Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (3)

Rate this item
(0 votes)
Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam (3)

 

Bismillah

Assalamulaikum wr.wb

 

Rekan setia suara Republik Islam Iran selamat bersua dalam acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam”. Pada pembahasan sebelumnya kita telah membahas peran gemilang perempuan sejak awal kedatangan Islam. Agama ilahi ini telah memberikan ruang bagi perempuan untuk aktif di ranah sosial dan politik. Sementara itu, perempuan di Barat hanya diperbolehkan terjun di ranah politik baru dimulai sekitar abad kedua puluhan. Latar sejarah ini menunjukkan dukungan besar Islam terhadap peran aktif perempuan di tengah masyarakat baik di bidang sosial, ekonomi, budaya maupun politik. Simak selengkapnya setelah selingan musik berikut ini.

 

Salah satu perempuan teladan yang dijelaskan dalam al-Quran dan sejarah Islam tentang keagungan keimanan dan ketakwaan, serta ketinggian akhlaknya adalah Siti Sarah, istri Nabi Ibrahim as. Beliau lahir 3361 tahun setelah Nabi Adam as, dan 2855 tahun sebelum Nabi Muhammad Saw di daerah pegunungan Babel, Irak. Ayahnya Lahej dan ibunya adalah bibi Nabi Ibrahim as. Siti Sarah menikah dengan Nabi Ibrahim di usia ke-36 dan hingga akhir hayatnya hidup bersama sang suami.

 

Sarah merupakan wanita kaya raya di zamannya. Dia memiliki ladang dan kebun yang luas serta ternah yang banyak. Namun setelah menikah, seluruh harta kekayaannya diserahkan kepada Nabi Ibrahim untuk dipergunakan di jalan Allah swt. Meskipun hidup di era jahiliyah yang menyembah berhala, namun sejak remaja ia telah memalingkan diri dari tuhan buatan itu. Bersama saudaranya, Luth, Sarah meyakini kenabian Ibrahim dan beriman kepada Allah swt.

 

Sarah memiliki keluhuran akhlak dan ketinggian spiritual. Salah satu keutamaan sifat Siti Sarah adalah kesabaran dan keridhaannya kepada Allah swt. Selain itu, Sarah juga dikenal dengan ketawakalan dan keikhlasannya. Sebelum menikah dengan Nabi Ibrahim, ia hidup sangat berkecukupan dengan harta yang melimpah. Tapi setelah menikah dengan Nabi Ibrahim, Sarah dengan kesabaran menjalani kehidupan yang penuh kesulitan. Dengan tawakal dan ikhlas, Sarah menerima kondisi yang menimpa kehidupannya. Tidak diragukan lagi, keimanannya yang kokoh kepada Allah swt menyebabkan Sarah mampu menjalani kehidupan yang sulit bersama Nabi Ibrahim.

 

Ketika Nabi Ibrahim diceburkan ke dalam kobaran api, Siti Sarah berdoa supaya Allah swt menyelamatkan utusan-Nya itu. Dan doanya terkabul, api itu dingin atas perintah Allah swt. Setelah peristiwa itu, kaum musyrik mengusir Nabi Ibrahim, Siti Sarah dan Luth. Akhirnya mereka berjalan menuju Syam. Demi menyebarkan ajaran Allah swt, Sarah bersama suami dan saudaranya mengalami penderitaan diusir oleh penduduk satu daerahnya setelah sekian tahun berada di tanah kelahirannya itu. 

 

Nama Sarah termasuk dalam jajaran perempuan besar yang pernah ada dalam sejarah Islam, bahkan dunia. Berbagai riwayat menunjukkan ketika Sayidah Fatimah, putri Rasulullah Saw lahir, empat perempuan agung hadir menemaninya. Keempat perempuan itu adalah Siti Sarah, Siti Asyiah istri Firaun, Siti Kultsum saudari Nabi Musa, dan Siti Maryam ibu Nabi Isa. Keempat perempuan itu atas perintah Allah swt hadir di hadapan Siti khadijah untuk membantu persalinan sayidah Fatimah. Dari keempat perempuan itu, Sarah menjadi wakil mereka. Ia berbicara kepada Khadijah, “Jangan berduka, kami diutus oleh Allah swt untuk membantu persalinanmu. Saya Sarah, ini Asyiah yang akan menjadi temanmu di Surga, ini Maryam putri Imran dan yang ketiga Kultsum saudari Musa.”

