Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei pada Ahad (3/11/2019) melakukan pertemuan dengan mahasiswa dan pelajar di Tehran. Pertemuan ini untuk menyambut peringatan Hari Nasional Melawan Arogansi Global yang jatuh pada tanggal 13 Aban atau 4 November 2019.
Pada 4 November 1979, mahasiswa Iran menduduki Kedutaan Besar AS (sarang spionase) di Tehran dalam sebuah aksi protes menentang intervensi Washington. Setiap tahun, rakyat Iran memperingati momen itu sebagai Hari Nasional Melawan Arogansi Global dengan menggelar pawai akbar menyuarakan pekikan anti-Amerika sebagai simbol imperialis dunia.
Di awal pertemuan, Rahbar mengucapkan selamat datang kepada para pelajar dan mahasiswa, serta menyebut mereka sebagai generasi baru yang penuh energi dan pekerja keras.
"Hari ini generasi baru di negara kita memiliki sifat-sifat ini: mereka penuh energi, kekuatan, dan motivasi. Mereka siap memikul setiap tugas yang diserahkan kepadanya. Inilah yang kami saksikan di sebagian besar pemuda di negara ini. Keberadaan kalian kaum muda dan orang-orang terkasih adalah berkah bagi negara. Kalian harus mempertahankan diri di jalan yang lurus karena negara ini membutuhkan kalian," tambahnya.
Ayatullah Khamenei kemudian berbicara tentang Hari Nasional Melawan Arogansi Global dan mengatakan permusuhan Amerika terhadap bangsa Iran adalah kebijakan permanen para pejabat Washington.
"Saya akan memberi tahu kalian bahwa AS tidak pernah berubah sejak bulan Aban tahun 1343 Hijriah Syamsiah. Selama masa itu, rezim yang ditunjuk oleh AS, mengirim Imam yang kita cintai (Imam Khomeini ra) ke pengasingan, mereka tidak pernah berubah sampai Aban 1398 yang merupakan masa sekarang," ungkapnya.
Menurut Rahbar, Amerika tetap Amerika yang sama. Mereka adalah serigala yang sama yang ada pada masa itu, mereka ada di Washington pada saat ini. Kediktatoran global dan internasional yang sama juga ada di AS dewasa ini.
"Di masa itu, AS adalah sebuah diktator internasional yang memiliki pasukan di berbagai belahan dunia. Gendarme dan tentara bayaran regionalnya adalah Mohammad Reza Pahlavi. Di bagian lain dunia, ada individu-individu lain. Saat ini kediktatoran yang sama tetap ada, tetapi dengan metode dan alat yang lebih baru. Tetap dengan sifat serigala yang sama, kediktatoran internasional yang sama, keburukan yang sama, dan tetap arogan yang sama sekali tidak mengenal batas. AS adalah tetap Amerika yang sama. AS hari ini tentu saja telah melemah. Mereka sudah lebih lemah dibandingkan dengan tahun 1343 HS, tetapi juga menjadi lebih buas dan lebih nekad. Inilah Amerika," paparnya.
Ayatullah Khamenei lebih lanjut menuturkan AS selalu memperlihatkan permusuhan terhadap Iran di sepanjang sejarah hubungan Washington-Tehran. Ini bahkan terjadi selama masa rezim despotik. Permusuhannya terhadap Iran sebelum revolusi melibatkan kudeta terhadap Doktor Mossadegh.
Dampak dari kudeta ini, AS secara penuh mengendalikan angkatan bersenjata, minyak, kebijakan, dan budaya bangsa Iran. Pasca kemenangan Revolusi Islam pada 1979, AS melanjutkan permusuhan terhadap rakyat Iran melalui ancaman, sanksi, gangguan, dan infiltrasi.
Rahbar menjelaskan bahwa beberapa orang mendistorsi sejarah, mereka percaya bahwa perselisihan antara Iran dan AS dimulai setelah peristiwa pendudukan sarang spionase AS.
"Konflik antara bangsa Iran dan AS dimulai sejak tanggal 28 Mordad dan bahkan sebelum itu. Pada 28 Mordad, perselisihan mencapai puncaknya. Mereka-lah yang bersikap pengecut dan licik. Lewat kudeta, mereka membuat rakyat Iran sengsara di bawah rezim yang korup dan dependen. Ini bukan masalah yang kecil!
Selama bertahun-tahun, negara kita diinjak-injak oleh rezim boneka Amerika. Jadi, titik awal permusuhan adalah 28 Mordad tahun 1332 HS (Agustus 1953) dan tentu saja, sebelum itu ada konspirasi tertentu juga. Para pejabat AS terjun ke arena dan melancarkan sebuah kudeta di negara merdeka terhadap pemerintahan nasional dan merakyat yang telah mempercayai AS. Washington kemudian memasang sebuah rezim yang korup, jahat, rezim yang menindas, dan kejam.
