Idul Qurban, Hari Pengorbanan dan Penghambaan

Rate this item
(0 votes)

10 Zulhijjah atau hari raya Idul Adha adalah salah satu hari raya terbesar bagi umat Islam. Perayaan ini sebagai pengingat atas pengorbanan besar Nabi Ibrahim as yang mengorbankan anaknya, Ismail as, demi meraih keridhaan Allah Swt dan mencapai derajat mulia di sisi-Nya atas kesabaran, ketabahan dan keteguhan iman dalam menghadapi ujian Ilahi.

Idul Adha atau hari raya Qurban yang tiba setelah wukuf di Arafah, Muzdalifah dan Mina merupakan hari raya pembebasan dari keterikatan dunia dan hari penyerahan serta penghambaan kepada Tuhan Pencipta Alam Semesta. Hari raya Qurban adalah hari di mana manusia dihadapan Allah Swt mengorbankan segala yang dimilikinya hingga iman dan amal shalehnya mengantarkan manusia kepada takwa dan penghambaan yang hakiki.

Hari Qurban adalah hari di mana para jemaah haji bersyukur atas taufik yang diberikan Allah Swt sehingga mereka dapat menunaikan ibadah haji dan menang dalam medan perang melawan setan. Mereka kemudian menyembelih keterikatan mereka terhadap selain Allah Swt dan merayakan kemenangan tersebut. Hari Qurban merupakan hari untuk "terbang" menuju Allah dengan sayap-sayap iman.

Nabi Ibrahim as dalam mimpinya melihat anak tercintanya Ismail as telah ia korbankan di jalan Allah Swt. Beliau bermimpi tentang hal itu hingga tiga kali dan memahami bahwa antara cinta kepada anak dan "menyatu" kepada Allah Swt, maka ia harus mengorbankan anaknya. Kemudian Nabi Ibrahim as memutuskan untuk melaksanakan tugas tersebut. Di sini perlu dicatat bahwa mimpi para Anbiya adalah benar dan berbeda dengan mimpi orang biasa.

Langkah pertama yang diambil oleh Nabi Ibrahim as adalah mengabarkan perihal mimpinya itu kepada anaknya terlebih dahulu. Beliau kepada Ismail as berkata, "Hai anakku! Sesungguhnya aku melihatdalam mimpi bahwa aku menyembelihmu!maka pikirkanlah apa pendapatmu!" Ismail as yang cinta kepada Allah Swt dan ayahnya, menjawab, "Hai bapakku,kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu, Insya Allah engkau akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar". (As-Saffat, ayat 102).

Kebesaran hati ayah dan anak itu telah membingungkan setan. Setan kadang-kadang menggoda Nabi Ibrahim as dan terkadang istrinya atau anaknya hingga mereka membatalkan rencana tersebut. Namun ketiganya menolak bisikan setan dan justru menghantam "dada" setan. Menurut sebuah riwayat, setan mengikuti Nabi Ibrahim as dan ketika sampai ke Jumrah pertama, beliau mengusir setan dengan tujuh lemparan batu dan ketika sampai ke Jumrah kedua, setan kembali tampak dan beliau mengusirnya dengan tujuh lembaran batu. Hal itu terulang hingga ke Jumrah ketiga.

Setelah berhasil mengusir setan yang menggodanya supaya mengurungkan niat dan keputusannya, Nabi Ibrahim as kemudian menidurkan Ismail yang sangat dicintainya itu dan menempelkan pisaunya ke leher anaknya lalu menggerakkannya, namun pisau yang tajam tersebut seolah-olah tumpul dan tidak mampu menggores kulit leher Ismail sedikitpun. Ibrahim as sangat heran atas kejadian itu dan kemudian ia menggerakkan pisaunya lebih cepat namun atas berkat kekuasaan Allah Swt, pisau itu tidak mempan sama sekali.

Sementara itu, para malaikat dengan penuh kekaguman menyaksikan semua pengorbanan dan keikhlasan Ibrahim as dan anaknya. Mereka datang kepada beliau dengan membawa wahyu dari Allah Swt, kemudian Allah Swt mengirim seekor domba untuk dikorbankan sebagai pengganti Ismail as.

Peristiwa ini diabadikan dalam surat As-Saffat ayat 103, 104 dan 105 yang berbunyi, "Tatkala keduanya telah berserah diridan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipisnya. Dan Kami panggil dia, Hai Ibrahim! Sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpimu itu. Sesungguhnya demikianlahKami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya inibenar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu (Nabi Ismail)dengan seekor sembelihan(yakni dengan dombayang besar)."

Pengorbanan Ismail as menjadi pelajaran tentang sebuah keikhlasan dan penghambaan yang sebenarnya. Apa yang diperintahkan Allah Swt maka tanpa banyak bertanya langsung mengerjakannya. Nabi Ibrahim as ditugaskan oleh Allah Swt untuk menyembelih anak tercintanya dan ini merupakan tugas yang sangat berat, namun beliau dengan penuh ikhlas dan kesabaran menunaikan perintah tersebut dan akhirnya beliau lulus atas ujian besar itu. Penyembelihan ini pada dasarnya merupakan penyerahan murni Nabi Ibrahim as kepada perintah Allah Swt dan mengesampingkan selain-Nya.

