Ritual Haji dan Persatuan Umat

Rate this item
(0 votes)

Kongres haji tahun ini sebagaimana tahun-tahun sebelumnya juga digelar dengan penuh keagungan di Tanah Suci Mekkah. Haji adalah manifestasi aktual dari persatuan dan kesatuan umat Islam. Ritual ini membuktikan bahwa dimensi persamaan mereka jauh lebih banyak dari sisi perbedaan. Jika Muslim memelihara persatuan dan kesatuan itu sepanjang tahun di berbagai sektor, maka musuh-musuh Islam tidak akan punya keberanian untuk menginvasi negara-negara Muslim dan menghina sakralitas agama agung ini.

Sepanjang sejarah, Muslim menelan kemunduran terbesar akibat melupakan dimensi persamaan dan menaruh perhatian pada sisi-sisi perbedaan. Kebijakan pecah belah antara sesama Muslim telah menjadi kebijakan strategis musuh-musuh Islam untuk menancapkan pengaruh di tengah mereka. Oleh karena itu, ritual berlepas tangan dari orang-orang musyrik dalam beberapa tahun terakhir terasa sangat penting untuk didengungkan dan dilestarikan.

Filosofi baraah dari orang-orang musyrik mengandung pesan bahwa kongres haji bukan hanya sebuah ritual ibadah, tapi manasik yang mencakup dimensi sosial dan politik. Ritual baraah dari orang-orang musyrik adalah bukti dari dimensi sosial dan politik ibadah haji. Dalam ritual itu, Muslim berlepas tangan dari orang-orang musyrik sekaligus menegaskan persatuan dan kesatuan umat Islam. Tahun ini, acara tersebut juga digelar dengan penuh semangat dan megah.

Pemimpin Besar Revolusi Islam Iran atau Rahbar, Ayatullah al-Udzma Sayid Ali Khamenei dalam pesan haji 1433 Hijriyah, kembali mengingatkan umat Islam untuk mewaspadai kebijakan pecah belah musuh di negara-negara Muslim. Rahbar mengatakan, "Musim haji yang penuh dengan rahmat dan berkah telah tiba dan kembali menyinari mereka yang beruntung hadir di tempat-tempat nurani itu dengan pancaran anugerah Ilahi. Di sini, semua orang mendapat kesempatan berlatih persaudaraan, kesamaan dan ketaqwaan."

Ayatullah Khamenei menambahkan, "Di sinilah kamp pendidikan dan pengajaran; ajang pentas persatuan, keagungan dan keanekaan umat Islam; kancah bergumulan melawan syaitan dan thaghut. Inilah lokasi yang ditetapkan Allah Yang Maha Bijaksana dan Maha Kuasa sebagai tempat bagi kaum mukminin untuk bisa menyaksikan kepentingan dan kebaikan mereka. Sesaat ketika membuka mata akal dan ibrah, kita saksikan bahwa janji samawi ini meliputi seluruh sisi kehidupan individual dan sosial kita."

Menyinggung peristiwa-peristiwa penting di dunia Islam, Ayatullah Khamenei menandaskan, "Salah satu masalah terpenting Dunia Islam yang berhubungan langsung dengan nasib umat Islam adalah revolusi yang terjadi di wilayah Afrika Utara dan Timur Tengah. Sampai sekarang, transformasi ini sudah menggulingkan beberapa rezim bejat yang tunduk kepada Amerika Serikat dan bersekutu dengan Zionisme, dan tengah mengguncang kekuasaan beberapa rezim yang lain. Rugi besar jika kaum muslimin tidak memanfaatkan kesempatan agung ini untuk memperbaiki nasib umat Islam. Sekarang, kubu agresor yang suka intervensi tengah menguras tenaga untuk mendistorsi gerakan agung umat Islam ini."

Dalam gerakan-gerakan yang besar ini, Muslim dan Muslimah bangkit untuk melawan kediktatoran para penguasa dan menentang hegemoni AS yang berujung pada pelecehan dan penistaan bangsa-bangsa lain serta kedekatan dengan rezim Zionis Israel yang haus kejahatan. Dalam perjuangan hidup dan mati ini, faktor penyelamat bagi mereka adalah Islam serta ajaran dan syiar-syiarnya. Dan, inilah yang mereka nyatakan dengan suara lantang. Pembelaan kepada bangsa Palestina yang tertindas dan perjuangan melawan rezim Zionis menjadi tuntutan utama mereka. Mereka mengulurkan tangan persahabatan kepada bangsa-bangsa Muslim dan menuntut persatuan umat Islam.