Pada masa itu bangsa Iran mengambil posisi yang realistis terhadap AS. Lihatlah bahwa Imam Khomeini ra berkata pada tahun 1342 HS – 10 tahun setelah kudeta 28 Mordad – bahwa bangsa Iran tidak membenci siapa pun di dunia lebih dari presiden AS. Dengan kata lain, Imam pada tahun 1342 HS mengenal rakyatnya, dan kondisinya memang seperti itu," kata Ayatullah Khamenei.
Rahbar memandang Revolusi Islam sebagai sebuah gerakan yang bertujuan melawan Amerika. Revolusi Islam di bawah kepemimpinan Imam Khomeini dan dengan partisipasi rakyat, telah menggulingkan rezim monarki despotik dan mendirikan Republik Islam.
"Slogan orang-orang dan kelompok yang turun ke jalan serta menempatkan diri mereka dalam bahaya adalah slogan-slogan anti-Amerika. Selama rentang waktu itu yakni dari 1357 sampai sekarang, AS melakukan apapun yang mereka bisa untuk menunjukkan permusuhannya terhadap bangsa Iran.
Tindakan itu termasuk kudeta, berusaha memecah wilayah Iran, blokade, dan sejenisnya. Kalian melihat bahwa AS telah melakukan apapun yang mereka bisa selama masa itu. AS menunjukkan permusuhannya terhadap bangsa Iran sebanyak yang mereka bisa.
Tentu saja kita juga tidak tinggal diam. Kita juga melakukan apapun yang kita bisa untuk melawan AS. Kita berhasil menyudutkan lawan di atas ring pada kesempatan tertentu dan mereka gagal membela diri. Ini sangat jelas dan seluruh dunia juga melihatnya," tambahnya.
Menurut Ayatullah Khamenei, cara terpenting Republik Islam dalam melawan konspirasi AS adalah menutup jalan baru infiltrasi politik mereka di Iran. Ketika dikatakan bahwa kita tidak boleh bernegosiasi, ini adalah salah satu alat untuk mencegah masuknya AS ke negara ini.
Tentu saja ini sangat menyakitkan bagi Amerika. Para pejabat AS yang sombong dan arogan, membuat para pemimpin negara dan pejabat negara lain merasa berkewajiban untuk duduk dan berbicara dengan mereka. Mereka bersikeras selama bertahun-tahun untuk bernegosiasi dengan para pemimpin Republik Islam dan Iran menolak melakukannya. Ini sangat sulit bagi AS.
Ini menandakan bahwa ada sebuah bangsa dan pemerintah di dunia yang tidak menerima dan menyerah pada kekuatan, arogansi, dan kediktatoran internasional Amerika, dan mereka menolak tunduk.
Larangan negosiasi ini bukan sekadar perilaku yang emosional. Ada logika yang kuat di baliknya yaitu menutup pintu untuk infiltrasi musuh. Ini menunjukkan kekuatan dan wibawa Republik Islam kepada dunia, dan membuat wibawa semu musuh runtuh di hadapan dunia, karena Iran tidak duduk di meja perundingan bersama mereka.
Ayatullah Khamenei menganggap perundingan dengan AS sebagai sebuah kesalahan besar, di mana masalah negara tidak akan terpecahkan. "Kehadiran kita di meja perundingan dan menerima negosiasi akan dianggap bahwa Republik Islam sudah bertekuk lutut. AS ingin mengatakan bahwa mereka akhirnya berhasil membuat Iran bertekuk lutut dengan sanksi berat sampai ia setuju duduk di meja perundingan dengan AS.
"AS ingin mengumumkan ini ke seluruh dunia. Mereka ingin membuktikan bahwa kebijakan tekanan maksimum adalah kebijakan yang benar, karena berhasil membawa Republik Islam ke meja perundingan. Saya memberitahu kalian, AS ingin mengatakan bahwa mereka tidak memberikan konsesi apapun kepada Iran.
Jika para pejabat Iran menunjukkan kenaifan dengan duduk di meja perundingan dengan AS, mereka pasti tidak akan mendapatkan apa-apa. Sanksi maupun tekanan tidak akan berkurang. Segera setelah Iran bernegosiasi dengan AS, tuntutan dan pemaksaan baru akan muncul. Sebagai contoh, mereka akan mendikte bahwa rudal kalian harus seperti ini, kita tidak boleh memiliki rudal dengan jangkauan melebihi 100 atau 150 kilometer.
Hari ini – berkat pertolongan Allah Swt – generasi muda kita membangun rudal yang tepat yang jangkauannya 2.000 kilometer. Dengan jangkauan 2.000 kilometer, mereka mampu mengenai setiap target dengan tingkat kesalahan satu meter. Nah, ini sangat sulit bagi mereka.
AS mengatakan bahwa kita harus menghancurkan rudal ini, jangkauan rudal-rudal kita tidak boleh melebihi 150 kilometer. Mereka mengajukan tuntutan ini. Jika kita menerima persyaratan ini, kita akan hancur. Jika kita menolaknya, ini akan menjadi kisah yang sama seperti yang kalian saksikan.
Mereka akan mulai mengatakan hal yang sama seperti yang mereka katakan hari ini bahwa pihak lain tidak akan memberikan konsesi kepada Anda," pungkas Ayatullah Khamenei.