
کمالوندی
Masjid Jami\' Herat, Afghanistan
Masjid adalah tempat untuk bersujud dan meletakkan dahi di atas tanah sebagai lambang ketundukan mutlak di hadapan Allah Swt. Masjid bagi seorang Muslim adalah tempat untuk menyingkirkan keburukan akhlak, kesombongan dan egoisme, serta membebaskan diri dari belenggu hawa nafsu.
Masyarakat Muslim dibentuk atas dasar kerja sama, solidaritas, gotong royong, dan saling peduli. Oleh sebab itu, maslahat (sesuatu yang mendatangkan kebaikan, keselamatan, dan sebagainya) anggota masyarakat saling terkait satu sama lain. Ikatan persatuan dan persaudaraan ini terlihat jelas dalam barisan shalat di masjid-masjid. Mereka ibarat benteng yang kokoh di mana semua bertugas untuk melindungi satu sama lain dan saling membantu.
Masyarakat Muslim adalah sebuah komunitas yang saling terkait dan para anggotanya berasal dari satu tubuh. Baik dan buruk yang datang dari seorang anggotanya akan mempengaruhi anggota lain, dan untuk bisa selamat dari setiap badai, mereka harus memikul tanggung jawab timbal-balik dan rasa kepedulian sosial.
Setiap individu di masyarakat selain bertugas menjaga dirinya, juga bertanggung jawab di hadapan orang lain dan hidup senasib sepenanggungan; senang-susah ditanggung bersama.
Salah satu fungsi masjid adalah untuk memupuk kepedulian sosial dan mengatasi persoalan orang-orang yang tidak mampu. Rasa peduli dan jalinan kasih sayang di antara para jamaah akan dengan mudah terbentuk di masjid. Sejak permulaan Islam, masjid menjadi basis untuk perkumpulan sosial dan tempat memberikan pelayanan kepada sesama.
Di zaman Rasulullah Saw, orang miskin dan membutuhkan akan mendatangi masjid untuk memenuhi hajat mereka. Dikisahkan bahwa seorang fakir masuk ke masjid dan meminta-minta kepada orang yang ada di sana. Namun tak seorang pun memberikan sesuatu kepadanya. Waktu itu, Imam Ali as sedang melakukan shalat dan ketika sedang ruku', beliau memberikan cincin-nya kepada si fakir tersebut. Allah Swt kemudian menurunkan ayat 55 surat al-Maidah kepada Nabi Saw sebagai pujian atas perbuatan tersebut.
Secara prinsip, nilai-nilai Islami seperti bersedekah, berbuat baik, berifak, dan rela berkorban, semuanya bertujuan untuk menjaga semangat persaudaraan dan kasih sayang di antara orang-orang Muslim.
Islam menganggap usaha dan gerakan untuk mengentaskan kemiskinan dari masyarakat sebagai sebuah tugas sosial. Saat ini, salah satu program penting di masjid-masjid adalah membantu fakir-miskin, mengentaskan kemiskinan, dan memberdayakan masyarakat.
Bahkan ketika bencana alam datang, masjid selalu menyediakan tempat berteduh untuk masyarakat dan terdepan dalam menyalurkan bantuan kepada mereka. Masjid biasanya akan menjadi basis untuk menggalang bantuan sosial untuk disalurkan kepada orang-orang yang terdampak bencana.
Masjid juga dianggap sebagai pusat penting untuk penyebaran informasi Islam, karena ia adalah tempat kehidupan politik, sosial, budaya, dan keagamaan. Semua informasi yang berkaitan dengan isu-isu penting umat diumumkan di masjid dan hal ini juga untuk memastikan kontak langsung antara penyampai dan penerima pesan.
Ini dianggap sebagai salah satu cara yang paling efektif dan sukses dari dakwah dan penyampaian informasi. Adzan, misalnya, adalah informasi tentang waktu shalat dan pada saat yang sama juga merupakan sarana untuk dakwah Islam.
Sejarah Masjid Jami' Herat (The Great Mosque of Herat)
Masjid Jami' Herat adalah sebuah kombinasi lengkap dari sejarah, budaya, dan seni Afghanistan, dan dibangun dengan gaya arsitektur dari berbagai pemerintahan di sana. Menurut catatan sejarah, masjid ini dibangun di atas reruntuhan kuil para penyembah api (Zoroaster).
Ia merupakan salah satu masjid tua di Afganistan yang dibangun tahun 1200 Masehi atau 597 Hijriyah oleh penguasa Dinasti Ghurid, Ghiyath al-Din Muhammad, dan setelah kematiannya, pembangunan dilanjutkan oleh saudaranya Shihab al-Din. Masjid dengan kapasitas lebih dari 100 ribu jamaah ini dianggap sebagai mahakarya seni arsitektur Afghanistan dan salah satu kebanggaan negara itu.
Pada abad ke-13, Genghis Khan menjarah Provinsi Herat dan masjid itu hancur berantakan. Program renovasi kemudian dilakukan oleh para penguasa Kart pada 1306 M (706 H) dan sekali lagi setelah gempa dahsyat pada tahun 1364 M. Secara keseluruhan, pembangunan masjid ini melibatkan pemerintahan Dinasti Ghurid, Timurid, Safawi, Mughal, dan Uzbek.
Serangan teroris terjadi di Masjid Jami' Herat pada Agustus 2017.
Pada pertengahan abad ke-20, struktur Masjid Jami' Herat direkonstruksi dan diperluas sebagai bagian dari proyek perluasan kota. Masjid baru berbentuk persegi empat dengan empat iwan dan ruang berkubah di sekitar sebuah halaman. Dua menara besar mengapit iwan utama.
Hampir setiap bagian ditutupi ubin mosaik yang memukau dan diapit oleh ubin biru pirus. Ada lima pintu masuk sekunder di sepanjang dinding utara dan timur, termasuk sisa gerbang periode Ghurid di sudut tenggara kompleks masjid.
Dinding eksterior dan halamannya semuanya dihiasi dengan batu bata merah, yang dilapisi dengan plaster dan ubin warna biru dengan motif tumbuhan dan bunga. Sedangkan bangunan eksterior masjid sepenuhnya dipugar sebelum tahun 1970.
Saat ini kegiatan renovasi dan perbaikan bangunan bersejarah itu masih berlanjut. Warga Herat berkelakar bahwa pengerjaan Masjid Jami' Herat tidak ada habisnya dan jika suatu hari ini nanti renovasi masjid benar-benar selesai, maka hari kiamat sudah dekat!
Masjid Jami' Herat sama seperti masjid-masjid lain, bukan hanya sebagai tempat ibadah dan shalat, tetapi juga berfungsi sebagai madrasah dan pusat kegiatan agama di Afghanistan selama bertahun-tahun. Di masa lalu, para ulama dan sufi besar pernah mengajar atau belajar di madrasah tersebut, termasuk ahli tafsir dan sufi, Khwajah Abdullah Ansari yang populer dengan Pir Herat.
Masjid Jama Delhi, India
Masjid sebagai sebuah institusi sosial dibangun langsung oleh Rasulullah Saw sejak awal berdirinya pemerintahan Islam di Madinah.
Rumah ibadah ini kemudian mengalami banyak perubahan dari segi arsitekturnya selama 1400 tahun terakhir. Keindahan masjid terkadang telah dibuat begitu memukau sehingga mengalahkan istana. Meski demikian, masjid tidak pernah kehilangan jati dirinya sebagai tempat untuk beribadah dan menyembah Allah Swt.
Islam tidak menentang keindahan dan kemegahan yang wajar, tetapi petunjuk agama mengenai pola konsumsi seperti, pakaian, tempat tinggal, alat transportasi, dan makanan, semuanya menekankan pada nilai-nilai luhur Islam yaitu kesederhanaan dan jauh dari gemerlap dunia.
