Masjid sebagai sebuah institusi sosial dibangun langsung oleh Rasulullah Saw sejak awal berdirinya pemerintahan Islam di Madinah.
Rumah ibadah ini kemudian mengalami banyak perubahan dari segi arsitekturnya selama 1400 tahun terakhir. Keindahan masjid terkadang telah dibuat begitu memukau sehingga mengalahkan istana. Meski demikian, masjid tidak pernah kehilangan jati dirinya sebagai tempat untuk beribadah dan menyembah Allah Swt.
Islam tidak menentang keindahan dan kemegahan yang wajar, tetapi petunjuk agama mengenai pola konsumsi seperti, pakaian, tempat tinggal, alat transportasi, dan makanan, semuanya menekankan pada nilai-nilai luhur Islam yaitu kesederhanaan dan jauh dari gemerlap dunia.
Kesederhanaan ini dan meninggalkan kemegahan yang berlebihan telah membantu mempercepat penyebaran jumlah masjid di berbagai wilayah. Masjid pada awalnya dibangun sangat sederhana dan biasanya beratapkan daun kurma/rumbia. Masjid kemudian mulai dilengkapi dengan serambi dan halaman, namun material bangunan masih menggunakan tanah liat dan tiang-tiang yang sederhana.
Struktur masjid secara perlahan mulai dipercantik dengan motif ukiran, ubin mosaik, dan kaligrafi dengan beragam khat. Para penguasa/raja mulai membangun masjid yang megah dengan kubah yang besar dan menara-menara yang menjulang tinggi untuk mempertegas kekuasaannya. Penggunaan ubin mosaik, ubin motif bunga, berbagai lengkungan dan pahatan, serta paduan warna mulai menghiasa bangunan masjid. Ia telah menjadi sebuah objek untuk menampilkan karya para seniman Muslim.
Saat ini arsitektur masjid telah menjadi bagian dari seni Islam, sebuah seni yang di dalamnya juga mencerminkan semangat spirituali, iman, dan nilai-nilai al-Quran. Para seniman Muslim telah menampilkan seni Islami dalam karya-karya mereka.
Mereka menganggap alam sebagai manifestasi dari kekuasaan Tuhan yang memadukan seni dan keindahan. Mereka selalu berusaha mendesain masjid yang selaras dengan keperluan ibadah dan munajat. Oleh sebab itu, bentuk masjid dibangun atas empat sudut (bentuk kubus).
Imam Jakfar Shadiq as dalam sebuah riwayat berkata, "Ka'bah berbentuk kubus karena posisi geografisnya sejajar dengan Baitulmakmur, Baitulmakmur berbentuk kubus karena posisinya sejajar dengan ‘Arsy, dan 'Arsy juga berbentuk kubus karena Islam dibangun atas empat pilar yaitu al-Tasbihat al-Arba'a (Subhanallah, Alhamdulillah, La Ilaha Illallah, dan Allahu Akbar)."
Saat memasuki masjid, bentuk kubus dan batasan-batasan sudutnya akan mengingatkan seseorang bahwa kehidupan di dunia ini sangat terbatas. Ketika menatap mihrab, lengkungan dan muqarnas (dekorasi sarang lebah) secara perlahan akan memisahkannya dari dunia materi dan menuntunnya ke alam maknawi. Jadi, arsitektur masjid secara tidak langsung mengingatkan seseorang pada bangunan 'Arsy Ilahi.
Sejarah Masjid Jama Delhi
Masjid Jama Delhi atau Masjid Jahan Numa merupakan rumah ibadah terpenting bagi kaum Muslim di India dan menjadi masjid terbesar dunia sampai akhir abad ke-20. Pelancong terkenal Muslim, Ibnu Battuta di salah satu catatan safarnya menyebut Masjid Jama Delhi sebagai masjid terbesar di dunia.
Batu bata merah, pasir, dan marmer dipakai untuk membangun bangunan yang indah ini, dan kombinasi dari ketiga unsur ini memberikan efek khusus pada struktur masjid. Ia juga disebut masjid jamik karena shalat Jumat terbesar India dipusatkan di masjid ini. Masjid Jama sendiri terletak di sisi jalan raya yang sangat ramai di Old Delhi yaitu Jalan Chadni Chowk.
