Sekitar sepekan menjelang berakhirnya tenggat waktu tercapainya kesepakatan  perundingan nuklir antara Iran dan kelompok 5+1, Menlu Iran, Mohammad Javad Zarif mengatakan perundingan membahas program nuklir Iran kemungkinan besar akan diperpanjang setelah satu Juli.
Kantor berita IRNA hari Minggu (21/6) mengutip statemen Zarif melaporkan bahwa tenggat waktu yang telah ditetapkan untuk mencapai kesepakatan nuklir tidak ditekankan sebelum satu Juni. "Kami yakin, sangat penting untuk mencapai sebuah kesepakatan yang baik. Ini berarti kami meyakini waktu bukan prioritas. Mungkin saja kami terpaksa melanjutkan perundingan hingga ditandatangani kesepakatan final," ujar Zarif.
Menlu Iran mengkritik sikap sejumlah anggota kelompok 5+1 yang menentukan syarat yang tidak bisa diterima Iran sehingga menyebabkan terjadinya kebuntuan dalam perundingan. "Kami sebelumnya telah menunjukkan kepada mitra yang berunding bahwa Iran tidak akan menerima segala bentuk tuntutan berlebihan," tutur Zarif.
Statemen ini mengemuka di saat menlu Iran hari ini berunding di Luxembourg dengan menlu Inggris, Prancis dan Jerman, serta pertemuan terpisah dengan Laurent Fabius membahas perkembangan perundingan nuklir. Selain itu, Zarif juga bertemu dengan Kepala Kebijakan Luar Negeri Uni Eropa, Federica Mogherini.
Bersamaan dengan semakin ketatnya perundingan nuklir antara Menlu Iran dan kelompok 5+1 di Luxembourg, parlemen Iran hari senin meratifikasi RUU mengenai poin penting tentang perundingan yang harus memperhatikan hak bangsa Iran. Abbas Araqchi, Deputi Menlu Iran sekaligus anggota senior juru runding Iran mengatakan penyelidikan dan akses tidak terbatas terhadap situs non-nuklir, termasuk situs militer tidak akan pernah diterima oleh Iran.
Penegasan ini merupakan garis merah Iran yang juga ditegaskan dalam RUU yang diratifikasi parlemen baru-baru ini. Berdasarkan RUU tersebut, pihak asing dilarang mengakses situs militer, keamanan dan tempat non-nuklir yang sensitif, dokumen dan ilmuwan nuklir. Poin lainnya adalah penegasan terhadap pencabutan sanksi sebagai bagian dari kesepakatan nuklir komprehensif.
Dalam perundingan sebelumnya, Iran dan kelompok 5+1 pada 4 Juni lalu tidak mencapai kesepakatan terkait sejumlah masalah yang tersisa. Di tengah ketatnya perundingan Menlu Prancis hari Minggu (21/6) justru mengunjungi Israel untuk bertemu dengan Perdana Menteri rezim Zionis, Benyamin Netanyahu guna membahas masalah perundingan nuklir Iran dan kelompok 5+1.
Sejatinya, kesepakatan yang telah tercapai antara Iran dan kelompok 5+1 mengenai aksi bersama pada 24 November 2013 di Jenewa, dan ditindaklanjuti dengan deklarasi Lausanne, merupakan langkah penting untuk mencapai kesepakatan komprehensif. Kini kedua belah pihak berupaya mencapai sebuah kesepakatan final. Tapi pada saat yang sama harus mempertimbangkan sepak terjang yang tidak bisa diprediksi dari pihak lawan dan kecenderungan Barat yang selalu menuntut lebih dalam perundingan nuklir.