AS dan Tanggung Jawab Teror Syahid Soleimani

Rate this item
(0 votes)
AS dan Tanggung Jawab Teror Syahid Soleimani

 

Komandan pasukan Quds IRGC, Letjen. Qasem Soleimani dan Abu Mahdi al-Muhandis, wakil keuta Hashd al-Shaabi bersama delapan orang lainnya gugur syahid Jumat (03/01/20) dini hari akibat serangan udara militer Amerika di dekat bandara udara Baghdad Irak.

Aksi teror dan dampaknya ini sebuah masalah yang mengharuskan pemerintah Amerika memberi jawaban.

Presiden Iran, Hassan Rouhani Sabtu (04/01) sore dalam kontak telepon dengan sejawatnya dari Turki, Recep Tayyip Erdogan seraya menekankan bahwa Republik Islam bukan pengobar tensi di kawasan mengatakan, "Jika Iran diam menyaksikan kejahatan Amerika ini, maka Washington akan melakukan kejahatan serupa di negara lain di kawasan."

Rouhani saat bertemu dengan Menteri Luar Negeri Qatar, Mohammad bin Abdulrahman Al Thani di Tehran menandaskan, seluruh negara kawasan dengan suara bulat harus mengutuk terorisme negara.

Menengok masa lalu menunjukkan bahwa ini bukan pertama kalinya Amerika melakukan kejahatan terorisme negara.

Pada Juli 1988, Amerika dalam sebuah kejahatan mengerikan, menembak jatuh sebuah pesawat komersial Iran untuk meraih ambisi busuknya di kawasan. Pesawat penumpang ini yang terbang dari Bandar Abbas menuju Dubai ditembak kapal USS Vincennes (CG-49) dengan dua rudal cruise dan seluruh penumpang pesawat naas ini tewas.

Pemerintah Amerika tak lama setelah insiden ini, dengan klaim palsu, menyatakan bahwa serangan tersebut dalam koridor membela diri. Kebohongan Amerika pada akhirnya terkuak. Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada Desember 1988 di laporannya mengumumkan, kapal USS Vincennes ketika menembakkan rudal ini seraya melanggar hukum internasional sepenuhnya di wilayah perairan Iran.

Majalah Vice cetakan Amerika seraya mengungkapkan sebuah dokumen pada 22 Juli 2014 menulis, "Dokumen ini menunjukkan bahwa Presiden AS saat itu, Ronald Reagen dan Perdana Menteri Inggris Margaret Teacher dalam sebuah surat meminta masing-masing untuk mengarahkan tanggung jawab serangan ke pesawat sipil ini kepada

Iran dengan cara apapun. Mereka dalam suratnya tersebut menekankan statemen resmi harus dirilis sedemikan rupa sehingga menunjukkan bahwa AS melakukan serangan ini untuk membela diri."

Kini Presiden AS, Donald Trump untuk menjustifikasi instruksi langsungnya meneror seorang petinggimiliter Iran di Irak, juga melakukan kebohongan serupa dan dengan dalih usang berusaha menjustifikasi aksi teror dan pelanggaran kedaulatan nasional Irak ini dalam bentuk skenario aksi preemptive dari perang di kawasan.

Namun sejauh mana kejahatan ini dan sampai kapan akan berlanjut? Apakahan kejahatan tanpa balasan dan hukuman, bukannya malah membuat AS semakin congkak dan agresif?

Republik Islam Iran tidak dapat menutup mata atas apa yang terjadi. Pastinya Tehran akan menuntut balas atas aksi teror Amerika serta balasan tersebut pasti sangat keras.

Poin lain adalah seluruh negara kawasan harus sampai pada kesimpulan bahwa selama Amerika bercokol di kawasan, berbagai negara regional tidak akan pernah aman dan tenang.

Brigjen. Hossein Salami, Komandan IRGC tekait hal ini menekankan, teror Letjen Soleimnai sebuah titik awal bagi berakhirnya kehadiran AS di kawasan dan front muqawama sejak sebelumnya selain mengejar cita-citanya juga akan membalas darah yang tertumpah secara zalim para komandan mereka yang gugur.

Iran demi menjaga keamanan kawasan berjuang sekuat tenaga dan gugurnya Letjen Qasem Soleimani yang memainkan peran besar dalam melawan teroris di kawasan, sebuah simbol resistensi dan tekad kuat Iran untuk melanjutkan jalan penuh kebanggaan ini.

Oleh karena itu, berbeda dengan apa yang diungkapkan oleh sebagian pengamat, jalan Syahid Soleimani akan dilanjutkan dengan gigih dan tidak ada keraguan di dalamnya.

Komandan baru pasukan Quds IRGC, Ismail Qaani
Seperti yang terjadi beberapa jam setelah gugurnya Syahid Soleimani, Pemimpin Besar Revolusi Islam, Ayatullah Sayid Ali Khamenei langsung menunjuk Mayjen. Ismail Qaani sebagai pengganti Syahid Soleimani. Ismail Qaani termasuk komandan senior di Sepah Pasdaran selama era perang pertahanan suci dan selama bertahun-tahun menjadi anggota pasukan Quds di samping Syahid Soleimani.

Di pelantikan ini ditekankan, program pasukan Quds saat ini sama seperti era Syahid Soleimani.

Read 726 times