Dampak Perang 4 Hari di Jalur Gaza bagi Israel

Rate this item
(0 votes)
Dampak Perang 4 Hari di Jalur Gaza bagi Israel

Perdana Menteri rezim Zionis Israel Benjamin Netanyahu menyatakan bahwa Tel Aviv kembali akan menerapkan pendekatan teror terhadap para pemimpin Palestina.

Terorisme selama satu dekade terakhir menjadi ancaman serius bagi dunia, namun Israel lebih dari tiga dekade terakhir menjalankan kebijakan teror terhadap para pemimpin poros muqawama Palestina dan Lebanon serta ilmuwan Republik Islam Iran.

Kini Netanyahu seraya mengakui teror pemimpin Palestina juga kembali menyuarakan teror terhadap para pemimpin kubu muqawama Palestina.

Pengakuan atas teror para pemimpin Palestina dari satu sisi merupakan bukti nyata terorisme negara oleh Israel dan dari sisi lain pengakuan kekalahan stategi perang terhadap poros muqawama termasuk muqawama Palestina.

Israel sejak Jumat lalu memulai perang terhadap Jalur Gaza, namun perang ini hanya berlangsung empat hari dan atas mediasi Mesir disepakati gencatan senjata serta Tel Aviv terpaksa menerimanya. Padahal Israel Oktober 2018 setelah perang dua hari di Gaza juga terpaksa menerima gencatan senjata. Sepertinya Netanyahu mulai putus asa menghadapi kubu muqawama Palestina.

Benny Gantz, mantan kepala staf gabungan militer Israel mengatakan, Netanyahu untuk kedua kalinya selama 6 bulan terakhir menyerah kepada muqawama Palestina di Gaza.

Isu kedua adalah Netanyahu selama satu dekade terakhir berusaha memaksa kelompok muqawama Palestina dan Gaza menyerah dengan blokade dan perang, bahkan Jihad Islam Palestina dan Hamas cenderung mengedepankan berdamai dengan Israel ketimbang melawan, namun strategi blokade dan perang tidak pernah menorehkan catatan yang memuaskan bagi Netanyahu dan Isreal.

Terkait hal ini, Menteri Energi Israel Yuval Steinitz mengaakan, "Kami tidak memiliki solusi untuk masalah Jalur Gaza. Setelah 30 tahun Gaza masih menjadi ancaman bagi Israel. Gaza yang diinginkan oleh Yitzhak Rabin, tidak hancur dan juga tidak akan tenggelam ke laut."

Mengingat dua hal ini, Netanyahu berniat menjalankan strategi ketiga terhadap Gaza, yakni meneror para pemimpin Palestina. Sebenarnya ini merupakan stategi utama dan terpenting Israel dalam melawan perlawanan bangsa Palestina. Strategi ini sama halnya Netanyahu meyakini dengan meneror para pemimpin muqawama Palestina maka Gaza akan berhenti melawan Israel.

Tak diragukan lagi interpretasi Netanyahu ini sangat keliru karena sebelumnya sejumlah pemimpin politik dan komandan militer Palestina telah diteror israel, namun muqawama Palestina dan rakyat Gaza bukan saja melemah, tapi sebaliknya semakin kuat. Kian singkatnya waktu perang 2 dan 4 hari merupakan bukti utama semakin kuatnya muqawama dan rakyat Gaza.

Poin terakhir adalah meski perdana menteri Israel mengakui upaya teror terhadap pemimpin Palestina, namun dunia internasional seperti berbagai lembaga dunia dan para pemimpin negara yang mengklaim memerangi terorisme tidak menunjukkan respon atas pengakuan Netanyahu tersebut. Dengan demikian semakin nyata bahwa pandangan Barat terhadap terorisme sama seperti terhadap isu HAM adalah tebang pilih. 

Read 1484 times