Kesederhanaan ini dan meninggalkan kemegahan yang berlebihan telah membantu mempercepat penyebaran jumlah masjid di berbagai wilayah. Masjid pada awalnya dibangun sangat sederhana dan biasanya beratapkan daun kurma/rumbia. Masjid kemudian mulai dilengkapi dengan serambi dan halaman, namun material bangunan masih menggunakan tanah liat dan tiang-tiang yang sederhana.
Struktur masjid secara perlahan mulai dipercantik dengan motif ukiran, ubin mosaik, dan kaligrafi dengan beragam khat. Para penguasa/raja mulai membangun masjid yang megah dengan kubah yang besar dan menara-menara yang menjulang tinggi untuk mempertegas kekuasaannya. Penggunaan ubin mosaik, ubin motif bunga, berbagai lengkungan dan pahatan, serta paduan warna mulai menghiasa bangunan masjid. Ia telah menjadi sebuah objek untuk menampilkan karya para seniman Muslim.
Saat ini arsitektur masjid telah menjadi bagian dari seni Islam, sebuah seni yang di dalamnya juga mencerminkan semangat spirituali, iman, dan nilai-nilai al-Quran. Para seniman Muslim telah menampilkan seni Islami dalam karya-karya mereka.
Mereka menganggap alam sebagai manifestasi dari kekuasaan Tuhan yang memadukan seni dan keindahan. Mereka selalu berusaha mendesain masjid yang selaras dengan keperluan ibadah dan munajat. Oleh sebab itu, bentuk masjid dibangun atas empat sudut (bentuk kubus).
Imam Jakfar Shadiq as dalam sebuah riwayat berkata, "Ka'bah berbentuk kubus karena posisi geografisnya sejajar dengan Baitulmakmur, Baitulmakmur berbentuk kubus karena posisinya sejajar dengan ‘Arsy, dan 'Arsy juga berbentuk kubus karena Islam dibangun atas empat pilar yaitu al-Tasbihat al-Arba'a (Subhanallah, Alhamdulillah, La Ilaha Illallah, dan Allahu Akbar)."
Saat memasuki masjid, bentuk kubus dan batasan-batasan sudutnya akan mengingatkan seseorang bahwa kehidupan di dunia ini sangat terbatas. Ketika menatap mihrab, lengkungan dan muqarnas (dekorasi sarang lebah) secara perlahan akan memisahkannya dari dunia materi dan menuntunnya ke alam maknawi. Jadi, arsitektur masjid secara tidak langsung mengingatkan seseorang pada bangunan 'Arsy Ilahi.
Sejarah Masjid Jama Delhi
Masjid Jama Delhi atau Masjid Jahan Numa merupakan rumah ibadah terpenting bagi kaum Muslim di India dan menjadi masjid terbesar dunia sampai akhir abad ke-20. Pelancong terkenal Muslim, Ibnu Battuta di salah satu catatan safarnya menyebut Masjid Jama Delhi sebagai masjid terbesar di dunia.
Batu bata merah, pasir, dan marmer dipakai untuk membangun bangunan yang indah ini, dan kombinasi dari ketiga unsur ini memberikan efek khusus pada struktur masjid. Ia juga disebut masjid jamik karena shalat Jumat terbesar India dipusatkan di masjid ini. Masjid Jama sendiri terletak di sisi jalan raya yang sangat ramai di Old Delhi yaitu Jalan Chadni Chowk.
Menurut buku "Persian Inscriptions on Indian Monuments", Masjid Jama dibangun pada 1650-1656 Masehi oleh penguasa Dinasti Mughal, Sultan Shah Jahan, yang juga pembangun Taj Mahal di Agra. Keseluruhan proses pembangunan masjid ini selesai pada tahun 1656 M/1066 H dan diresmikan bertepatan dengan hari raya Idul Fitri.
Masjid ini terletak di bagian Old Delhi dan merupakan salah satu situs religi yang paling banyak dikunjungi di India. Pembangunannya melibatkan setidaknya 5.000 orang pekerja selama enam tahun. Sebagian besar dari struktur masjid ini ditambahkan kemudian karena Shah Jahan telah menyiapkan ukuran pondasi yang cukup luas.
Menara-menara yang tinggi dan kubah yang besar merupakan ciri khas dari Masjid Jama. Ini mencerminkan gaya arsitektur Mughal dengan pengaruh Islam, India, dan Persia.
Shah Jahan, yang berkuasa di India selama 31 tahun, sangat menyukai seni, arsitektur, puisi, dan sastra Persia. Dalam sejarah kerajaan India, Shah Jahan adalah satu-satunya penguasa yang meninggalkan karya seni dan arsitektur yang luar biasa. Penguasa yang mencintai arsitektur ini telah membangun banyak gedung selama masa pemerintahannya, sehingga secara luas dianggap sebagai zaman keemasan arsitektur Mughal.
Selain Taj Mahal yang populer di dunia, Shah Jahan juga membangun Benteng Merah di Delhi, sebagian besar dari Benteng Agra, Masjid Wazir Khan di Lahore, dan Masjid Shah Jahan di Thatta, Pakistan.
Masjid Jama menghadap ke kota suci Mekah yang terletak di bagian barat. Di ketiga sisi masjid terdapat tiga gerbang, di mana setiap gerbang memiliki sebuah menara. Masjid ini dipercantik dengan sebuah halaman terbuka berukuran 1.200 meter persegi yang mampu menampung sekitar 100 ribu jamaah. Di pelataran ini juga terdapat kolam air sebagai tempat berwudhu.
Panjang Masjid Jama adalah 80 meter dan lebarnya 27 meter. Di atapnya dibangun tiga buah kubah dari bahan marmer hitam dan putih dengan bagian atasnya berhiaskan emas. Tiga kubah ini benar-benar dibangun dalam bentuk kubah bawang utuh.
Masjid Jama juga memiliki dua menara dengan tinggi 41 meter dan terdiri dari 130 anak tangga yang dihiasi oleh marmer hitam dan batu bata merah. Sedangkan di bagian belakang masjid masih terdapat lagi empat menara kecil sama seperti di bagian depan.
Sebuah aula besar terletak di bawah kubah utama dengan tujuh lengkungan pintu masuk, dan dinding masjid ditutupi dengan marmer sampai ke pinggang. Aula lain di masjid ini berukuran 60x27 meter persegi dan memiliki tujuh pintu masuk dengan lengkungan. Prasasti dari marmer putih terpasang di atas lengkungan dan berisi tentang sejarah pembangunan masjid dan pemerintahan dan kebajikan Shah Jahan.
Ornamenen lain dengan motif bunga atau prasasti kaligrafi juga menghiasi lengkungan, dinding, bawah lengkungan, bawah kubah, dan lantai masjid.
Lantai masjid yang dilapisi dengan batu marmer dengan ornamen bergaris menyerupai sajadah masing-masing berukuran 95x45 cm, telah memudahkan jamaah meluruskan shaf shalat. Setidaknya ada 899 ornamen sajadah yang sama di lantai dalam masjid.
Sisi timur, selatan, dan utara masjid semuanya memiliki pintu masuk yang sangat besar, sementara sisi barat menghadap ke Mekah yang merupakan arah kiblat. Gerbang timur adalah yang terbesar dan digunakan oleh keluarga kerajaan.
Sama seperti masjid-masjid lain di India, Masjid Jama juga memiliki sejumlah prasasti dalam bahasa Persia. Setidaknya ada 10 prasasti dalam bahasa Persia yang menghiasi lengkungan di beranda masuk ke masjid.
Masjid Kristal Terengganu.
Masjid Kristal Terengganu (Crystal Mosque)
Masjid Kristal adalah salah satu masjid yang indah di Malaysia. Masjid dibangun pada tahun 2006 atas perintah Sultan Mizan Zainul Abidin dan memakan waktu selama dua tahun. Masjid yang terletak di Taman Warisan Islam di Pulau Wan Man ini diresmikan pada 8 Februari 2008.
