Menyimak Statemen Joe Biden di Korea Selatan

Rate this item
(0 votes)

Wakil Presiden Amerika Serikat, Joe Biden di akhir safarinya ke Asia mengunjungi Seoul dan bertemu dengan petinggi Korea Selatan termasuk Presiden Park Geun-hye. Di Korsel, Biden berusaha menjustifikasi program militer bersama dengan Korea Selatan dengan dalih menciptakan perimbangan kekuatan di kawasan.

 

Dalam pertemuannya dengan presiden Korsel, Biden seraya mengisyaratkan bahwa tidak perlu diragukan komitmen Washington untuk meningkatkan kehadirannya di Asia.Ia pun menekankan kerjasama di masa depan antara Washington dan Seoul. Biden menambahkan, keputusan Presiden Barack Obama untuk memulihkan perimbangan ke Asia tenggara adalah hal yang pasti dan Amerika tidak pernah melanggar janjinya.

 

Statemen Biden kian memperjelas tujuan Amerika yang membesar-besarkan kekuatan militer Cina dalam beberapa tahun terakhir. Petinggi Amerika sampai kini berusaha menjustifikasi kerjasama luas di bidang militer antara Washington dan Seoul serta Tokyo dengan dalih program nuklir Korea Utara. Kali ini pun Biden memperjelas program luas militer AS di Asia Tenggara dan hal ini mengindikasikak pergerakan besar militer Washingotn di kawasan Asia termasuk penempatan pesawat pembom di perairan Cina timur demi menghadapi kekuatan Beijing dan demi menyeimbangkan kekuatan di kawasan ini.

 

Biden dalam pertemuannya dengan Park Geun-hye menandaskan bahwa kebijakan baru Washington di bidang militer di kawasan yang ia sebut sebagai "Strategi Perimbangan Baru" jangan dicurigai dan ditanggapi secara negatif. Dalam kesempatan tersebut, Biden mengisyaratkan penekanan berulang kali Obama dan petinggi diplomasi negaranya untuk memulihkan kekuatan Amerika di Asia.

 

Petinggi Amerika dalam beberapa tahun terakhir berulang kali menenkankan bahwa pasca berakhirnya misi Washington di Afghanitan dan Irak, maka Gedung Putih menemukan peluang untuk menfokuskan pasukannya di Asia Timur. Pemerintah Amerika dalam menjustifikasi kebijakannya menandasknan bahwa kawasan Asia Timur memiliki laju perekonomian yang cepat di dunia dan Amerika juga berencana memanfaatkannya untuk meningkatkan ekspornya.

 

Oleh karena itu, pemerintah Barack Obama sejak awal menjadikan upayanya menjalin hubungan perdagangan dan menjalin aliansi dengan sekutunya serta menekan negara-negara seperti Cina sebagai dasar kebijakan barunya. Dukungan Amerika terkait friksi kepemilikan wilayah antara Cina dan Jepang serta penempatan pesawat pembom B-52 di kawasan dapat dicermati sebagai bagian dari strategi baru AS di Asia.

 

Kebijakan ini yang pada akhirnya mendorong Cina membentuk kawasan pertahanan udara di Laut Cina Timur dikarenakan kekhawatiran Beijing. Meski Biden dalam pertemuannya dengan petinggi Korea Sealtan menyatakan bahwa ia tidak mengakui kawasan tersebut, namun Cina juga mengancam jika ada sedikit saja pergerakan maka Beijing akan mengambil langkah pertahanan dan setiap pesawat yang melanggar akan ditindak secara tegas.

 

Berdasarkan keputusan terbaru pemerintah Beijing, pesawat militer yang ingin melintasi laut timur Cina harus memberitahukan agenda terbangnya kepada pemerintah Cina.

 

Mengingat statemen seperti ini, yang pasti hasil kebijakan AS khususnya program militer bersama negara ini dengan Korsel dan Jepang bukan saja ditujukan bagi perimbangan kekuatan di kawasan, namun malah akan memperkeruh friksi regional.

 

Oleh karena itu, meski penekanan Biden dalam lawatan terbarunya ke tiga negara Asia, Jepang, Korsel dan Cina, bahwa Washington bersikap netral dalam persengketaan wilayah di kawasan, maka harus diketahui bahwa AS tengah berusaha menyalahgunakan persengketaan wilayah ini untuk memajukan program militernya di kawasan demi menguasai penuh Asia-Pasifik. Hal ini dikarenakan para pakar strategi Amerika meyakini Asia di masa mendatang bakal menjadi pusat kekuatan dunia dan Washington tidak ingin menyerahkan kawasan ini kepada Cina yang digadang-gadang sebagai kekuatan baru regional dan internasional.

Read 1530 times