan Cina dalam waktu dekat ini.
Brigjen Ghadir Nezami, Sabtu (21/9/2019) kepada Far News mengatakan, dalam waktu dekat ini untuk pertama kalinya pasca kemenangan Revolusi Islam, Iran akan menggelar manuver militer bersama dengan Rusia dan Cina di utara Samudra Hindia dan Laut Oman.
Nezami juga menyinggung soal kekuatan diplomasi pertahanan Iran. Menurutnya, dalam kerangka diplomasi pertahanan yang merupakan salah satu bagian kebijakan luar negeri Republik Islam Iran paling berpengaruh, Staf Gabungan Angkatan Bersenjata, sebagai pengambil keputusan tertinggi, pusat komando dan pengarah angkatan bersenjata Iran, adalah inti dan penanggung jawab utama diplomasi pertahanan ini.
Lebih lanjut ia menjelaskan, kondisi terkini kawasan ditandai sejumlah faktor penting seperti krisis berkelanjutan, terorisme, perang dan ancaman, akan tetapi posisi Iran sebagai pemain berpengaruh regional, dan penentu perimbangan kekuatan kawasan, menyebabkan diplomasi pertahanan lebih banyak digunakan.
Militer AS Bunuh 30 Warga Sipil di Nangarhar, Afghanistan
Militer AS dalam sebuah pernyataan hari Jumat (20/9/2019), mengakui bahwa serangan drone yang dilakukan di Provinsi Nangarhar telah membunuh sedikitnya 30 warga sipil Afghanistan.
"Serangan drone Kamis lalu ditujukan ke tempat persembunyian teroris Daesh di daerah Wazir Tangi, Provinsi Nangarhar, tetapi secara keliru telah menargetkan warga sipil," kata militer AS seperti dikutip kantor berita IRNA.
Setidaknya 40 orang lainnya juga terluka dalam serangan tersebut.
Amnesty International mengecam serangan di Wazir Tangi dan menyebut aksi yang menelan korban sipil sebagai tidak dapat diterima.
Jet-jet tempur AS berulang kali menyerang daerah pemukiman penduduk di Afghanistan dalam beberapa bulan terakhir. Berdasarkan Pakta Keamanan Washington-Kabul, militer AS tidak boleh menyerang target sipil, tetapi mereka tidak mematuhi kesepakatan itu dan bahkan terus melanggar kedaulatan nasional Afghanistan.
Saat ini Amerika menempatkan sekitar 15 ribu pasukan di Afghanistan.
Tenaga Medis Turki Diminta untuk Mendukung Operasi Militer di Suriah
Kementerian Kesehatan Turki memerintahkan tenaga medis di 11 provinsi untuk dikirim ke daerah perbatasan, Sanliurfa dan Mardin untuk mendukung operasi militer Turki di wilayah Suriah.
Seperti dilansir kantor berita IRIB, Kementerian Kesehatan Turki dalam sebuah surat edaran, meminta tenaga medis di 11 provinsi termasuk Ankara dan Izmir untuk bertugas selama satu bulan di perbatasan untuk mendukung operasi militer Turki di Suriah.
Turki bulan lalu mendirikan pusat operasi bersama dengan Amerika Serikat di distrik perbatasan Akcakale, Sanliurfa untuk rencana membangun zona aman di timur laut Suriah.
Presiden Recep Tayyip Erdogan, Rabu lalu mengatakan bahwa Ankara akan mengambil tindakan sendiri jika tidak memperoleh hasil dari rencana membangun zona aman bersama AS dalam dua minggu ke depan.
Pemerintah dan rakyat Suriah berulang kali menentang aksi militer Turki dan menuntut penarikan pasukan negara itu dari wilayah Suriah.
12 Mahasiswa Iran Dilarang Memasuki AS
Sebanyak 12 mahasiswa Iran yang akan memulai program pascasarjana di Amerika Serikat, mengatakan visa mereka tiba-tiba dibatalkan bulan ini dan mereka dilarang terbang ke negara itu.
"Setidaknya 12 mahasiswa Iran yang akan memulai program pascasarjana di bidang teknik dan ilmu komputer, mengatakan visa mereka tiba-tiba dibatalkan dan mereka dilarang terbang ke Amerika bulan ini," tulis surat kabar The New York Times dalam sebuah laporan, Sabtu (21/9/2019).
Departemen Luar Negeri AS mengatakan bahwa tidak ada perubahan dalam kebijakan mengenai visa pelajar.
Namun, para siswa, yang sebagian besar ingin belajar di Universitas California, menuturkan visa mereka dicabut pada menit terakhir, tanpa pemberitahuan atau penjelasan.
Presiden AS Donald Trump sedang menjalankan kebijakan tekanan maksimum terhadap Iran setelah ia secara sepihak keluar dari kesepakatan nuklir JCPOA.