Masjid yang terbuat dari kristal murni ini adalah masjid terbesar kedua di Asia Tenggara setelah Masjid Istiqlal Jakarta dan bisa menampung 15.000 jamaah.
Keunikan masjid ini menjadikannya salah satu tempat wisata paling populer di Malaysia. Masjid ini dilapisi dengan baja, kaca, dan kristal yang merupakan tiga material utama dalam pembangunan arsitektur megah ini.
Tampilannya yang ramping dan modern tercermin dari sungai di sekitar masjid. Iluminasi dari dalam masjid juga membuatnya tampak seperti kubah kaca bersinar.
Desain masjid terpengaruh oleh gaya arsitektur Moor dan Gothic, sementara kaca dan baja telah menambah tampilan modern bagi masjid tersebut. Masjid ini dipercantik dengan empat menara, yang merupakan fitur yang paling tradisional yang dimilikinya.
Masjid Jamek Kuala Lumpur
Masjid Jamek Kuala Lumpur merupakan salah satu dari masjid yang paling tua di Malaysia. Masjid ini dibangun pada tahun 1907 dan diresmikan oleh Sultan Selangor pada 23 Desember 1909. Shalat Jumat pertama di masjid ini dilaksanakan pada tahun yang sama atas perintah Sultan Selangor.
Masjid Jamek Kuala Lumpur didesain oleh seorang arsitek Inggris, Arthur Benison Hubback dan mengadopsi gaya arsitektur Moorish atau Mughal India. Oleh karena itu, struktur masjid memiliki banyak gerbang melengkung yang menjadi ciri khas arsitektur Moorish.
Masjid ini memiliki 2 menara utama dengan warna merah bata dan putih, serta 3 kubah berwarna putih dan berdinding batu bata. Tinggi kubah utama mencapai 21,3 meter dan termasuk kubah terbesar di masjid itu. Kubah ini dibangun kembali setelah runtuh pada tahun 1990.
Kata Jamek adalah bahasa Melayu yang setara dengan kata Arab, Jami' yang berarti tempat berkumpul untuk beribadah. Ia juga disebut sebagai Masjid Jumat oleh penduduk setempat. Pada 1965, masjid ini dinyatakan secara resmi menjadi Masjid Nasional.
Masjid Putra di Putrajaya
Membangun dan memakmurkan masjid adalah bagian dari sunnah muakkadah dan memiliki pahala yang besar. Masyarakat Muslim sangat dianjurkan untuk meramaikan masjid dan mengikuti ritual-ritual keagamaan yang diselenggarakan di sana.
Allah Swt dalam menjelaskan sifat orang-orang yang memakmurkan masjid berfirman, "Hanyalah yang memakmurkan masjid-masjid Allah ialah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari kemudian, serta tetap mendirikan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut (kepada siapapun) selain kepada Allah. Maka mereka-lah orang-orang yang diharapkan termasuk golongan orang-orang yang mendapat petunjuk.” (QS: At-Taubah, ayat 18)
Menariknya, Allah Swt pada ayat 17 surat at-Taubah melarang orang-orang musyrik dari memakmurkan masjid dan mereka tidak memiliki kelayakan untuk melakukan perbuatan mulia itu.
Dengan melihat syarat dan sifat para pemakmur masjid, dapat dikatakan bahwa kegiatan memakmurkan masjid memiliki dua aspek individu dan sosial. Memakmurkan masjid bukan hanya membangun, memperbaiki, dan merawat rumah ibadah ini, tetapi juga meramaikannya dengan amal ibadah dan menjadi tempat untuk menghidupkan syiar-syiar agama. Oleh sebab itu, pemakmur masjid haruslah orang-orang yang beriman dan saleh sehingga masjid mampu memainkan perannya di masyarakat.
Ada banyak riwayat yang menyebutkan bahwa masjid adalah tempat yang menyeru manusia menuju Allah Swt dan mendorong pemanfaatan kelezatan dunia seperlunya saja, serta tidak bermegah-megahan. Sebab, sikap berlebihan bertentangan dengan filosofi pembangunan masjid.
Imam Ali as berkata, "Akan datang suatu masa di mana Islam itu hanya akan tinggal namanya saja, agama hanya bentuk saja, al-Quran hanya dijadikan bacaan saja, mereka mendirikan masjid, sedangkan masjid itu sunyi dari dzikir menyebut Asma Allah. Orang-orang yang paling buruk pada zaman itu ialah para ulama, dari mereka akan timbul fitnah dan fitnah itu akan kembali kepada mereka juga. Dan kesemuanya yang disebut adalah tanda-tanda hari kiamat."
Dalam sebuah riwayat, Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Di antara sesuatu yang mengadu kepada Allah di hari kiamat adalah masjid rusak dimana penduduk setempat tidak mendirikan shalat di dalamnya."
Jadi, memakmurkan masjid membutuhkan kehadiran aktif masyarakat di dalamnya dan meramaikan masjid dengan berbagai kegiatan yang sejalan dengan tuntunan agama.
Dalam buku al-Masajid wa Ahkamuha fi al-Tashri' al-Islami karya Ibrahim al-Janati disebutkan, "… Masjid bukanlah istana untuk kebanggaan, tetapi tempat untuk ketundukan, kekhusyukan, ibadah, menjelaskan adab-adab Islam, munajat, dan doa. Keagungan masjid terletak pada menghidupkannya dengan mengingat Allah, amar makruf dan nahi munkar, dan membimbing masyarakat ke jalan yang lurus, bukan karena dindingnya yang tinggi, kubah yang megah, pilar-pilar yang gagah, dan menara yang menjulang ke langit… Masjid Rasulullah di permulaan Islam meskipun sederhana, namun memiliki wibawa dan keagungan yang terkenal, kesederhanaan tidak mengurangi kedudukan dan keagungannya."
Masjid Putra di Putrajaya
Masjid Putra adalah sebuah masjid yang terletak di Putrajaya, Malaysia. Masjid ini merupakan simbol dan landmark kota Putrajaya, pusat pemerintahan administratif Malaysia. Pembangunan masjid ini dimulai pada tahun 1997 dan diresmikan dua tahun kemudian.
Masjid Putra bisa menampung 15.000 jamaah dan merupakan salah satu masjid yang paling modern di dunia. Sebuah karya tentang bagaimana desain masjid telah berevolusi di Malaysia, arsitektur Masjid Putra secara artistik memadukan desain tradisional dan gaya Melayu.
Masjid ini juga mengadopsi gaya arsitektur Islam Persia periode Safawi dan Jembatan Putra yang dibangun di komplek ini terinspirasi dari Jembatan Khaju yang terkenal di Isfahan, Iran. Dengan menggabungkan desain arsitektur Malaysia, Persia dan Arab-Islami, pintu masuk ke masjid dibuat menyerupai gerbang bangunan yang umum di masjid-masjid Iran.
Menara setinggi 116 meter dipengaruhi oleh desain Masjid Sheikh Omar di Baghdad. Inilah salah satu menara masjid tertinggi di kawasan ini dan memiliki lima tingkatan yang mencerminkan lima rukun Islam. Sementara dinding basement masjid menyerupai Masjid Raja Hassan di Casablanca, Maroko.
Masjid ini terdiri dari tiga struktur utama yaitu; aula shalat, halaman, dan berbagai ruang kegiatan dan fasilitas belajar. Ruang shalatnya sederhana namun elegan, ditopang oleh 12 pilar untuk menahan beban kubah utama yang berdiameter 36 meter. Kompleks masjid dapat digunakan untuk menggelar konferensi, seminar, dan simposium.
Halaman yang dihias dengan berbagai dekorasi air dan dipagari oleh jajaran pilar, menyediakan ruang shalat yang luas dengan pemandangan yang indah dan sejuk.