Seperti biasanya sebelum dimulainya manasik haji, Lembaga Bi'tsah dan Badan Penyelenggara Haji Iran di Mekkah telah menggelar beberapa seminar dan pertemuan yang menghadirkan tokoh dan jemaah haji dari berbagai negara Islam. Semua pertemuan itu memfokuskan pada isu persatuan dunia Islam dan pertukaran pemikiran di antara berbagai kelompok mazhab dalam Islam. Salah satu tema seminar internasional itu adalah "Rasulullah Saw dan Kemuliaan Muslim dalam Ajaran Ahlul Bait as." Pertemuan ini digelar untuk membahas pelecehan terhadap Rasul Saw dan Islam dalam beberapa dekade terakhir di Amerika Serikat dan beberapa negara Eropa.

Para peserta seminar memaparkan pandangan-pandangan mereka tentang kebijakan musuh-musuh Islam dan cara-cara untuk mempererat persatuan di tengah Muslim. Seorang cendekiawan Pakistan, Sayid Shahed Reza dalam ulasannya, menyinggung gelombang kebangkitan di tengah umat Islam menyusul pelecehan terhadap Nabi Muhammad Saw. Dikatakannya, hasil dari Kebangkitan Islam itu akan lebih tampak dan lebih terasa di tengah generasi-generasi mendatang Muslim dunia. Menurut Shahed Reza, kajian terhadap problema-problema umat Islam di sela-sela pelaksanaan ibadah haji akan meminimalisir tantangan yang dihadapi oleh seluruh dunia Islam.

Dia berharap umat Islam dunia bisa mencapai kesamaan visi dalam merespon penistaan terhadap Rasul Saw. Ditambahkannya, "Meskipun tidak adanya koordinasi, Muslim dunia telah mencapai sebuah persatuan dan Kebangkitan Islam dalam menyikapi pelecehan terhadap Nabi Saw."

Seminar lain yang digelar oleh Lembaga Bi'tsah dan Badan Penyelenggara Haji Iran di Mekkah, mengangkat tema "Tanggung Jawab Kita dalam Membela Rasulullah Saw." Syeikh Ali Najafi, putra dari Ayatullah Syeikh Bashir Najafi, dalam pemaparannya menyinggung orang-orang yang merusak citra Islam sepanjang sejarah yaitu, orang kafir dan individu yang berlagak sebagai Muslim. Dikatakannya, kitab suci al-Quran telah berbicara tentang keberadaan orang-orang seperti itu dan menganggap mereka lebih buruk dari kafir.

Menurut Syeikh Ali, "Salah satu tantangan kita adalah sikap-sikap yang secara lahiriyah tampak Islami, namun sepenuhnya bertentangan dengan semangat Islam." Syeikh Ali mengatakan, "Kita harus bertindak selaras dan terkoordinir dalam menghadapi Barat dan mengaktualisasikan sirah Imam Ali as dalam menyikapi musuh."

Sementara itu, anggota parlemen Lebanon dari kubu Hizbullah, Nawar al-Saheli mengatakan, "Pelecehan terhadap Rasul Saw merupakan sebuah konspirasi global terencana. Analisa kami menunjukkan bahwa Zionisme dan arogan dunia terlibat langsung dalam tindakan itu. Meski demikian, reaksi Muslim harus dilakukan dengan bentuk yang tidak sampai disalahgunakan oleh pihak lain. Para pemikir dan cendekiawan harus bertindak dan menetapkan cara yang berperadaban dalam mereaksi masalah tersebut."

Sepanjang musim haji tahun ini, Lembaga Bi'tsah dan Badan Penyelenggara Haji Iran di Mekkah juga menggelar seminar lain dengan tema "Pendekatan Mazhab-mazhab Islam." Dalam pertemuan itu, seorang anggota Dewan Pusat Hizbullah Lebanon, Khalil Rizk seraya mengapresiasi langkah-langkah pemersatu yang diadopsi oleh Republik Islam Iran selama musim haji, mengatakan jika Nabi Muhammad Saw bukan sebagai penghulu para nabi, suci, sakral dan mulia bagi kaum Muslim, maka tidak tersisa lagi sesuatu yang dapat mempersatukan umat Islam.

Menurut Khalil Rizk, perpecahan di tengah kaum Muslim dikarenakan perbedaan pandangan mereka setelah wafatnya Rasul Saw dan bukan karena agama Islam itu sendiri. Ditambahkannya, "Islam sebagai sebuah syariat menyeru seluruh Muslim untuk berpegang pada al-Quran yang satu dan semua juga harus menyeru Tuhan Yang Esa." Menurutnya, Rasul Saw menentang pengelompokan di tengah masyarakat dan semua Muslim diperintahkan untuk bersatu.

Read 2477 times