Masalah bepergian dalam agama Islam mendapat perhatian penting. Allah Swt dalam al-Quran memerintahkan manusia agar bepergian. Karena banyak hal yang dapat dipelajari dalam bepergian. Begitu juga yang ditekankan oleh ayat-ayat al-Quran. Salah satu penekanan al-Quran disebutkan dalam surat al-An’am ayat 11, Allah Swt berfirman, “Katakanlah, “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu.”
Istilah bepergian diambil dari bahasa Arab, Safar. Pada intinya berarti mengungkap tabir dan menyingkap tirai. Tabir yang berasal dari luar. Raghib Isfahani menulis, “Safara al-‘Imamata ‘an ar-Ra’si wa al-Khimar ‘an al-Wajhi”. Menyingkirkan sorban dari kepala dan penutup dari wajah.
Bepergian atau Safar ini juga dibahas dalam ilmu Fiqih dan orang yang melakukannya disebut Musafir. Pembahasannya terkait seseorang yang mukim kemudian melakukan perjalanan ke suatu tempat. Ada aturan tentang niat bepergian dari Musafir, jarak perjalanan dan lama tinggal di tempat tujuan.
Namun yang akan dibahas di sini terkait substansi bepergian menurut ulama akhlak. Faidh Kasyani, seorang ulama akhlak dalam karyanya al-Mahajjah al-Baidha’ menulis tentang bepergian sebagai berikut:
“Dengan melakukan perjalanan, manusia akan terbebaskan dari apa yang ditakutinya dan akan meraih apa yang diinginkannya.”[1]
Faidh Kasyani telah menyinggung poin penting terkait bepergian. Perjalanan mengubah sesuatu yang negatif menjadi positif dan meraih apa yang diinginkan. Bepergian menjauhkan rasa takut dari dirinya dan menggantikannya dengan sesuatu yang diinginkannya. Bepergian mengajarkan manusia menjauhkan diri dari urusan yang tidak biasa dan menggantikannya dengan hal-hal yang dapat mengantarkannya kepada kesempurnaan.
Bepergian Menurut Al-Quran dan Hadis
Ketika seseorang melangkahkan kakinya keluar dari rumah atau kotanya, ia akan merasakan manfaat yang banyak. Manfaat itu akan semakin bertambah, bila perjalanan ini dibarengi dengan niat baik dan punya tujuan spiritual. Sedemikian pentingnya, sehingga al-Quran berkali-kali mewasiatkan manusia untuk melakukan perjalanan. Menyaksikan tanda-tanda kebesaran Allah dan memikirkan akibat yang dialami oleh bangsa-bangsa terdahulu merupakan berkah yang ada dalam perjalanan.
Berikut ini tiga ayat al-Quran yang menekankan pentingnya bepergian.
1. Katakanlah, “Berjalanlah di muka bumi, kemudian perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang mendustakan itu”.[2]
2. Katakanlah, “Berjalanlah kamu (di muka) bumi, lalu perhatikanlah bagaimana akibat orang-orang yang berdosa”.[3]
3. Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul).[4]
Selain manfaat yang disebutkan al-Quran, masih banyak manfaat lainnya bepergian menurut Hadis seperti berikut:
1. Kesegaran
Bepergian terbukti punya peran penting dan positif bagi kesehatan jiwa dan badan manusia. Perubahan cuaca dan suasana sangat membantu bagi kesehatan manusia. Ketika jiwa manusia gembira dengan kondisi baru, dengan sendiri badannya juga membaik dan lebih segar.
Rasulullah Saw bersabda, “Safiru Tashihhu.” Bepergianlah sehingga kalian sehat.[5]
2. Kematangan
Tidak dapat dipungkiri bahwa banyak melakukan perjalanan dapat menumbuhkembangkan rasio seseorang. Karena siapa saja yang bepergian akan menyaksikan pemandangan yang indah, memahami cara pandang dan berpikir orang di kota lain dan mengetahui kelebihan dan kekurangan sebuah masyarakat. Pengenalan ini sangat membantu pertumbuhan cara berpikir seseorang tanpa harus membuka buku-buku yang tebal dan melelahkan.
Rasulullah Saw dengan indah mengingatkan kita akan pentingnya bepergian. Beliau bersabda, “Safiru, Fainnakum in Lam Taghnamu Malan, Ufidtum Aqlan.” Bepergianlah. Sesungguhnya bila dalam perjalanan itu kalian tidak mendapatkan harta, setidaknya pengetahuan kalian bertambah.[6]
3. Pelajaran
Bepergian membuat manusia mengenal nasib dan peninggalan orang-orang sebelumnya. Sejatinya, pengenalan ini merupakan guru palling penting bagi manusia. Karena perjalanan merupakan satu upaya manusia mengkaji perilaku masyarakat sebelumnya, dimana sejarah menuliskan kembali nasib mereka. Inilah pelajaran terbesar yang disampaikan berulang kali oleh al-Quran.
Maka tidakkah mereka bepergian di muka bumi lalu melihat bagaimana kesudahan orang-orang sebelum mereka (yang mendustakan rasul) dan sesungguhnya kampung akhirat adalah lebih baik bagi orang-orang yang bertakwa. Maka tidakkah kamu memikirkannya?[7]
4. Kesabaran
Bepergian mengajarkan manusia untuk lebih sabar menghadapi segala kesulitan, sehingga mampu menaklukkannya. Karena siapa pun yang bepergian bakal menghadapi banyak kesulitan, dan untuk mengatasinya dibutuhkan kesabaran yang luar biasa. Dengan demikian, menghadapi masalah untuk sementara waktu merupakan latihan yang tepat bagi setiap orang untuk berpartisipasi dalam kehidupan bermasyarakat.
