Islam dan Gaya Hidup (38)

Rate this item
(0 votes)
Islam dan Gaya Hidup (38)

 

Kita pada seri sebelumnya sudah berbicara tentang pentingnya pernikahan dalam gaya hidup Islami dan sekarang kita akan memaparkan beberapa parameter untuk sebuah pernikahan sukses. Semua orang memimpikan sebuah pernikahan yang sukses dan sebuah rumah tangga yang langgeng, karena pernikahan yang sukses merupakan cerminan dari keluarga bahagia.

Keluarga bahagia diibaratkan sebagai sebuah taman yang penuh bunga, di mana kunci taman impian itu dimulai dari pemilihan pasangan yang baik. Taman indah ini tentu saja memerlukan perhatian dan perawatan rutin sehingga selalu tampak indah dan menawan.

Namun, sebelum kita membuka diskusi tentang parameter yang baik untuk memilih teman hidup, ada baiknya kita berbicara mengenai cinta dan kasih sayang sebagai sebuah keniscayaan kehidupan satu atap. Ada banyak kasus di mana suami dan istri memulai kehidupan bersama dengan cinta dan kecocokan, mereka sama sekali tidak mengharapkan prahara dalam rumah tangganya. Mereka karena rasa saling cinta mengira akan selalu hidup damai dan jauh dari keributan. Tapi, realitas kadang berkata lain dan tidak lama setelah melafalkan janji setia, mereka baru menyadari ada rentang jarak antara keduanya dan keributan dan pertengkaran segera dimulai.

Setelah lelah bertengkar, mereka kemudian merasa sudah tidak saling mencintai. Pasangan ini tampaknya menyadari bahwa mereka tidak punya pemahaman yang benar tentang kehidupan dan membangun rumah tangga atas dasar asumsi-asumsi keliru di antara mereka. Jika seorang istri sampai berpikir bahwa suaminya selama ini hanya berpura-pura dan menampilkan sesuatu yang berbeda dengan realitas, maka hal ini tentu sangat menyiksa batin perempuan.

Pada dasarnya, banyak orang terutama pemuda beranggapan bahwa ketika cinta datang mengetuk pintu hati mereka, maka kesempatan untuk menikah sudah di depan mata. Padahal, para pakar rumah tangga dan psikolog percaya bahwa cinta dengan sendirinya tidak cukup untuk memiliki sebuah pernikahan yang sukses.

Cinta adalah sebuah perasaan yang berbunga-bunga dan menyenangkan dalam diri manusia. Perasaan adalah warna dan bunga kehidupan, sementara perasaan senang dan positif akan menghiasi kehidupan dengan warna yang indah. Cinta adalah ketertarikan dan rasa senang yang muncul dalam diri seseorang terhadap orang lain.

Akan tetapi, cinta itu harus memiliki beberapa karakteristik khusus. Dengan adanya ciri khas itu, problema dalam kehidupan rumah tangga cenderung lebih sedikit. Para psikolog memaparkan sejumlah kriteria mengenai ciri-ciri cinta hakiki dalam kehidupan bersama. Salah satu unsur penting cinta adalah pemahaman akan kebutuhan, selera, dan perasaan satu sama lain. Suami dan istri harus mengetahui tentang ketertarikan dan selera masing-masing pihak dan saling membantu untuk mencapai keinginan-keinginan yang rasional, bukannya menciptakan hambatan.

Faktor penting lainnya dalam pernikahan adalah sikap saling menghormati. Ketika suami-istri saling mencintai, mereka juga akan saling menghormati. Jelas bahwa penghinaan, sikap emosi, dan perilaku kasar, merupakan tanda-tanda dari cinta lahiriyah dan palsu di antara kedua insan. Rasa bertanggung jawab terhadap kehidupan, masa depan, dan kesehatan fisik dan mental pihak lain, merupakan tanda lain dari cinta hakiki dan jika rasa ini tidak hadir, hubungan suami-istri akan terganggu dan dingin.

Dalam banyak kasus, apa yang disebut cinta sebenarnya hanya ketergantungan perasaan dan sebuah bentuk kegilaan. Untuk itu, para psikolog menyarankan agar kita memperhatikan hubungan emosional kita dengan orang yang akan menjadi teman hidup kita dan mempertimbangkan kriteria-kriteria utama.

Pernikahan merupakan sebuah keputusan penting untuk hidup dan dasar untuk membuat keputusan yang benar adalah berpikir dan bertafakkur. Perasaan akan goyah dan luntur seiring berjalannya waktu, begitu juga dengan cinta monyet, ia hanya sebuah perasaan yang memudar bersama perjalanan waktu. Oleh karena itu, untuk membuat keputusan penting seperti pernikahan, kita perlu mempertimbangkan matang-matang dan berpikir jauh ke depan, kita tidak boleh dikalahkan oleh perasaan dan suasana hati serta menutup jalan untuk berpikir jernih.

