Laporan triwulanan Yukia Amano, Direktur Jenderal Badan Energi Atom Internasional (IAEA) terkait aktifitas nuklir damai Iran diterima anggota Dewan Pimpinan lembaga tersebut.
Berdasarkan prosedur kerja IAEA, laporan Dirjen harus siap 10 sampai satu pekan sebelum pertemuan triwulanan Dewan Pimpinan digelar, dan diserahkan kepada negara-negara anggota untuk dikaji terlebih dahulu.
Sebagaimana dilaporkan IRNA, laporan terbaru Amano ihwal program nuklir Iran terkonsentrasi pada beberapa masalah pokok, di antaranya pengurangan volume produksi uranium 20 persen oleh Iran. Sekaitan dengan ini, Mohammad Javad Zarif, Menteri Luar Negeri Iran, menjelang disampaikannya laporan terbaru Amano, mewanti-wanti IAEA untuk membahas laporan program nuklir damai Iran tersebut dengan cara pandang yang realistis sehingga masalah dapat diselesaikan.
Sejumlah diplomat di Wina percaya laporan terbaru Amano akan lebih lunak dibandingkan dengan yang sebelumnya, sehingga bisa membuka peluang lebih besar bagi dialog selanjutnya antara Iran dengan IAEA, juga dengan Kelompok 5+1. Dalam laporan terbaru Dirjen IAEA yang diterima anggota Dewan Pimpinan pada Rabu (28/8), dijelaskan bahwa IAEA berjanji kepada Iran untuk mempertimbangkan aspek keamanan dalam laporan tersebut.
Pada saat yang sama IAEA mengumumkan, putaran ke-11 perundingan Iran dan IAEA akan digelar pada 27 September 2013 di Wina. Gill Tudor, Juru Bicara IAEA mengatakan bahwa perundingan ini akan dilakukan di kantor IAEA di Wina, Austria.
Putaran terakhir perundingan kedua pihak dilaksanakan pada pertengahan Mei lalu dan berakhir tanpa hasil yang cukup berarti. Perundingan-perundingan itu dilakukan sebelum terpilihnya Hassan Rohani menjadi Presiden Iran, dan sejak awal tahun 2012 sampai saat ini, kedua pihak telah berunding sebanyak 10 kali.
Republik Islam Iran dan IAEA sepakat untuk menggelar putaran ke-11 perundingan nuklir, dan Iran akan diwakili oleh Reza Najafi sebagai Duta Besar serta Wakil baru Iran di kantor PBB, Wina termasuk juga di IAEA.
Sementara itu diumumkan bahwa acara pelepasan Ali Asghar Soltanieh, wakil Iran di IAEA sebelumnya, akan dilangsungkan Jumat pekan ini di Wina. Selama masa tugas Soltanieh di Wina, telah dilaksanakan 10 kali putaran perundingan Iran dengan IAEA untuk merumuskan sebuah agenda kerja baru.
Ali Akbar Salehi, mantan Menlu Iran sekitar dua pekan lalu diangkat Presiden Iran menjadi Ketua Badan Energi Atom negara itu, dan untuk pertama kali gagasan perumusan agenda kerja baru dikemukakan dua tahun lalu untuk memajukan kerjasama Iran-IAEA yang kemudian menjadi pondasi baru perundingan kedua pihak.
Mengutip statemen Hassan Rohani, Presiden Iran selama masa kampanye pemilu presidennya dan setelah masa itu, juga keinginannya untuk menyelesaikan sebagian masalah antara Iran dengan IAEA, sejumlah analis mengatakan, sekalipun Rohani juga selalu menegaskan upaya menjaga hak nuklir bangsa Iran, namun kondisi untuk menyelesaikan masalah Iran dengan IAEA saat ini semakin mendukung.