Desain sound system selaras dengan arsitektur masjid, sehingga hanya dengan menggunakan dua pengeras suara di atas mihrab, bunyinya akan didistribusikan ke seluruh ruangan dengan kualitas yang sama.
Para turis menyebutnya sebagai masjid pink karena bangunannya didominasi warna merah muda. Turis yang ingin berkunjung harus berpakaian sopan untuk memasuki kawasan wisata ini. Siapa pun boleh masuk ke kawasan ini dan pengurus masjid juga menyediakan konter peminjaman jubah di area masuk.
Masjid Id Kah
Masjid Id Kah (Id Kah Mosque)
Masjid Id Kah adalah sebuah masjid yang terletak di kota Kashgar, Daerah Otonomi Xinjiang, Cina. Id Kah yang berarti tempat berdoa dan perayaan adalah masjid terbesar di Negeri Tirai Bambu dengan kapasitas hingga 20.000 jamaah.
Masjid ini dibangun pada tahun 1442 dengan arsitektur Islam yang megah dan telah renovasi berkali-kali. Ia berdiri di atas lahan seluas 16.800 meter persegi. Menurut para pakar sejarah, masjid ini dibangun oleh seorang penguasa yang bernama Mirza Abubakr Bozorktar sebagai tempat ibadah untuk mendoakan sanak keluarganya yang meninggal dunia.
Setelah itu, proses pemugaran terus dilakukan selama bertahun-tahun terutama pada 1874 sehingga menjadi salah satu masjid terbesar di Cina. Renovasi terakhir terjadi pada tahun 2000 oleh pemerintah Cina.
Masjid Id Kah tidak terlihat seperti masjid-masjid modern di Cina, karena dibangun dalam gaya Asia Tengah. Dinding masjid ditutupi dengan ubin kuning dan dihiasi dengan berbagai ornamen dan kaligrafi al-Quran.
Masjid ini dipercantik oleh tiga menara; dua di antaranya terletak di sisi kiri dan kanan gerbang, sementara yang ketiga menghiasi kubah utama. Struktur lain masjid adalah aula shalat, mihrab, dua kolam tempat wudhu, halaman yang luas, dan beberapa bagian lain.
Atap masjid ditopang oleh pilar-pilar dengan warna hijau muda dan semua pilar disusun membentuk persegi panjang. Di sekitar atap dan pilar ada ukiran indah dan gambar yang indah. Menara di sisi gerbang menghadap ke halaman Masjid Id Kah. Menara ini penuh dengan ukiran motif bunga yang rumit, terutama dalam warna hijau.
Banyak bangunan gaya Uighur kuno berjajar di sekitar Masjid Id Kah. Para pengunjung bisa menemukan semua jenis kerajinan lokal di toko-toko tradisional di sekitar masjid tersebut.
Masjid Agung Xi\'an
Sejak permulaan Islam, kaum perempuan terlibat aktif di bidang ilmiah, sosial, budaya, dan ekonomi. Salah satu contohnya adalah kehadiran Sayidah Khadijah di Masjidil Haram untuk mendirikan shalat berjamaah bersama Rasulullah Saw dan Sayidina Ali as.
Kehadiran perempuan di masjid juga bisa dilacak ketika turunnya perintah perubahan arah kiblat dari Masjid al-Aqsa ke Ka'bah. Menurut catatan sejarah, perubahan kiblat terjadi di Masjid Dzul Qiblatain di kota Madinah ketika Nabi Saw dan para makmum, termasuk laki-laki dan perempuan sedang melaksanakan shalat dhuhur.
Pada masa itu, kaum perempuan lebih memilih shalat di masjid bersama Rasulullah Saw sekaligus memperoleh pengetahuan dan pengajaran. Karena banyaknya jumlah perempuan yang hadir di masjid, akhirnya Rasulullah menetapkan sebuah pintu khusus bagi mereka sehingga leluasa melakukan kegiatan di masjid. Pintu ini kemudian dikenal sebagai "Babun Nisaa" yaitu pintu khusus wanita dan sampai sekarang masih ada di Masjid Nabawi.
Saat ini, masjid-masjid menyediakan fasilitas dan akses khusus untuk perempuan sehingga bisa mengikuti berbagai kegiatan yang berlangsung di masjid. Tentu saja, di negara tertentu kehadiran perempuan di masyarakat dibatasi oleh budaya lokal dan hal ini juga berdampak pada partisipasi mereka di masjid. Di India, perempuan dilarang memasuki bagian inti masjid, namun akhir-akhir ini muncul sejumlah kampanye agar kaum hawa diizinkan memasuki masjid.
Kondisi seperti ini bisa ditemukan di beberapa negara lain karena faktor budaya dan keyakinan yang salah, meskipun tidak ada pelarangan mutlak. Di negara-negara Arab, karena fanatisme budaya, partisipasi wanita di masjid tidak begitu meriah. Namun, masjid-masjid di Indonesia dan Malaysia selalu dihadiri oleh kaum perempuan untuk mengikuti berbagai acara, terlebih selama bulan Ramadhan dan hari-hari besar Islam.
Uniknya, masjid-masjid khusus untuk perempuan sudah berdiri sejak zaman dulu di Cina dan rangkaian kegiatan di sana juga dipandu oleh perempuan. Masjid Lulan di kota Lanzhou, Provinsi Gansu adalah salah satu dari masjid yang dikhususkan untuk perempuan.
Masjid Lulan dibangun pada tahun 1956 oleh sekelompok Muslimah yang hijrah ke Lanzhou dari Provinsi Henan di Cina Tengah. Profesor Shui Jingjun dari Akademi Ilmu Sosial Henan dalam bukunya 'The History of Women Mosques in Chinese Islam' menulis, "Masjid khusus perempuan terus berkembang di dataran pusat Cina, terutama di Provinsi Henan, Hebei, Shandong, dan Anhui. Di provinsi barat laut Qinghai dan Gansu serta Ningxia Hui dan daerah otonomi Xinjiang- Uygur, partisipasi publik perempuan dalam ritual dan kepemimpinan jauh lebih terbatas. Sebagai contoh, Lulan adalah satu-satunya masjid perempuan di Lanzhou, tetapi ada 19 di Zhengzhou, ibukota Provinsi Henan."
Berdasarkan hasil riset Akademi Ilmu Sosial Henan, jumlah imam shalat perempuan meningkat tajam di tengah masyarakat Muslim Cina. Banyak dari aktivis masjid di Cina percaya bahwa masjid-masjid khusus perempuan ini memainkan peran besar dalam pendidikan Islam kaum perempuan dan keluarga.
Masjid Agung Xi'an
Masjid Agung Xi'an adalah salah satu masjid tertua Cina yang terletak di kota Xi'an, Provinsi Shaanxi. Masjid ini awalnya didirikan pada masa Dinasti Tang dan dibangun kembali selama Dinasti Ming pada abad ke-14 Masehi.
Bangunan ini telah mengalami beberapa kali renovasi sejak masa itu sampai sekarang. Namun, sebagian besar dari struktur bangunan saat ini adalah peninggalan masa Dinasti Ming dan Qing pada abad ke-17 dan 18. Tidak seperti masjid-masjid tradisional Islam, Masjid Agung Xi'an menyerupai bentuk kuil Budha era abad ke-15.
Masjid ini semula merupakan pusat keislaman bagi para pedagang Arab dan Persia yang berdagang di Negeri Cina. Di samping itu, juga sebagai pusat kegiatan hubungan dagang antara kawasan dunia Islam dan pemerintahan Dinasti Tang.
Arsitektur masjid ini dipengaruhi oleh arsitektur bangunan dan rumah-rumah ibadah Cina kala itu yaitu; banyak halaman dan pagoda. Masjid ini memiliki lima halaman dan juga memiliki banyak paviliun dengan gerbang sendiri. Halaman pertama memiliki sebuah pintu gerbang yang disebut pailou dengan tinggi 9 meter.