Menurut buku "Persian Inscriptions on Indian Monuments", Masjid Jama dibangun pada 1650-1656 Masehi oleh penguasa Dinasti Mughal, Sultan Shah Jahan, yang juga pembangun Taj Mahal di Agra. Keseluruhan proses pembangunan masjid ini selesai pada tahun 1656 M/1066 H dan diresmikan bertepatan dengan hari raya Idul Fitri.
Masjid ini terletak di bagian Old Delhi dan merupakan salah satu situs religi yang paling banyak dikunjungi di India. Pembangunannya melibatkan setidaknya 5.000 orang pekerja selama enam tahun. Sebagian besar dari struktur masjid ini ditambahkan kemudian karena Shah Jahan telah menyiapkan ukuran pondasi yang cukup luas.
Menara-menara yang tinggi dan kubah yang besar merupakan ciri khas dari Masjid Jama. Ini mencerminkan gaya arsitektur Mughal dengan pengaruh Islam, India, dan Persia.
Shah Jahan, yang berkuasa di India selama 31 tahun, sangat menyukai seni, arsitektur, puisi, dan sastra Persia. Dalam sejarah kerajaan India, Shah Jahan adalah satu-satunya penguasa yang meninggalkan karya seni dan arsitektur yang luar biasa. Penguasa yang mencintai arsitektur ini telah membangun banyak gedung selama masa pemerintahannya, sehingga secara luas dianggap sebagai zaman keemasan arsitektur Mughal.
Selain Taj Mahal yang populer di dunia, Shah Jahan juga membangun Benteng Merah di Delhi, sebagian besar dari Benteng Agra, Masjid Wazir Khan di Lahore, dan Masjid Shah Jahan di Thatta, Pakistan.
Masjid Jama menghadap ke kota suci Mekah yang terletak di bagian barat. Di ketiga sisi masjid terdapat tiga gerbang, di mana setiap gerbang memiliki sebuah menara. Masjid ini dipercantik dengan sebuah halaman terbuka berukuran 1.200 meter persegi yang mampu menampung sekitar 100 ribu jamaah. Di pelataran ini juga terdapat kolam air sebagai tempat berwudhu.
Panjang Masjid Jama adalah 80 meter dan lebarnya 27 meter. Di atapnya dibangun tiga buah kubah dari bahan marmer hitam dan putih dengan bagian atasnya berhiaskan emas. Tiga kubah ini benar-benar dibangun dalam bentuk kubah bawang utuh.
Masjid Jama juga memiliki dua menara dengan tinggi 41 meter dan terdiri dari 130 anak tangga yang dihiasi oleh marmer hitam dan batu bata merah. Sedangkan di bagian belakang masjid masih terdapat lagi empat menara kecil sama seperti di bagian depan.
Sebuah aula besar terletak di bawah kubah utama dengan tujuh lengkungan pintu masuk, dan dinding masjid ditutupi dengan marmer sampai ke pinggang. Aula lain di masjid ini berukuran 60x27 meter persegi dan memiliki tujuh pintu masuk dengan lengkungan. Prasasti dari marmer putih terpasang di atas lengkungan dan berisi tentang sejarah pembangunan masjid dan pemerintahan dan kebajikan Shah Jahan.
Ornamenen lain dengan motif bunga atau prasasti kaligrafi juga menghiasi lengkungan, dinding, bawah lengkungan, bawah kubah, dan lantai masjid.
Lantai masjid yang dilapisi dengan batu marmer dengan ornamen bergaris menyerupai sajadah masing-masing berukuran 95x45 cm, telah memudahkan jamaah meluruskan shaf shalat. Setidaknya ada 899 ornamen sajadah yang sama di lantai dalam masjid.
Sisi timur, selatan, dan utara masjid semuanya memiliki pintu masuk yang sangat besar, sementara sisi barat menghadap ke Mekah yang merupakan arah kiblat. Gerbang timur adalah yang terbesar dan digunakan oleh keluarga kerajaan.
Sama seperti masjid-masjid lain di India, Masjid Jama juga memiliki sejumlah prasasti dalam bahasa Persia. Setidaknya ada 10 prasasti dalam bahasa Persia yang menghiasi lengkungan di beranda masuk ke masjid.