Juru bicara kementerian luar negeri Prancis Rabu (7/8) meminta Iran bersikap transparan menyikapi kekhawatiran publik internasional mengenai program nuklir sipilnya. Statemen serupa juga dikemukakan kantor ketua kebijakan luar negeri Uni Eropa. Michael Mann, Juru Bicara Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa mengatakan menyambut perundingan babak baru dengan Iran. Seraya mengirimkan ucapan selamat atas pelantikan Hassan Rohani sebagai presiden baru Iran, Ashton dan negara anggota kelompok 5+1 mengungkapkan kesiapannya untuk berunding segera dengan Tehran guna menemukan solusi bersama. Dalam pesannya yang disampaikan kepada presiden baru Iran, Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa meminta Iran untuk secepatnya mengagendakan "perundingan bermakna" dengan kelompok 5+1.
Pesan ini bisa jadi tanda keseriusan Barat untuk berunding dengan Iran. Tapi melihat faktor itu saja tidak memadai. Sikap negara-negara Barat terhadap Iran acapkali disertai perilaku kontradiktif. Misalnya, para politisi negara AS baru-baru ini mengungkapkan akan melonggarkan sanksi terhadap impor peralatan di bidang medis, pertanian dan pangan. Selama ini mereka senantiasa memungkiri bahwa sanksi anti Iran tidak menargetkan rakyat Iran. Pada saat yang sama mereka juga mengatakan bahwa tujuan sanksi adalah meningkatkan ketidakpercayaan dan protes sipil terhadap pemerintah Iran.
Sebelumnya, bersamaan dengan pelantikan Rohani, Kongres Amerika Serikat meratifikasi penambahan sanksi baru terhadap Iran. Kongres Amerika Serikat mengesahkan draf pembatasan ekspor minyak Iran dengan 400 suara setuju dan 20 suara menolak. Sejumlah media mengungkapkan bahwa Obama ditekan Kongres untuk menandatangani RUU anti Iran itu. Selain Obama, penentangan juga dikemukakan Menlu John Kerry di Kongres AS.
Di luar dari friksi internal yang terjadi di AS sendiri, tampaknya kecenderungan Barat untuk berundingan dengan Iran memang serius. Meski demikian, Barat menilai kesempatan yang terbentang saat itu hanya untuk menempatkan "Bola di lapangan Iran". Padahal, kondisi dewasa ini telah berubah dibandingkan 10 tahun lalu.
Iran saat ini telah menguasai teknologi pengayaan uranium untuk kepentingan sipil. Pengayaan uranium Iran juga berada dalam pengawasan penuh Badan Energi Atom Internasional (IAEA). Tehran pun memberikan kesempatan kepada investigator IAEA untuk menyelidiki seluruh instalasi nuklirnya. Dengan demikian tidak ada alasan logis bagi Barat untuk menolak program nuklir sipil Iran.
Terkait hal ini, presiden baru Iran Hassan Rohani mengemukakan pandangannya yang terang benderang mengenai program nuklir sipil negaranya. Salah satu parameternya adalah transparansi. Dalam konferensi pers, Rohani menegaskan bahwa perundingan dengan Iran harus dijalin berlandaskan prinsip kesetaraan, saling percaya, saling menghormati dan meredam kebencian.
Perundingan bermakna dalam literatur politik tentu bukan mewujudkan perundingan untuk perundingan, tapi memiliki tujuan yang jelas dan terang. Untuk itulah, Rohani menegaskan bahwa Iran akan membalas setiap sikap yang bermakna dari Barat secara seimbang dan adil.