Halaman kedua yang terpisah dari halaman pertama memiliki sebuah pailou batu yang ditopang oleh dua tiang di sisinya. Tiang-tiang ini dipercantik dengan ukiran dan tulisan aksara Cina peninggalan Dinasti Tang dan Dinasti Ming. Ukiran tulisan ini dianggap sebagai salah satu harta karun dari seni kaligrafi Cina karena fitur-fiturnya yang sangat kuat.
Sebuah paviliun beratap yang disebut Qing Xiu Dian (tempat meditasi) dibangun di halaman ketiga. Di dalam halamannya, terdapat struktur terpenting dari kompleks bangunan masjid ini termasuk aula kekaisaran. Aula ini adalah bangunan tertua dari kompleks Masjid Agung Xi'an.
Di halaman keempat, pengunjung bisa menemukan sebuah aula besar yang difungsikan sebagai tempat shalat. Aula ini memiliki kapasitas 1.000 orang dan merupakan yang terbesar di Cina. Di atas pintu utama terdapat kaligrafi Arab yang artinya “Atas Nama Tuhan.”
Masjid Xianhe di Kota Yangzhou
Masjid Xianhe yang juga disebut sebagai masjid burung bangau terletak di jalan Nanmen, kota Yangzhou, Provinsi Jiangsu. Ia termasuk salah satu dari empat masjid yang paling terkenal di tenggara Cina selain Masjid Guangta di Guangzhou, Masjid Qilin di Quanzhou, dan Masjid Fenghuang di Hangzhou.
Masjid Xianhe adalah masjid yang secara harmonis menggabungkan gaya arsitektur Cina kuno dan arsitektur tradisional Islam. Masjid ini telah menjadi simbol persahabatan Yangzhou dan Arab.
Masjid Xianhe didirikan pada tahun 1275 dan dibangun kembali di masa Dinasti Ming dan Qing. Masjid ini berbentuk burung bangau jika dilihat dari atas, di mana dindingnya, gerbang masjid, aula shalat, dua sumur tua, dan hutan bambu menjadi anggota tubuh burung itu.
Pada hari-hari besar Islam, masyarakat Muslim berkumpul di masjid ini untuk melakukan perayaan dan ibadah. Masjid Xianhe ditetapkan sebagai situs sejarah penting di Provinsi Jiangsu dan menjadi kebanggaan warga setempat.
Masjid-Masjid di Negeri Tirai Bambu
Sejak permulaan Islam, masjid sudah difungsikan sebagai tempat untuk ibadah, pengadilan, penyelesaian konflik, ruang diskusi publik, balai musyawarah, tempat pengumuman perang, dan pusat pemerintahan. Ia juga memainkan peran sebagai kantor untuk menerima delegasi politik, rumah untuk para musafir, dan balai untuk merawat orang-orang yang terluka dalam perang.
Di masa Rasulullah Saw, masjid juga berfungsi sebagai madrasah untuk mengajarkan pendidikan agama dan mendidik juru dakwah, yang kemudian dikirim ke berbagai wilayah. Masjid selalu ramai dikunjungi oleh kaum Muslim untuk berdiskusi seputar isu-isu baru dan masalah kontemporer. Peran masjid sebagai pusat kegiatan ilmiah semakin tersohor dengan digelarnya kegiatan debat dengan pengikut agama lain di tempat itu.
Rasulullah Saw dan kaum Muslim menggunakan masjid sebagai wadah interaksi dan kepedulian sosial. Rasul biasanya akan bertanya ketika ada warga yang tidak terlihat di masjid selama satu atau dua hari. Beliau dan para sahabat akan membantunya jika ia sedang kesusahan atau mengunjunginya jika ia sakit.
Kehadiran rutin kaum Muslim di masjid akan memperkuat semangat persaudaraan, kerjasama, dan jiwa gotong royong dalam diri mereka. Keyakinan agama telah mempererat tali ukhuwah dan menghapus sekat-sekat etnis, bahasa, warna kulit, dan kelas sosial.
Jadi, Rasulullah Saw tidak membatasi masjid hanya untuk shalat atau membaca al-Quran. Beliau menjadikannya sebagai pusat pemerintahan Islam dan segala urusan yang berhubungan dengan dunia dan akhirat kaum Muslim, kecuali jual-beli.
Sejarah Masjid di Negeri Tirai Bambu
Cina selama ini dikenal dengan bangunan-bangunan bersejarah dan Tembok Cina yang melegenda. Namun, populasi Muslim Cina yang mencapai 50 juta jiwa dengan 45 ribu masjid jarang menjadi sorotan publik.
Menurut sebuah versi sejarah, Islam mulai masuk ke Cina pada abad ke-7 Masehi yang dibawa oleh Sa'ad Ibn Abi Waqqas. Dia bersama tiga sahabat lainnya datang ke Cina dari Abyssinia yang sekarang dikenal dengan Ethiopia. Perjalanan Sa'ad dan sahabatnya ke Cina didukung oleh Raja Abyssinia. Setelah kunjungan pertama, Sa'ad pulang ke tanah Arab. Setelah 21 tahun di Arab, ia dan para sahabatnya kembali ke Cina.
Di Cina, Sa'ad Ibn Abi Waqqas diterima oleh salah seorang kaisar dari Dinasti Tang. Namun ajaran Islam tidak begitu saja diterima oleh sang kaisar. Setelah melalui proses penyelidikan dan dipandang sesuai dengan ajaran Konfusius, barulah kaisar memberi izin untuk menyebarkan Islam di kota Guangzhou, Cina.
Kaisar juga menyetujui pembangunan masjid pertama di kota Chang'an atau Xi'an, yang dikenal sebagai ibukota tertua dunia. Dengan demikian, 80 tahun setelah hijrah Nabi Saw, sebuah masjid berdiri di negara yang jaraknya mencapai lebih dari 8.000 kilometer dari kota Makkah, dan sekarang hampir 45 ribu masjid tersebar di Cina.
Untuk mengenang jasa Sa'ad Ibn Abi Waqqas, sebuah masjid dibangun di pusat kota Kanton dengan nama Raudhah Abi Waqqash. Namun, versi lain mencatat bahwa Sa'ad meninggal dunia di lembah Aqiq, Madinah dan dimakamkan di pemakaman Baqi' pada tahun 55 Hijriyah. Jadi, ada kemungkinan bahwa nama pemimpin delegasi Islam yang datang ke Cina bernama Sa'ad dan penduduk setempat menganggapnya sebagai Sa'ad Ibn Abi Waqqas.
Masjid-masjid di Cina dibangun dengan mengadopsi bentuk dan gaya arsitektur di daerah itu dan bahkan mirip kelenteng dengan hiasan ornamen-ornamen Cina dan seni Islam. Para arsitek Muslim Cina awalnya meniru gaya bangunan kuil Budha dalam pembangunan masjid, tetapi mereka kemudian seutuhnya menyesuaikan dengan gaya arsitektur Islam.
Bentuk luar bangunan masjid kadang juga meniru arsitektur pagoda yaitu atap bertingkat dan tiang-tiang yang membentuk lingkaran serta ornamen yang beraneka warna. Cina kuno percaya bahwa bentuk bulat adalah simbol dari semesta-langit, sementara bentuk kubus adalah simbol dari dunia-bumi. Masyarakat Muslim Cina percaya bahwa Ka'bah dengan bentuk kubusnya adalah simbol dari hubungan langit dengan bumi.
Masjid-masjid di Cina tidak hanya menggabungkan arsitektur Islam dan Timur untuk menghadirkan sebuah lanskap baru dan menarik, tetapi juga mengkombinasikan nuansa Arab dan Cina.