5. Persahabatan
Persahabatan dua orang atau lebih dapat diuji dari perjalanan bersama yang dilakukan. Bepergian memberikan kesempatan kepada seseorang untuk saling menguji satu sama lainnya, sehingga dapat mengetahui kadar loyalitas dan persahabatan. Itulah mengapa Imam Ali as berkata, “As-Safaru Mizan al-Akhlak.” Bepergian parameter akhlak.[8]
Imam Shadiq as berkata, “Jangan sebut orang itu temanmu sebelum mengujinya dengan tiga hal; Perhatikan kemarahannya apakah membawanya dari kebenaran kepada kebatilan? Ujilah dengan uang dinar atau dirham. Dan ketiga, bepergianlah bersamanya.”[9]
Dalam ucapannya, Imam Shadiq as menekankan bahwa bepergian dapat menjadi parameter untuk menilai seorang sahabat yang hakiki.
6. Keuntungan
Tak diragukan bahwa dalam bepergian, selain manfaat maknawi yang didapat, terkadang juga menguntungkan secara materi. Ekonomi dunia berkembang lewat perdagangan. Artinya terjadi perjalanan dari satu daerah ke daerah yang lain begitu juga dari satu negara ke negara yang lain. Dalam ajaran Islam juga ditekankan kepada manusia agar ke luar rumah dan berusaha keras. Karena tidak mungkin hanya diam di rumah dan menanti nikmat materi dan non materi dari Allah Swt.
Al-Quran dalam surat al-Jumuah ayat 10 punya pentakbiran yang sangat indah terkait masalah ini. Manusia hendaklah bertebaran di muka bumi agar mendapat nikmat ilahi dan caranya adalah dengan berdagang. Allah Swt berfirman, “Maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.”
Rasulullah Saw bersabda, “Safiru, Tashihhu wa Taghnamu.” Bepergianlah, sehingga sehat dan kaya.[10]
Begitu pula Imam Shadiq meriwayatkan dari ayahnya begitu seterusnya hingga Rasulullah Saw, “Safiru Tashihhu wa Turzaqu.” Bepergianlah, sehingga sehat dan mendapat rezeki.[11]
Manfaat bepergian tidak dapat dibatasi dengan penjelasan ini. Dalam pembahasan selanjutnya tentang bepergian dalam Islam, kita akan menemukan banyak manfaat lain. Namun berikut ini sedikit penjelasan tentang bepergian dalam Islam agar dapat dipahami pentingnya masalah ini.
Rasulullah Saw bersabda, “Allah menyayangi para musafir.” Dan dalam banyak tempat, Rasulullah senantiasa menyebut kasih sayang Allah kepada orang yang bepergian. Dengan demikian dapat dipahami bahwa bila bepergian dengan niat yang baik dan sesuai dengan syariat bakal menurunkan rahmat Allah.
Rasulullah Saw bersabda, “Bila manusia mengetahui rahmat Allah kepada musafir, maka mereka segera bergegas untuk melakukan perjalanan. Sesungguhnya Allah sangat mengasihi musafir.”[12]
Dalam sebuah hadis lain disebutkan, “Barang siapa yang menolong seorang musafir mukmin, Allah Swt akan menghilangkan 73 kesedihan darinya, melindunginya dari kegalauan baik di dunia dan akhirat dan menolongnya dari kesedihan besar di hari ketika orang zalim menggigit jarinya.”[13]
Banyak juga penekanan kepada mereka yang bepergian agar saling memperhatikan dan membantu satu dengan yang lain. Penekanan khusus ini semakin menunjukkan posisi penting bepergian dalam Islam.
Rasulullah Saw bersabda, “Ketika dua orang berjalan bersama, maka yang paling mendapat pahala lebih banyak dan lebih dicintai Allah adalah yang paling memperhatikan dan mengasihi temannya.”[14]
Banyak sekali riwayat yang menjelaskan masalah ini. Membantu seorang mukmin memiliki nilai yang tinggi di sisi Allah. Sekalipun riwayat ini tidak memuat kata safar dan musafir, tapi termasuk dalam sistem nilai membantu orang lain yang sangat ditekankan Islam. (Saleh Lapadi)
Sumber: Ayin Safar; Qommi, Sayed Asgar Nazemzadeh, Bostan Ketab, cet 3, 1386 HS.
[1] . Al-Mahajjah al-Baidha’, jilid 4, hal 39.
[2] . QS: Al-An’am: 11
[3] . QS: An-Naml: 69.
[4] . QS: Yusuf: 109.
[5] . Al-‘Iqd al-Farid, jilid 6, hal 271. Bihar al-Anwar, jilid 76, hal 221.
[6] . Makarim al-Akhlak, hal 240.
[7] . QS: Yusuf: 109.
[8] . Ibnu Abi al-Hadid, Syarah Nahj al-Balaghah, jilid 2, hal 296.
[9] . Bihar al-Anwar, jilid 74 hal 180.
[10] . Kanz al-Ummal, hal 701, hadis 17470. Bihar al-Anwar, jilid 62, hal 267.
[11] . Kanz al-Ummal, hal 701, hadis 17469.
[12] . Majmu’eh Warram, jilid 2, hal 33.
[13] . Makarim al-Akhlak, hal 266.
[14] . Wasail as-Syiah, jilid 8, hal 492. Al-Mahajjah al-Baidha’, jilid 4, hal 60.