Islam dan Gaya Hidup (37)

Rate this item
(0 votes)
Islam dan Gaya Hidup (37)

 

Pernikahan merupakan sebuah momen penting dan krusial dalam kehidupan setiap individu. Membentuk rumah tangga dari segi fitrah, naluri, dan bahkan pandangan agama dan sosiologi, termasuk bagian dari kebutuhan fundamental kehidupan insan.

Para pakar ilmu pendidikan dan sosiolog percaya bahwa keselamatan dan kebahagiaan masyarakat bergantung pada peletakan yang benar pondasi bangunan rumah tangga dan mengawasi semua bagiannya. Oleh karena itu, pernikahan harus dibangun atas landasan dan prinsip yang benar sehingga mendorong perkembangan dan kesempurnaan suami-istri serta menciptakan kesehatan mental keluarga dan masyarakat.

Pernikahan tanpa tujuan dan pertimbangan matang, sama seperti membangun pondasi rumah di atas tanah yang rapuh dan bergerak. Tempat seperti ini tentu saja bukan lokasi yang tepat untuk mendirikan bangunan kehidupan. Dalam beberapa dekade terakhir, para pakar keluarga menaruh perhatian besar terhadap banyak persoalan seperti, kualitas hubungan suami-istri, kepuasan kedua pihak, dan dampaknya bagi keutuhan rumah tangga.

Saat ini hal yang menjadi perhatian dalam kajian psikologi pernikahan adalah mempelajari faktor-faktor efektif pada pernikahan dan meningkatkan kualitasnya. Dalam hal ini, ada banyak tema yang dipelajari seperti, peran unsur-unsur budaya dan ekonomi serta aspek mental dan kejiwaan.

Lalu, mengapa pernikahan dianggap penting dan urgen? Apakah Anda pernah memikirkan masalah ini? Dengan sedikit menguras pikiran, kita akan mengerti bahwa pernikahan pada tahap pertama adalah sebuah jawaban atas kebutuhan alamiah dan naluri, yang disalurkan secara benar dan halal. Dorongan seksual sangat menyiksa manusia dan jika tidak disalurkan pada waktu dan cara yang tepat, ia dapat menyeret pemiliknya pada kerusakan dan kehancuran. Dampak negatifnya tentu saja tidak hanya bagi fisik, tapi juga mempengaruhi kondisi mental dan kepribadian.

Dalam logika Quran, pernikahan merupakan pembentuk sebuah hubungan yang penuh kedamaian dan permulaan sebuah kehidupan yang dibarengi cinta dan kasih sayang. Sumber ketertarikan pria dan wanita terhadap sesama adalah kecintaan itu sendiri dan rahmat yang ditanamkan Allah Swt dalam diri mereka.

Ketertarikan dan kecintaan ini merupakan sesuatu yang lebih tinggi dari naluri hewani. Pernikahan membuat mental penuh emosional pemuda menjadi tenang dan damai serta mengantarkan pria-wanita untuk mengawali kehidupan bersama yang penuh keceriaan dan ketenangan.

Kita tahu bahwa pria dan wanita dari segi asal penciptaan yakni wujud kemanusiaan, adalah memiliki karakteristik yang sama. Namun, mereka berbeda dari segi psikologis dan gender. Fakta ini tidak berarti kekurangan bagi satu pihak dan kesempurnaan bagi pihak lain. Adanya perbedaan antara pria dan wanita justru memacu perputaran roda rumah tangga dan masyarakat dan dapat menciptakan jalan untuk mencapai keseimbangan ideal di tengah masyarakat. Perbedaan-perbedaan ini menyebabkan ketertarikan timbal balik antara pria dan wanita, dan dalam ketertarikan itu, tercipta banyak peluang untuk memenuhi sebagian besar dari kebutuhan mereka.

Dari aspek penciptaan, pria dan wanita sama-sama tidak boleh menganggap keistimewaan alamiah masing-masing pihak sebagai faktor keunggulannya atas pihak lain atau justru memandang keistimewaan alamiah pihak lain sebagai faktor kekurangannya. Pria dan wanita sama-sama terpisah dari segi indentitas kemanusiaannya, namun mereka menemukan situasi yang berbeda dalam rumah tangga dan dalam membangun interaksi antar sesama. Dalam kehidupan bersama, kedua pihak harus memuliakan identitas kemanusiaan satu sama lain serta menghormati naluri seksual dan kondisi mental yang berbeda.

Dalam kondisi ini, semua pihak menerima posisinya sebagai suami atau istri dan tidak bermimpi untuk menggantikan kedudukan pihak lain. Seorang psikolog Jerman, Erich Fromm setelah mempelajari perbedaan dunia pria dan wanita mengatakan, “Pria dan wanita sama-sama bisa saling memahami dan saling melengkapi, tapi mereka tidak akan pernah sama persis dan ini muncul karena perbedaan-perbedaan yang tertanam dalam wujud mereka.”