Masjid Huaisheng
Masjid Huaisheng yang terletak di Guangzhou, Cina adalah salah satu masjid tertua di dunia dengan usia lebih dari 1.300 tahun. Masjid ini disebut telah ada pada masa Dinasti Tang atau pada tahun-tahun awal Dinasti Song. Ia dibangun pertama kali pada tahun 627 ketika Islam masuk ke Cina. Masjid mengalami renovasi pada 1350 dan kemudian dibangun ulang pada 1695 setelah hancur dalam sebuah kebakaran.
Kata Huaisheng bermakna “mengingat orang bijak atau pemula” yang dibangun sebagai penghormatan untuk Nabi Muhammad Saw. Masjid ini dikenal juga dengan nama Masjid Mercusuar, karena menaranya yang tinggi dipakai sebagai penunjuk arah oleh kapal-kapal di Sungai Zhujiang waktu itu.
Kompleks masjid mencakup area seluas sekitar 3.000 meter persegi dan membentang sepanjang sumbu utara-selatan. Gerbang masjid terbuat dari batu bata merah dengan atap berwarna hijau. Kompleks masjid terdiri dari koridor yang berbentuk “U”, di tengah-tengahnya terdapat halaman dengan menara besar di utara, sementara aula shalat terletak di bagian ujung tengahnya.
Aula shalat dibangun kembali pada tahun 1935. Sebuah serambi terbuka mengelilingi sisi utara, timur dan selatan dari ruang shalat. Ketika bangunan itu direnovasi, pintu masuk utamanya dipindahkan dari timur ke selatan aula sehingga langsung menghadap ke halaman selatannya.
Menara Masjid Huaisheng juga dipakai untuk mengumandangkan adzan dan mengamati kondisi cuaca ketika itu. Meski masjid ini mengalami beberapa kali renovasi, tetapi menaranya masih mempertahankan bentuk aslinya dan menjadi simbol sejarah Islam di Negeri Tirai Bambu.
Menara ini diyakini sebagai arsitektur Islam tertua yang ada di Cina. Ia memiliki ciri khas gaya arsitektur Arab dengan ujung runcing di bagian atas, dan tingginya mencapai sekitar 36 meter dengan pondasi sedalam 10 meter. Di masa lalu, suar yang terdapat di menara masjid ini dijadikan oleh para pelaut sebagai penanda bahwa mereka telah tiba di permulaan “jalur sutra maritim.”
Masjid Huaisheng juga memiliki tempat-tempat indah lainnya, seperti ruang pameran, sumur kuno dan taman yang indah. Pengunjung bisa melihat banyak peninggalan sejarah dan prasasti-prasasti kuno di masjid ini.
Masjid Niujie
Masjid Niujie adalah salah satu masjid yang paling penting dan tertua di Cina, yang terletak di kota Beijing. Masjid ini dibangun tahun 996 pada masa Kaisar Kangxi dari Dinasti Qing. Ia adalah masjid terbesar di Beijing dan merupakan tempat penting bagi umat Islam di ibukota Cina.
Masjid ini mengalami tiga kali renovasi pada tahun 1955, 1979 dan 1996. Masjid Niujie baru-baru ini juga mengalami renovasi dan peremajaan dengan anggaran 2,5 juta dolar.
Dengan usia lebih dari 1.000 tahun, Masjid Niujie memiliki 11 imam shalat dan menerima lebih dari 200 jamaah setiap harinya, jumlah ini bisa mencapai lebih dari 1.000 orang pada hari Jumat.
Eksterior bangunan masjid menggunakan gaya tradisional Cina dengan bahan kayu yang biasa dipakai pada waktu itu. Namun, interiornya mengadopsi dekorasi khas gaya Arab. Tidak ada sosok manusia atau hewan di antara hiasan dan dekorasi bangunan masjid, karena ini dianggap tabu dalam Islam.
Masjid ini menyimpan banyak peninggalan kuno, warisan budaya, dan prasasti penting seperti, Dekrit Kekaisaran yang dikeluarkan pada 1694 selama Dinasti Qing.
Kompleks masjid terletak di area seluas lebih dari 6.000 meter persegi, sementara area konstruksi mencapai 3.000 meter persegi. Aula utama masjid ini memiliki luas 600 meter persegi dengan daya tampung mencapai ribuan jamaah. Gerbang melengkung aula dihiasi dengan kaligrafi al-Quran dengan khat Kufi, yang jarang terlihat di Cina.
Setelah melewati pintu masuk, pengunjung akan menemukan sebuah menara berbentuk heksagonal dengan struktur dua lantai, tinggi 10 meter, dan bawah atap berlapis emas. Struktur ini awalnya difungsikan sebagai ruang penyimpanan naskah, dan selanjutnya untuk mengumandangkan adzan.
Ketika waktu shalat tiba, pengurus akan naik ke menara untuk membaca al-Quran yang diikuti dengan lantunan adzan. Bangunan ini juga disebut menara bulan karena digunakan oleh imam untuk mengamati posisi bulan untuk menentukan waktu puasa.
Masjid Niujie menawarkan pengunjung tidak hanya kesempatan untuk mengagumi sebuah bangunan yang benar-benar unik, tetapi juga kesempatan untuk memperluas pengetahuan mereka tentang Islam dan tempatnya dalam sejarah budaya Cina.
Masjid Jamek Yazd.
Masjid telah menjadi tempat utama perkumpulan kaum Muslim sejak kehadiran Rasulullah Saw di Madinah. Seluruh pertemuan dan pidato Rasul berlangsung di tempat suci ini. Masjid selain sebagai pusat kegiatan dakwah dan bimbingan masyarakat, juga berfungsi sebagai tempat menerima delegasi bangsa-bangsa lain yang ingin bertemu Rasulullah.
Pada masa khalifah, masjid mempertahankan fungsinya sebagai basis pemikiran, ibadah, politik, dan sosial bagi masyarakat Muslim. Keputusan-keputusan penting yang terkait dengan urusan kaum Muslim dibuat di tempat tersebut.
Dalam Islam, berhubungan dengan Allah Swt tidak terbatas pada waktu dan tempat tertentu, berbeda dengan agama lain yang menetapkan tempat khusus untuk menyeru Tuhan seperti gereja atau kuil.
Individu Muslim wajib untuk menyesuaikan dirinya dengan hukum Islam di semua kondisi dan kewajiban ini juga perlu disampaikan ke orang lain. Prinsip amar makruf dan nahi munkar dalam Islam berangkat dari kewajiban ini. Meski demikian, kaum Muslim membutuhkan sebuah basis yang kuat sehingga hukum Islam dapat diterapkan dalam kehidupan sosial dan politiknya. Basis yang kuat ini tidak lain kecuali masjid yang bertugas memperkuat landasan pemikiran dan akidah kaum Muslim.
Masjid memainkan peran penting dalam menjaga dan memperkuat landasan pemikiran dan budaya Islam. Di tempat suci ini, parameter dan nilai-nilai agama diajarkan kepada masyarakat sehingga mereka terjaga dari serangan budaya, politik, dan bahkan militer musuh.
Di antara semua aspek itu, budaya sangat rentan terhadap serangan dan pengaruh asing. Serangan budaya merupakan salah satu jenis invasi yang paling umum dan cara efektif untuk mencapai tujuan imperialisme. Dengan mengubah budaya, sebuah negara dapat ditaklukkan tanpa perlu pengerahan pasukan.
Pada dasarnya, serangan budaya adalah sebuah serbuan musuh untuk menjajah identitas dan pemikiran orang-orang. Penjajahan model ini kadang sangat frontal sehingga berpengaruh pada perilaku masyarakat.
Masjid – sebagai basis utama dakwah dan pendidikan agama – memiliki peran penting dalam menangkal serangan ini. Strategi serangan budaya umumnya sangat rapi sehingga bukan hanya individu masyarakat yang tidak menyadari invasi ini, tetapi juga menganggap transformasi budaya sebagai syarat untuk pertumbuhan dan mobilitas, serta menyebutnya sebagai dinamika budaya.
