Suatu ketika Abu Nawas menerima undangan untuk sebuah jamuan makan malam oleh baginda. Dalam undangan tersebut, ia diminta untuk berpidato mengisi acara jamuan dengan tausyiah agama.
Abu Nawas datang ke istana lebih awal menghadiri undangan baginda. karena itu, Abu Nawas dipersilahkan duduk di bagian depan. Di depan, ia seakan-akan seperti menjadi tamu yang sangat istimewa.
Baca juga: Kisah Abu Nawas; Sandal Ajaib
Beberapa saat kemudian, para undangan yang lain mulai berdatangan satu per satu langsung menempati kursi-kursi yang disediakan. Kemudian, menyusul para pejabat kerajaan yang datang dan langsung menuju kursi yang paling depan. Akan tetapi, salah seorang pejabat yang hadir sedikit terlambat sangat terkejut melihat kursi paling depan sudah penuh dan salahsatunya sudah diisi oleh Abu Nawas.
pejabat tersebut langsung protes keras pada panitia penyelenggara makan malam.
“Kenapa saya yang lebih terhormat berada di belakang dan justru Abu Nawas yang hanya rakyat biasa berada di depan?” Protes pejabat tersebut.
“Tuan seharusnya menanyakan langsung kepada Abu Nawas sendiri?” Kata salah seorang panitia.
Karena merasa posisinya disamakan dengan orang biasa, pejabat tersebut tidak terima. Ia berjalan ke depan menghampiri Abu Nawas kemudian berbisik padanya bahwa yang pantas duduk di kursi itu adalah dirinya yang merupakan pejabat kerajaan terhormat.
“Wahai Abu Nawas, kamu tidak pantas duduk di sini, karena kursi depan seharusnya diisi oleh pejabat seperti saya.” Tegas pejabat itu dengan sombong.
Mendengar teguran pejabat yang merendahkannya, Abu Nawas membela diri. Maka terjadilah perdebatan diantara mereka, hingga para tamu lain juga mendengarnya.
“Saudara pejabat yang terhormat, pada kenyataannya Anda itu tidak lebih dari seorang pesulap,” kata Abu Nawas mulai angkat bicara.
“Wah, tidak bisa begitu, saya adalah pejabat kerajaan bukan pesulap. Engkau yang pesulap,” Cetus pejabat tersebut.
Semua tamu yang hadir dibuat tegang dan tertuju pada mereka berdua.
“Sekalipun saya adalah pesulap, tapi ketika naik panggung, saya bisa bertindak sesuai janji. Saat saya berjanji mengubah sapu tangan menjadi kelinci, maka bim salabim, sapu tangan itu benar-benar berubah menjadi kelinci.” Kata Abu Nawas.
“Apa maksudmu? Apa hubungannya denganku?” Tanya pejabat.
“Anda seperti seorang pesulap yang gagal di atas panggung, berjanji mengubah bunga menjadi kelinci tapi anda tidak berhasil mewujudkannya !!? Kata Abu Nawas yang membuat suasana semakin panas.
“Apa maksudmu?” Tanya pejabat itu marah.
“Sebelum menjadi pejabat Anda berjanji akan merubah nasib rakyat kecil menjadi lebih baik. Tapi, setelah menjadi pejabat, keadaan rakyat kecil sama saja seperti sebelum Anda menjadi penjabat.” Jelas Abu Nawas.
Wajah Pejabat tersebut menjadi merah, ia diam terdunduk dipermalukan Abu Nawas di depan para tamu yang hadir. Abu Nawas kembali bertanya padanya,
“Nah, kalau begitu, mana yang lebih lebih pantas duduk di sini?” Tanya Abu Nawas kembali.
Pejabat tersebut tidak menjawab pertanyaan Abu Nawas, Dengan perasaan kesal dan malu pejabat itu langsung beranja meninggalkan Abu Nawas dan duduk di belakang.