Sayidah Zainab as; Dari Tangisan Nabi Ketika Kelahiran Hingga Syarat Pernikahannya

Rate this item
(0 votes)

Banyak orang yang mengenal kehidupan Sayidah Zainab as terkait dengan peristiwa Karbala saja dan atau pidatonya pasca tragedi Karbala, sehingga Basyir bin Khazim terkait pidato Sayidah Zainab di Kufah mengatakan, "Saya memandang ke arah Zainab, anak Amirul Mukminin sambil menangis. Demi Allah! Tidak ada seorang perempuan yang lebih lihai berpidato darinya. Seakan-akan rentetan kata-kata Ali as mengalir dari lisannya."

Oleh karenanya, sangat tepat bila di hari kelahiran wanita agung ini, dengan bersandar pada sumber-sumber yang ada, kita membaca bagian lain dari kehidupan Sayidah Zainab as.

 

Penamaanya dari Allah

Dalam buku Rayahin as-Syariah jilid 3 disebutkan bahwa ketika kelahiran Sayidah Zainab as, kakeknya Rasulullah Saw dalam perjalanan. Imam Ali as terkait penamaan bayinya yang baru lahir ini mengatakan, "Saya tidak akan mendahului Nabi Saw. Saya akan tetap bersabar, sehingga beliau kembali dari perjalanannya. Ketika Nabi Muhammad Saw tiba dari pejalanan, beliau menanti wahyu dan Jibril pun turun menemui beliau seraya berkata, "Allah Swt menyampaikan salam. Beri nama bayi perempuan ini dengan nama Zainab. Karena nama ini telah kami tulis di Lauh Mahfuzh."

 

Pahala Luar Biasa!

Ketika Sayidah Fathmah as menyerahkan bayinya kepada ayahnya, beliau langsung memeluk cucu tercintanya itu. Nabi Saw kemudian meletakkan wajahnya menempel ke wajah Sayidah Zainab as lalu mulai menangis. Sayidah Fathimah as tiba-tiba mengetahui apa yang baru terjadi dan bertanya kepada ayahnya atas apa yang terjadi. Nabi Saw berkata, "Tangisanku dikarenakan sepeninggal aku dan engkau, anak perempuan tercinta ini akan menemui nasib yang menyedihkan." Pada waktu itu juga beliau menambahkan, "Wahai belahan jiwaku! Wahai Fathimah! Barangsiapa yang menangis atas musibah yang menimpah Zainab, maka pahalanya sama dengan orang yang menangisi saudaranya; Hasan dan Husein as."

 

Makan dari Lisan Nabi Saw

Sayidah Zainab as sama seperti kedua saudaranya; Hasan dan Husein as yang makan dari lisan Rasulullah Saw. Sebagaimana diriwayatkan dalam banyak hadis, Nabi Saw meletakkan lisannya ke dalam mulut Imam Hasan dan Husein as dan mereka makan dengan cara mengunyah lisan Rasulullah Saw. Dengan cara ini, daging dan kulit mereka tumbuh. Hal yang sama dilakukan oleh Rasulullah Saw kepada Sayidah Zainab as. Dalam buku Kharaij ar-Rawandi (hal 94) mukjizat 155 Imam Shadiq as diriwayatkan bahwa beliau berkata, "Nabi Saw senantiasa mendatangi bayi Sayidah Fathimah as dan mereka makan dari air mulut Rasulullah Saw dan setelah itu beliau berkata kepada Sayidah Fathimah, "Jangan beri mereka susu."

 

Menghafal Pidato Ibunya Semasih Kecil

Satu dari keajaiban Sayidah Zainab as, seperti yang disebutkan dalam buku Muntakhab at-Tawarikh dan Safinah al-Bihar, jilid 1 disebutkan bahwa beliau pada usia 6 tahun telah menghafal khutbah panjang ibunya Sayidah Fathimah az-Zahra as yang disampaikan di Masjid Nabawi tentang Fadak dan kepemimpinan Imam Ali as dan meriwayatkannya bagi orang setelahnya. Sekalipun khutbah ini sangat panjang dan memiliki pilihan kata yang sulit dan berat dari sisi makna, tapi Sayidah Zainab as dengan mudah menghafalnya, sehingga banyak yang menukil khutbah ini darinya.

 

Membimbing Warga Kufah di Masa Hidup Ayahnya

Dalam buku Thiraz al-Madzhab dari Bahr al-Mashaib disebutkan bahwa setelah Imam Ali as tiba di kota Kufah dan menjadikannya pusat pemerintahannya, perlahan-lahan warga di sana mulai mengetahui keutamaan dan kepandaian Sayidah Zainab as. Dari sini, para perempuan Kufah meminta suaminya untuk menyampaikan pesan kepada Imam Ali as, "Kami mendengar Sayidah Zaihab as mengutip hadis, alim dan Fathimah kedua yang sama seperti ibunya memiliki keutamaan dan lebih mulia dari semua orang. Besok adalah hari raya, dan bila Anda bersedia ikutlah dalam acara ini dan kami ingin mendapatkan bimbingan dari ucapannya."

Imam Ali as menyetujui permintaan warga Kufah dan keesokan harinya Sayidah Zainab as ikut dalam acara yang dilangsungkan oleh para perempuan Kufah dan beliau menjadi satu-satunya yang memberikan ceramah dalam acara itu. Apa yang disampaikan disambut luar biasa oleh mereka yang hadir.

 

Syarat Perhikahan Sayidah Zainab

Dalam buku Zainab Kubra, hal 134 disebutkan bahwa Imam Ali as ketika menikahkan Sayidah Zainab dengan anak saudaranya Abdullah bin Jakfar, Sayidah Zainab memberi syarat bahwa suaminya tidak akan melarangnya ketika ia akan mengikuti perjalanan saudaranya Imam Husein as. Dalam peristiwa Karbala, Abdullah bin Jakfar sempat meminta Imam Husein as untuk mengurungkan niatnya pergi ke Irak, tapi Imam Husein as tidak menerima permintaan itu, Abdullah akhirnya mengirimkan dua anaknya Aun dan Muhammad untuk menyertai Imam Husein as ke Irak dan berjihad bersama beliau dan Sayidah Zainab as ikut dalam rombongan ini. (IRIB Indonesia / Saleh Lapadi)

 

Catatan:

1. Mahallati, Dzabihullahi, Rayahin as-Syariah, Tehran, Dar al-Kitab al-Islamiyah.

2. Sepher, Abbasqoli Khan, at-Thiraz al-Madzhab fi Ahwal Umm al-Mashaib Zainab as, Tehran, Islamiyah.

3. Khorasan, Mullah Hashim, Muntakhab at-Tawarikh, Tehran, Islamiyah.

4. Mohaddes Qommi, Safinah al-Bihar, Mashad, Majma al-Buhuts al-Islamiyah, Astan Qods Razavi.

5. Ilahi, Hassan, Zainab Kubra Aqilah Bani Hashim, Tehran, Moasseseh Farhanggi Afarineh.

6. Azizi, Abbas, 200 Dastan az Fazael, Masaeb va Karamat Hazrat Zainab as, Qom, Selseleh.

7. Abdurrahim, Aqiqi Bakhshayeshi, Chardah Nour Pak, Qom, Navid Eslam.

8. Neishabouri, Abdolhossein, Taqvim Syiah, Qom, Dalile Ma.

 

Sumber: Qudonline

Read 1887 times