Shalat berjamaah merupakan perkumpulan yang paling besar dan paling khidmat di dunia. Oleh karena itu, ia memiliki banyak keutamaan dan pahala. Setiap langkah kaki untuk shalat berjamaah di masjid, akan dihitung sebagai pahala dan kebaikan, dan jika jumlah pendiri shalat melebihi 10 orang, maka tidak ada yang tahu hitungan pahalanya kecuali Allah Swt. Dalam sebuah hadis disebutkan, "Barang siapa yang mencintai shalat berjamaah, Tuhan dan para malaikat juga mencintainya."
Rasulullah Saw bersabda, "Ketahuilah! Barang siapa yang melangkahkan kakinya ke masjid untuk shalat berjamaah, setiap langkah akan diganjar 70 ribu kebaikan dan pahala untuknya, dan 70 ribu dosanya akan dihapus, dan derajatnya akan diangkat dengan kadar yang sama. Jika ia meninggal dalam kondisi ini, Allah akan mengirim 70 ribu malaikat untuk berziarah ke kuburnya, menemaninya dalam kesendirian, memohon ampun untuknya sampai hari kiamat." (Wasail al-Shia, jilid 5)
Setelah pengutusan, Nabi Muhammad Saw selalu mendirikan shalat jamaah di sepanjang hidupnya. Beliau tidak meninggalkan shalat jamaah dalam kondisi apapun bahkan saat sakit. Oleh karena itu, para sahabat juga sangat berkomitmen dengan shalat jamaah. Dalam riwayat Abdullah bin Mas'ud disebutkan, "Tidak ada seorang pun yang meninggalkan shalat jamaah, kecuali ia munafik yang sudah terkenal dengan kemunafikannya atau karena sakit. Sering terjadi di mana orang sakit tetap mendirikan shalat jamaah meskipun harus bersandar di pundak dua orang lainnya dan berjalan dengan dipapah."
Shalat jamaah bisa dilakukan dengan satu orang bertindak sebagai imam dan satu lagi sebagai makmum, kecuali dalam shalat Jumat, di mana sekurang-kurangnya harus ada tiga laki-laki tidak termasuk imam. Ketika menjelaskan derajat pahala shalat jamaah, Rasul Saw bersabda, "Malaikat Jibril mendatangiku dan berkata, 'Allah menyampaikan salam untukmu dan memberikan sebuah hadiah kepadamu yang tidak diberikan kepada nabi manapun.'"
Rasul lalu bertanya, "Wahai Jibril, hadiah apakah itu?" Jibril menjawab, "Ia adalah shalat lima waktu yang didirikan berjamaah." Rasul kembali menimpali, "Lalu pahala apa yang akan diperoleh umatku?" Dia berkata, "Setiap kali ada dua orang, masing-masing memperoleh pahala 150 shalat untuk setiap rakaatnya, jika jumlah mereka tiga orang, pahala mereka 700 shalat, jika empat orang, pahala mereka 1200 shalat, jika jumlah mereka lima orang, pahalanya 2100 sampai Allah berfirman, jika jumlah mereka 10 orang, pahalanya 720.800 shalat untuk setiap rakaat, dan jika jumlah mereka melebihi 10 orang, maka jin dan manusia tidak akan mampu menghitung ganjarannya." (Mustadrak al-Wasail, jilid 1)
Sejarah Masjid Sahlah di Kufah
Pada kesempatan ini, kami akan memperkenalkan Masjid al-Sahlah sebagai salah satu masjid paling terkenal di dunia Islam. Masjid Sahlah adalah salah satu masjid terbesar yang dibangun kembali pada abad pertama Hijriyah di kota Kufah, Irak. Masjid ini terletak di barat laut Masjid Kufah dan berjarak sekitar dua kilometer dari situ. Sahlah berarti tanah yang ditutupi oleh pasir kemerahan. Karena masjid itu dibangun di atas tanah kosong yang ditutupi pasir merah, maka ia disebut dengan Masjid Sahlah.
Nama lain Masjid Sahlah adalah Masjid Qura'. Penyebutan ini didasari pada sebuah riwayat dari Imam Ali as yang berkata, "Di kota Kufah, ada empat tempat suci di mana masing-masing memiliki sebuah masjid." Orang-orang kemudian bertanya tentang nama-nama masjid tersebut, Imam Ali menjawab, "… Salah satunya adalah Masjid Sahlah. Ia ini adalah tempat tinggal Nabi Khidr as dan setiap orang sedih yang masuk ke masjid ini, Allah akan menghapus kesedihannya dan kami Ahlul Bait menyebut Masjid Sahlah dengan nama Masjid Qura'."
