Islam dan Gaya Hidup (31)

Rate this item
(0 votes)
Islam dan Gaya Hidup (31)

 

Interaksi pertama manusia antar sesama diawali dengan kontak face to face dan interaksi kedua mereka dilanjutkan dengan hubungan komunikasi. Kata dan kalimat merupakan sarana untuk membangun komunikasi antar sesama. Salah satu nikmat besar Allah Swt kepada manusia adalah bahasa dan kemampuan berbicara.

Tanpa karunia ini, manusia tidak mampu menjalin komunikasi dengan orang lain serta mentransfer informasi dan pengetahuannya. Kemampuan berbicara membuat manusia dengan mudah membangun kontak dengan pihak lain serta menularkan ilmu dan perasaannya.

Pelbagai bahasa dunia
Gaya komunikasi setiap individu mencerminkan kepribadian dirinya. Untuk itu, dalam Islam ditemukan banyak materi yang membahas tentang etika komunikasi. Dari ajaran Islam dapat kita pahami bahwa etika berbicara di agama ini terletak pada pemilihan kata yang baik, cara penyampaian yang santun, dan memiliki muatan yang terpuji.

Dengan kata lain, dalam logika Islam manusia harus menyampaikan ucapan yang baik dengan baik pula. Jelas ada perbedaan tipis antara dua konteks tersebut; ucapan yang baik berhubungan dengan konten pembicaraan, sementara berbicara dengan baik berkaitan dengan metode penyampaian.

Konten pembicaraan bersumber dari ilmu dan kebijaksanaan pembicara, sementara etika berkomunikasi mengindikasikan kesantunannya. Berkenaan dengan etika, kita harus memilih kalimat dan kata-kata yang baik dan terpuji. Sebab dalam ilmu linguistik, kalimat mengandung muatan positif atau negatif dan bahkan netral. Seni berbicara terletak pada keindahan kata dan kemampuan menggunakan kalimat yang efektif serta memiliki gaya yang menarik dan sopan. Semua orang kurang lebih ingin menguasai keahlian ini.

Hubungan komunikasi merupakan bagian penting dari interaksi antar sesama individu. Akan tetapi, hanya sedikit orang yang memiliki keahlian untuk melakukan sebuah komunikasi yang baik. Karena, seni komunikasi dan metode penyampaian merupakan keahlian yang harus dipelajari. Jika tidak menguasainya, maka hubungan akan berlangsung hampa, tidak efektif, atau bahkan menciptakan gesekan di antara berbagai komunitas mulai dari lingkungan keluarga hingga ke level masyarakat.

Interaksi antar sesama manusia lebih dominan terjadi melalui sarana komunikasi dan bahasa. Oleh karena itu, al-Quran menyeru kaum Muslim untuk berbicara dengan baik dan sopan. Dalam surat al-Baqarah ayat 83, Allah Swt berfirman, “… Ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia….”

Berucap yang baik
Berpikir sebelum berbicara merupakan sebuah tema yang sangat ditekankan dalam Islam. Sebuah ucapan keliru bisa saja menciptakan masalah yang sulit untuk diselesaikan. Oleh karena itu, manusia yang bijak tentu saja akan berpikir terlebih dahulu sebelum menggerakkan lisannya, mereka memperhitungkan konsekuensi dan dampak yang mungkin akan muncul.

Selanjutnya jika dirasa perlu, mereka akan berbicara dengan ucapan yang bijak dan bahasa yang sopan. Imam Ali as berkata, “Orang beriman ketika ingin menyampaikan sesuatu, ia akan berpikir tentang kebaikan di dalamnya. Jika itu baik, ia akan mengutarakannya dan jika itu buruk, ia akan menyembunyikannya.”

Komunikasi bertujuan untuk memberi pemahaman dan kesepahaman tentang sesuatu dalam kehidupan sosial. Di tengah komunitas yang lebih kompleks dan hubungan yang lebih rumit, maka sangat penting untuk berkomunikasi dengan cara yang lebih baik dan juga memperhatikan etika.

Untuk itu, keahlian tersebut menjadi faktor untuk mengantarkan seseorang pada maksudnya dengan lebih cepat. Komunikasi mencakup bagian besar dari volume hubungan bahkan di zaman yang disebut era komunikasi ini dan setiap harinya dipasarkan perangkat baru untuk menyampaikan pesan dan suara manusia kepada pihak lain.

Komunikasi mencerminkan emosional, karakter, budaya, dan kompleksitas pikiran manusia. Dalam dimensi yang lebih luas, ia merefleksikan budaya dan peradaban masyarakat. Poin yang perlu diingat dalam hal ini adalah bahwa mengontrol lisan dan metode komunikasi berhubungan dengan tingkat pertumbuhan dan kematangan pikiran seseorang.

