Ayatullah Sayid Ali Khamenei, Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar di hari pertama konferensi uni parlemen negara-negara anggota Organisasi Kerjasama Islam, OKI ke-13, melakukan pertemuan dengan peserta konferensi dan menjelaskan transformasi terbaru Dunia Islam.
Rahbar mengatakan, Dunia Islam harus menyampaikan masalah-masalah politik dengan tegas dan suara lantang, dan mengumumkan sikapnya. Menurut Rahbar, Palestina dan persatuan Dunia Islam merupakan masalah yang mendasar.
Hari Selasa, 16 Januari 2018, konferensi uni parlemen negara-negara anggota OKI ke-13 diselenggarakan di Tehran, ibukota Iran dan dihadiri oleh petinggi parlemen dari negara-negara anggota organisasi ini.
OKI adalah organisasi internasional antarpemerintah selain PBB yang dibentuk berdasarkan kesepakatan petinggi negara-negara Muslim dengan 57 anggota. Organisasi ini didirikan untuk memperkokoh hubungan persaudaraan dan solidaritas di antara negara Muslim dan untuk mendukung kepentingan bersama.
Dalam konferensi yang dihadiri oleh 17 ketua parlemen, 14 wakil ketua parlemen dan delegasi-delegasi setingkat ketua komisi dan perwakilan parlemen negara-negara OKI, sejumlah tema penting dibahas termasuk perluasan kerja sama ekonomi dan bisnis, perang melawan terorisme dan intervensi Amerika Serikat dalam kerusuhan-kerusuhan di sebagian wilayah Muslim, juga masalah pendudukan kota Al Quds.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei
Ayatullah Khamenei dalam pertemuan dengan para peserta konferensi, menekankan urgensi persatuan dan kewaspadaan dalam menghadapi musuh. Rahbar dalam kesempatan itu menyinggung posisi penting parlemen negara-negara Muslim dan mengatakan, konferensi ini dapat menjadi peluang untuk menyampaikan kebutuhan dan tuntutan umat Islam dunia dengan tegas.
Menurut Rahbar, kesempatan berharga ini harus dimanfaatkan untuk menjalankan kewajiban agama dan sejarah. Ia menuturkan, hari ini seluruh dunia, bukan hanya Asia Barat, berada dalam pusaran perubahan yang menentukan, oleh karena itu kita harus memainkan peran dalam perubahan ini. Rahbar juga menyinggung soal kerugian besar yang harus diterima Dunia Islam akibat transformasi yang terjadi pasca Perang Dunia Pertama.
Ia menerangkan, pasca PD I, Dunia Islam terpecah-pecah dan orang-orang asing menduduki negara-negara Muslim di Asia Barat begitu juga di Afrika Utara, tanpa perlu alasan dan izin, dan dampak jangka panjangnya masih tersisa hingga kini di Dunia Islam. Kita tidak boleh membiarkan peristiwa seperti ini kembali terjadi dan pengalaman buruk itu terulang lagi.
Ayatullah Khamenei menilai tema-tema yang dibahas dalam konferensi ini penting, namun iapun mengingatkan bahwa sebagian masalah penting seperti Yaman dan Bahrain tetap terlupakan dan penting untuk dibahas. Menurut Rahbar, krisis Yaman dan Bahrain sangat penting dan telah meninggalkan luka yang dalam di tubuh umat Islam sehingga harus disembuhkan.
Ayatullah Khamenei, dengan menekankan urgensi sikap tegas terkait masalah-masalah mendasar dan vital Dunia Islam mengatakan, kita perlu mengungkap hakikat kepada publik dunia dan kaum intelektual, dan kita tidak boleh membiarkan imperium media propaganda berbahaya Barat dengan "konspirasi-konspirasi senyap" menghapus masalah-masalah penting Dunia Islam.
Ayatullah Khamenei menjelaskan, mesin propaganda Barat yang sebagian besar dikuasai rezim Zionis Israel berusaha menyingkirkan masalah Palestina dan realitas-realitas penting internasional lainnya dari perhatian publik dunia, dan kita harus menyadari bahwa kita mampu mengalahkan musuh di medan perang lunak sebagaimana juga di perang fisik.
Rahbar menegaskan, apa yang terjadi di Palestina selama 70 tahun terakhir, tidak pernah terjadi sebelumnya sepanjang sejarah, pasalnya tiga peristiwa pahit bagi sebuah bangsa telah terjadi. Pertama, perampokan wilayah, kedua pengusiran sejumlah besar warga dan ketiga, pembunuhan massal.
