Partai Demokrat berhasil mengamankan hak veto Presiden Barack Obama jika seandainya Kongres Amerika Serikat mengeluarkan resolusi penolakan perjanjian nuklir Iran.
Sekarang kubu pendukung Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA), sedang berusaha menarik dukungan 41 senator. Jika mereka sukses mengumpulkan 41 suara dari 100 senator, maka resolusi perjanjian nuklir Iran tidak akan divoting di Senat atau kubu pendukung bisa memperpanjang proses lobi-lobi sehingga Kongres kehabisan waktu 60 hari (sampai 17 September) untuk mengkaji kesepakatan itu.
Hingga Kamis malam waktu Washington, 37 senator Demokrat mengumunkan dukungannya untuk perjanjian nuklir Iran. Dengan kata lain, jika empat senator lain juga bergabung dengan kubu pendukung, maka mungkin saja Kongres setelah berbulan-bulan membuat kegaduhan, akan kehilangan dukungan untuk mengumumkan pandangannya.
Kongres AS beberapa bulan lalu meloloskan aturan peninjauan perjanjian nuklir Iran yang disebut RUU Corker-Cardin. Para penentang perjanjian ini berharap dapat merangkul puluhan anggota Demokrat di Kongres. Mereka memperkirakan bahwa propaganda Iranphobia dan kekhawatiran Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, akan menggagalkan solusi pemerintah tentang program nuklir Iran. Lobi-lobi Zionis juga memperhitungkan dukungan Kongres AS kepada PM rezim Zionis.
Meski demikian, perkembangan terbaru menunjukkan bahwa kubu penentang, khususnya pribadi Netanyau hanya mampu menarik dukungan dari tiga anggota Partai Demokrat. Padahal, Partai Republik dan kubu-kubu pro-Netanyahu di tengah lobi Zionis telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah implementasi perjanjian nuklir Iran. Netanyahu bahkan berpidato di Kongres AS dan berusaha memprovokasi anggota lembaga itu untuk menentang Obama.
Komite Hubungan Publik AS-Israel (AIPAC) telah meluncurkan sebuah kampanye dengan anggaran 25 juta dolar untuk menggagalkan perjanjian nuklir Iran di Kongres. Sejumlah anggota Republik di Kongres juga melontarkan tudingan miring dan serangan verbal terhadap Iran dengan harapan mampu mengurangi jumlah pendukung perjanjian nuklir.
Namun, perang politik dan propaganda di Washington justru memperbesar dukungan untuk Rencana Aksi Bersama Komprehensif (JCPOA) di Senat AS. Pada hari Kamis, dua lagi Senator AS mengumumkan akan mendukung perjanjian nuklir Iran. Kondisi yang dihadapi kubu penentang kesepakatan itu di DPR AS juga tidak lebih baik dari Senat.
Perkembangan ini menunjukkan bahwa opini publik Amerika – meski adanya propaganda luas anti-Iran selama bertahun-tahun – menekankan penyelesaian masalah nuklir Tehran secara diplomatik. Mereka menentang setiap langkah yang pada akhirnya akan membuka pertempuran baru di wilayah Timur Tengah.