Kisah Abu Nawas; Menjebak Pencuri

Rate this item
(0 votes)
Kisah Abu Nawas; Menjebak Pencuri

 

Pada zaman dahulu orang berpikir dengan cara yang amat sederhana. Dan karena kesederhanaan berpikir ini seorang pencuri yang telah berhasil menggondol seratus keping lebih uang emas milik seorang saudagar kaya tidak sudi menyerah.

Hakim telah berusaha keres dengan berbagai cara tetapi tidak berhasil menemukan pencurinya. Karena merasa putus asa pemilik harta itu mengumumkan kepada siapa saja yang telah mencuri harta milikny merelakan separo dari jumlah uang emas itu menjadi milik sang pencuri bila sang pencuri bersedia mengembalikannya. Tetapi pencuri itu malah tidak berani menampakkan bayangannya.

Kini kasus itu semakin ruet tanpa penyelesaian yang jelas. Maksud baik saudagar kaya itu tidak mendapat tanggapan-tanggapan yang sepantasnya dari sang pencuri. Maka tidak bisa disalahkan jika saudagar itu mengadakan sayembara yang berisi barang siapa yang berhasil menemukan pencuri uang emasnya, ia berhak sepenuhnya memiliki harta yang dicuri.

Tidak sedikit orang yang mencoba tetapi semuanya kandas. Sehingga pencuri itu bertambah merasa aman tenteran karena ia yakin jati dirinya tak akan terjangkau. Yang lebih menjengkelkan adalah ia berpura-pura mengikuti sayembara. Tidak berlebihan bila dikatakan bahwa menghadapi orang seperti ini bagaikan menghadapi jin. Mereka tahu kita, sedang kita tidak. Seorang penduduk berkata kepada hakim tersebut.

Mengapa tuan hakim tidak minta bantuan Abu Nawas saja?

Bukankah Abu Nawas sedang tidak ada di tempat?  Kata hakim itu balik bertanya.

Kemana dia?  Tanya orang itu.

Ke Damakus?  Jawab hakim.

Untuk keperluan apa?  Orang itu ingin tahu.

Memenuhi undangan pangeran negeri itu? Kata hakim.

Kapan ia kembali?  Tanya orang itu lagi.

Mungkin dua hari lagi?  Jawab hakim.

Kini harapan tertumpu sepenuhnya di atas pundak Abu Nawas.

Pencuri yang selama ini merasa aman sekarang menjadi resah dan tertekan. Ia merencanakan meninggalkan kampung halaman dengan membawa serta uang emas hasil curiannya. Tetapi ia membatalkan niat karena dengan menyingkir keluar daerah sama halnya dengan membuka topengnya sendiri. Ia lalu bertekad tetap tinggal apapun yang akan terjadi.

Abu Nawas telah kembali ke Baghdad karena tugasnya telah selesai. Abu Nawas menerima tawaran mengikuti sayembara menemukan pencuri uang emas. Hati pencuri uang emas itu tambah berdebar tak karuan mendengar Abu Nawas menyiapkan siasat.

Kesesokan harinya semua penduduk dusun diharuskan berkumpul di depan gedung pengadilan. Abu Nawas hadir dengan membawa tongkat dalam jumlah besar. Tongkat-tongkat itu mempunyai ukuran yang sama panjang. Tanpa berkata-kata Abu Nawas membagi-bagikan tongkat-tongkat yang dibawa dari rumahnya.

Setelah masing-masing mendapat satu tongkat, Abu Nawas berpidato, ?Tongkat-tongkat itu telah aku mantrai. Besok pagi kalian harus menyerahkan kembali tongkat yang telah aku bagikan. Jangan khawatir, tongkat yang dipegang oleh pencuri selama ini menyembunyikan diri akan bertambah panjang satu jari telunjuk. Sekarang pulanglah kalian?

Orang-orang yang merasa tidak mencuri tentu tidak mempunyai pikiran apa-apa. Tetapi sebaliknya, si pencuri uang emas itu merasa ketakutan. Ia tidak bisa memejamkan mata walaupun malam semakin larut. Ia terus berpikir keras. Kemudian ia memutuskan memotong tongkatanya sepanjang satu jari telunjuk dengan begitu tongkatnya akan tetap kelihatan seperti ukuran semula.

Pagi hari orang mulai berkumpul di depan gedung pengadilan. Pencuri itu mersa tenang karena ia yakin tongkatnya tidak akan bisa diketahui karena ia telah memotongnya sepanjang satu jari telunjuk. Bukankah tongkat si pencuri akan bertambah panjang satu jari telunjuk? Ia memuji kecerdiakan diri sendiri karena ia ternyata akan bisa mengelabui Abu Nawas.

Antrian panjang mulai terbentuk. Abu Nawas memeriksa tongkat yang dibagikan kemarin. Pada giliran si pencuri tiba Abu Nawas segera mengetahui karena tongkat yang dibawanya bertambah pendek satu jari telunjuk. Abu Nawas tahu pencuri itu pasti melakukan pemotongan pada tongkatnya karena ia takut tongkatnya bertambah panjang.

Pencuri itu diadili dan dihukum sesuai dengan kesalahanya. Seratus keping lebih uang emas kini berpindah ketangan Abu Nawas. Tetapi Abu Nawas tetap bijaksana, sebagian dari hadiah itu diserahkan kembali kepada keluarga si pencuri, sebagian lagi untuk orang-orang miskin dan sisanya untuk keluarga Abu Nawas sendiri.

Read 1203 times