Seminars On Islamic Human Rights: Hipokrasi HAM Barat

Rate this item
(0 votes)

Islam mempunyai ajaran tentang HAM yang original dan bersifat universal. Islam juga menganjurkan umatnya untuk toleran terhadap umat lain dalam rangka tercapainya keadilan bersama. Umat Islam diwajibkan memenuhi dan menghormati hak asasi manusia. Ironisnya banyak pelanggaran HAM terjadi di dunia Muslim dilakukan oleh Barat, tetapi umat Islam di tuntut untuk memenuhi piagam HAM yang berasal dari Barat. Saat penyusunan piagam HAM umat Islam tidak diminta pendapatnya, bagaimana mungkin sifat universal HAM bisa diterapkan dalam dunia Islam.

Kita didekte oleh media Barat untuk menghormati hak kekayaan seperti karya musik dan film dalam CD, tetapi hak hidup dan martabat orang Islam tidak pernah dihormati. Karena intruksi Obama lebih dari 3000 korban drone AS di Afganistan dan Pakistan terus terjadi. Kita tidak diberi tahu identitas para korban, karena mereka langsung dibunuh di tempat tanpa proes peradilan. Pertanyaan ini diajukan Dr. Massoed Sadjareh (Dir. Islamic Human Right Commission, London) dalam seminar di Sucofindo Building (Jl. Raya Pasar Minggu-Pancoran) pada sesi pertama dengan tema "Human Rights on Muslim World" Ahad, 13/1.

Pembicara lain dari Islamic Center Washington, Dr. Imam Muhammad Asi mengatakan kesalahan umat Islam adalah melihat kerangka ajaran Islam yang luas dengan kaca mata Barat. Konsekuensinya, banyak makna tereduksi, seperti insan diterjemahkan hanya human being. Banyak kalangan Islam tidak peduli dengan ketertindasan umat Islam lain karena lamanya umat Islam dijajah secara fisik dan mental, membuat umat Islam menjadi tidak percaya diri pada kasanah Islam yang kaya. "Allah akan mengujimu dengan rasa takut yang proporsional, ini bukan rasa takut yang mencekam yang terjadi saat rasa takut secara psikologis, hingga tak mampu menyampaikan kebenaran." Muhammad Asi memberi contoh tentang Nabi Musa as yang pernah merasa takut terhadap Firaun. Namun kemudian datang wahyu dari Allah, kepada Musa dan saudaranya Harun, "Kalian jangan takut!"

Memetik hikmah dari cerita Nabi Musa itu menurut Al Asi, "Disini kita umat Islam Jangan takut, kebenaran itu harus diungkapkan," ujarnya memberi semangat hadirin. "Apalagi persoalan kini, menurut Al Asi, para konspirator dibantu media ingin memberi paradigma palsu bahwa Islam itu identik dengan teroris." "Kita diharapkan untuk percaya bahwa karena Orang Islam itu sesungguhnya yakin dengan kebenaran, dengan keadilan dengan cara cara barbarian, dengan kekerasan,"ujarnya .

"Umat Islam, menurut Al Asi, tidak mempunyai kemampuan untuk meluruskan dan mengcounter pendapat yang salah itu." "Kita diberi stempel sebagai Frankenstein tokoh jahat dalam cerita fiksi. Diberikan gambaran bahwa contohnya Muslim Iran telah menginvasi dan melakukan kekerasan," ujarnya.

Semua gambaran buruk Muslim, misalnya di Iran melakukan hal-hal yang zalim di seluruh dunia, menurut Al Asi, tentunya semua orang tahu, " ini bukan hal yang benar." Karena sungguhnya negara adidaya yang melakukan pembunuhan di Pakistan, di Afghanistan atas nama melawan teroris. "Negara adidaya terutama Amerika Serikat dan Inggris, melakukan tindakan genocide terhadap orang-orang Palestina. Mereka memberikan Israel akses terhadap perkembangan persenjataan yang memungkinkan ini semua terjadi," ujarnya.

Amerika Serikat, menurut Al Asi mempunyai perusahaan transnasional di seluruh dunia. Mencuri akses sumber daya alam dari tangan orang-orang Muslim. "Sehingga dunia Islam dirampas sumberdayanya. Populasi kita menjadi pengungsi," katanya. Karena itulah, menurut Al Asi umat Islam jangan takut ntuk menyuarakan kebenaran. "Kita ini semua mampu menyampaikan kebenaran. Namun kita telah terbelenggu, sehingga tidak berani mengungkapkan kebenaran. Mana suara kita menyuarakan kebenaran!

Al Asi, 62 tahun adalah Imam terpilih Pusat Islam di Washington (Islamic Centre of Washington), Amerika Serikat. Pria kelahiran Grand Rapids, Maryland ini selama 30 tahun dicegah masuk ke Suriah karena menentang rezim Assad. Sejak 2001 juga ditangkal pergi Haji ke Mekah oleh Pemerintah Saudi Arabia, karena kritiknya kepada Kerajaan Saudi Arabia yang mendukung Amerika Serikat. Belakangan Inggris juga melarang pria ini masuk negeri Uncle Jack, karena ceramah dan tulisannya yang pedas dan dianggap anti Yahudi. "Saya juga diperiksa beberapa jam bila masuk kembali ke Amerika Serikat dari luar negeri," ujarnya usai seminar.

Pada usia 11 tahun dia pindah ke Lebanon, sekolah dan belajar Bahasa Arab di University of Lebanon. Pada tahun 1973 dia kembali ke Amerika Serikat masuk University of Marylan dan meraih sarjana Politik dan Pemerintahan pada 1979. Di Washington dia mengajarkan isi Quran dan menulis tafsir dalam bahasa Inggris. Pada 1981 terpilih menjadi Imam masjid di Washington, namun pada 1983 dia diusir dari Islamic Centre Washington atas desakan pemerintah Saudi Arabia. Tetapi dia tetap mengajar dan salat Jumat berjamaah di jalanan di depan Islamic Centre Washington bersama pengikutnya.

Al Asi datang bersama rombongan yang tergabung dalam Universal Justice Network (UJN) ke Indonesia sejak sepekan lalu untuk kegiatan dan kampanye hak asasi manusia. Dia sempat bertemu dengan para pengungsi Sampang di Madura, Jawa Timur, serta ulama dan pemerintah setempat. Di Jakarta tim itu bertemu dengan Dewan Pertimbangan Presiden, dan sejumlah Lembaga Swadaya Masyarakat pegiat hak asasi manusia.

 

 

Pembicara pada sesi pertama lainya Dr. Rifai Hasan (Paramadina) dan dari PP Muhammadiyah. Pada sesi kedua dengan tema "Human Rights Cases in Muslim World and Strengthening Cooperation Among NGOs" disampaikan oleh pembicara lain, dr. Jose Rizal Jurnalis (MERC), mengatakan umat Islam harus mempelajari undang-undang Internasional dan waspada konspirasi gobal zionis, mereka membangun mind control, kita juga membangun mind control, dan yang terpenting kita tidak boleh terjebak pada masalah-masalah kecil dan melupakan masalah yang besar.

Seminar iini diselenggarakan dengan kerjasama PP Muhammadiyah, MERC, Universal Justice Network (UJN), PAHAM, Universalia Legal Aid, Voice of Palestine (VOP), Citizen International, IHRC (Islamic Human Right Commission). Sekitar 200 peserta datang dari berbagai kalangan.

Read 1984 times