Jelas bahwa kebanyakan konflik rumah tangga dan sikap saling curiga disebabkan tidak adanya ketenangan batin dan tidak terpenuhinya kebutuhan emosional dan jiwa. Dengan kata lain, krisis kasih sayang adalah pemicu utama konflik tersebut. Setelah memperhatikan fakta ini, dapat kita katakan bahwa pasangan ideal dalam gaya hidup Islami adalah mereka yang menikmati ketenangan batin dan kedamaian jiwa secara optimal selama menjani hidup satu atap, dan keberadaan mereka mendatangkan rahmat dan kasih sayang. Di tengah itu semua, kehadiran cinta dan aura ketenangan yang dipancarkan oleh seorang istri tetap memainkan peran dominan di keluarga.

Oleh sebab itu, salah satu alasan utama menikah dan membentuk rumah tangga adalah untuk mencapai ketenangan jiwa dan emosional, di mana akan terpenuhi di tengah kehangatan keluarga.

Salah satu alasan lain pentingnya pernikahan adalah kebutuhan untuk mencapai perkembangan dan kesempurnaan. Ketika sudah melewati fase kanak-kanak dan menginjak usia dewasa, manusia membutuhkan sebuah identitas baru yang diperoleh melalui pernikahan dan pemilihan pasangan hidup.

Pernikahan membuat seseorang merasa mandiri dan mencapai fase dewasa. Ia sebagai seorang suami atau istri dituntut untuk melaksanakan tugas-tugasnya dengan baik. Pria dan wanita melalui pernikahan akan meninggalkan banyak kesibukan di masa single dan berusaha mengumpulkan pengalaman baru dengan status barunya itu.

Para psikolog percaya bahwa pernikahan membuat kondisi mental pemuda menjadi stabil. Ketenangan dan kedamaian yang didapatkan dari pernikahan menyebabkan mereka lebih mudah untuk mencapai tujuan-tujuan yang lebih besar dan lebih penting. Keamanan yang diperoleh dari pernikahan juga memudahkan langkah mereka untuk meraih keseimbangan mental dan jiwa. Keseimbangan ini mendorong manusia untuk bekerja keras dan melakukan kegiatan-kegiatan yang lebih baik. Kondisi ini terwujud jika pernikahan terbilang sukses dan pemilihan pasangan hidup juga tepat.

Seorang psikolog Iran Ibu dokter Navabi Nejad mengatakan, “Pria dan wanita setelah memasuki usia baligh dan masa remaja, selain ingin mencapai kemandirian berpikir, mereka juga mulai memikirkan pasangan hidup untuk menutupi kekurangannya dan memenuhi kebutuhan-kebutuhan tak terbatasnya sehingga dengan memilih pasangan ideal, mereka membuka ruang untuk perkembangan dan kesempurnaannya. Ketika seorang individu berada di sebuah kehidupan bersama – di bawah rasa cinta, kasih sayang, dan keakraban – ia akan menjadi lebih bertanggung jawab. Ia memandang hidupnya memiliki tujuan dan memanfaatkan hasil kerja kerasnya untuk kepentingan keluarga.”

Pernikahan juga bertujuan untuk menjaga kemuliaan dan kehormatan individu. Menikah dan membentuk rumah tangga berguna untuk menjaga keselamatan dan keamanan masyarakat dan secara pasti akan mengurangi maksiat dan kriminalitas. Oleh karena itu, pendidikan moral Islam sangat menekankan masalah pernikahan dan dalam sebuah hadis Rasulullah Saw disebutkan bahwa pernikahan akan menyempurnakan setengah dari agama manusia.

Pernikahan juga penting untuk menjaga keberlangsungan generasi di tengah masyarakat. Kebanyakan orang ingin agar keturunannya tetap lestari dan mereka meninggalkan anak-cucu sebagai generasi penerus. Motivasi kaum wanita dalam hal ini sangat besar karena naluri keibuan pada diri mereka.

Inilah beberapa alasan tentang pentingnya pernikahan. Lalu, faktor-faktor apa saja yang akan memperkuat dan menjaga keutuhan rumah tangga? Dengan kata lain, kapan kita bisa mengatakan bahwa sebuah pernikahan telah sukses?

Para pakar mengatakan, pernikahan sukses adalah sebuah pernikahan di mana pria dan wanita sama-sama menapaki jalan kesempurnaan. Pria di samping pekerjaan dan karir, ingin memiliki perkembangan mental dan spiritual sebagai seorang manusia. Wanita juga bersama pendamping hidupnya, ingin mengembangkan bakat dan potensi internalnya. Suami-istri yang perhatian terhadap ketertarikan satu sama lain, pada dasarnya mereka telah menjalin sebuah hubungan emosional yang kuat.

Akan tetapi, tujuan tersebut tidak akan terwujud kecuali kita memiliki ketelitian dan kejelian dalam memilih teman hidup. Jika kita tidak menggunakan parameter yang benar dalam memilih, tentu saja bisa melahirkan berbagai persoalan di tengah keluarga.

Read 624 times