Menyusul peningkatan ancaman Barat terhadap Suriah dan juga eskalasi gerakan militer Israel di dekat perbatasan Lebanon, Panglima Angkatan Bersenjata Lebanon menyatakan kesiapan pasukan negaranya dalam menghadapi segala ancaman potensial.
Jenderal Jean Kahwagi, Kamis (29/8) menyinggung munculnya berbagai ancaman terhadap Suriah dan peningkatan gerakan pasukan Israel dekat perbatasan Suriah dan Lebanon seraya mengatakan, "Militer Lebanon siap menjaga integritas seluruh wilayahnya."
Kahwagi menekankan pula bahwa dalam kondisi saat ini di Lebanon dan kawasan, persatuan antarseluruh kelompok dan warga negara ini sangat esensial. Atas dasar itu, menurutnya, militer Lebanon bukan hanya bertanggungjawab menjaga perbatasan melainkan juga menjaga keamanan dalam negeri.
Panglima Angkatan Bersenjata Lebanon menekankan pemberangusan semua ancaman dari luar maupun di dalam negeri di saat negara ini dalam beberapa pekan terakhir menghadapi serangan teror di selatan Beirut dan Tripoli serta penebaran fitnah oleh Syeikh Salafi Ahmad Al-Asir di Seida. Rentetan peristiwa tersebut telah membuat ratusan warga Lebanon tewas dan terluka.
Dalam kondisi seperti saat ini, militer Lebanon merilis pernyataan mengecam manuver militer Israel di selatan wilayah perbatasan dan berlanjutnya pelanggaran udara dan darat rezim Zionis terhadap zona Lebanon. Ditegaskan pula bahwa berlanjutnya pelanggaran Israel itu akan mengancam keamanan Lebanon.
Militer Zionis sejak beberapa hari terakhir menggelar manuver di dekat perbatasan Suriah dan Lebanon. Tel Aviv mengklaim tujuan manuver tersebut adalah peningkatan kesiapan personil militernya untuk menghadapi segala kemungkinan yang terjadi di kawasan khususnya terkait krisis Suriah.
Meski terikat komitmen dalam resolusi nomor 1701 oleh Dewan Keamanan PBB tentang larangan pelanggaran terhadap zona Lebanon pada tahun 2006, pasca Perang 33 Hari, namun militer Israel nyaris setiap hari melanggar zona udara, laut dan darat Lebanon.
Pernyataan terbaru Lebanon itu tidak diragukan merupakan dampak dari memanasnya krisis di Suriah pasca ancaman kubu Barat-Israel-Arab menyerang Damaskus dengan klaim penggunaan senjata kimia. Para pejabat tinggi Lebanon termasuk presiden, perdana menteri dan menteri luar negeri berulangkali menyatakan tidak akan mengijinkan zona udara Lebanon dijadikan jembatan untuk menyerang Suriah.
Para pejabat Lebanon mengecam ancaman Amerika Serikat dan Barat terhadap Suriah karena klaim penggunaan senjata kimia dan menekankan solusi damai krisis di negara itu. Amerika Serikat, Inggris dan sejumlah negara Barat dan Arab menuding pemerintah Suriah menggunakan senjata kimia terhadap kelompok militan pada tanggal 21 Agustus 2013. Alasan tersebut kembali memperkuat opsi militer anti-Suriah. Pemerintah Suriah menolak klaim tersebut disertai dengan berbagai dalih.
Menurut para pengamat, serangan potensial Amerika Serikat ke Suriah merupakan di antara upaya perubahan perimbangan kekuatan di kawasan dan untuk mencegah gerakan maju militer Suriah di medan pertempuran melawan para teroris.