Perdana Menteri Hamas di Jalur Gaza, Ismail Haniyeh mengatakan jika rezim Zionis Israel berkomitmen pada kesepakatan gencatan senjata, maka faksi-faksi Palestina juga akan mematuhinya.
Israel dan Palestina siap melakukan gencatan senjata yang dapat mencegah perang baru di Gaza setelah terjadi bentrok senjata selama lima hari. Kesepakatan yang diprakarsai Mesir itu, berisi peringatan yang disampaikan kedua belah pihak bahwa mereka siap melakukan perang lagi jika mereka diserang.
Haniyeh saat melakukan kunjungan rahasia ke sebuah rumah sakit untuk melihat warga Palestina yang luka-luka, mengatakan pejuang Palestina menunjukkan rasa tanggung jawab yang besar dan akan menghormati kesepakatan gencatan senjata jika Israel juga mematuhinya. Dia juga menegaskan hak kelompok pejuang Palestina untuk membalas serangan brutal Israel ke Gaza.
Pada kesempatan itu, Haniyeh menginformasikan beberapa upaya regional untuk mengakhiri serangan Israel, namun ia tidak merinci upaya itu. Seraya mengutuk serangan Zionis ke Gaza, Haniyeh menandaskan serangan pasukan penjajah tidak akan memadamkan tekad bangsa Palestina dan juga tidak akan mematahkan perjuangan dan perlawanan untuk mencegah serangan brutal Zionis.
Kelompok-kelompok pejuang di Jalur Gaza dalam sebuah pertemuan juga menilai resistensi sebagai hak legal bangsa Palestina dan mereka menuntut setiap kesepakatan gencatan senjata dengan Israel harus menghentikan secara penuh serangan Zionis ke wilayah blokade itu.
Dalam sebuah pernyataan yang dibacakan oleh Sami Abu Zuhir, juru bicara Hamas, kelompok pejuang menegaskan bahwa Tel Aviv harus bertanggung jawab atas seluruh kejahatan rutin mereka terhadap warga Palestina dan dampak-dampak akibat serangan itu. Pejuang Palestina akan terus membalas sampai Israel menghentikan agresinya. Mereka juga menyerukan kepada masyarakat internasional agar mengambil langkah-langkah serius dan segera guna menghentikan manuver-manuver Zionis.
Kelompok pejuang Palestina beberapa hari lalu telah memberi respon mematikan terhadap aksi brutal Israel. Selama ini, Israel dikenal tidak pernah komitmen terhadap kesepakatan gencatan senjata dan senantiasa menilai langkah itu sebagai strategi untuk menyusun kekuatan baru guna menyerang kembali bangsa Palestina. Oleh karena itu, Tel Aviv tidak pernah mematuhi setiap kesepakatan yang telah mereka tandatangani sendiri.
Saat ini, Israel melihat posisinya dalam bahaya setelah menerima tembakan ratusan roket dari pejuang Palestina. Beberapa pejabat Zionis bahkan bersedia membahas masalah gencatan senjata sekaligus tidak mengesampingkan serangan menyeluruh ke Gaza.
Sikap kontrakdiktif para pejabat Israel semakin memperjelas inkonsistensi mereka terhadap mekanisme untuk menciptakan perdamaian dan keamanan di kawasan. Mereka hanya memanfaatkan isu perdamaian untuk tampil sebagai rezim cinta damai.
Meski demikian, para analis menilai kesediaan kelompok pejuang Palestina untuk gencatan senjata dan itupun di tengah kesiapan mereka untuk bertempur sebagai indikasi dari itikad baik Palestina terkait upaya-upaya regional dan internasional untuk mewujudkan perdamaian. (IRIB Indonesia/RM/NA)