Babak baru perundingan nuklir antara Iran dan kelompok 5+1 di Wina, ibukota Austria dimulai hari Selasa (18/2). Delegasi Iran dipimpin oleh Menteri Luar Negeri Mohammad Javad Zarif, sedangkan pemimpin kelompok 5+1 dipimpin oleh kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Catherine Ashton. Perundingan terbaru antara Tehran dan enam kekuatan dunia merupakan bagian dari rangkaian pembicaraan yang bertujuan mewujudkan kesepakatan final dan komprehensif mengenai nuklir sipil Iran.
 
Menteri Luar Negeri Iran mengatakan, perundingan hanya membahas masalah- seputar nuklir, dan tidak membahas tema lain seperti kemampuan militer Iran. Zarif, Selasa (18/2) kepada stasiun televisi Alalam mengatakan, "Masalah yang akan kami sampaikan  mengenai hal-hal yang sudah disepakati.
Program nuklir damai tetap berlanjut. Oleh karenanya kami hanya akan membahas masalah-masalah ini karena program nuklir kami tidak bertujuan militer. Masalah ini kami terima, pasalnya selain memperhatikan fatwa Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, pandangan strategis Iran menegaskan bahwa program nuklir Tehran sama sekali tidak ada kaitannya dengan militer."
 
Menteri luar negeri Iran mengungkapkan bahwa program nuklir Republik Islam tidak ada hubungannya dengan militer, dan masalah militer  negara itu tidak ada kaitannya dengan perundingan nuklir." Menurut Zarif, Iran akan menunjukkan kepada dunia bahwa program nuklirnya tidak bertujuan militer dalam perundingan dengan kelompok 5+1.
 
Setelah bertahun-tahun melancarkan tekanan dengan berbagai cara termasuk menjatuhkan sanksi sepihak terhadap Iran, AS akhirnya bersedia berunding dengan Tehran bersama lima negara Eropa. Tahap pertama perundingan nuklir Iran dan enam kekuatan Barat menghasilkan kesepakatan sementara pada November yang disepakati penerapannya sejak 20 Januari lalu.
 
Realitas politik saat ini menunjukkan fakta bahwa Amerika Serikat harus mengakui posisi Iran di tingkat dunia. Tudingan infaktual Barat Selama bertahun-tahun terhadap Tehran mengenai upaya Iran mewujudkan senjata nuklir sudah kadaluarsa. Publik dunia sudah mengetahui tudingan tersebut hanya sekedar propaganda media yang tidak pernah terbukti kebenarannya.
 
Sementara itu, juru runding nuklir Iran, Hamid Ba'eedinejad baru-baru ini menyatakan bahwa perundingan antara Iran dan Kelompok 5+1 memfokuskan pada mesin sentrifugal baru dan canggih serta reaktor air berat Arak. "Penggunaan sentrifugal baru dan canggih serta reaktor air berat Arak adalah salah satu isu yang paling penting untuk dibahas dalam kesepakatan final," ujar Ba'eedinejad.
Direktur jenderal urusan politik dan internasional di Kementerian Luar Negeri Iran, mengatakan pihak perunding akan memiliki "tugas yang sulit" dalam perundingan di Wina. Penggunaan sentrifugal canggih dan baru adalah salah satu masalah yang paling penting dalam perundingan. Selain itu, reaktor air berat Arak juga menjadi isu penting lainnya yang dibahas dalam perundingan nuklir.
 
Meskipun Iran dan kelompok 5+1 yang berunding di jantung kota Austria mengakui perundingan sangat sulit dan kompleks. Tapi, kedua belah pihak tetap menaruh optimisme akan tercapainya kesepakatan final bersama dengan menjunjung prinsip saling menghargai dan percaya.