Oleh karena itu, kita senantiasa diminta untuk mengendalikan tali kekang lisan kita dan berbicara seperlunya. Imam Ali as berkata, “Barang siapa yang menjaga lisannya, maka Allah akan menutup aibnya.”

ilustrasi menjaga lisan
Kita di tengah kehidupan sosial, keluarga dan bahkan di tengah masyarakat yang lebih luas, mungkin pernah menyaksikan dampak-dampak positif mengontrol lisan dan bahaya-bahaya melepas kekangannya. Membiarkan lisan tanpa kendali akan membawa banyak mudharat.

Oleh sebab itu, Islam menekankan sikap diam kecuali sedikit berbicara, bijak, dan untuk perkara yang benar. Menjaga etika dan menghormati audien, adalah syarat pertama untuk membangun komunikasi yang efektif dan menyampaikan pesan.

Sikap menghina, melecehkan, dan tidak sopan akan melahirkan kondisi psikologis tertentu pada diri audien dan membuat mereka menolak ucapan kita dan bahkan bisa menciptakan kebencian. Jadi, menjaga etika dan kesopanan sangat penting meski lawan bicara kita tidak berkomitmen dengan nilai-nilai itu.

Al-Quran memperkenalkan Nabi Ibrahim as sebagai teladan dalam berkomunikasi dengan rasional dan sopan. Ketika Nabi Ibrahim as menghadapi sikap tidak sopan pamannya, Azar dan mendengar kata-kata ancaman, ia tetap menjaga kesantunan dan berkata, “Semoga keselamatan dilimpahkan kepadamu, aku akan memintakan ampun bagimu kepada Tuhanku. Sesungguhnya Dia sangat baik kepadaku.” (QS, Maryam, ayat 47)

Ucapan yang baik secara efektif mempengaruhi audien dan tentu saja ia memiliki parameter dan unsur tertentu. Di antara unsur pentingnya adalah fasih dan lancar dalam menyampaikan maksud, menjaga etika komunikasi, menghindari ungkapan yang tidak pantas, dan bersikap lembut dan tegas dalam menjelaskan sesuatu. Perkataan yang lembut dan penuh kasih sayang, sama seperti alunan musik merdu yang menyejukkan hati, karena di situ pembicara memanfaatkan emosi dan perasaan para audien untuk mempengaruhi mereka.

Allah Swt memerintahkan Musa dan Harun as untuk menggunakan kata-kata yang lembut ketika menghadapi Fir’aun dengan harapan ia menerima kebenaran. Al-Quran menganggap rahasia kesuksesan Rasulullah Saw dalam menarik orang-orang dikarenakan kasih sayang beliau, di mana kasih sayang ini tampak jelas dalam ucapan dan perilaku Rasul. Meski demikian, kelembutan dalam berbicara akan berguna jika dibarengi dengan argumentasi-argumentasi yang rasional, sebab kelembutan berbicara adalah sarana untuk menyampaikan kebenaran dengan cara yang lebih baik.

Sirah Rasulullah Saw dan Ahlul Baitnya, menunjukkan bahwa mereka senantiasa memperhatikan etika dan menghormati masyarakat dalam menjelaskan kebenaran dan membimbing umat manusia. Meneladani pribadi-pribadi agung itu bisa membantu kita untuk memiliki sebuah gaya hidup yang terpuji.

Dalam sejarah disebutkan, Rasul Saw selalu yang pertama dalam mengucapkan salam kepada masyarakat, jika ingin berbicara dengan seseorang, beliau akan menengok dengan menghadapkan seluruh tubuhnya dan selalu berbicara dengan wajah tersenyum dan ramah.

Tidak perlu berbicara keras
Jika seseorang keliru dalam ucapannya, Rasul Saw tidak marah. Beliau memenuhi kebutuhan orang-orang miskin dan jika tidak memungkinkan, beliau memberi pengertian kepada mereka dengan bahasa yang lembut. Rasul Saw sedikit berbicara dan tidak memotong pembicaraan orang lain, beliau tidak mencela orang lain, dan mendengar dengan baik keluhan masyarakat. Rasul Saw telah mendidik para sahabatnya dengan baik sehingga setiap kali beliau berbicara, mereka menyimak sabda beliau dengan seksama, dan setiap kali beliau menyelesaikan pembicaraannya, para sahabat akan bertanya secara bergiliran tanpa saling berebut.

Perkataan Rasul Saw sarat dengan makna, indah, dan penuh pertimbangan. Tidak ada tempat untuk melebih-lebihkan atau mengurangi isi pembicaraannya. Beliau meninggalkan ucapan yang sia-sia dan berbicara dengan teratur dan lembut. Rasul Saw sangat fasih dalam berucap dan jujur. Dalam menyampaikan sesuatu, beliau memperhatikan tingkat pemahaman dan pengetahuan masyarakat. Gaya bicara beliau sangat menarik dan mengesankan. Rasul Saw berbicara dengan nada yang rendah dan tidak menyakiti orang lain dengan lisannya.

Read 614 times