Sekelompok masyarakat Hijaz di zaman jahiliah mengubur hidup-hidup anak perempuannya. Karena mereka menganggapnya sebagai sumber kehinaan dan kerendahan. Bertahun-tahun lamanya, akhirnya Rasulullah Saw berhasil menghilangkan kebiasaan salah kaum ini. Meski demikian, ada orang-orang yang baginya sulit untuk meninggalkan adat istiadat yang salah ini.
Seorang lelaki duduk di sisi Rasulullah. Datanglah seorang lelaki dan membisikkan sesuatu kepadanya. Tiba-tiba wajahnya berubah dan ia menjadi cemberut.
Rasulullah Saw berkata, “Hai lelaki! Apa yang terjadi sehingga engaku menjadi sedih?!”
Lelaki itu menjawab, “Istriku hamil. Baru saja lelaki ini membisikkan ke telingaku bahwa istriku telah melahirkan seorang anak perempuan.”
Rasulullah Saw berkata, “Mengapa engkau bersedih? Bumilah yang akan menahan bebannya. Langit yang akan menaunginya. Allah yang akan memberikan rezekinya. Anak perempuan bak seonggok bunga yang kau cium baunya dan karenanya Allah akan memberikan rezekinya yang halal padamu.”
Imam Ali menukil dari Rasulullah Saw dan berkata, “Barang siapa yang mengasuh tiga anak perempuan, maka ia akan diberi tiga taman di surga dan masing-masing dari taman itu lebih besar dari dunia dan seluruh isinya.”
Sikap Lembut Ini Untuk Apa?
Rasulullah Saw dan istrinya Aisyah duduk di suatu tempat. Seorang lelaki Yahudi lewat di sampingnya. Dengan nada biadab berkata, “Saamun alaikum”. Tujuan dia melakukan hal ini adalah untuk mengejek etika bergaul umat Islam. Aisyah marah melihat sikap biadab ini. namun Rasulullah Saw dengan lembut menjawab lelaki Yahudi itu dengan ucapan, “Alaika”
Setelah itu lelaki Yahudi lainnya lewat di situ dan berkata, “Saamun alaikum”
Dengan demikian jelas bahwa perbuatan biadab dua orang ini sudah direncanakan sebelumnya. Namun Rasulullah tetap bersikap baik dan tidak mengucapkan apa-apa selain “Alaika”. Beliau tidak menunjukkan sikap kasar pada keduanya. Ternyata ada lagi lelaki Yahudi ketiga yang lewat di tempat itu dan mengulangi lagi sikap biadab itu.
Kali ini Aisyah berpikir bahwa Rasulullah akan memberikan jawaban telak kepada ketiga lelaki Yahudi yang kurang ajar ini. Namun Rasulullah dengan lembut menjawab, “Alaika”.
Aisyah benar-benar marah melihat kelembutan sikap suaminya seraya berkata, “Wahai Rasulullah! Bukankah engkau telah melihat mereka telah bersikap biadab kepada Anda? Lalu sikap-sikap lembut ini untuk apa?”
Rasulullah Saw bersabda, “Hai Aisyah tenanglah! Bila umpatan dan cacian itu berbentuk benda padat, rupanya sangat jelek dan buruk dan menyebabkan seseorang merasa malu dan terhina. Tapi sikap yang lembut dan ucapan yang bagus akan menambah kewibawaan dan kepribadian manusia dan dia tampak rapi dan tampan.”
Kemudian bersabda, “Bila mereka telah bersikap biadab terhadapku, saya telah mengembalikan kebiadabannya kepada diri mereka sendiri dengan ucapan “Alaika”.
Menentang Godaan Para Istri
Dengan berakhirnya perang antara kaum Muslimin dengan Bani Quraidhah, banyak ghanimah yang didapatkan oleh umat Islam.
Menyaksikan kondisi seperti ini, para istri Rasulullah mulai merasa tamak dan kepada Rasulullah mereka berkata, “Sebagian besar dari ghanimah ini adalah milik Anda. Karena Anda sebagai pemimpin umat Islam dan komandan perang mereka. Bawalah ke rumah ghanimah tersebut supaya bisa mengubah kehidupan kita.”
Rasulullah Saw benar-benar menentang keinginan hawa nafsu para istrinya ini dan bersabda, “Saya sebagai pemimpin kaum Muslimin harus hidup tanpa kemewahan dan sederhana, supaya orang-orang miskin dan papah tidak merasa rendah dan lemah.”
Kembalilah dan Amalkan Ucapan Kalian!
Hudzaifah dan ayahnya “Yaman” baru saja masuk Islam. Perang Badar pun mulai terjadi. Kedua orang ini ingin sekali ikut serta di sisi Rasulullah Saw dalam perang ini. Namun keduanya tidak bisa. Yang menarik adalah kedua orang ini dengan susah payah datang ke medan perang Badar. Namun Rasulullah Saw tidak mengizinkan keduanya untuk berperang.
Kejadiannya adalah ayah dan putranya ini setelah masuk Islam, keluar dari kabilahnya untuk ikut serta berperang. Ketika penduduk Mekah tahu bahwa keluarnya mereka dari kota Mekah karena untuk bergabung dengan pasukan Rasulullah, maka mereka mencegah dua orang ini dan tidak mengizinkan keduanya keluar kota.
Hudzaifah dan ayahnya berbohong untuk melepaskan dirinya dari tangan orang-orang Musyrik. Yakni, keduanya keluar kota untuk urusan lain seraya berkata, “Percayalah, kami tidak akan bergabung dengan Muhammad dan para sahabatnya.” Itulah mengapa keduanya diizinkan untuk keluar dari kota Mekah. Akhirnya keduanya keluar dan dengan senang mereka menemui Rasulullah dan menceritakan kejadian yang ada. Namun Rasulullah Saw bersabda, “Kembalilah ke kotamu dan jangan melanggar janji. Mereka telah mempercayai kalian. Oleh karena itu kalian tidak berhak menjadikan mereka curiga.”
Dengan takjub ayah dan putra berkata, “Wahai Rasulullah! Kami datang untuk membantu Anda dan kami ingin berada di sisi Anda.”
Rasulullah bersabda, “Sebagaimana yang saya katakan, kembalilah! Insyaallah Allah akan membantu kami di hadapan orang-orang Quraiys.” (Emi Nur Hayati)
Sumber: “Sad Pand va Hekayat” Nabi Muhammad Saw.