Islam dan Gaya Hidup (1)

Rate this item
(1 Vote)
Islam dan Gaya Hidup (1)

 

Persoalan gaya hidup menjadi perhatian penting ajaran agama, di mana Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah Sayid Ali Khamenei menilai pentingnya memperhatikan gaya hidup dan hal ini termasuk dari urgensitas masyarakat Muslim.

Ajaran Islam – yang berasal dari al-Quran, sunnah Nabi Saw, dan Ahlul Bait as – merupakan jalan terang untuk meraih keberuntungan di dunia dan akhirat. Di era modern, gaya hidup Islami dapat menjadi solusi efektif untuk melawan serangan budaya Barat di tengah umat. Meneladani gaya hidup Islami dapat menjadi momentum untuk menghidupkan peradaban Islam dan kemajuan seluruh kaum Muslim.

Menurut Ayatullah Khamenei, setiap peradaban memiliki dua komponen utama dan penunjang. Bagian utama peradaban berhubungan dengan gaya hidup, sementara bagian penunjang terkait dengan kemajuan sains, teknologi, dan ekonomi.

"Komponen penunjang adalah nilai-nilai yang sekarang kita sebut sebagai kemajuan negara; sains, inovasi, industri, ekonomi, politik, supremasi politik dan militer, dan legalitas internasional, semua ini merupakan bagian dari penunjang peradaban dan sarana," jelasnya.

Ayatullah Khamenei menambahkan, "Komponen utama adalah unsur-unsur yang membentuk lembaran kehidupan kita atau disebut gaya hidup. Ini adalah bagian pokok peradaban seperti, persoalan keluarga, model pernikahan, bentuk rumah, cara berpakaian, pola konsumsi, pola makan, jenis wisata, masalah tata bahasa, jenis pekerjaan, tindakan dan perilaku kita antar-sesama dan lingkungan, serta masalah kebersihan dan kesucian. Ini semua adalah bagian utama peradaban yang menjadi lembaran kehidupan manusia."

Kajian seputar gaya hidup personal dan sosial Islami termasuk di antara pembahasan yang sangat penting, karena ia merupakan pilar utama pembentuk identitas sosial sebuah masyarakat, keyakinan, norma-norma, dan gaya hidup. Setiap individu baru bisa menunjukkan pandangan dunianya kepada pihak lain ketika gaya hidup mereka sesuai dengan keyakinan dan norma yang dianut.

Sayangnya, masyarakat Muslim tidak mampu menciptakan hubungan yang selaras antara prinsip keyakinan dan nilai-nilai murni Islam dengan gaya hidup mereka di semua bidang sosial. Banyak individu Muslim terpengaruh oleh gaya hidup dan model kehidupan non-Islami dan terkadang malah anti-Islam.

Faktor-faktor munculnya ketimpangan ini perlu mendapat kajian serius. Namun, faktor utama sepertinya berhubungan dengan tingkat pengenalan. Dengan kata lain, banyak individu Muslim meninggalkan gaya hidup Islami dan nilai-nilai luhurnya karena tidak adanya pengetahuan yang cukup. Ketika seseorang tidak bisa membangun interaksi antara gaya hidupnya dan keyakinan, maka ia dengan sendirinya akan meninggalkan nilai-nilai itu dan menganggapnya tidak efektif.

Untuk menjustifikasi gaya hidup non-Islami yang ia pilih, dia akan "menyerang" keyakinan dan nilai-nilai agama, nilai-nilai ini akan dianggap sebagai warisan masyarakat primitif dan kuno.

Di dunia modern, kealpaan terhadap gaya hidup Islami akan menyeret masyarakat Muslim untuk meniru model kehidupan Barat. Dalam kondisi di mana masyarakat Barat berusaha meringkas agama dalam kehidupan personal, maka sebuah urgensitas untuk memperkenalkan program-program masyarakat Muslim yang banyak menitikberatkan pada aspek sosial.

Islam – sebagai sebuah agama yang sempurna dan komprehensif – memiliki program untuk seluruh kehidupan umat manusia mulai dari menata keluarga, urusan politik, ekonomi, sosial, dan bahkan pola makan, adab bepergian, dan secara keseluruhan mengatur tentang interaksi manusia antar-sesama dan lingkungan sekitar.

Program tersebut akan membentuk perilaku seorang Muslim. Sebuah model yang dibangun atas pendangan yang kuat, di mana menjadikan tauhid dan kekuasaan Tuhan atas jagad raya sebagai poros alam penciptaan. Tujuan dari penyusunan sebuah program kompregensif adalah untuk memperkenalkan ajaran Islam, yang konstruktif dan penuh daya tarik dalam masalah gaya hidup dengan tetap mengacu pada ajaran Islam, sunnah Nabi Saw, dan ajaran Ahlul Bait.

Pada acara berseri ini, kami akan menjelaskan tentang gaya hidup dan faktor-faktor pembentuknya, peran keyakinan agama dan ideologi dalam kehidupan, pola interaksi antar-sesama, pola pikir, dan cara memilih pakaian.

Selain itu, kami juga akan memaparkan pandangan agama tentang interaksi sosial, mulai dari lingkungan keluarga sampai hubungan dengan non-Muslim, kiat mengisi waktu luang dan wisata Islami, metode berinteraksi dengan lingkungan, serta kegiatan ekonomi dan bisnis.

Ayatullah Khamenei di bagian lain pidatonya berbicara tentang pentingnya untuk menjelaskan unsur-unsur pembentuk gaya hidup. Beliau menuturkan, "Kita perlu menjelaskan masalah kultur kehidupan, lalu menyusunnya, dan kemudian menerapkannya sesuai dengan harapan Islam. Tentu saja Islam memiliki alasan mengapa menawarkan kultur seperti itu kepada kita… perilaku sosial dan gaya hidup mengikuti interpretasi kita tentang kehidupan. Apa tujuan hidup? Setiap tujuan yang kita pilih untuk kehidupan, kita perlu menetapkan target untuk diri kita. Tanpa ideologi, kita tidak bisa mewujudkan sebuah peradaban."

Ketika menerangkan masalah gaya hidup, Ayatullah Khamenei mengingatkan masyarakat Islam agar tidak ikut-ikutan dan memperingatkan mereka tentang bahaya meniru model Barat.

"Kita harus benar-benar menghindari sikap meniru dalam membangun dari komponen utama dari peradaban baru Islam; meniru orang-orang yang ingin memaksakan metode kehidupan dan gaya hidupnya kepada bangsa-bangsa lain. Saat ini, manifestasi sempurna dan satu-satunya model dari pemaksaan ini adalah peradaban Barat. Bukan berarti kita ingin bermusuhan dengan Barat dan terlibat konflik dengan mereka," tambahnya.

Menurut Ayatullah Khamenei, negara-negara yang meniru Barat dan bersikap ala mereka, tidak akan memperoleh sesuatu kecuali kerugian dan bencana, bahkan meskipun negara-negara itu terlihat maju dan kaya, tapi pada kenyataannya mereka peniru.

"Budaya Barat adalah sebuah budaya konfrontatif, budaya penggilas budaya-budaya lain. Kemana saja Barat menginjakkan kakinya, mereka akan menghancurkan budaya lokal, mereka memusnahkan pondasi setempat sejauh mereka mampu, mereka akan mendistorsi sejarah bangsa-bangsa, mereka mengubah bahasa dan gaya penulisan. Selama mereka bisa, Barat akan merusak pondasi budaya dan ideologi di sana," jelasnya. 

Read 992 times