 

Kemuliaan para wanita agung ini tiada bandingannya. Meskipun dikarunia keanggunan dan kecantikan fisik, seperti Sarah misalnya, meskipun demikian tidak pernah menampakkannya kepada selain muhrimnya. Dengan hijab yang sempurna beliau hadir di tengah masyarakat. Selain itu, Sarah juga dikenal dengan pengabdiannya yang tulus dan pemaaf.

 

Setelah menikah bertahun-tahun dengan Nabi Ibrahim, keduanya tidak dikarunia anak. Dengan pengabdiannya, Sarah mengusulkan kepada suaminya untuk menikahi seorang budak perempuan yang beriman dan bertakwa bernama Hajar, supaya Nabi Ibrahim memperoleh keturunan yang akan melanjutkan  perjuangannya menyebarkan ajaran Allah swt. Dari pernikahan Nabi Ibrahim dengan Siti Hajar dikarunia putra bernama Ismail yang kelak menjadi Nabi. 

 

Sarah menjadi istri yang setia bagi suaminya. Setelah bertahun-tahun mendampingi Nabi Ibrahim dalam suka dan duka, akhirnya mereka dikarunia seorang putra bernama Ishaq yang kelak menjadi Nabi. Mereka dikarunia keturunan yang merupakan mukjizat dari Allah swt, sebab secara medis, Siti Sarah yang sudah berusia 90 tahun ketika itu tidak mungkin mengandung dan memiliki keturunan.

 

Nabi Ibrahim dan Siti Sarah merupakan sosok yang sangat ramah dan melayani tamu. Bersama suaminya, Sarah menemani tamu ketika makan bersama. Suatu hari Nabi Ibrahim kedatangan tamu yang tidak biasa, tapi malaikat yang menyerupai manusia. Nabi Ibrahim menyambut kedatangan tamunya dan menyediakan daging sapi besar untuk mereka, dan Sarah pun membantu suaminya menyiapkan hidangan untuk tamu. Malaikat yang menjadi tamu mereka menyampikan maksudnya diutus oleh Allah swt untuk menyampaikan kabar gembira bahwa Nabi Ibrahim dan istrinya akan dikarunia keturunan.

 

Terkait hal ini, Al-Quran surat Hud ayat 72 dan 73 mengabadikannya, “Isterinya (Sarah) berkata: ‘Sungguh mengherankan, apakah aku akan melahirkan anak padahal aku adalah seorang perempuan tua, dan suamikupun dalam keadaan yang sudah tua pula?. Sesungguhnya ini benar-benar suatu yang sangat aneh’. Para malaikat itu berkata: "Apakah kamu merasa heran tentang ketetapan Allah? (Itu adalah) rahmat Allah dan keberkatan-Nya, dicurahkan atas kamu, hai ahlulbait! Sesungguhnya Allah Maha Terpuji lagi Maha Pemurah".

 

Benar saja, kemudian tidak berapa lama kemudian Siti Sarah pun mengandung dan lahirlah Ishaq dari perkawinannya dengan Nabi Ibrahim ketika mereka berada di usia senja. Nabi Ishaq adalah ayah Nabi Yaqub, sedangkan Nabi Yaqub adalah kakek para nabi Bani Israel. Dari merekalah lahir keturunan generasi para Nabi seperti Nabi Musa, Nabi Daud dan Nabi Sulaeman, Nabi Zakaria, Nabi Isa dan Nabi Yahya.

 

Agama Islam memandang keutamaan manusia bukan dari gendernya, tapi dari ketakwaannya kepada Allah swt. Dalam Islam, manusia mukmin lebih utama dari yang lainnya, karena kesempurnaan spiritualnya dan kemuliaan akhlaknya. Dengan demikian, baik laki-laki maupun perempuan sama-sama memiliki peluang menjadi orang yang paling mulia di sisi Allah swt. Sarah merupakan salah satu dari contoh perempuan mulia dan agung yang mempersembahkan seluruh hidupnya untuk mendekatkan diri kepada Allah swt. Setelah mengabdi demi perjuangan ajaran ilahi yang dibawa Nabi Ibrahim, Siti Sarah meninggal dunia di usia 120 tahun. Meski beliau telah tiada ribuan tahun lalu, tapi keagungan dan kemuliaannya senantiasa dikenang dalam sejarah hingga kini.(IRIBIndonesia/PH)

 

Rekan setia demikian acara baru, “Perempuan Teladan dalam Sejarah Islam” bagian ketiga. Terima kasih atas perhatian anda. Sampai jumpa kembali wassalam.

 

 

 

Read 730 times