Bayangkan saja, kita pergi ke sebuah tokoh untuk membeli baju. Apakah kita akan memilih sembarangan tanpa melihat harga dan modelnya? Lalu, bagaimana sikap kita dalam membeli sebuah buku atau bepergian ke sebuah tempat? Apakah kita hanya mengandalkan perasaan yaitu suka atau tidak suka? Jelas tidak demikian.

Jika kita perhatikan baik-baik, kita akan mengerti bahwa dalam banyak kasus bahkan dalam memilih hal-hal yang kecil sekali pun, kita membuat keputusan dengan pertimbangan rasional dan akal sehat. Meski kita sudah suka dengan sebuah baju, tapi tetap saja ada aspek-aspek lain yang jadi pertimbangan kita seperti, motifnya, ukuran, harga, dan kecocokan fisik kita.

Keniscayaan dalam pernikahan adalah bahwa seorang individu sesuai dengan kapasitasnya, memilih orang lain sebagai teman untuk hidup bersama, di mana ada kesesuaian dan kecocokan maksimal dengan dirinya. Semua orang tentu saja tidak bisa menemukan pasangan yang benar-benar cocok dengan dirinya dalam semua hal. Namun, mereka dapat menekankan kriteria-kriteria kunci dan esensial. Kita juga perlu memperhatikan poin lain bahwa keputusan rasional soal pernikahan bukan berarti mengabaikan perasaan dan cinta.

Tidak diragukan lagi bahwa jika cinta dan kasih sayang sudah menyertai kehidupan bersama, maka hubungan suami-istri dan kehidupan rumah tangga semakin indah dan hangat. Jadi, alangkah baiknya jika cinta itu dibangun atas landasan yang kuat. Sekarang, kita akan memaparkan kriteria untuk memilih pasangan hidup dalam gaya hidup Islami.

Pada satu kesempatan, Rasulullah Saw bersabda, “Setelah Islam – sebagai nikmat yang paling tinggi – adalah keberadaan istri yang baik dan salehah, sebagai nikmat terbesar kehidupan.” Tentu saja untuk mencapai kenikmatan besar itu, kita harus memperhatikan kriteria yang benar dan tepat.

Melalui pernikahan, dua insan – di mana masing-masing pihak memiliki perbedaan alamiah dan kriteria khusus – sepakat untuk menyusun rencana baru dalam kehidupan dan bersama-sama menapaki sebuah jalan yang berbeda dengan kondisi kehidupan jomblo. Dalam perjalanannya, perbedaan pandangan dan selera mungkin saja menggoyang bahtera kehidupan dan mengusik keteduhan rumah tangga. Manusia tertarik untuk memilih pasangan hidup yang sepadan dengannya (kufu’). Kesepadanan dan kesetaraan dua insan tidak hanya mendorong mereka untuk saling mencintai, tapi juga akan memperkuat hubungan dan ikatan mereka.

Berkenaan dengan kesepadanan dan kesetaraan suami-istri, para peneliti masalah keluarga menyinggung beberapa hal seperti, wilayah geografi kehidupan, strata sosial, sifat-sifat moral, serta karakteristik psikologis dan kultur. Ketidakcocokan dalam perkara tersebut bisa berujung pada pernikahan yang gagal.

Para psikolog menerangkan, “Dalam proses pernikahan, orang kadang bingung dalam menetapkan kriteria yang diperlukan untuk memilih pasangan impian. Motivasi materi, daya tarik luar, strata sosial, dan juga pandangan orang-orang sekitar, merupakan masalah yang membuat seseorang tertekan.”

Dalam hal ini, seorang psikolog Iran, ibu dokter Navabi Nejad mengatakan, “Semakin besar kedekatan antara pria dan wanita dari segi karakteristik psikologis dan kultur, maka kehidupan rumah tangga akan semakin awet. Dalam literatur Islam, kriteria-kriteria itu disebut sebagai prinsip kafa'ah atau kesetaraan, yang mencakup berbagai aspek seperti, usia, kondisi psikologis, budaya, keyakinan, dan srata sosial dan ekonomi.”

Kecantikan dan kesempurnaan fisik, biasanya menjadi titik perhatian pertama dalam pernikahan. Keterpautan usia antara pria dan wanita juga menjadi pertimbangan berikutnya. Jelas bahwa keterpautan usia memainkan peran penting dalam menyesuaikan kebutuhan, selera, dan impian masing-masing pihak.

Read 701 times