Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (2)

Rate this item
(0 votes)
Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (2)

 

Bismillah

Assalamulaikum wr.wb

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Pada pembahasan sebelumnya kita telah mengupas penjelasan al-Quran bahwa Islam tidak membedakan laki-laki dan perempuan dari sisi kemanusiaan. Islam memandang perempuan seperti juga laki-laki, sebagai manusia yang memiliki potensi untuk mengembangkan dan menyempurnakan dirinya dengan iman, ilmu, pengetahuan dan amalnya. Agama ilahi ini menilai ketakwaan bukan diukur dari gender, sebab baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki potensi untuk mencapai kesempurnaan. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Islam memandang perempuan sebagai manusia sempurna, sebagaimana laki-laki. Dalam pandangan Islam, perempuan juga memiliki potensi berpikir dan bertindak baik. Demikian juga dalam ibadah, Islam tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan. Allah swt dalam al-Quran menyatakan bahwa iman dan amal saleh bukan khusus laki-laki maupun perempuan semata, tapi keduanya tanpa membedakan gender.

 

Terkait hal ini, di surat An-Nahl ayat 97, Allah swt berfirman, “Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan,”. Berdasarkan ayat ini, ganjaran akhirat dan ketakwaan kepada Allah swt tidak mengenal gender, tetapi ditentukan oleh keimanan dan amal saleh masing-masing.

 

Di sisi lain, Allah swt dalam al-Quran menjelaskan bahwa tujuan penciptaan manusia, baik laki-laki maupun perempuan adalah untuk beribadah kepada-Nya.

Ibadah yang ikhlas sebagai pakaian keagungan bagi manusia untuk mencapai Khalifatullah dengan menempuh maqam (tingkatan) penghambaan kepada Allah swt.

 

Perempuan yang memiliki ruh yang relatif lebih lembut daripada laki-laki lebih mudah untuk mencapai maqam penghambaan. Dan, salah satu syarat kesempurnaan manusia adalah adanya ruh yang lembut. Sejarah Islam juga menunjukkan contoh para wanita agung seperti Sayidah Fatimah, Sayidah Maryam dan lainnya. Mereka merupakan contoh dari manusia sempurna yang ikhlas, taat dan bertakwa kepada Allah swt. Mereka bukan hanya contoh bagi perempuan saja tapi menjadi model manusia sempurna bagi umat manusia, bukan hanya wanita.

  

Salah satu nilai yang melampaui gender adalah ilmu dan pengetahuan. Untuk itulah Islam menegaskan urgensi menuntut ilmu bagi siapapun, baik laki-laki maupun perempuan. Agama ilahi ini tidak pernah menghalangi perempuan untuk menuntut ilmu dan pengetahuan, bahkan sangat menganjurkannya. Allamah Thabathabai, mufasir terkemuka Iran menulis, “Perempuan sama seperti laki-laki dalam hal ibadah dan hukum sosial. ketika laki-laki independen di berbagai masalah seperti warisan, perdagangan, pendidikan dan pengajaran, pembelaan hukum dan lainnya, wanita juga demikian, kecuali sesuatu itu bertentangan dengan tuntutan naturalnya [sebagai perempuan]”.

 

Sejak kedatangannya 14 abad lalu, Islam mendukung perempuan menuntut ilmu, jauh sebelum Barat menggembar-gemborkan kebebasan bagi perempuan di bidang pendidikan. Misalnya di Inggris, perempuan hingga tahun 1947 tidak diberi ijazah meskipun telah lulus menyelesaikan pendidikan tinggi. Para pengelola pendidikan di Inggris ketika itu menilai perempuan tidak boleh diberikan ijazah. Berbeda dengan di Barat, Islam memandang perempuan memiliki kemampuan untuk menuntut ilmu dan pengetahuan. Sebab masyarakat membutuhkan kemampuan perempuannya demi mencapai kemajuan dan kesempurnaan.

 

Allah swt senantiasa memuji orang-orang yang berilmu baik laki-laki maupun perempuan. Di berbagai ayat, al-Quran menyebut orang yang berilmu dan tidak berilmu baik laki-laki maupun perempuan tidaklah sama. Untuk itu Islam sangat menganjurkan menuntut ilmu. Dalam surat al-Mujadilah ayat 11, Allah swt berfirman, “...niscaya Allah akan meninggikan orang-orang yang beriman di antaramu dan orang-orang yang diberi ilmu pengetahuan beberapa derajat. Dan Allah Maha Mengetahui apa yang kamu kerjakan.”

 

Dengan demikian, perempuan seperti juga laki-laki bisa mencapai derajat tinggi di bidang ilmu dan pengetahuan, dan mengabdikan potensinya demi kemajuan masyarakat. Terkait hal ini pemimpin Besar Revolusi Islam Iran, Ayatullah Udzma Sayid Ali Khamenei berkata, “Jika perempuan dalam masyarakat bisa menuntut ilmu dan pengetahuan, meraih kesempurnaan spiritual dan moral yang dianugerahi Allah swt kepada semua manusia, baik laki-laki maupun perempuan secara sama, maka pendidikan anak-anak akan lebih baik, keluarga lebih hangat dan damai, masyarakatpun mencapai kemajuan, dan berbagai masalah yang melilit kehidupan pun lebih mudah diatasi.. tujuan dari semua itu.. perempuan menjadikan manusia-manusia besar. Semua itu mungkin dan Islam telah membuktikannya.”

 

Jelas kiranya menghalangi kemajuan perempuan di bidang ilmu pengetahuan dalam sebuah masyarakat merupakan kezaliman besar terhadap wanita. Ayatullah Khamenei berkata, “Jika perempuan memiliki potensi, misalnya di bidang keilmuan; potensi di bidang penemuan, potensi politik, potensi kerja sosial, tapi tidak diberikan jalan untuk mewujudkan potensi tersebut sehingga potensinya berkembang, maka hal itu termasuk kezaliman.”

 

Perempuan merupakan modal sosial terbesar yang memainkan peran penting dan sensitif dalam masyarakat Islam. Islam meninggikan kedudukan perempuan sehingga perannya dalam masyarakat tidak dilihat dari gender, tapi dari aspek kemanusiaannya. Untuk itulah perempuan juga memegang tanggungjawab sosial  yang besar di tengah masyarakat. Di zaman Rasulullah Saw pun para wanita bersama laki-laki juga berbaiat kepada beliau, dan para wanita terjun di ranah politik.

 

Sejarah menorehkan peran gemilang perempuan sejak awal kedatangan Islam. Agama ilahi ini telah memberikan ruang bagi perempuan untuk aktif di ranah sosial dan politik. Sementara itu, perempuan di Barat hanya diperbolehkan terjun di ranah politik baru dimulai sekitar abad kedua puluhan. Latar sejarah ini menunjukkan dukungan besar Islam terhadap peran aktif perempuan di tengah masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun politik.

 

Para zaman Rasulullah Saw, ufuk cerah bagi perempuan terbentang lebar dan hasilnya muncul perempuan-perempuan yang mumpuni di berbagai bidang ilmu pengetahuan, dan aktif di berbagai bidang. Para perempuan ini menjadi contoh peran aktif mereka di bidang keilmuan, sosial, budaya, politik bahkan berjihad melawan musuh-musuh Islam. Sejarah peradaban Islam menunjukkan bahwa perempuan dalam pandangan Islam bisa mencapai kesempurnaan dan derajat tinggi baik material maupun spiritual sebagaimana laki-laki. (IRIBIndonesia/PH)

 

Rekan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian kedua. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

 

Read 589 times