Rahhar atau Pemimpin Tertinggi Revolusi Islam Iran, Ayatullah Al-Udzma Sayid Ali Khamenei, dalam pertemuan dengan kabinet pemerintahan Presiden Hassan Rohani, membahas masalah-masalah penting dalam negeri dan transformasi regional Timur Tengah dan Afrika Utara. Beliau juga memperingatkan intervensi Amerika Serikat di Suriah.
Presiden Hassan Rohani dan anggota kabinetnya Rabu, 28 Agustus 2013, menggelar pertemuan perdana dengan Rahbar di hari kelima Pekan Pemerintah Iran. Pada pertemuan tersebut Rahbar menjelaskan prioritas pemerintah di sektor ilmiah dan ekonomi. Beliau menilai Rohani sebagai presiden yang tepat, dipercaya dan memiliki rapor yang cemerlang dalam Revolusi Islam. Rahbar berharap pemerintah baru Iran menitikberatkan upayanya pada sektor ilmiah dan ekonomi. Dengan mencegat inflasi, mencukupi kebutuhan pokok masyarakat dan menciptakan pergerakan dan stabilitas di bidang ekonomi, pemerintah baru Iran diharapkan dapat meningkatkan harapan masa depan rakyat.
Ayatullah Khamenei di bagian lain juga menjelaskan kondisi sensitif dan krisis di kawasan, seraya menilai intervensi Amerika Serikat di Suriah akan menjadi sebuah tragedi dan jika ini terjadi maka AS pasti akan merugi sama seperti yang dialaminya di Irak dan Afghanistan.
Negara-negara agresor di Barat dan Arab memanfaatkan klaim penggunaan senjata kimia oleh pemerintah Suriah sebagai alasan untuk menggulirkan intervensi militer menggulingkan pemerintah Damakus. Seperti biasa, Amerika Serikat berada di garis terdepan. Para pejabat Amerika Serikat termasuk menlu John Kerry dan wapres Joe Biden menuding pemerintah Suriah telah menggunakan senjata kimia terhadap kelompok militan. Keduanya menyatakan serangan ke Suriah akan dilancarkan dalam waktu dekat. Sementara rezim Zionis Israel dengan watak brutal dan beringasnya serta kepemilikan ratusan hulu ledak nuklir, yang menjadi ancaman utama keamanan di kawasan dan dunia, tidak pernah terusik karena didukung Amerika Serikat.
Penghitungan mundur keputusan serangan ke Suriah telah dimulai di saat pengalaman AS di dua perang Irak dan Afghanistan, getir dan pahit. Pada tahun 2001 dan 2003, Amerika Serikat memboyong pasukannya ke Afghanistan dan Irak. 12 tahun berlalu, hingga saat ini perang di Afghanistan terus berlanjut tanpa ufuk tujuan yang jelas. Satu-satunya hasil dari perang tersebut adalah eskalasi instabilitas dan peningkatan jumlah korban di pihak tentara AS. Adapun dalam perang Irak, Amerika Serikat terpaksa mundur setelah sembilan tahun menduduki negara itu.
Data-data dari dua perang itu menyebutkan tewasnya 60.000 tentara AS dan peningkatan jumlah personil militer AS yang mengalami depresi dan stress. Para veteran perang Amerika Serikat dari dua perang tersebut menyimpan kenangan buruk dan mengakui stres serta depresi yang mereka derita.
Dalam kondisi seperti ini, Rahbar menilai pengobaran api perang baru di Suriah sama seperti percikan api di sebuah gudang amunisi dan kali ini Amerika Serikat juga akan merugi sama seperti intervensinya di Irak dan Afghanistan.
Penjelasan transformasi terbaru di Mesir juga menjadi salah satu topik yang disampaikan Rahbar dalam pertemuan dengan kabinet Presiden Hassan Rohani. Ayatullah Khamenei menekankan bahwa Iran tidak berniat mencampuri urusan dalam negeri Mesir akan tetapi tidak juga dapat bungkam terhadap pembunuhan warga sipil.