Ayatullah Khamenei menyebut ketiga peristiwa itu sebagai kejahatan kemanusiaan besar atau penindasan bersejarah dan berdasarkan kewajiban Islam, Muslim tidak boleh diam menyaksikan kebiadaban ini.
Ia menerangkan, Zionis yang pernah meneriakkan slogan "dari Nil ke Eufrat", hari ini membangun tembok di sekeliling mereka dengan harapan bisa mempertahankan wilayah jajahannya di sana. Ayatullah Khamenei menyebut langkah terbaru Presiden Amerika, Donald Trump yang mengakui secara resmi Al Quds sebagai ibukota Israel sebagai "kesalahan fatal".
Ia menjelaskan, klaim ini tidak diragukan akan gagal dan mereka tidak akan mampu merealisasikan kata-katanya. Rahbar juga mengatakan bahwa sebagian negara kawasan seperti Arab Saudi bekerjasama dengan Amerika dalam mendukung Israel.
Menurut Rahbar, ini adalah pengkhianatan yang nyata, ketika seseorang bekerjasama dengan musuh seperti Zionis, namun pada saat yang sama bertikai dengan saudara-saudara Muslimnya sendiri, sebagaimana hari ini dilakukan oleh Saudi. Langkah ini jelas merupakan pengkhianatan terhadap Muslimin dan Dunia Islam.
Dalam kelanjutan paparannya, Rahbar menekankan urgensi persatuan di antara bangsa-bangsa dan negara Muslim. Menyinggung jumlah populasi besar, fasilitas melimpah dan posisi geografis luar biasa sensitif yang dimiliki Dunia Islam, Rahbar mengatakan, Dunia Islam dengan persatuan, dapat menjadi kekuatan besar yang berpengaruh dan tidak membiarkan perbedaan ras, wilayah, bahasa, mazhab, menjadi sumber konflik di antara mereka.
Ayatullah Khamenei menganggap upaya memecah belah umat Islam merupakan rencana Israel dan Amerika, yang tujuannya untuk menyibukkan Dunia Islam dengan masalah-masalah sekunder dan menciptakan zona aman bagi Zionis. Di bagian lain statemennya, Rahbar menyarankan agar para ketua dan perwakilan parlemen negara-negara Muslim berusaha memajukan ilmu pengetahuan.
Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei
Ia menuturkan, Barat mendapatkan kekayaan dan kekuatan global lewat ilmu pengetahuan, akan tetapi karena miskin iman, akhirnya ilmu pengetahuan itu justru berujung dengan penindasan, eksploitasi, penjajahan dan arogansi.
Kita tidak punya tujuan semacam itu, ujar Rahbar, dan Dunia Islam berusaha memajukan ilmu pengetahuan bagi para pemudanya. Rahbar menuturkan, kaum muda Iran dengan bersandar pada kemampuannya berhasil mencapai puncak ilmu pengetahuan seperti kedokteran, nano, sel induk dan teknologi nuklir. Ia menegaskan, prestasi serupa juga bisa dicapai negara-negara Muslim lain.
Ayatullah Khamenei juga menekankan pentingnya upaya mengungkap kebohongan Setan Besar yaitu Amerika dan menegaskan, Amerika yang mengklaim diri pembela hak asasi manusia dan berperang melawan terorisme, justru "menyerang" Afrika, Amerika Latin dan bangsa-bangsa lainnya.
Amerika terang-terangan mendukung teroris semacam Daesh. Sehubungan dengan pengakuan Amerika dalam menciptakan Daesh dan dukungan nyata negara itu atas Israel, Rahbar mengatakan, mereka sendiri yang mendukung terorisme dan pelaku teror, hal ini harus disampaikan dan opini publik dunia harus disadarkan atas realitas ini.
Di akhir pidatonya, Rahbar meminta para peserta konferensi agar tidak merasa puas dengan sekedar resolusi terkait masalah-masalah penting Dunia Islam, tapi keputusan ini harus diwujudkan secara nyata.
Ayatullah Khamenei menilai pengalaman penerapan demokrasi agama di Iran sebagai sebuah pengalaman yang sukses dan menjadi faktor peningkatan materi dan spiritualitas.
Terkait konspirasi-konspirasi Amerika terhadap Iran yang terus berlanjut, Rahbar menerangkan, berkat rahmat Ilahi, bangsa Iran berhasil dan setelah inipun akan mampu menggagalkan konspirasi Amerika.
Kami, katanya, berharap motivasi yang sama juga tetap dipertahankan secara kuat di negara-negara Muslim dan di antara bangsa-bangsa Muslim, sehingga bisa membentuk kepalan kokoh Dunia Islam untuk melawan seluruh konspirasi kubu imperialis global.