Masjid Sahlah terdiri dari dua bagian ruangan tertutup dan halaman terbuka. Di berbagai bagian ruangan tertutup masjid ini, terdapat mihrab-mihrab yang dibangun dengan nama para Nabi atau Imam Maksum as, dan dalam istilah mereka disebut Maqam. Salah satu dari mihrab tersebut adalah Maqam Ibrahim as yang berada di antara dinding barat dan utara. Menurut sebuah riwayat, masjid ini adalah rumah Nabi Ibrahim al-Khalil as dan dari tempat ini ia berhijrah ke tengah kaum Amaliqah (saudara kaum 'Aad).
Amaliqah adalah sebuah bangsa besar dengan postur yang sangat tinggi dan kuat, di mana Nabi Ibrahim as bersama Siti Hajar tinggal di tengah mereka sebelum berhijrah ke Mekkah.
Maqam Nabi Idris as adalah tempat mulia lain yang terdapat di Masjid Sahlah. Tempat ini juga dikenal sebagai Bait al-Khidr. Dalam sebuah pesan kepada muridnya, Imam Jakfar Shadiq as berkata, "Ketika engkau tiba di Kufah, pergilah ke Masjid Sahlah dan dirikanlah shalat di sana, kemudian mintalah kebutuhan material dan spiritualmu kepada Allah, karena Masjid Sahlah adalah bekas rumah Nabi Idris as. Di tempat ini, Nabi Idris melakukan pekerjaannya sebagai penjahit dan tempat untuk mendirikan shalat. Setiap orang yang berdoa kepada Allah di Masjid Sahlah, Dia akan mengabulkan setiap permintaannya, dan pada hari kiamat derajatnya akan diangkat sampai ke posisi Nabi Idris. Allah akan melindunginya dari kesengsaraan dunia dan tipu muslihat musuh."
Maqam Nabi Saleh as adalah salah satu maqam lain di Masjid Sahlah, di mana terletak di sisi timur antara tembok selatan dan timur, yang juga dikenal sebagai Maqam Salehin, Anbiya' dan Mursalin. Maqam Imam Shadiq as juga berada di tengah masjid. Menurut catatan sejarah, Imam Shadiq tinggal di sana untuk sementara waktu dan menyibukkan dirinya dengan ibadah dan doa.
Setelah Masjidil Haram, Masjid Nabawi, Masjid al-Aqsa, dan Masjid Kufah, Masjid al-Sahlah berada di urutan kelima dari segi keutamaan. Dalam sebuah hadis sahih Imam Shadiq as kepada sahabatnya, Abu Bashir, berkata, "Wahai Abu Bashir! Sepertinya aku melihat suatu hari di mana putra Rasulullah Saw, Imam Mahdi bersama keluarganya singgah di Masjid Sahlah setelah kemunculannya."
Abu Bashir kemudian berkata, "Aku kembali bertanya kepada Imam Shadiq, apakah masjid tersebut akan menjadi rumah bagi Imam Mahdi?" Beliau menjawab, "Ya, masjid ini telah menjadi rumah Nabi Idris dan Nabi Ibrahim as. Dan Allah tidak mengangkat nabi manapun sebagai utusan-Nya kecuali ia telah mendirikan shalat di masjid tersebut. Rumah Nabi Khidr as juga di masjid ini. Siapa pun yang tinggal di masjid ini, maka ia seperti berada di dalam tenda Nabi Muhammad Saw… Barang siapa yang mendirikan shalat di tempat mulia ini dan kemudian berdoa dengan tulus, maka hajatnya akan dikabulkan, dan jika ada orang yang berlindung ke tempat ini karena takut terhadap sesuatu, Allah akan melindunginya dari bahaya itu."
Abu Bashir kemudian berkata kepada Imam Shadiq, "Sungguh tempat ini memiliki banyak keutamaan." Imam menjawab, "Apakah engkau ingin aku sebutkan keutamaan-keutamaan lain?" Aku berkata, "Iya." Imam Shadiq lalu menjelaskan, "Masjid Sahlah adalah salah satu tempat yang dicintai oleh Allah dan dirikanlah shalat di sana. Para malaikat mengunjungi masjid ini di sepanjang siang dan malam, dan di sana mereka beribadah kepada Allah. Jika aku tinggal di dekat masjid ini, aku akan mendirikan seluruh shalatku di sana ... "