Kami telah mengulas di dalam deretan tulisan sebelumnya, mulai dari makna kemaksuman hingga dalil-dalil yang mendukung akan kemaksuman yang dinisbahkan kepada Nabi Saw, dan di tulisan kali ini penulis hendak memperlihatkan kepada para pembaca tentang bukti lain yang mengisyaratkan akan kemaksuman Nabi Saw., dan para nabi lainnya.
Sebagai penegasan dari beberapa dari tulisan sebelumnya, penulis mencoba menghadirkan sebuah bukti akan kemaksuman sosok nabi, yang dikutip dari ulama kesohor Sunni, Syekh Ahmad bin Muhammad Al-Qastallani. Di dalam salah satu karyanya yang cukup familiar di antara akademisi-Muslim, Al-Muwwahib Al-Ladunniyah, ia menuturkan pernyataan sebagai berikut.
“Nabi Muhammad Saw terjaga (maksum) dari dosa-dosa besar dan kecil, baik karena sengaja maupun lupa, begitu pula dengan para nabi lainnya.”
Dengan memandang dan mengkaji tugas nabi di tengah manusia, sebagaimana yang telah diulas di dalam tulisan sebelumnya, maka selayaknya ia menyandang gelar maksum. Akal sehat akan menolak, jika seorang nabi terjerembab di dalam lubang dosa dan kesalahan. Sebab, jika hal itu terjadi pada diri nabi, tentu ia tidak akan mungkin menamatkan tugasnya dengan sempurna.
Jika diri seorang nabi dipenuhi kesalahan dan dosa, yang alih-alih ia menuntun umatnya ke jalan yang lurus, justru—boleh jadi—malah menyesatkan mereka (umatnya). Na’udzubillah min Dzalik.