Untuk itu, salah satu prioritas setiap masyarakat Muslim adalah mengenal gerakan serangan budaya, mempelajari metode serangan, dan menyiapkan cara-cara untuk menangkalnya.
Salah satu fungsi utama masjid adalah melawan konspirasi musuh-musuh Islam, menyadarkan masyarakat Muslim dari serangan budaya, memperkenalkan strategi untuk mencegahnya, dan mengajari cara-cara untuk menangkalnya.
Ceramah, pengajian, dan perkumpulan keagamaan dapat menjadi salah satu cara untuk menangkal serangan budaya, dan masjid adalah wadah terbaik untuk aktivitas ini. Masyarakat bisa menerima pendidikan agama dan budaya serta mengetahui tentang bentuk serangan musuh, dan mempelajari cara-cara untuk melindungi budayanya. Mereka juga akan mengetahui sejarah serangan budaya di negara-negara Muslim dan mengambil pelajaran darinya.
Masjid Jamek Yazd.
Sejarah Masjid Jamek Yazd (Jameh Mosque of Yazd)
Masjid Jamek Yazd adalah sebuah bangunan bersejarah yang berusia lebih dari 900 tahun yang terletak di Provinsi Yazd, Iran. Masjid ini dibangun pada masa Dinasti Al-e Bouyeh. Dokumen sejarah menyebutkan beberapa nama lain masjid ini seperti, Masjid Jum'eh Shahrestan, Masjid Jamek Atiq, Masjid Jum'eh Qadim, dan Masjid Jamek Nouw.
Masjid ini menjadi bukti bagi kehebatan para arsitek Iran di masa lalu dengan pengetahuan dan keahlian yang sangat sempurna. Masjid dengan menara yang menjulang tinggi dan ubin biru ini juga berfungsi sebagai mercusuar bagi orang-orang di gurun untuk menemukan jalan mereka.
Masjid Jamek Yazd menggunakan bentuk ubin seperti mosaik, tersusun dari potongan-potongan warna yang berbeda dan kemudian gabungkan untuk menghasilkan pola yang unik.
Bangunan dasar Masjid Jamek Yazd dibangun oleh banyak penguasa pada periode ke-6 Hijriyah. Masjid ini didirikan dari gabungan tiga masjid tua pada periode yang berbeda selama 100 tahun. Ini memakan waktu lama karena setiap sudut dari bangunan kuno ini dibangun oleh orang yang berbeda.
Mungkin orang pertama yang mendirikan Masjid Jamek Yazd adalah penguasa Safari, Amr Leith. Namun, pendiri yang paling terkenal adalah A'la Al Dowleh Kalanjar, gubernur Yazd antara tahun 1095 Masehi hingga 1119 M. Masjid ini pernah mengalami rusak total dan bangunan yang ada sekarang dibangun oleh Sayid Rukn al-Din Mohammad Qazi. Pemugaran dan renovasi terus dilakukan hingga satu dekade terakhir.
Tempo dulu, para penguasa memilih pusat kota Yazd sebagai lokasi pembangunan masjid besar ini. Luas pondasi masjid mencapai 9.800 meter persegi, sementara area yang dihiasi ubin, pola dekoratif, dan sudut-sudut lain sekitar 500 meter persegi. Panjang bangunan mencapai 104 meter dan lebarnya 99 m dengan tujuh gerbang yang terkoneksi ke banyak jalan dan gang.
Struktur Masjid Jamek Yazd terdiri dari sebuah pintu masuk utama yang tinggi, sepasang menara, dua aula utama, dua ruang untuk musim dingin di sisi timur dan barat aula utama, kolong kubah, dan sebuah halaman yang luas. Ruang-ruangg masjid ini didesain khusus untuk setiap musim. Karena iklim yang panas dan kering di daerah gurun, ruangan dirancang untuk tetap sejuk di musim panas dan hangat di musim dingin.
Masjid ini memiliki sebuah pintu masuk yang sangat tinggi dan cukup populer sehingga menarik setiap pengunjung ke arahnya. Tinggi gerbang ini mencapai 24 meter dan seluruh sisinya dipercantik dengan ubin mosaik yang indah khas Persia. Pintu ini juga dihiasi dengan ayat-ayat al-Quran, pola bunga, dan prasasti yang berisi catatan renovasi.
Kubah Masjid Jamek Yazd.
Sepasang menara menjadi mahkota gerbang tersebut dan ia dikenal sebagai menara tertinggi di Iran. Kedua menara ini ditambahkan pada era Safawi dan memiliki tinggi 52 meter. Selain tingginya yang mencolok, seluruh permukaan menara dilapisi dengan ubin mosaik yang sangat indah sehingga terlihat benar-benar menakjubkan dan megah.
Diameter bangunan dasar menara sekitar 6 meter dan semakin ke atas, diameternya semakin berkurang. Hanya satu dari menara ini yang memiliki tangga dan dapat dinaiki.
Masjid ini memiliki sebuah kubah megah double-shell yang dihiasi dengan ubin bentuk geometris warna pirus dan putih serta bentuk bunga saponaria vaccaria. Kalimat al-Mulku Lillah tertulis di lingkaran batang kubah dengan khat kufi.
Interior kubah masjid sangat menakjubkan dengan menggunakan pola dekoratif arabesque dan empat skylight dengan bentuk geometris. Ayat-ayat al-Quran yang ditulis di pinggir kubah telah menambah kemuliaan dan keindahannya.
Seluruh permukaan mibrab dilapisi dengan ubin mosaik yang membentuk pola-pola bunga yang indah. Nama arsitek dan tanggal pembangunan masjid tertulis di atas dua potong ubin dengan pola bintang yang dipasang di salah satu sudut mihrab. Langit-langit mibrab menggunakan dekorasi muqarnas yang dilapisi dengan ubin mosaik warna biru.
Ubin mosaik warna lapis lazuli dan pirus dengan desain slavia dan geometrik terlihat di berbagai sudut masjid. Ubin mosaik ini ditata dengan sangat indah dan rapi oleh para seniman Iran di dinding masjid.
Masjid Jamek Yazd terletak di distrik kota tua Yazd dan merupakan salah satu objek wisata paling populer di kota ini. Masjid abad ke-12 ini masih digunakan sampai sekarang. Ia adalah model mosaik Persia terbaik dan telah terdaftar sebagai Situs Warisan Nasional Iran.
Mengingat suasananya yang tenang, seseorang dapat menghabiskan berjam-jam untuk beribadah atau hanya menikmati karya arsitektur Islam Persia yang dihiasi dengan harmoni unik dari desain artistik. Pencahayaan tidak langsung yang berasal dari pantulan cahaya dinding merupakan salah satu fitur unik dari masjid kuno ini.
Warisan Syahid Soleimani bagi Kubu Muqawama
Syahid Qasem Soleimani, sebagai seorang komandan pasukan Quds IRGC melalui pengaruhnya di tengah komunitas suku Irak, Suriah, Lebanon dan Palestina berhasil menciptakan solidaritas dan persatuan di antara komunitas ini dan mempersatukan front muqawama.
Front muqawama adalah kubu yang melawan kekuatan hegemoni dan arogan yang ingin memecah belah negara mereka dengan bantuan sekutunya, yakni Daesh (ISIS), serta front ini tidak mengijinkan kubu hegemoni meraih ambisi busuknya.
Poros muqawama Islam terbentuk setelah kemenangan Revolusi Islam Iran dan oleh arsitek besar Revolusi Islam yakni Imam Khomeini. Tujuan utama poros iin adalah membebaskan Quds dari cengkeraman kubu hegemoni global serta rezim Zionis Israel. Poros muqawama yang kemudian berubah menjadi front muqawama di Irak, Suriah, Lebanon dan Palestina pendudukan serta baru-baru ini terbentuk di Yaman, semakin realistis eksistensinya dengan membentuk faksi politik dan militer.
