Kisah Abu Nawas; Dunia ini adalah tempat persinggahan yang sementara. Mempunyai harta banyak tidak di larang dalam agama Islam. Namun mencintai harta dan melupakan Tuhan lah yang sangat hina dalam agama Islam.
Suatu ketika Abu Nawas dipanggil oleh Raja Harun Al Rasyid di istana kerajaan dan terjadilah percakapan di antara keduanya.
Rupanya kali ini Abu Nawas sedang memperingatkan rajanya perihal harta dunia yang tidak akan dibawa mati ke kuburan karena Abu Nawas mengetahui jika baginda ingin menjadikan ia sebagai saudara dengan memberikan banyak hadiah dan fasilitas kepada Abu Nawas.
Baca juga: Rahasia Alam Semesta; Delapan Jenis Kunci Surga
Sesampainya di istana kerajaan, Abu Nawas dengan santainya langsung menegur baginda raja tanpa basa-basi terlebih dahulu.
“Wahai Amirul Mukminin, bagaimana nanti jika Allah swt menghadapkan Anda di hadapan-Nya, lalu meminta pertanggungjawaban Anda tentang lalat hitam, burung kenari dan kulit ari.” Kata Abu Nawas kepada Raja Harun.
Begitu mendengar penuturan Abu Nawas yang tiba-tiba itu, menyebabkan Raja Harun Al Rasyid sedih, sehingga menangis tersedu-sedu. Melihat rajanya bersedih, salah seorang kepala pengawal segera bertindak dengan memarahi Abu Nawas.
“Wahai Abu Nawas, engkau diamlah, engkau telah menyakiti hati sang Raja!” Bentak kepala pengawal kerajaan kepada Abu Nawas.
“Biarkan dia!” Kata Raja Harun.
“Sebenarnya yang merusak dan menyakiti itu Anda”, kata Abu Nawas dengan berani.
“Begini Abu Nawas, saya ingin mengikat tali persaudaraan denganmu dengan pemberian fasilitas dan hadiah-hadiah.” Kata Raja Harun Al Rasyid.
“Kembalikan saja semua harta ketempat semula yang hendak paduka berikan kepada hamba”, jawab Abu Nawas.
“Lalu bagaimana dengan kebutuhanmu?” Tanya Raja Harun.
“Aku ingin Anda tidak melihatku dan akupun tidak melihat paduka. Ketahuilah wahai Amirul Mukminin, Aiman bin Nail dari Qudamah bin Abdullah al-Kalaby pernah berkata, Aku telah melihat Rasululah SAW melempar jumrah Aqabah di atas ontanya yang kemerah-merahan, tanpa ada pukulan dan tidak pula dengan pengusiran.” Jawab Abu Nawas.
Setelah berkata demikian, Abu Nawas pun segera meninggalkan istana.
Wahai pembaca yang budiman! Dunia ini adalah tempat persinggahan yang sementara. Mempunyai harta banyak tidak di larang dalam agama Islam. Namun mencintai harta dan melupakan Tuhan lah yang sangat hina dalam agama Islam. Jika kita mempunyai harta yang banyak, jangan lupa untuk menyisihkan dan membelanjakan harta kita di jalan Islam seperti halnya yang dilakukan oleh Bunda Siti Khadijah.