Nabi Ibrahim as menjelaskan dengan indah kepada Ismail as tentang perintah penyembelihan itu dan meminta pendapatnya. Beliau ingin mengajak anaknya untuk bergabung dalam jihad besar ini hingga ia merasakan lezatnya penyerahan diri kepada Allah Swt dan mencicipi keridhaan-Nya. Selain itu, Ismail as juga ingin supaya ayahnya bertekad kuat dalam keputusannya. Ia kepada ayahnya tidak berkata "Sembelihlah aku", tetapi mengatakan, "Lakukanlah setiap tugas yang dibebankan Allah Swt kepadamu dan aku menerima perintah-Nya." Dengan demikian, Ismail as tetap menjaga tahapan "adab" di hadapan Tuhan dalam bentuk yang paling baik dan bersandar pada kehendak Allah Swt serta memohon taufik ketabahan dan kesabaran dari-Nya.

Jemaah haji di Mina sebelum mengorbankan domba atau unta, mereka membawa jiwanya ke altar cinta dan mengorbankannya terlebih dahulu. Allah Swt dalam surat al-Hajj ayat 37 berfirman, "(Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai keridaan Allah) tidak dapat diterima di sisi-Nya (tetapi ketakwaan daripada kalianlah yang dapat mencapai keridaan-Nya) yaitu yang dapat sampai kepada-Nya hanyalah amal saleh yang ikhlas disertai iman…"

Dengan demikian, hikmah dan manfaat dari amalan ini tidak hanya terbatas bagi para jamaah haji. Manfaat ini tidak lain adalah takwa dan kesalehan. Takwa kepada Allah Swt menempatkan para peziarah Kabah yang ikhlas di bawah wilayah Allah Swt dan menghapus kotoran-kotoran hati. Imam Jafar Shadiq as berkata, "Ketika melakukan korban, potonglah pangkal tenggorokan (leher) dan pembuluh nafsu serta ketamakan (keserakahan)."

Poin menarik dari riwayat tersebut adalah ketamakan diibaratkan seperti leher sehingga ketika berkorban maka leher ketamakan harus dipotong supaya akar-akar ketamakan itu tercabut. Mungkin karena hal inilah sehingga takwa yang bernilai terletak pada pengorbanan sehingga hari raya Qurban disebut sebagai Haji Akbar. Para peziarah Kabah setelah bersabar dalam menghadapi berbagai kesulitan dan menjauhi simbol-simbol keduniaan sampailah pada tempat kediamannya yang terakhir dan merayakan Idul Qurban.

Setiap amalan dalam ibadah haji mempunyai rahasia yang bertujuan untuk mendidik jiwa manusia. Memakai pakain ihram hingga mengucapkan Labaika Allahumma Labaik ,Tawaf, Sai dari Safa ke Marwa, wukuf di Arafah, Muzdalifah dan Mina, meyembelih hewan Qurban dan lain sebagainya bertujuan untuk mendidik dan membersihkan jiwa manusia.

Setelah menyembelih hewan Qurban, para jemaah haji harus memangkas rambutnya atau memotong kukunya menjadi pendek yang disebut dengan Taqsir atau Tahliq (mencukur rambut hingga habis). Rambut adalah keindahan dan kecantikan bagi manusia. Dalam hukum Fiqih disebutkan bahwa barang siapa yang menggunduli rambut seseorang dan menghilangkan kecantikan dan keindahannya serta merusak harga diri orang tersebut maka ia harus membayar denda. Hal ini berbeda dengan para jemaah haji. Setelah mereka berkurban di Mina, mereka harus mencukur rambutnya dan mengorbankan keindahan fisiknya di jalan Allah Swt yaitu menghapus kesombongan dan kebanggaannya, kemudian kembali ke Mekah sebagai "rumah" Tuhan yang dipenuhi dengan keamanan.

Para jemaah haji di samping Kabah berkata, "Tuhanku, rumah ini adalah rumah-Mu, dan tempat suci ini adalah tempat-Mu. Hamba ini adalah hamba yang rendah dan melarikan diri dari jiwanya yang berlumuran dosa menuju kepada-Mu." Pada dasarnya, manasik haji merupakan perumpamaan yang komprehensif dari perjalanan ruh manusia menuju Allah Swt.

Imam Sajjad as mempunyai doa yang isinya sangat indah mengenai hari raya Idul Qurban. Selain mensifati Allah Swt, beliau dalam doanya hanya berharap kepada-Nya dan dengan ikhlas dan tulus bermunajat serta mengutarakan semua kebutuhannya.

Contoh kecil dari penggalan doa beliau sebagai berikut, "Ya Allah, hari ini adalah hari yang diberkati dan hamba-hamba-Mu yang mengesakan-Mu di hari ini saling berkumpul dan bersama-sama dalam satu tempat. Semua mempunyai permintaan kepada-Mu dan semua mengharap karunia-Mu serta takut akan kemurkaan-Mu. Dalam kondisi ini, lihatlah mereka dan penuhilah hajat-hajat mereka. Ya Allah limpahkanlah salam kepada Muhammad dan keluarganya dan gabungkanlah kami dalam doa terbaik dari setiap hambamu yang beriman di mana mereka pada hari ini bermunajat kepada-Mu…."

Read 2511 times