Syahid Soleimani, komandan pemberani pasukan Quds IRGC bukan hanya seorang komandan militer, tapi juga simbol poros muqawama. Peran besarnya di kemenangan front muqawama dalam melawan Amerika Serikat dan rezim Zionis membuat khilafah Daesh di Irak dan Suriah runtuh, dan Syahid Soleimani di kenal sebagai simbol perjuangan melawan terorisme di dunia.
Arab Saudi, Amerika Serikat, dan rezim Zionis Israel berusaha menghancurkan poros muqawama. Oleh karena itu, mereka membentuk kelompok Takfiri dan teroris untuk memecah belah Lebanon, Suriah dan Irak, tapi Syahid Soleimani dengan memberi keamanan dan membela kedaulatan serta integritas wilayah negara-negara poros muqawama, melawan agresi kelompok agresor ini dan tidak membiarkan musuh meraih tujuan busuknya, yakni menghancurkan poros muqawama.
Syahid Soleimani seorang komandan kuat dan berpengaruh yang dengan tawakal kepada Tuhan dan tawasul kepada Ahlul Bait as serta menciptakan spirit percaya kepada diri sendiri dan kehormatan di front muqawama, mampu selama dua dekade mencegah pengaruh poros hegemoni dan arogan di Irak dan Suriah serta pertumbuhan kelompok Takfiri, dan memberi keamanan regional kepada kelompok muqawama di kawasan serta Republik Islam Iran.
Pengorbanan, jihad, rindu syahadah dan melawan musuh di garis terdepan merupakan karakteristik utama Syahid Soleimani. Syahid Soleimani secara praktis membuktikan bahwa Islam sejati berbeda dengan Islam Amerika yang simbolnya di kawasan adalah Daesh. Permusuhan ini dan karakteristik Syahid Soleimani membuat dirinya dikenal sebagai syahid terkemuka di dunia Islamdan komandan muqawama.
Syahid Soleimani adalah simbol perjuangan melawan sistem dominasi dan penindasan global. Ayatullah Khamenei mengumumkan pada tahun 2015, setelah pembicaraan nuklir antara Iran dan Amerika Serikat: "25 tahun lagi kalian tidak akan menyaksikan keberadaan rezim Zionis Israel. Dengan ijin Allah 25 tahun lagi tidak akan ada yang namanya rezim Zionis di kawasan! Pernyataan ini merupakan keyakinan pasti dari poros perlawanan dan dunia Islam. Mencermati situasi politik di kawasan, terlihat betapa dekatnya poros perlawanan untuk mewujudkan cita-cita seperti yang dinyatakan Rahbar.
Syahid Soleimani senantiasa menjadi pengikut Islam yang memberi kekuatan dan kehormatan kepada kaum tertindas dunia, serta menyeret kubu arogan dunia. Syahid Soleimani terus membela hak kaum tertindas dunia dan di manapun ia menyaksikan pihak terindas di dunia, ia merasa berkewajiban untuk membela mereka.
Salah satu pesan bersejarah Syahid Soleimani adalah ketika ia menyampikan pesan duka atas gugurnya Syahid Hojaji. Ia berkata, "Aku bersumpah atas nama kepala Syahid Hojaji yang dipenggal yang mengikuti jalannya Imam Husein as untuk tidak akan diam mengejar pohoh terlaknat ini dan menghancurkan sel berbahaya di tubuh dunia Islam ini hingga sosok terakhir mereka (teroris Daesh)." Betul, ini adalah kekuatan dan pikiran jangka panjang Syahid Soleimani yang sangat nyata di pernyataannya bertepatan dengan gugurnya Syahid Hojaji bahwa ia berjanji balas dendam darah syahid ini adalah akhir dari Daesh kurang dari tiga bulan.
Peran Syahid Soleimani dalam bentuk strategi penyebaran ideologi Revolusi Islam dan poros muqawama serta sosok yang menstabilkan negara kawasan, adalah peran yang tidak dapat tergantikan. Faktanya front muqawama yang dipimpin Syahid Soleimani mengubah poros ini menjadi arus muqawama dan pada akhirnya menjadi persatuan muqawama. Syahid Soleimani di poros muqawama menekankan tiga prinsip utama, memberi indentitas, persatuan dan jaringan. Berdasarkan ini, ia memperkuat spirit kepercayaan diri di antara rakyat, dan memanfaatkan kapasitas keyakinan dan politik mereka. Seraya menekankan persatuan, ia menyatukan seluruh kelompok muqawama dalam bentuk sebuah arus yang membela Islam dan Ahlul Bait.
Syahid Soleimani, sebagai panglima yang kuat di poros perlawanan dengan kepribadian yang berpengaruh, mampu mencegah tumbuhnya gerakan Takfiri selama dua dekade pengaruh kubu dominasi dan arogansi di Irak dan Suriah dan membawa keamanan bagi Republik Islam Iran dan kelompok perlawanan di kawasan.
Tidak diragukan lagi, peran Syahid Qasem Soleimani, sebagai seorang komandan pasukan Quds IRGC melalui pengaruhnya di tengah komunitas suku Irak, Suriah, Lebanon dan Palestina berhasil menciptakan solidaritas dan persatuan di antara komunitas ini dan mempersatukan front muqawama sangat besar. Front muqawama adalah kubu yang melawan kekuatan hegemoni dan arogan yang ingin memecah belah negara mereka dengan bantuan sekutunya, yakni Daesh (ISIS), serta front ini tidak mengijinkan kubu hegemoni meraih ambisi busuknya.
Menurut Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Pasukan Quds dan Front Perlawanan Islam mampu menghilangkan bayang-bayang perang dari perbatasan Republik Islam Iran dan menghantam rezim Zionis di perbatasan wilayah pendudukan, menempatkan rezim dalam posisi yang sulit.
Syahid Soleimani, dengan mengubah kekuatan militer dan politik Pasukan Quds dalam operasi lintas perbatasan, mengekspos kekuatan strategis besar Iran dan Front Perlawanan ke rezim Zionis. Langkah-langkah dan upaya bijaksana Letjen. Soleimani dan para komandan dan kekuatan politik dan militer Front Perlawanan di wilayah tersebut menyebabkan kekalahan ISIS dan kemenangan Front Perlawanan; Hal ini membuat kaum Zionis ketakutan dan membuat mereka membunuhnya dengan bantuan Amerika, dengan harapan palsu bahwa dengan menghapus komandan yang kuat ini akan melemahkan Front Perlawanan.
Komandan Pasukan Quds, Syahid Soleimani, yang digambarkan oleh media asing sebagai orang yang kuat dan berpengaruh di kawasan Asia Barat dan simbol perlawanan internasional, menggandakan arus perlawanan internasional dan lintas batas setelah dia mati syahid. Kesyahidan Letjen. Soleimani yang menyatukan tidak hanya menyatukan kekuatan perlawanan, tetapi juga memicu gelombang sentimen anti-Amerika di seluruh dunia Muslim, Asia Barat, dan di antara negara-negara yang mencintai kebebasan.
Hasil pasti dari teror Syahid Soleimani adalah terbentuknya sebuah energi baru di geografi luas di kawasan dan trans-regional untuk melancarkan aksi balasan keras, di mana sebagiannya adalah berakhirnya kehadiran Amerika di wilayah ini. Daya tarik tersembunyi Syahid Soleimani dengan memobilisasi unit revolusi, menghancurkan total ide normaliasi dan berdamai dengan Amerika dan Israel serta pencegah terlaksananya rencana AS-Zionis di kawasan, dan pada akhirnya kita menyaksikan penarikan mayoritas pasukan Amerika dari Irak dengan kondisi mengenaskan.